Implikatur dan Tindak Tutur Isi Teks Pidato Soekarno Lahirnya Pancasila

di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. 4 Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. 5 Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan pada pembukaan teks pidato Soekarno tersebut, mencakup tindak ilokusi ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya, yang dalam pembukaan pidatonya, beliau mengungkapkan sikap psikologisnya dalam bentuk sindiran.

4.2 Implikatur dan Tindak Tutur Isi Teks Pidato Soekarno Lahirnya Pancasila

Saudara-saudara sekalian, kita telah bersidang tiga hari lamanya, banyak pikiran telah dikemukakan - macam-macam - tetapi alangkah benarnya perkataan Dr. Soekiman, perkataan Ki Bagoes Hadikoesoemo bahwa kita harus mencari persetujuan, mencari persetujuan paham. Kita bersama-sama mencari persatuan philosophisce grondsland, mencari satu weltanschauung yang kita semuanya setuju. Saya katakan lagi setuju Yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hadjar setujui, yang saudara Sanusi setujui, yang saudara Abikoesno setujui, yang saudara Lim Koen Hian setujui; pendeknya kita semua mencari satu modus. Tuan Yamin, ini bukan compromis, tetapi kita bersama-sama setujui. Apakah itu? Pertama- tama, Saudara-saudara, saya bertanya: Apakah kita hendak mendirikan Indonesia merdeka untuk sesuatu orang, untuk sesuatu golongan? Mendirikan negara Indonesia merdeka, yang namanya saja Indonesia merdeka, tetapi sebenarnya hanya untuk mengagungkan satu orang, untuk memberi kekuasaan kepada satu golongan yang kaya, untuk memberi kekuasaan pada satu golongan bangsawan? UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apakah maksud kita begitu? Sudah tentu tidak Baik Saudara-saudara yang bernama kaum kebangsaan yang di sini, maupun saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanya telah mufakat, bahwa bukan negara yang demikian itulah kita punya tujuan. Kita hendak mendirikan suatu negara semua buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya - tetapi semua buat semua. Inilah salah satu dasar pikiran yang nanti akan saya kupas lagi. Maka, yang selalu mendengung di dalam saya punya jiwa, bukan saja di dalam beberapa hari di dalam sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai ini, akan tetapi sejak tahun 1981. 25 tahun yang lebih ialah dasar pertama, yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia, ialah dasar kebangsaan. Kutipan di atas adalah beberapa paragraf pada bagian isi teks pidato Presiden Soekarno yang merupakan data dari penelitian ini. Selanjutnya data ini akan dianalisis secara keseluruhan. Data tersebut akan dianalisis berdasarkan kaidah pertuturan yang dikemukakan Grace, yaitu menentukan implikatur yang terdiri dari penganutan prinsip koperatifnya dan empat maksim percakapan serta menentukan tindak tutur yang terdapat dalam tuturan tersebut. Penentuan implikatur dalam isi teks pidato Soekarno tentang lahirnya pancasila ini menggunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori, yaitu penentuan prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”. Bagian isi teks pidato Soekarno di atas berisikan tentang pendapat Soekarno tentang dasar negara yang pertama yang akan disampaikannya, dengan terlebih dahulu menekankan bahwa negara yang akan dibangun adalah suatu negara “satu buat semua”. Dan dasar negara itu adalah “kebangsaan”. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data penelitian ini UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengandung implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat maksim tersebut yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Dalam isi pidatonya, Soekarno dengan yakin menyatakan bahwa setiap anggota sidang yang hadir memiliki satu pikiran yang sama, yaitu ingin mendirikan negara Indonesia “satu buat semua” dan bukan untuk golongan tertentu. Pernyataan ini sesungguhnya merupakan pendapat Soekarno sendiri tanpa ada bukti yang jelas apakah benar semua anggota sidang memiliki pikiran yang sama dengan beliau. Selanjutnya, tuturan dari data penelitian ini juga melanggar maksim pelaksanaan yang mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada isi pidatonya, Presiden Soekarno menyampaikan pidato secara berlebih-lebihan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Soekarno “kita bersama-sama mencari persatuan philoshopische grondslag, mencari satu “weltanschauung” yang kita semua setuju. Saya katakan lagi setuju Yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoes setujui, yang Ki Hadjar setujui, yang saudara Sanoesi setujui, yang saudara Abikoesno setujui, yang saudara Liem Koen Hian setujui”. Dalam menyatakan hal mencari kesatuan pikiran dan pendapat, tidak perlu lagi Soekarno menyebutkan satu persatu nama-nama beberapa anggota sidang, karena pada awalnya, beliau sudah mengatakan “yang kita semua setuju” yang artinya, semua anggota sidang termasuk yang namanya disebut juga sudah termasuk didalamnya. Dengan demikian, tuturan pada data penelitian ini tidak menganut prinsip kooperatif. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data penelitian dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Situasi dan latar belakang yang menggambarkan data penelitian, merupakan sebuah suasana sidang penentuan dasar sebuah negara yang sedang mengupayakan kemerdekaan. Maksud dan tujuan ends dari pertuturan dalam sidang ini sangat menentukan keberlangsungan suatu negara yang akan memperoleh kemerdekaannya. Sidang BPUPKI yang pertama ini dilaksanakan hingga empat hari berturut-turut, hingga mencapai suatu kesepakatan tentang dasar negara Indonesia ialah pancasila. Hal ini tentunya sangat lekat dengan bagaimana participants atau dalam hal ini tokoh-tokoh pada masa kemerdekaan, baik Soekarno sebagai pembicara, dan anggota sidang lainnya yang menjadi pendengar, berjuang merumuskan dasar negara yang menurut pendapat mereka terbaik, dan dapat diterima dan disetujui oleh pihak Jepang, dan juga pihak bangsa Indonesia sendiri. Presiden Soekarno dalam hal ini, ingin menyampaikan pendapatnya tenatang dasar negara Indonesia yang pertama yaitu dasar kebangsaan. Soekarno meyakini, bahwa setiap anggota sidang memiliki tujuan yang sama yaitu mendirikan negara “semua buat semua” tanpa ada yang ingin mendirikan negara untuk kepentingan golongan tertentu. Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah, Soekarno berupaya menyatukan pendapat dan pemikiran seluruh anggota sidang dalam mendirikan negara Indonesia yang berdasar kebangsaan. Simpulannya, implikatur dari isi pidato Soekarno ini adalah, mengajak seluruh anggota sidang, untuk tidak berlama-lama menentukan dasar negara dan segera memutuskannya dengan suatu kesepakatan bersama yang tidak menguntungkan pihak manapun, dan mendirikan negara Indonesia yang akan menjadi milik seluruh rakyat Indonesia. Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: 1 tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan ‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. 2 tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. 3 tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Dapat dikatakan, bahwa di dalam setiap tuturan sudah dapat dipastikan adanya lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lokusi berupa tuturan, ilokusi berupa maksud si penutur, dan perlokusi berupa reaksi dari lawan tutur. Dalam analisis teks pidato Soekarno ini, kita akan fokus melihat ilokusi yang terkandung di dalam teks pidato tersebut. Hal ini disebabkan karena lokusinya adalah keseluruhan dari tuturan dalam teks, dan perlokusinya berada pada lawan tutur, yang dalam hal ini adalah anggota sidang dan seluruh hadirin yang hadir pada saat terjadinya pertuturan tersebut. Perlokusi yang dapat dipastikan adalah, bahwa seluruh anggota sidang dapat menerima usulan “Pancasila” sebagai dasar negara Indonesia. Dalam tuturan pada isi teks pidato Soekarno ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah suatu pernyataan yang mengemukakan dasar negara Indonesia yang pertama yaitu “kebangsaan” dan menegaskan bahwa negara Indonesia yang didirikan merupakan suatu negara “semua buat semua”, dan bukan negara buat golongan tertentu. Secara kultural, tuturan pada pidato Soekarno ini mempunyai daya ilokusi tawaran atau usulan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan tawaran atau usulan, maka daya perlokusinya adalah penerimaan dari seluruh anggota sidang akan dasar kebangsaan, dan akan mendirikan negara Indonesia “semua buat semua”. Dengan demikian, setelah mendengarkan tuturan dari isi pidato Soekarno tersebut, anggota sidang BPUPKI dapat UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memahami maksud dan tujuan Soekarno tentang dasar negara “kebangsaan” dan negara Indonesia yang akan didirikan “semua buat semua”. Dan pada hasil dari Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, yang sebelumnya diadakan perundingan sehingga terjadi perubahan redaksi dan urutan dari apa yang disampaikan Soekarno dalam pidatonya, meskipun kebangsaan tidak menjadi poin dalam urutan pancasila, namun negara Indonesia memang berdiri di atas dasar kebangsaan, dan isi dari pancasila itu sendiri juga bermakna bahwa Indonesia ini adalah milik seluruh rakyat Indonesia, dan bukan hanya milik golongan tertentu. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori, yakni: 1 Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. 2 Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat. 3 Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. 4 Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan sebagainya. 5 Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan pada isi teks pidato Soekarno tersebut, mencakup tindak ilokusi representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA melaporkan, yang dalam isi pidatonya, beliau menawarkan atau mengusulkan dasar negara Indonesia dan mengusulkan juga, Indonesia didirikan menjadi suatu negara yang menjadi milik seluruh rakyat Indonesia dan bukan milik golongan-golongan tertentu.

4.3 Implikatur dan Tindak Tutur Penutup Teks Pidato Soekarno Lahirnya