BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Implikatur dan Tindak Tutur Pembukaan Teks Pidato Soekarno Lahirnya
Pancasila
Paduka tuan Ketua yang mulia Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai
mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan
menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu
Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.
Maaf, beribu maaf Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang
mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda
philosofische grondslag dari pada Indonesia merdeka. Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih
dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan merdeka.
Merdeka buat saya ialah: political independen-ce, politieke
onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritu
Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang - saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan
perkataan ini - zwaarwichtig akan perkara yang kecil-kecil zwaarwichtig sampai kata orang Jawa jelimet. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai
jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.
Tuan-tuan yang terhormat Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu.
Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain Samakah isinya, samakah derajatnya
negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka,
Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya
Alangkah berbedanya isi itu Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai,itu selesai, itu selesai, sampai njelimet, maka saya
bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80 dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu.
Bacalah buku Armstrong yang menceriterakan tentang Ibn Saud Disitu ternyata, bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi
Arabia itu Toh Saudi Arabia merdeka
Lihatlah pula - jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat - Soviet Rusia Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat soviet sudah
cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih dari pada 80 tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal
dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu. Dan kita sekarang disini mau
mendirikan negara Indonesia merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan
Kutipan di atas adalah beberapa paragraf pada bagian pembukaan teks pidato Presiden Soekarno yang merupakan data dari penelitian ini. Selanjutnya data ini akan
dianalisis secara keseluruhan. Data tersebut akan dianalisis berdasarkan kaidah pertuturan yang dikemukakan
Grace, yaitu menentukan implikatur yang terdiri dari penganutan prinsip koperatifnya dan empat maksim percakapan serta menentukan tindak tutur yang terdapat dalam
tuturan tersebut. Penentuan implikatur dalam pembukaan teks pidato Soekarno tentang lahirnya
pancasila ini menggunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori, yaitu penentuan prinsip kooperatif dan empat maksim percakapan.
Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”.
Bagian pembukaan teks pidato Soekarno di atas berisikan tentang pernyataan Soekarno bahwa akan mengutarakan pendapatnya tentang dasar negara namun sebelum
itu beliau juga memberitahukan pendapatnya tentang arti kata “merdeka”. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari
empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan
bahwa tuturan data penelitian ini mengandung implikatur karena terbukti melanggar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
tiga dari empat maksim tersebut yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas dan maksim pelaksanaan. Maksim kuantitas mewajibkan setiap peserta pertuturan memberikan
kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Dalam pembukaan pidatonya, Soekarno sudah melanggar maksim kuantitas, karena
telah menyatakan sangat banyak hal-hal yang sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh anggota sidang pada waktu itu. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan bagaimana
negara-negara lain merdeka, dan bagaimana tokoh-tokoh negara tersebut memperjuangkan keberlangsungan kehidupan negaranya, misalnya Ibn Saud ketika
mendirikan Saudi Arabia dan Lenin mendirikan negara Soviet. Sidang BPUPKI yang pertama ini adalah sidang yang akan membicarakan dasar negara secara langsung,
sehingga Soekarno dalam pidatonya, tidaklah perlu menyampaikan terlalu banyak contoh-contoh negara yang juga pernah merumuskan kemerdekaan dan berdiri pada
satu dasar negara, karena yang dibutuhkan oleh seluruh hadirin pada sidang tersebut adalah dasar negara Indonesia yang disampaikan oleh Soekarno secara langsung.
Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Dalam pembukaan pidatonya,
Soekarno menyatakan bahwa pendapat tentang dasar negara yang telah disampaikan sebelumnya belum sesuai dengan apa yang diinginkan oleh P.Y.M Saikoo Sikikan. Hal
ini merupakan pendapat Soekarno sendiri tanpa ada bukti yang jelas bahwa P.Y.M Saikoo Sikikan telah mengatakan bahwa pendapat sebelumnya belum sesuai dengan
permintaannya. Selanjutnya, tuturan dari data penelitian ini juga melanggar maksim
pelaksanaan yang mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Pada
pembukaan pidatonya, Presiden Soekarno menyampaikan pendapatnya secara tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
langsung. Beliau tidak langsung menyampaikan dasar negara, melainkan menjelaskan pendapatnya tentang arti merdeka atau apa itu kemerdekaan. Selanjutnya, beliau juga
membukakan banyak sejarah-sejarah lahirnya negara-negara lain, misalnya Saudi Arabia, Jerman, Rusia dan sebagainya, tanpa langsung menyampaikan akan dasar
negara yang hendak beliau kemukakan. Soekarno juga mengungkapan permohononan maaf secara berlebih-lebihan, dengan menggunakan kata maaf beribu maaf yang dapat
dilihat pada paragraf 2 yang seharusnya cukup dengan menggunakan kata maaf saja, sudah menjelaskan maksud dari beliau. Dengan demikian, tuturan pada data penelitian
ini tidak menganut prinsip kooperatif. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai
evaluatif data penelitian dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan
diri yang terjalin bersamanya. Situasi dan latar belakang yang menggambarkan data penelitian, merupakan sebuah suasana sidang penentuan dasar sebuah negara yang
sedang mengupayakan kemerdekaan. Sidang ini sangat menentukan keberlangsungan suatu negara yang akan memperoleh kemerdekaannya. Sidang BPUPKI yang pertama
ini dilaksanakan hingga empat hari berturut-turut, hingga mencapai suatu kesepakan tentang dasar negara Indonesia ialah pancasila. Hal ini tentunya sangat lekat dengan
bagaimana tokoh-tokoh pada masa itu berpikir keras untuk merumuskan dasar negara yang menurut pendapat mereka terbaik, dan dapat diterima dan disetujui oleh pihak
Jepang, dan juga pihak bangsa Indonesia sendiri. Presiden Soekarno dalam hal ini, sangat yakin bahwa pendapat-pendapat sebelumnya belum memberikan kontribusi yang
tepat tentang dasar negara Indonesia, sehingga belum ada keputusan atau kesepakatan yang bulat dari sidang pertama tersebut hingga Soekarno menyampaikan pendapatnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pertimbangan nilai evaluatifnya adalah, sidang pembahasan tentang dasar negara oleh BPUPKI yang anggota-anggota sidang yang lain juga telah menyampaikan
pendapatnya, yaitu Mr. Muhammad Yamin dan Prof. Dr. Mr. Soepomo, oleh Soekaro dianggap belum tepat. Simpulannya, implikatur dari pembukaan pidato Soekarno ini,
menyatakan bahwa pidato-pidato sebelumnya tidak bermanfaat untuk merumuskan dasar negara Indonesia, yang pada saat itu merupakan hal yang sangat penting demi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, dan peserta rapat tersebut, belum memahami secara benar apa itu kemerdekaan, sehingga mereka tidak mampu merumuskan dasar
negara Indonesia. Austin mengatakan bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara
bersamaan dalam sebuah tuturan, yaitu: 1 tindak ‘lokusi’ yang mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam ungkapan, serupa dengan hubungan ‘pokok’ dengan
‘predikat’ atau ‘topik’ dan penjelasan dalam sintaksis. 2 tindak ‘ilokusi’ yaitu suatu pengucapan atau suatu pernyataan, tawaran, janji pernyataan, dan sebagainya. Ini erat
hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. 3 tindak ‘perlokusi’ yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada
pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Dapat dikatakan, bahwa di dalam setiap tuturan sudah dapat dipastikan adanya lokusi, ilokusi, dan
perlokusi. Lokusi berupa tuturan, ilokusi berupa maksud si penutur, dan perlokusi berupa reaksi dari lawan tutur.
Dalam analisis teks pidato Soekarno ini, kita akan fokus melihat ilokusi yang terkandung di dalam teks pidato tersebut. Hal ini disebabkan karena lokusinya adalah
keseluruhan dari tuturan dalam teks, dan perlokusinya berada pada lawan tutur, yang dalam hal ini adalah anggota sidang dan seluruh hadirin yang hadir pada saat terjadinya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pertuturan tersebut. Perlokusi yang dapat dipastikan adalah, bahwa seluruh anggota sidang dapat menerima usulan “Pancasila” sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam tuturan pembukaan teks pidato Soekarno ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah suatu
pernyataan yang menyatakan akan memberikan hal apa yang seharusnya disampaikan dalam sidang BPUPKI yang berkenaan dengan pembentukan dasar negara Indonesia
namun sebelumnya terlebih dahulu menjelaskan arti kemerdekaan. Secara kultural, tuturan pada pidato Soekarno ini mempunyai daya ilokusi sindiran. Oleh sebab itu,
apabila daya ilokusinya merupakan sindiran, maka daya perlokusinya adalah kesadaran dari seluruh anggota sidang bahwa mereka belum memberikan kontribusi yang tepat
tentang dasar negara, dan kesadaran bahwa pemahaman mereka yang kurang tepat tentang arti kemerdekaan. Dengan demikian, setelah mendengarkan tuturan dari
pembukaan pidato Soekarno tersebut, anggota sidang BPUPKI dapat memahami maksud dan tujuan Soekarno tentang dasar negara Indonesia dan menyetujui Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia, yang sebelumnya diadakan perundingan sehingga terjadi perubahan redaksi dan urutan dari apa yang disampaikan Soekarno dalam
pidatonya. Namun, meskipun redaksi dan urutannya berbeda, nama Pancasila dan maksud-maksud dari isinya, merupakan buah dari pemikiran Soekarno yang
disampaikan dalam pidatonya. .........Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam
lima kategori, yakni: 1 Representatif atau assertif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat,
melaporkan. 2 Direktif yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur, misalnya memesan, memerintah, memohon,
menuntut, memberi nasihat. 3 Komisif yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan. 4 Ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan
belasungkawa dan sebagainya. 5 Deklaratif yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan hubungan, misalnya mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi
nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan atau membuang, mengangkat pegawai, dan sebagainya.
Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan pada pembukaan teks pidato
Soekarno tersebut, mencakup tindak ilokusi ekspresif yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang
tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, menuduh, memuji, mengucapkan belasungkawa dan
sebagainya, yang dalam pembukaan pidatonya, beliau mengungkapkan sikap psikologisnya dalam bentuk sindiran.
4.2 Implikatur dan Tindak Tutur Isi Teks Pidato Soekarno Lahirnya Pancasila