Kebenaran melalui wahyu. Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.
Kebenaran secara intuitif. Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses
penalaran atau berpikir. Melalui jalan pikiran. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berpikir manusia juga ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan
kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya.
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan. Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan
ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.
1.4.2. Sikap attitude
Sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif,
yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan Walgito, 2008.
Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi 2007 menyatakan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang
berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki
sikap positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap
Universitas Sumatera Utara
yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap obyek
psikologi. Menurut Walgito 2008, sikap individu mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut : Sikap itu tidak dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap tertentu terhadap suatu objek.
Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap. Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui
proses persepsi terhadap objek tersebut. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju kepada
sekumpulan objek-objek. Bila seseorang mempunyai sikap negara pada seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kecenderungan menunjukkan sikap negatif
pada kelompok dimana orang tersebut bergabung. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar. Jika suatu sikap telah
terbentuk dalam diri seseorang, maka akan sulit berubah dan memakan waktu yang lama. Tetapi sebaliknya jika sikap itu belum mendalam dalam dirinya, maka
sikap tersebut tidak bertahan lama, dan sikap tersebut mudah diubah. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi. Sikap terhadap
sesuatu objek akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi, yang mempunyai daya
dorong bagi industri untuk berperilaku secara individu terhadap objek yang dihadapinya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ahmadi 2007, sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan,
menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau
memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu.
Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu Ahmadi,
2007. Menurut Notoatmodjo, 2007 sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:
menerima receiving, merespon responding, menghargai valuing, bertanggung jawab responsible.
Menerima receiving.Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
Merespon responding. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerja- kan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Menghargai valuing. Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
Bertanggung jawab responsible. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan assessment atau pengukuran
Universitas Sumatera Utara
measurement sikap. Ada beberapa metode pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang, diantaranya adalah : Ahmadi, 2007, dan Walgito,
2008. Observasi perilaku. Perilaku yang diamati mungkin saja dapat menjadi
indikator sikap dan konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang
ditampakkan oleh seseorang. Penanyaan langsung. Pengungkapan sikap dengan penanyaan langsung
memiliki keterbatasan dan kelemahan yang mendasar. Dimana apabila situasi dan kondisi memungkinkannya untuk mengetahui hal yang sebenarnya tanpa rasa
takut terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi. Pengungkapan langsung. Suatu versi metode penanyaan langsung adalah
pengungkapan langsung secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item ganda.
Skala sikap. Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan
menggunakan daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut skala sikap. Dalam pengukuran skala sikap ini dapat digunakan
dengan pengukuran sikap model Bogardus, Thurstone dan Likert. Skala Likert sangat populer saat ini karena skala ini termasuk mudah dalam penyusunannya.
Sudah banyak peneliti yang telah mempergunakan dan menyempurnakannya. Skala Likert terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak
setuju, sangat tidak setuju Ahmadi, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran terselubung. Metode pengukuran terselubung cover measures sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang
telah dikemukakan di atas, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan
reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan Walgito, 2008.
1.4.3. Praktek atau tindakan practice