Latar Belakang model penyiapan benih

1 I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian dewasa ini diarahkan kepada ketahanan pangan serta pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Salah satu komponen teknologi yang dibutuhkan petani adalah benih bermutu. Ketersediaan benih bermutu dinilai strategis karena sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman. Perbenihan merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pencapaian target swasembada pangan padi, jagung, dan kedelai dalam jangka pendek. Di samping dari aspek perbenihan, pemerintah juga fokus pada bidang jaringan irigasi, pemanfaatan alat dan mesin pertanian mekanisasi, dan akses insentif harga produk pertanian. Potensi genetik tanaman juga bergantung pada penggunaan benih bermutu. Varietas dan benih bermutu merupakan komponen teknologi dasar compulsary dalam pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu PTT Sembiring dkk., 2008; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013. Secara empiris, pertumbuhan dan hasil tanaman dapat dinyatakan sebagai fungsi dari genotipe x lingkungan atau f faktor pertumbuhan internal x faktor pertumbuhan eksternal Gardner dkk., 1986. Faktor internal digambarkan sebagai sifat bawaan genetik varietas yang membawa sifat ketahanan terhadap tekanan iklim, tanah, biologis, laju fotosintesis dan kapasitas untuk menyimpan makanan. Faktor eksternal terdiri atas iklim cahaya, temperatur, curah hujan, angin, panjang hari, dan kelembaban udara, tanah tekstur, struktur, bahan organik, pH, dan ketersediaan unsur hara, dan biologis Organisme Pengganggu Tanaman hama, penyakit dan gulma. Penggunaan varietas yang adaptif dan spesifik lokasi sangat diperlukan dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi padi di Provinsi Bengkulu. Rata-rata produktivitas padi sawah di Provinsi Bengkulu baru mencapai 4,3 ton ha BPS Provinsi Bengkulu, 2013, jauh dari rata-rata produktivitas padi nasional yang sudah mencapai 5,5 t ha. Untuk dapat menunjukkan potensi hasilnya, varietas memerlukan kondisi lingkungan atau agroekosistem tertentu Rubiyo dkk., 2005. Tidak semua varietas mampu tumbuh dan berkembang pada berbagai agroekosistem. Dengan kata lain, tiap 2 varietas akan memberikan hasil yang optimal jika ditanam pada lahan yang sesuai Kustiyanto, 2001. Banyak permasalahan dan tantangan dalam penyediaan dan penyebarluasan benih bermutu. Permasalahan tersebut diantaranya adalah: 1. Sering kali petani mendapatkan benih berlabel dengan kualitas rendah dari program bantuan langsung benih unggul BLBU maupun program benih bersubsidi 2. Petani kesulitan untuk mendapatkan Variet as Unggul Baru VUB padi spesifik lokasi yang diinginkan 3. Sistem penamaan varietas padi yang terlalu umum dan banyaknya varietas yang dilepas sejak tahun 2008 I npari, I npara, dan I npago menyebabkan stakeholders petani bingung dan bahkan mereka mempunyai persepsi negatif terhadap VUB. Ruskandar 2012 melaporkan bahwa petani tidak mudah mengganti varietas existing ke varietas baru sebelum mereka yakin dan melihat bukti keunggulan varietas yang diintroduksikan. Berbagai metode dan media penyuluhan display, demplot, temu lapang, gelar teknologi, maupun penyebaran bahan informasi tercetak maupun audio visual perlu diintensifkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani. Hal ini dilakukan dalam upaya mengubah sikap dan perilaku petani untuk menggunakan VUB spesifik lokasi. Pembinaan dari lembaga perbenihan yang belum optimal; rendahnya intensitas dan kualitas komunikasi serta sinergi antar lembaga perbenihan; minimnya pengetahuan petani dan calon penangkar dalam pengelolaan benih berkualitas menjadi sebab dari rendahnya pemanfaatan benih VUB bermutu spesifik lokasi. Kondisi ini berdampak terhadap rendahnya produktivitas padi di suatu wilayah. Pembinaan untuk meningkatkan kemampuan kapasitas calon penangkar diperlukan sebagai upaya peningkatan ketersediaan logistik atau persediaan benih. Kemampuan suatu wilayah untuk dapat memenuhi permintaan benih varietas unggul mandiri benih secara tepat sangat di perlukan. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas dan produksi padi di suatu wilayah melalui penggunaan genetik unggul dan penanaman secara serempak yang mampu meningkatkan indeks pertanaman I P. 3

1.2 Tujuan