E. Berakhirnya Perjanjian
Hapusnya perjanjian dibedakan dari hapusnya perikatan, karena suatu perjanjian dapat hapus, sedangkan perikatannya yang merupakan sumbernya
masih tetap ada. Hanya jika semua perikatan dari perjanjian telah hapus seluruhnya, perjanjiannya akan berakhir. Sebaliknya hapusnya perjanjian dapat
pula mengakibatkan hapusnya perikatan, yaitu apabila suatu perjanjian hapus dengan berlaku surut, misalnya sebagai akibat dari pembatalan berdasarkan
wanprestasi, semua perjanjian yang telah terjadi menjadi hapus, perjanjian tersebut tidak perlu lagi dipenuhi dan apa yang telah dipenuhi, harus pula
ditiadakan. Akan tetapi dapat juga terjadi, bahwa perjanjian berakhirhapus untuk waktu kedepannya saja, jadi kewajiban yang telah ada tetap ada.
Perjanjian dapat hapus dikarenakan :
20
a. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak
b. Undang-Undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian
c. Ditentukan oleh para pihak atau undang-undang dengan terjadinya
peristiwa teertentu d.
Pernyataan menghentikan perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau oleh salah satu pihak
e. Putusan hakim
f. Tujuan perjanjian telah tercapai, dan
g. Dengan perjanjian para pihak.
F. Aspek-aspek Hukum Perjanjian Pengangkutan
20
Mohd Syaufii Syamsuddin, Op. Cit., hal. 41.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat perjanjian pengangkutan adalah mengenai :
21
1. Itikad Baik
Itikad baik dalam perjanjian sangat erat kaitannya dengan kepatutan dan keadilan dari para pihak.Unsur kepatutan dibutuhkan sebelum plaksanaan
perjanjian, sedangkan itikad baik dibutuhkan pada saat pelaksanaan perjanjian atau untuk melaksanakan perjanjian.Itikad baik baik diartikan
sebagai kejujuran atau kepatutan, karena dalam suatu transaksi yang adil dibutuhkan sebelum perjanjian dibentuk, pada waktu menyusun atau
membentuk perjanjian. 2.
Kesalahan, Kelalaian dan Kesengajaan Debitur yang berkewajiban menyerahkan sesuatu, akan tetapi tidak
memelihara sesuatu yang diserahkan itu sebagaimana diisyaratkan oleh undang-undang, bertanggungjawab atas kesalahannya. Baru dapat
dikatakan telah terjadi kesalahan apabila perbuatan yang dilakukan seharusnya dapat dihindarkan, dan perbuatan tersebut dapat dipersalahkan
kepada pelaku, karena dapat menduga tentang akibatnya.Suatu akibat dapat diduga atau tidak, diukur secara subyektif dan obyektif.Secara
subyektif, jika akibat tersebut menurut keahlian seseorang dapat diduga, dan secara obyektif yaitu apabila dalam keadaan normal akibat tersebut
dapat diduga. Sedangkan kesalahan mempunyai dua pengertian, yaitu dalam arti luas
yang meliputi kesengajaan dan kelalaian.Dalam arti sempit hanya
21
Ibid., hal. 28.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mencakup kelalaian saja.Kesengajaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan diketahui dan dikehendaki.
3. Ingkar Janji
Seseorang dapat dianggap ingkar janji wanprestasi apabila: tidak melaksanakan apa yang telah disanggupi akan dilaksanakan, melaksanakan
apa yang diperjanjikan akan tetapi tidak sebagaimana mestinya, melaksanakan apa yang dijanjikan akan tetapi telah terlambat, dan
melaksanakan sesuatu yang menurut perjanjian justru tidak boleh dilakukan.
Ingkar janji tidak segera terjadi sejak saat seseorang tidak memenuhi prestasinya.Untuk itu diperlukan suatu tenggang waktu yang layak.Jadi
pada perjanjian dimana tidak ditentukan tenggang waktu berprestasinya, ingkar janji tidak terjadi demi hukum.Bahkan walaupun dalam perjanjian
waktu prestasinya ditentukan, belum berarti bahwa waktu tersebut sudah merupakan batas waktu terakhir bagi seseorang untuk memenuhi
prestasinya. Ganti rugi dapat di tuntut oleh pihak pengirim barang atau pun pemilik
barang dalam hal tidak dipenuhinya perjanjian.
4. Bunga Menurut Undang-Undang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terdapat tiga macam bunga yaitu bunga konvensionil, moratoire dan compensatoire.Yang pertama adalah bunga yang diperjanjikan dan dua
yang berikutnya adalah bunga kompensasi. Untuk mencegah dibuatnya suatu janji yang merugikan seseorang, suatu
janji uang menggabungkan bunga yang belum dibayar oleh seseorang kedalam utang pokok yang selanjutnya dikenakan pula bunga, hal itu
dilarang.Pengecualiannya, bunga atas utang pokok dapat dikenakan melalui gugatan atau karena perjanjian khusus, sepanjang menyangkut
bunga yang harus dibayar untuk satu tahun. 5.
Penetapan Lalai Untuk mementukan saat terjadinya ingkar janji, undang-undang
memberikan pemecahannya dengan lembaga penetapan lalai.Penetapan lalai adalah permintaan dari kreditur pengirim barang kepada debitur
pengangkut, dimana kreditur memberitahukan kapan selambat-lambatnya diharapkan pemenuhan prestasi oleh debitur.Dengan ini kreditur
menentukan dengan pasti, pada saat kapan debitur dalam keadaan ingakar janji, apabila tidak memenuhi prestasinya.Sejak saat itu debitur harus
menanggung akibat yang merugikan yang disebabkan tidak dipenuhinya prestasi.
6. Keadaan Memaksa
Keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang terjadi setelah dibuatnya perjanjian, yang menghalangi debitur untuk memenuhi prestasinya,
dimana debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko serta tidak dapat menduga pada waktu perjanjian dibuat.Keadaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang menghalangi pemenuhan prestasi yang harus mengenai prestasinya sendiri.Prestasi tersebut terganggu keseimbangannya sebagai akibat dari
keadaan yang tidak dapat diduga. 7.
Resiko Hapusnya perjanjian tidak menghapus kewajiban dalam
perjanjian.Pembentuk undang-undang memberikan hak untuk menuntut penggantian atas barang yang hilang atau musnah kepada
kreditur.Sedangkan debitur dari barang yang musnah kerena perjanjiannya telah hapus tidak memperoleh apa-apa.
8. Syarat yang Tidak Mungkin dan yang Tidak Susila
Apabila didalam suatu perjanjian dicantumkan syarat yang tidak mungkin terlaksana dan bertentangan dengan kesusilaan adalah batal. Dalam hal ini
bukan syaratnya yang batal, akan tetapi perjanjiannya yang digantungkan pada syarat tersebut yang batal. Ketentuan tersebut hanya mengatur
mengenai syarat yang berupa melakukan sesuatu, yang bertentangan dengan kesusilaan atau undang-undang.Akan tetapi undang-undang tidak
membedakan antara syarat yang menunda dan yang menghapuskan dan juga tidak mengatur mengenai kewajiban untuk tidak berbuat.
9. Penentuan Hukum
Dalam membuat perjanjian, satu hal yang sangat mendasar adalah hak dan wewenang yang diberikan oleh hukum kepada para pihak dalam membuat
perjanjian untuk memilih undang-undang yang akan berlaku bagi mereka. Selain itu juga mengerti dan memahami hukum mana yang berlaku dan
hukum apa yang akan diberlakukan setelah terikat perjanjian, terutama
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam hal adanya anasir asing. Dalam hal para pihak menganut sistem hukum yang sama, memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
para pihak untuk mengadakan perjanjian apa saja, sepanjang tidak bertentangan dan melanggar ketertiban umum, kesusilaan dan undang-
undang. 10.
Penafsiran Perjanjian Suatu perjanjian terdiri dari serangkaian kalimat.Untuk itu dalam
menetapkan isi perjanjian perlu diadakan penafsiran, sehingga jelas diketahui maksud para pihak ketika mengadakan perjanjian itu.Undang-
undang memberikan beberapa pedoman dalam menafsirkan perjanjian.Jika kata-kata suatu perjanjian telah jelas, tidak diperkenankan untuk
menyimpangdengan jalan penafsiran, sehingga tidak boleh menyelidiki maksud para pihak. Suatu perjanjian jelas bagi yang satu, tetapi belum
tentu bagi yang lain. Jadi kata jelas harus diartikan sebagai kata yang sedikit sekali memberikan kemungkinan untuk terjadinya penafsiran yang
berbeda.Dalam menafsirkan maksud para pihak dilihat dari itikad baik, karena menafsirkan berarti menentukan isi dan mengakui akibat dari
perjanjian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III PENGATURAN HUKUM TENTANG PENGANGKUTAN DARAT
MENURUT UU NO 22 TAHUN 2009 A. Sejarah Hukum Pengangkutan Dan Pengertian Pengangkutan
1. Sejarah Hukum Pengangkutan
Dalam perkembangan dan kemajuan lalu lintas perdagangan dewasa ini di Indonesia, antara satu daerah dengan daerah lain makin lama makin terbuka dan
hasrat untuk meningkatkan hubungan dagang yang semakin meningkat, sangatlah memerlukan sarana pendukung yang akan mendorong hubungan antara daerah
tersebut dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan mempunyai peranan penting dalam kontrak
perdagangan.Hal ini dapat mempengaruhi maju mundurnya suatu tingkat ekonomi ataupun maju mundurnya suatu daerah. Pengangkutan ini akan dapat menunjang
setiap sektor untuk pembangunan dan akan membantu tercapainya pengalokasian sektor-sektor ekonomi secara optimal.
Nilai dan daya guna suatu barang, tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri, tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, misalnya di
Medan dengan di Berastagi, dimana hampir di tiap-tiap rumah petani sayuran bertumpuk sayuran kol dan sejenisnya sampai menggunung. Di sana harga kol
sangat murah, tetapi setelah diangkut ke Medan, maka harga kol tersebut akan menjadi dua atau tiga kali lipat. Misalnya lagi, bahwa di Maluku rempah-rempah
nilainya tidak begitu tinggi jika dibandingkan dengan di Eropah atau di Amerika sana. Nah, dalam menaikkan dan meningkatkan nilai suatu barang terdapat fungsi
dan peran pengangkutan.Inilah jasa pengangkutan. Para pedagang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA