DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2. DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

2.1. Uji Kesamaan NEM Uji Kesamaan NEM digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok dapat dijadikan subjek penelitian untuk dibandingkan. NEM siswa diuji dengan menggunakan SPSS T-Test untuk dua kelompok independen. Berikut ini tabel NEM siswa dan output SPSS kelas treatment dan kelas control: Tabel 3.2 NEM Siswa Kelas X 1 treatment Kelas X 2 control Kode Siswa Nilai Kode Siswa Nilai 1 80.0 1 82.5 2 82.5 2 72.5 3 80.0 3 72.5 4 85.0 4 77.5 5 75.0 5 82.5 6 80.0 6 82.5 7 80.0 7 72.5 8 77.5 8 70.0 9 82.5 9 70.0 10 75.0 10 77.5 11 77.5 11 85.0 12 70.0 12 72.5 13 77.5 13 75.0 14 82.5 14 75.0 15 82.5 15 87.5 16 87.5 16 75.0 17 87.5 17 72.5 Kelas X 1 treatment Kelas X 2 control Kode Siswa Nilai Kode Siswa Nilai 18 80.0 18 77.5 19 75.0 19 75.0 20 82.5 20 85.0 21 80.0 21 85.0 22 75.0 22 77.5 23 82.5 23 72.5 24 85.0 24 72.5 25 85.0 25 77.5 26 75.0 26 80.0 27 85.0 27 75.0 28 80.0 28 75.0 29 80.0 29 85.0 30 70.0 30 77.5 31 72.5 31 95.0 32 90.0 32 70.0  Mean kelas treatment = 80.000, mean kelas control = 77.5781. Mean difference = 2.42188.  p=0.081 p α=0.05  Maka tidak signifikan yang artinya kelas treatment dan kelas control tidak mempunyai perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Sehingga kedua kelas dapat menjadi subjek penelitian. 2.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang Dirancang dengan Understanding by Design Jika dilihat dari formatnya, RPP yang biasa dibuat guru dan rancangan dengan menerapkan UbD ini memang hampir sama mirip. Hal yang membedakan yaitu proses perancangannya. RPP dengan UbD ini disusun dengan menentukan terlebih dahulu hasil yang ingin dicapai yaitu pemahaman pokok, kemudian bekerja mundur yaitu dengan membuat bentuk penilaian sebagai bukti yang menunjukkan ketercapaian hasil. Setelah itu, guru merancang langkah-langkah kegiatan pembelajaran seperti apa dan dengan metode pengajaran yang bagaimana yang sesuai dengan bentuk penilaian dan hasil yang diinginkan tersebut. Jadi, pelaksanaannya akan lebih sesuai antara hasil, langkah-langkah pembelajaran, dan bentuk penilaian RPP terlampir. 2.3. Data Evaluasi Peneliti menggunakan data evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa pada pokok bahasan glbb dengan Understanding by Design. Data ini meliputi nilai siswa secara keseluruhan, nilai dari soal yang dibuat oleh guru dan nilai dari soal yang dibuat oleh peneliti Data terlampir. Analisis data hasil evaluasi ini dilakukan dengan mengklasifikasi tingkat pemahaman siswa dan Test-T dua kelompok independent. 2.3.1. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa Klasifikasi tingkat pemahaman siswa menggunakan data nilai siswa secara keseluruhan. Berikut ini hasil perhitungan dan pengklasifikasiannya: Tabel 3.3 Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Treatment Kode Siswa Presentase Tingkat Pemahaman 1 42.42 Tidak paham 2 18.18 Tidak paham 3 33.33 Tidak paham 4 48.48 Tidak paham 5 21.21 Tidak paham 6 42.42 Tidak paham 7 36.36 Tidak paham 8 27.27 Tidak paham 9 24.24 Tidak paham 10 33.33 Tidak paham 11 78.79 Cukup Paham 12 48.48 Tidak paham Kode Siswa Presentase Tingkat Pemahaman 13 18.18 Tidak paham 14 27.27 Tidak paham 15 42.42 Tidak paham 16 36.36 Tidak paham 17 36.36 Tidak paham 18 12.12 Tidak paham 19 15.15 Tidak paham 20 39.39 Tidak paham 21 57.58 Kurang Paham 22 75.76 Cukup Paham 23 48.48 Tidak paham 24 30.30 Tidak paham 25 75.76 Cukup Paham 26 33.33 Tidak paham 27 48.48 Tidak paham 28 54.55 Kurang Paham 29 45.45 Tidak paham 30 84.85 Paham Tabel 3.4 Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Control Kode Siswa Presentase Tingkat Pemahaman 1 12.12 Tidak paham 2 12.12 Tidak paham 3 12.12 Tidak paham 4 9.09 Tidak paham 5 15.15 Tidak paham 6 18.18 Tidak paham 7 36.36 Tidak paham Kode Siswa Presentase Tingkat Pemahaman 8 27.27 Tidak paham 9 3.03 Tidak paham 10 9.09 Tidak paham 11 18.18 Tidak paham 12 12.12 Tidak paham 13 12.12 Tidak paham 14 6.06 Tidak paham 15 21.21 Tidak paham 16 15.15 Tidak paham 17 21.21 Tidak paham 18 33.33 Tidak paham 19 3.03 Tidak paham 20 15.15 Tidak paham 21 33.33 Tidak paham 22 15.15 Tidak paham 23 9.09 Tidak paham 24 6.06 Tidak paham 25 24.24 Tidak paham 26 15.15 Tidak paham 27 12.12 Tidak paham 28 6.06 Tidak paham 29 21.21 Tidak paham 30 15.15 Tidak paham 31 12.12 Tidak paham 32 6.06 Tidak paham 2.3.2. Test-T untuk Dua Kelompok Independent 2.3.2.1. Perbandingan nilai siswa secara keseluruhan antara kelas treatment dan kelas control. Berikut ini ditunjukkan output SPSS:  Mean kelas treatment = 41.0080, mean kelas control = 15.3394. Mean difference = 25.66863.  p=0.000 p α=0.05  Maka signifikan yang artinya kelas treatment dan kelas control mempunyai perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. 2.3.2.2. Perbandingan nilai dari soal yang dibuat oleh guru antara kelas control dan kelas treatment. Berikut ini ditunjukkan output SPSS:  Mean kelas treatment = 47.5547, mean kelas control = 20.4169. Mean difference = 27.13779.  p=0.000 p α=0.05  Maka signifikan yang artinya kelas treatment dan kelas control mempunyai perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. 2.3.2.3. Perbandingan nilai dari soal yang dibuat oleh peneliti antara kelas control dan kelas treatment. Berikut ini ditunjukkan output SPSS:  Mean kelas treatment = 35.5563, mean kelas control = 11.1119. Mean difference = 24.44440.  p=0.000 p α=0.05.  Maka signifikan yang artinya kelas treatment dan kelas control mempunyai perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa presentase tingkat pemahaman rata-rata kelas treatment adalah 38.64, sedangkan presentase tingkat pemahaman rata-rata kelas control adalah 15.25. Ada 4 dari 30 siswa kelas treatment yang mencapai KKM dan dari 32 siswa kelas control, tidak ada yang mencapai KKM. Pada hasil analisis dengan T-Test untuk dua kelompok independen, antara kelas treatment dan kelas control terdapat perbedaan nilai rata-rata secara signifikan. Nilai rata-rata kelas treatment lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas control . Tetapi tidak dapat dikatakan bahwa pembelajaran di kelas treatment telah berhasil. Hasil analisis di kedua kelas tersebut masih tergolong tidak paham karena siswa masih belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Beberapa hal yang mempengaruhi hasil tersebut, yaitu berdasarkan pernyataan guru, subjek penelitian memiliki kemampuan yang tergolong rendah. Hal lain yang mempengaruhi tidak tercapainya pemahaman yaitu pada saat mengerjakan latihan soal, soal diberikan secara berkelompok sehingga membuat beberapa siswa dalam kelompok hanya mengandalkan teman satu kelompoknya sehingga tidak semua siswa memperoleh pemahaman yang sesungguhnya. Akibatnya, sebagian besar siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan soal evaluasi. Untuk mengetahui kesulitan dalam mengerjakan soal evaluasi, berikut ini diuraikan hasil pengerjaan evaluasi, yaitu:  Soal nomor 1a ada 7 siswa yang mendapat skor maksimal 2, 7 siswa mendapat skor 1 dan 16 siswa mendapat skor 0.  Soal nomor 1b ada 6 siswa yang mendapat skor maksimal 2, 5 siswa yang mendapat skor 1 dan 19 siswa mendapat skor 0.  Soal nomor 1c ada 5 siswa memperoleh skor maksimal 1 dan 25 siswa mendapat skor 0. Untuk soal 1a, 1b dan 1c, siswa masih mengalami kebingungan menggunakan persamaan yang mana sehingga mereka keliru dalam menentukan persamaannya dan bahkan ada yang lupa persamaannya.  Soal nomor 1d dan 1e tidak ada satupun siswa yang dapat menjawab dengan benar sehingga tidak mendapatkan skor. Hal ini dikarenakan siswa tidak mendapat kesempatan untuk mempelajarinya saat pembelajaran.  Soal nomor 2 ada 2 siswa yang mendapat skor maksimal 3, 1 siswa mendapat skor 1 dan 27 siswa mendapat skor 0. Siswa mengalami kesulitan untuk menentukan nilai percepatannya yang kemudian digunakan untuk menghitung jarak henti mobil.  Soal nomor 3a ada 9 siswa mendapat skor maksimal 6, 1 siswa mendapat skor 5, 3 siswa mendapat skor 4, 3 siswa mendapat skor 3, 3 siswa mendapat skor 2, 3 siswa mendapat skor 1 dan 8 siswa lainnya mendapat skor 0. Siswa salah dalam mengoperasikan perhitungan, ada juga yang tidak salah menuliskan satuan.  Soal nomor 3b ada 19 siswa mendapat skor maksimal 3, 3 siswa mendapat skor 2, 5 siswa mendapat skor 1 dan 3 siswa lainnya mendapat skor 0. Sebagian besar siswa dapat dengan mudah menentukan jenis gerak benda dengan melihat grafik yang tertera pada soal walaupun hasil perhitungan mereka masih banyak yang salah.  Soal nomor 4a ada 12 siswa mendapat skor maksimal 3, 9 siswa memperoleh skor 2, 7 siswa mendapat skor 1 dan 2 siswa lainnya mendapat skor 0. Siswa sudah dapat menggambar grafik, tapi ada beberapa siswa yang tidak mengerti soal sehingga salah dalam menuliskan angka pada sumbu koordinat.  Soal nomor 4b ada 5 siswa mendapat skor maksimal 4, 1 siswa mendapat skor 3, 4 siswa mendapat skor 2, 7 siswa mendapat skor 2 dan 13 siswa lainnya mendapat skor 0. Siswa salah dalam melakukan operasi hitung, mereka salah dalam menentukan kecepatan awal dan kecepatan akhir untuk menghitung percepatan dan perlambatan. Ada juga yang tidak menuliskan persamaan lengkapnya dan tidak menuliskan satuannya. Maksud dari soal-soal kurang dapat dimengerti siswa, karena validitas yang digunakan validitas isi sehingga instrumen ini belum pernah diujicobakan. Perancangan pada langkah-langkah pembelajarannya pun kurang rinci sehingga dalam pelaksanaan kurang sesuai dengan apa yang diharapkan dan ada beberapa hal yang diberikan tidak secara mendalam. 2.4. Keaktifan Siswa Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan Understanding by Design UbD, peneliti menggunakan lembar pengamatan. Pengamatan dilakukan peneliti dan 2 observer lainnya. Pada tabel berikut ditunjukkan data keterlibatan siswa selama mengikuti pembelajaran yang dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek yang diamati pada lembar pengamatan. 2.4.1. Pertemuan Pertama Tabel 3.5 Keaktifan siswa tanggal: 12 September 2013 Aspek yang diamati Jumlah siswa Presentase Menjawab pertanyaan 3 9 Mengajukan pertanyaan 6 19 Mengerjakan LKS 32 100 Melakukan diskusi 20 62 2.4.2. Pertemuan kedua Tabel 3.6 Keaktifan siswa tanggal: 19 September 2013 Aspek yang diamati Jumlah siswa Presentase Siswa menjawab pertanyaan. 13 41 Siswa mengajukan pertanyaan. 14 44 Siswa mengerjakan LKSlatihan soal. 32 100 2.4.3. Pertemuan ketiga Tabel 3.7 Keaktifan siswa tanggal: 26 September 2013 Aspek yang diamati Jumlah siswa Presentase Siswa mengerjakan soal. 29 91 Siswa melakukan diskusi 21 66 Siswa melakukan presentasi. 20 63 Siswa mengajukan pertanyaan tanggapan. 13 41 Keterangan : presentase merupakan hasil pembulatan; 0,5 dihilangkan; ≥ 0,5 dijadikan 1. Pembahasan Pada pertemuan pertama, presentase rata-rata keaktifan siswa mencapai 47 dan tergolong dalam kriteria keaktifan cukup aktif. Pada pertemuan kedua, presentase rata-rata keaktifan mencapai 62 dan tergolong dalam kriteria keaktifan aktif. Pada pertemuan ketiga, presentase rata-rata keaktifan siswa mencapai 65 dan tergolong dalam kriteria aktif. 2.5. Pendapat Guru Pendapat guru dimaksutkan untuk mendapatkan informasi bagaimana persiapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan Understanding by Design. Pendapat guru ini didapatkan dengan cara melakukan wawancara. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 18 Oktober 2013 di ruang waka kurikulum. Berikut ini pertanyaan yang diajukan dan jawaban dari guru atas beberapa pertanyaan yang diajukan oleh peneliti: a. Bagaimana menurut bapak mengenai persiapan dan pelaksanaan pembelajaran dengan UbD? Jawaban guru : “Persiapannya matang, pelaksanaannya mundur. Karna waktu yang banyak libur, jadi persiapan yang sudah matang, sudah siap tapi dalam pelaksaannya menjadi molor sehingga kurang maksimal. Nah itu yang jadi kendala. Kalau persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yang kita laksanakan sesuai dengan schedule yang kita tetapkan, apa yang kita inginkan akan tercapai”. b. Apakah ada perbedaan jika dilihat dari segi siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan UbD dibandingkan pembelajaran di tahun sebelumnya? Jawaban guru : “Mereka antusias sekali, apalagi ada LKS Understanding, mereka maju presentasinya rebutan. Karna metode yang kita terapkan bagus, membuat mereka ingin tahu. Ada kesan mereka ingin bersaing”. c. Bagaimana pendapat bapak mengenai hasil evaluasi yang telah dilaksanakan? Jawaban guru : “Iya mbak nilai nya sangat kecil. Itu sudah saya duga sebelumnya mbak kalau hasilnya nanti tidak maksimal. Ini karena mereka itu kurang menguasai konsep dasarnya mbak. Mereka kurang mendapat bekal dari materi sebelumnya dan itu yang masuk anak PPL. Maaf ya mbak tapi kebanyakan kalau yang ngajar PPL memang begitu, saya sering mengulangi materi lagi dari awal. Jadi ya mungkin karna itu juga”. d. Apakah menurut bapak soal evaluasi yang diberikan termasuk soal yang sulit jika dilihat dari sudut pandang siswa? Jawaban guru : “Soalnya memang cukup sulit, apalagi mereka termasuk kelompok kelas yang urutan terbawah”. e. Apakah guru tertarikberminat menggunakan UbD dalam pembelajaran? Jawaban guru : “Tertarik mbak, karna prospek-prospeknya itu jelas ya, langkah-langkahnya jelas. Tapi ya harus mempunyai persiapan yang matang, persiapannya luar biasa”. f. Apakah bapak sanggupbisa kalau berperan sebagai peneliti untuk membuat persiapan dan pelaksanaan dengan menerapkan UbD? Jawaban guru : “Kalau untuk mempersiapkannya saya belum bisa mbak karna waktu yang diperlukan kan lama, harus mempersiapkan tiap detilnya, dari hasil yang ingin dicapai apa, evaluasinya harus sesuai, kegiatannya bagaimana dan harus mencari metode yang sesuai juga. Tapi kalau melaksanakan dengan desain yang sudah dipersiapkan saya mau mbak”. Pembahasan Pada wawancara, guru mengatakan bahwa pembelajaran dengan UbD sudah baik. Persiapan yang dirancang sudah baik, hanya saja waktu dalam pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal yang telah dirancang yang menjadi kendala. Sehingga menyebabkan proses pelaksanaan pembelajaran menjadi kurang maksimal. Ada beberapa hal lain yang menyebabkan pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan persiapan, yaitu dari alat yang digunakan dalam pembelajaran kurang memadai. Sedangkan bila dilihat dari keaktifannya berdasarkan jawaban guru, pembelajaran dengan UbD dapat membuat siswa memiliki rasa ingin tahu dan berusaha menemukan cara untuk memecahkan masalah. Mereka bersaing untuk memperoleh poin dengan memberikan jawaban benar dan cepat. Pak Eko juga menyatakan tertarik dan bersedia menerapkan UbD dalam pembelajaran karena menurut beliau langkah-langkahnya lebih jelas dan detil. Tetapi untuk menyusun rancangannya belum dapat dilakukannya sendiri dikarenakan membutuhkan waktu penyusunan persiapan yang lama. 2.6. Keterbatasan dalam Penelitian Berdasarkan data dan analisis maupun dari apa yang dialami peneliti selama pelaksanaan penelitian, ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:  Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menyusun dan mempersiapkan rancangan pembelajaran. Dengan rentang waktu yang tidak singkat peneliti dan guru bersama-sama menyusun rancangan pembelajaran. Akan tetapi, waktu untuk berdiskusi dengan guru pada saat merancang perencanaan pembelajaran terbatas. Hal ini dikarenakan jadwal guru yang cukup padat, ada acara sekolah dan libur nasional.  Penyusunan rancangan pembelajaran kurang maksimal dan rinci sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.  Pengamatan hanya dilakukan di kelas treatment.  Pendekatan Understanding by Design ini masih tergolong hal baru bagi guru maupun peneliti. 60

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Peningkatan pemahaman konsep, keterampilan memprediksi dan keterampilan menjelaskan siswa melalui penerapan metode Conceptual Understanding Procedures (CUPs) dalam pembelajaran gerak lurus berubah beraturan pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Prambanan.

0 1 150

Pengembangan rancangan pembelajaran dengan pendekatan Understanding by Design pada materi gerak lurus beraturan dan pelaksanaannya di kelas X D pada sebuah SMA di Yogyakarta.

1 2 152

Pengembangan rencana dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Understanding by Design pada materi Hukum Hooke Kelas XI IPA di SMA X.

2 6 197

Pengembangan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan understanding by design pada materi massa jenis di kelas VII B SMP X.

0 2 200

Pengembangan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan understanding by design pada materi massa jenis di kelas VII B SMP X

3 28 198

Pengembangan rancangan pembelajaran dengan pendekatan Understanding by Design pada materi gerak lurus beraturan dan pelaksanaannya di kelas X D pada sebuah SMA di Yogyakarta

0 0 150

Pengembangan rencana dan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Understanding by Design pada materi Hukum Hooke Kelas XI IPA di SMA X

2 7 195

gerak lurus berubah beraturan

0 1 2

DESAIN DIDAKTIS MATERI GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN KELAS X SMA BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR PESERTA DIDIK - repository UPI S FIS 1201740 Title

0 1 3

PEMANFAATAN WIRELESS OPTICAL MOUSE SEBAGAI SENSOR GERAK UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN

0 0 20