2. Objek Perjanjian
Objek perjanjian adalah prestasi, berupa memberikan sesuatu, berbuat danatau tidak berbuat sesuatu.Pada perjanjian untuk memberikan sesuatu,
prestasinya berupa menyerahkan sesuatu barang atau memberikan kenikmatan atas sesuatu barang. Berbuat sesuatu, adalah setiap prestasi untuk melakukan
sesuatu yang bukan berupa memberikan sesuatu, misalnya bekerja. Tidak berbuat sesuatu, adalah jika debitur berjanji untuk tidak melakukan perbuatan tertentu,
seperti misalnya tidak boleh merokok di tempat kerja.
16
Objek perjanjian memerlukan beberapa syarat, yaitu :
17
1. Tertentu atau dapat ditentukan, artinya terjadinya perjanjian karena adanya
suatu ojek tertentuatau dapat ditentukan. Hanya perjanjian dengan objek yang dapat ditentukan diakui sah;
2. Objeknya diperkenankan, perjanjian tidak akan menimbulkan perjanjian
jika objeknya bertentangan dengan undang-undang ketertiban umum atau kesusilaan;
3. Prestasinya dimungkinkan untuk dilaksanakan secara obyektif dan
subyektif. Secara obyektif, setiap orang mengetahui bahwa prestasi mungkin dilaksanakan dan karenanya kreditur dapat mengaharapkan
pemenuhan prestasi tersebut. Pada ketidakmungkinan objektif tidak akan timbul perjanjian.
Prestasi pada ketidakmungkinan objektif tidak dapat dilaksanakan oleh siapapun.Misalnya prestasinya berupa membangun sebuah rumah dalam
sehari.Sedangkan secara subjektif, kemungkinan itu hanya diketahui oleh debitur
16
Mohd Syaufii Syamsuddin., Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial, Sarana Bhakti Persada, Jakarta, 2005, hal. 6
17
Ibid
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang bersangkutan saja. Sehingga debitur yang dengan janjinya menimbulkan kepercayaan kepada kreditur, bahwa debitur mampu melaksanakan prestasi, harus
bertanggung jawab atas pemenuhan prestasi itu.Pada ketidak-mungkinan subjektif tidak menghalangi terjadinya perjanjian.Hanya debitur yang bersangkutan saja
yang tidak dapat melaksanakan prestasinya, misalnya seorang yang tidak pandai pembukuan diminta membuat neraca perusahaan.
Memperhatikan Pasal 1239, 1240, 1241, dan 1243, prestasi dalam pasal- pasal tersebut; yaitu prestasi untuk melakukanberbuat atau tidak melakukan
sesuatu, nampaknya seolah-olah prestasi yang menjadi voorwerpobjeknya tak mesti sesuatu yang harus dapat mulai dengan uang.
Berdasarkan adanya pengaturan yang berupa penggantian sesuatu kerugian yang tidak berwujud berarti prestasi yang jadi objek perjanjian bisa saja
merupakan sesuatu yang tak bernilai uang.Pendapat ini, bertitik tolak dari pengertian ganti rugi yang tak berwujud, yang berupa pemulihan kerugian
dibidang moral dan kesopanan. Akan tetapi ada yang berpendapat, prestasi suatu perjanjian harus bias dinilai dengan uang geldswaarde.
Pendapat ini didasarkan pada pendirian, bahwa setiap prestasi harus mempunyai “nilai ekonomi”.Jika setiap prestasi harus mempunyai nilai ekonomi,
dengan sendirinya prestasi itu harus mempunyai nilai uang.Inilah prinsip umum yang melandasi suatu perjanjian.Tentang ketentuan yang mengatur ganti rugi yang
berupa sesuatu kerugian tak berwujud, yaitu kerugian dibidang moral yang tak dapat dinilai dengan uang, adalah merupakan ketentuan pasal-pasal yang tidak
masuk dalam prinsip umum verbintenisperjanjian.Ketentuan-ketentuan semacam itu harus dianggap sebagai pengecualian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
C. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian Serta Akibat Hukumnya 1. Syarat-syarat sahnya Perjanjian