Implikatur dan Tindak Tutur Penutup Teks Pidato Soekarno Lahirnya

melaporkan, yang dalam isi pidatonya, beliau menawarkan atau mengusulkan dasar negara Indonesia dan mengusulkan juga, Indonesia didirikan menjadi suatu negara yang menjadi milik seluruh rakyat Indonesia dan bukan milik golongan-golongan tertentu.

4.3 Implikatur dan Tindak Tutur Penutup Teks Pidato Soekarno Lahirnya

Pancasila Jangan mengira bahwa dengan berdirinya negara Indonesia Merdeka itu perjuangan kita telah berakhir. Tidak Bahkan saya berkata: di dalam Indonesia Merdeka itu perjuangan kita harus berjalan terus hanya lain sifatnya dengan perjuangan sekarang, lain coraknya. Nanti kita bersama-sama, sebagai bangsa yang bersatu-padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang kita cita-citakan di dalam Pancasila. Terutama di dalam zaman peperangan ini, yakinlah, insaflah, tanamkan dalam kalbu saudara-saudara bahwa Indonesia Merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak berani mengambil resiko – tidak berani terjun menyelami mutiara di dalam samudera yang sedalam-dalamnya. Jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak bertekad mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selama- lamanya sampai akhir zaman. Kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad “Merdeka, merdeka atau mati” Tepuk tangan riuh Saudara-saudara Demikianlah saya punya jawaban atas pertanyaan Paduka Tuan Ketua. Saya minta maaf, karena saya telah mengadakan kritik terhadap catatan Zimukyokutyoo yang sanya anggap “verschrikkelijk zwaarwichtig” itu. Terima kasih. Tepuk tangan riuh-rendah dari segenap hadirin Kutipan di atas adalah beberapa paragraf pada bagian penutup teks pidato Presiden Soekarno yang merupakan data dari penelitian ini. Selanjutnya data ini akan dianalisis secara keseluruhan. Data tersebut akan dianalisis berdasarkan kaidah pertuturan yang dikemukakan Grace, yaitu menentukan implikatur yang terdiri dari penganutan prinsip koperatifnya dan empat maksim percakapan serta menentukan tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut. Penentuan implikatur dalam isi teks pidato Soekarno tentang lahirnya pancasila ini menggunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yaitu penentuan prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”. Bagian penutup teks pidato Soekarno di atas berisikan tentang pernyataan Soekarno bahwa perjuangan dalam mencapai kemerdekaan tidaklah berakhir ketika penjajah sudah membebaskan Indonesia dan mengakui kemerdekaan Indonesia. Beliau mengatakan bahwa kemerdekaan akan terus diperjuangkan bersama-sama, bersatu padu dengan semangat yang berkobar-kobar, demi tercapainya cita-cita bangsa. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data penelitian ini mengandung implikatur karena terbukti melanggar maksim maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada penutup pidatonya, Presiden Soekarno menyampaikan pidato secara berlebih- lebihan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Soekarno yang maksudnya sama namun disampaikannya berkali-kali, “bahwa Indonesia merdeka tidak dapat datang jika bangsa Indonesia tidak berani mengambil resiko”, “jikalau bangsa Indonesia tidak bersatu dan tidak bertekad mati-matian untuk mencapai merdeka, tidaklah kemerdekaan Indonesia itu akan menjadi milik bangsa Indonesia buat selamanya”, “kemerdekaan hanyalah didapat dan dimiliki bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad merdeka, merdeka atau mati”. Ketiga kalimat di atas memiliki makna dan tujuan yang sama yaitu Indonesia merdeka akan diperoleh jika seluruh rakyatnya bersatu dan mau berjuang dengan keras demi memprtahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengungkapkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kalimat ini secara berlebihan, karena salah satu kalimat saja dari ketiga kalimat di atas disampaikan oleh beliau, maksud dan tujuan pernyataan tersebut, akan dimengerti oleh seluruh hadirin. Dengan demikian, tuturan pada data penelitian ini tidak menganut prinsip kooperatif. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data penelitian dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi dan latar belakang yang menggambarkan data penelitian, merupakan sebuah suasana sidang penentuan dasar sebuah negara yang sedang mengupayakan kemerdekaan. Maksud dan tujuan ends dari pertuturan dalam sidang ini sangat menentukan keberlangsungan suatu negara yang akan memperoleh kemerdekaannya. Sidang BPUPKI yang pertama ini dilaksanakan hingga empat hari berturut-turut, hingga mencapai suatu kesepakatan tentang dasar negara Indonesia ialah pancasila. Hal ini tentunya sangat lekat dengan bagaimana participants atau dalam hal ini tokoh-tokoh pada masa kemerdekaan, baik Soekarno sebagai pembicara, dan anggota sidang lainnya yang menjadi pendengar, berjuang merumuskan dasar negara yang menurut pendapat mereka terbaik, dan dapat diterima dan disetujui oleh pihak Jepang, dan juga pihak bangsa Indonesia sendiri. Presiden Soekarno dalam hal ini, telah menyampaikan pendapatnya tentang dasar negara Indonesia, dan menantang seluruh anggota sidang dan hadirin pada sidang BPUPKI untuk bersiap-siap dan bertekad akan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan semangat yang berkobar-kobar, sampai titik darah penghabisan. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah, Soekarno menegaskan bahwa kemerdekaan yang akan diperoleh tidak akan berhasil apabila tidak diisi dengan perjuangan yang lebih, demi tercapainya negara Indonesia yang adil dan makmur. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Simpulannya, implikatur dari penutup pidato Soekarno ini adalah, menegaskan bahwa bukan hanya sebatas pengakuan merdeka yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia, melainkan kemerdekaan yang dapat diisi dengan banyak hal yang mampu menyejahterakan kehidupan bangsa, dan membawa nama Indonesia di kancah internasional. Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: 1 tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. 2 tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. 3 tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Dapat dikatakan, bahwa di dalam setiap tuturan sudah dapat dipastikan adanya lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi berupa tuturan, ilokusi berupa maksud si penutur, dan perlokusi berupa reaksi dari lawan tutur. Dalam analisis teks pidato Soekarno ini, kita akan fokus melihat ilokusi yang terkandung di dalam teks pidato tersebut. Hal ini disebabkan karena lokusinya adalah keseluruhan dari tuturan dalam teks, dan perlokusinya berada pada lawan tutur, yang dalam hal ini adalah anggota sidang dan seluruh hadirin yang hadir pada saat terjadinya pertuturan tersebut. Perlokusi yang dapat dipastikan adalah, bahwa seluruh anggota sidang dapat menerima usulan “Pancasila” sebagai dasar negara Indonesia. Dalam tuturan penutup teks pidato Soekarno ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah suatu pernyataan yang menegaskan bahwa kemerdekaan hanya akan didapat dan dimiliki UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bangsa yang jiwanya berkobar-kobar dengan tekad merdeka atau mati. Secara kultural, tuturan pada pidato Soekarno ini mempunyai daya ilokusi memberi nasihat atau pesan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya memberi nasihat atau pesan, maka daya perlokusinya adalah kesadaran dari seluruh anggota sidang akan apa yang harus dilakukan dalam mengisi kemerdekaan yang telah diperoleh. Dengan demikian, setelah mendengarkan tuturan dari penutup pidato Soekarno tersebut, anggota sidang BPUPKI semakin menyadari kecintaannya terhadap tanah air Indonesia, dan mau bertekad memperjuangkan kemerdekaan sampai titik darah penghabisan. Sehingga, seluruh anggota sidang dan hadirin yang mendengarkan pidato Soekarno sebagai rakyat Indonesia yang mendambakan kemerdekaan, tentunya akan berjuang menjadi rakyat yang akan mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni: 1 Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. 2 Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. 3 Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. 4 Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. 5 Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan pada penutup teks pidato Soekarno tersebut, mencakup tindak ilokusi direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. Dalam penutup pidatonya, beliau berpesan atau memberi nasihat, agar seluruh anggota sidang dan hadirin pada sidang tersebut akan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan semangat dan tekad yang berkobar-kobar, dan akan mempertahankan kemerdekaan itu sampai titik darah penghabisan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN