d. Langkah 4-Answering
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangan dan
memberikan jawabannya. Sedangkan langkah-langkah metode Numbered Heads Together
Suyatno, 2009:53 adalah sebagai berikut: a.
Mengarahkan b.
Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memilki nomor tertentu.
c. Memberikan persoalan materi bahan ajar untuk tiap kelompok sama
tetapi untuk setiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, setiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama
kemudian bekerja kelompok. d.
Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas. e.
Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan setiap siswa.
f. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
C. Kemandirian Belajar Siswa
1. Pengertian Kemandirian
Menurut Kartini Dali 1987 seperti dikutip oleh Zainun Mu’tadin http:www.e-psikologi.comremaja250602.htm, kemandirian
merupakan hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Siswa dikatakan mandiri apabila memiliki ciri-ciri menemukan identitas diri,
memiliki inisiatif,
membuat pertimbangan
dalam bertindak
dan bertanggungjawab atas tindakannya serta dapat mencukupi kebutuhan
sendiri. Sedangkan Constance Kamii 2000: 56 menyatakan bahwa mandiri atau kemandirian berarti diperintah diri sendiri, dimana setiap pribadi berhak
membuat keputusan bagi diri sendiri tanpa bergantung oleh orang lain. Jadi kemandirian adalah kecenderungan menggunakan kemampuan
diri sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas dan penuh inisiatif. Kemandirian tampak ketika siswa mampu menyelesaikan masalah dengan
memilih strategi yang dianggapnya baik dan cocok dengan dirinya sendiri, serta berani menerima akibat dari pilihannya, berani menerapkan idenya
sendiri dan menyelesaikan masalah secara berbeda dengan temannya, serta mempunyai motivasi yang kuat sehingga rasa percaya dirinya tinggi.
Walaupun demikian, siswa masih perlu dibimbing oleh guru dalam menemukan strateginya.
2. Pengertian Kemandirian Belajar
Karnita 2006: 1 menyatakan kemandirian belajar dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi aktivitas belajar dengan kemampuan sendiri,
tanpa bergantung kepada orang lain, selain konsisten dan bersemangat belajar dimanapun dan kapanpun. Dalam dirinya sudah melembaga
kesadaran dan kebutuhan belajar melampaui tugas, kewajiban dan target
jangka pendek yang berupa nilai dan prestasi. Kondisi demikian telah menyadarkan mereka pada belajar sepanjang hayat long life education.
Dari beberapa
batasan perihal
kemandirian yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka Shunzk Zimmerman
dalam Utari Sumarmo 2004: 2-3 memberikan empat tahapan untuk meningkatkan kemandirian, yaitu:
1 Merancang belajar. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini antara lain: menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan belajar, merancang strategi
belajar. 2 Memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan kegiatan yang
berlangsung. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini adalah mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai strategi yang
dilaksanakan apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan semakin meningkat atau sebaliknya.
3 Mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini adalah memeriksa jalannya strategi apakah yang telah
dilaksanakan dengan baik evaluasi proses, memeriksa hasil belajar apa yang telah tercapai evaluasi produk, dan memeriksa kesesuaian strateri
yang dilaksanakan dengan jenis tugas yang dihadapi. 4 Refleksi. Pada dasarnya tahap ini berlangsung dalam tiap tahap yang telah
disebutkan di atas.
Menurut Guglielmino yang dikutip oleh Kristanti Ambar Puspitasari http:pk.ut.ac.idptjj41kristanti, siswa yang mempunyai
kemandirian belajar memiliki ciri: a. Mempunyai inisiatif dan persistensi dalam belajar
b. Menerima tanggungjawab terhadap belajarnya sendiri dan memandang masalah sebagai tantangan bukan hambatan
c. Mempunyai disiplin dan rasa ingin tahu yang besar d. Mempunyai keinginan kuat dalam belajar serta mempunyai rasa percaya
diri e. Mampu mengorganisasi waktu, mengatur kecepatan belajar yang tepat
dan mengembangkan rencana untuk menyelesaikan tugas f. Senang belajar dan mempunyai kecenderungan untuk memenuhi target
yang direncanakan. Komponen-komponen yang menjadikan indikator perubahan dalam
penilaian kemandirian belajar siswa adalah: a.
Motivasi Siswa diharapkan menunjukkan sikap positif, responsif, perhatian,
semangat tinggi dan lebih serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, pada saat belajar tidak lagi malas-malasan, tidak membuat gaduh dan
tenang.Adanya rasa tenang dan tanggung jawab yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
b. Disiplin Saat kegiatan balajar-mengajar, siswa tidak melamun, bercanda,
membuat kelas gaduh, berbicara sendiri diluar pembicaraan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, tidak asyik dengan kegiatan dan aktivitas
sendiri.Siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran, lebih mempersiapkan diri, tidak lagi keluyuran di dalam kelas dan siswa tidak lagi keluar masuk
kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. c. Inisiatif
Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab dengan
memberikan argumentasi tanpa menunggu ditunjuk guru. Frekuensi siswa yang aktif, menjawab atau maju ke depan kelas atas inisiatif sendiri
bertambah. d. Percaya diri
Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu atau malu-malu dalam bertanya, menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau
siswa lain. Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam menjawab pertanyaan ataupun bertanya mulai berani ambil bagian meski masih ada
yang salah. Siswa mulai dan lebih berani untuk tampil ke depan atau presentasi tanpa menunggu permintaan atau ditunjuk guru.
e. Tanggungjawab Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas yang diberikan baik tugas individu atau kelompok,
yang dikerjakan dikelas atau tugas untuk dikerjakan dirumah. Pada saat kegiatan kelompok, siswa aktif mengerjakan tugas, saling bekerja sama,
terlibat diskusi, terlibat dalam memecahkan masalah, tidak ada yang santai atau sekedar ikut-ikutan teman, siswa mengerjakan tugas-tugas dan PR
yang diberikan oleh guru. Dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian belajar adalah
keadaan atau kondisi aktivitas belajar siswa dengan kemampuan diri, dapat mengawasi pembelajarannya sendiri serta dapat bertanggungjawab atas
kebutuhan belajarnya demi tercapainya tujuan belajar.
D. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas keinginan yang ada di dalamnya.
Seluruh proses meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi
diri dan perkembangan professional Elliot, 1991. Penelitina tindakan kelas merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang terlibat dalam proses
tersebut dengan tujuan menginginkan terjadinya perubahan, peningkatan dan perubahan pembelajaran yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, dan untuk memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
Penelitian : menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati objek
dengan menggunakan cara dan aturan model tertentu untuk memperoleh
data atau
informasi yang
bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan : menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian Tindakan Kelas PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar mengajar berupa suatu tindakan yang segaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru yaitu dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa
Suharsimi Arikunto, 2009.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas PTK
1. Melakukan tindakan perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan
kearah yang lebih baiksebagai upaya pemecahan masalah.
2. Menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan
jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama dengan melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.
3. SWOT sebagai dasar berpijak.
S-Strength kekuatan,
W-Weaknesses kelemahan,
O- Opportunity kesempatan, T-Threat ancaman. S dan W yang
ada dalam diri peneliti perlu diidentifikasi terlebih dahulu. O dan T yang ada di luar guru, siswasubjek yang dikenai
tindakan. 4.
Upaya empiris dan sistematik. 5.
Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan.
S-Specific : khusus
M-Managable
: dapat dikelola, dilaksanakan
A-Acceptable : dapat diterima lingkungan
A-Achievable : dapat tercapai, terjangkau
R-Realistic
: operasional, tidak di luar jangkauan
T-Time bound : dibatasi oleh waktu, direncanakan
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
1. Situasional
Berkaitan langsung dengan permasalahan konkrit yang dihadapi guru dan siswa.
2. Kontekstual
Upaya pemecahan model dan prosedur tindakan sesuai konteks dimana proses pembelajaran berlangsung.
3. Kolaboratif
Partisipasi semua komponen yang terlibat dalam Penelitian Tindakan Kelas guru, siswa, asisten, teknisi, dsb
4. Self-reflective dan Self-evaluative
Pelaku dan objek yang dikenai tindakan melalui refleksi dan evaluasi diri terhadap hasilkemajuan yang tercapai.
5. Fleksibel
Memberikan kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologi ilmiah.
Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
1. Merupakan kegiatan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru
untuk meningkatkan mutu KBM. 2.
Merupakan tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa. 3.
Tindakan harus tampak nyata, berbeda dari biasanya. 4.
Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan minimum 2 siklus.
5. Harus ada pedoman yang jelas secara tertulis, diberikan kepada
siswa agar dapat mengikuti tahap demi tahap. 6.
Terlihat adanya siswa sesuai pedoman yang tertulis yang diberikan oleh guru.
7. Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.
8. Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.
9. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam
bentuk refleksi, melibatkan siswa yang dikenai tindakan.
10. Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya.
E. Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran matematika, siswa perlu diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide sehingga siswa aktif dalam
pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together diharapkan dapat membantu siswa untuk
membangun konsep dengan kemampuan sendiri dibantu oleh orang lain yang berkompeten, yaitu bisa dengan guru atau teman, siswa juga dituntut
aktif untuk belajar dan membangun pemahaman baru tentang pengetahuan baru dengan menghubungkan pengetahuan yang ada. Model pembelajaran
tipe Numbered Heads Together melibatkan teman sebaya dan guru berperan untuk membantu anak mendapat pengetahuan lebih untuk memahami materi
sehingga mendorong motivasi dan tanggungjawab siswa terhadap pembelajaran matematika. Karena kolaborasi antara siswa dengan guru akan
lebih meningkatkan ketrampilan siswa, sehingga diharapkan ketika siswa sudah memahami dan mampu membangun konsep maka mampu
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Diharapkan apabila motivasi siswa semakin meningkat, maka inisiatif dan kedisiplinan siswa untuk
belajar matematika juga semakin tinggi. Siswa bukan lagi sebagai individu yang pasif, namun menjadi siswa yang percaya diri untuk mengemukakan
pendapat dan ikut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai tanggung jawab terhadap pembelajaran.
Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together pada pembelajaran matematika untuk siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa. Kelas VII SMP merupakan tataran menengah saat siswa mulai dihadapkan
pada pemecahan-pemecahan masalah yang mulai kompleks, oleh sebab itu anak diharapkan mampu menganalisis masalah dan mencari penyelesaian
masalah dengan kemampuan yang dimilikinya maupun dengan bantuan orang lain.
Dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ini siswa yang mengalami kesulitan belajar ataupun dalam memahami materi
pelajaran matematika yang diberikan, dapat mengatasi kesulitannya karena pada awalnya, siswa akan diberi bantuan oleh orang lain yang berkompeten
sampai siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, yang akhirnya diduga dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa karena siswa tersebut sudah
tidak mengalami kesulitan belajar.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian atau metode penelitian menurut Deddy Mulyana 2002: 145 adalah proses, prinsip, prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji suatu topik penelitian. W. Gulo
2002: 14 dapat menyatakan bahwa pendekatan penelitian memiliki proses ilmiah, yang bersifat empiris, terkendali, analisis, dan sistematis. Penelitian
dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki keingintahuan mengenai suatu permasalahan.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif.Kolaboratif
artinya penelitian bekerjasama dengan guru yang bersangkutan.Partisipatif artinya penelitian yang melibatkan siswa dan peneliti dibantu teman sejawat
yang mengetahui tentang pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Numbered Head Together terlibat secara langsung dalam
penelitian.Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kualitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe
Numbered Heads Together.
Raka Joni dalam Soedarsono 2001: 2 menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukan serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan. Dari uraian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian tindakan kelas secara kolaboratif dan partisipatif antara guru mata pelajaran matematika dan
peneliti, yaitu untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa melalui model pembelajaran Numbered HeadsTogether.
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Kelas VII Love dipilih
karena setelah melakukan observasi diseluruh kelas VII, peneliti menemukan masalah di kelas VII Love yaitu siswa yang kurang aktif dalam pelaksanaan
belajar mengajar dan siswa yang cenderung kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh siswa.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Waktu penelitian direncanakan selama bulan April
– Mei 2013 pada semester II tahun ajaran 20122013.
D. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui serangkaian langkah yang bersifat spiral a spiral of steps, yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai
dari perencanaan planning, tindakan action, pengamatan sistematik terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan observation, dan
selanjutnya diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya Tiaw, 2004: 2. Model tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan : 1. Perencanaan
2. Tindakan dan observasi I 3. Refleksi
4. Rencana terevisi Iperencanaan tindakan II 5. Tindakan dan observasi II
6. Refleksi
1 Siklus I : a. Perencanakan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan, yaitu:
1 Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP 2 Menyusun dan menyiapkan soal tes
3 Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar observasi
4 Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa. Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket
5 Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan 6 Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan
selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan kamera.
b. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan, guru dan peneliti melaksanakan
rancangan tindakan yang telah direncanakan, yaitu: 1 Diskusi kelompok
2 Penggunaan LKS 3 Penggunaan variasi media
4 „Numbered HeadsTogether’
5 Tugas mandiri
Dalam usaha menuju perbaikan, suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan disesuaikan dengan situasi di
lapangan. c. Monitoringpengamatan
1 Pelaksanaan proses pembelajaran 2 Diskusi
3 Presentasi siswa 4 Tugas mandiri
d. Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi, yaitu merenungkan
dan memikirkan tindakan yang telah dilakukan untuk memperoleh perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar sesuai dengan tujuan
penelitian. Data pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan Numbered Heads Together dari hasil observasi dianalisis dan
didiskusikan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan sehingga segera dilakukan perbaikan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
2 Siklus II : a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan yang akan dilaksanakan, yaitu:
1 Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP 2 Menyusun dan menyiapkan soal tes
3 Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar observasi
4 Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa. Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket
5 Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan 6 Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan
selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan kamera.
b. Tindakan, meliputi: 1 Diskusi Kelompok
2 Penggunaan LKS 3 Penggunaan variasi media
c. Monitoringpengamatan, yang meliputi : 1 Pelaksanaan proses
2 Diskusi 3 Presentasi
4 Tugas mandiri d. Refleksi :
1 Hasil jawaban dari LKS dan hasil jawaban tugas mandiri siswa 2 Analisis kelebihan dan kekurangan siklus II
Bila data berdasarkan hasil refleksi II ini ternyata belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan
perbaikan kembali dengan melanjutkannya pada siklus III.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman penelitian dalam melakukan observasi guna memperoleh data yang diinginkan. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran pelaksanaaan pembelajaran matematika dengan melihat aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar. Lembar observasi model pembelajaran tipe NHT yang digunakan untuk mengetahui sejauhmana model pembelajaran tipe NHT
digunakan dalam pembelajaran matematika yang sedang berlangsung.
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT
No. Indikator Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered
Heads Together dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar No. Butir
1
Penjelasan materi oleh guru dalam pembelajaran
1
Konteks materi dan permasalahan yang disampaikan
2, 3
Pujian atas keberhasilan siswa
4
Respon siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan
5, 6, 7, 8 2
Guru bukan subjek utama dalam pembelajaran
1
Metode yang sesuai dengan zona perkembangan terdekat anak
2, 3
Siswa mampu bekerjasama dengan orang lain
4
Siswa berani mengungkapkan pendapat
5
Siswa mampu menentukan pendapatnya sendiri
6
Siswa bersemangat dalam proses pembelajaran
7
3
Proses pembelajaran lebih merupakan kontruksi
1
Guru menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran
2, 3, 4, 5
Siswa memahami
pembelajaran dengan
mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan
6, 7
b. Lembar Angket Lembar angket terdiri dari angket kemandirian belajar matematika
yang diberikan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasilnya. Lembar angket kemandirian belajar matematika digunakan untuk
mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa sesudah melakukan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran tipe
Numbered HeadsTogether.
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Angket Kemandirian Belajar Siswa No
Aspek Indikator
No. Butir
1 Motivasi
a. Menyadari untuk belajar 5, 25
b. Mempunyai semangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran
1, 2, 23 2
Inisiatif a. Mempunyai gagasan sendiri
17,20 b. Siswa lebih mempersiapkan diri dalam
mengikuti pembelajaran 10, 13 -, 14 -
3 Disiplin
a. Siswa tertib dalam mengikuti pelajaran 9 -, 12 -, 15
b. Siswa dapat mengarahkan diri sendiri 3, 4
4 Percaya diri
a. Yakin dapat memahami materi dengan baik
7, 18 b. Berani bertanya atau menjawab
pertanyaan guru 11, 19
5 Tanggung
jawab a. Siswa bersemangat dan bersungguh-
sungguh dalam mengerjakan tugas, baik individu maupun kelompok
6 -, 21, 22 b. Siswa dapat mengukur kemampuan diri
16, 24 - c. Memperbaiki kesalahan
8 -
c. Tes tertulis Tes dalam bentuk pilihan ganda dan uraian diberikan pada akhir
siklus I dan akhir siklus II yang berfungsi untuk mengukur penguasaan
dan kemampuan siswa setelah selesai mempelajari suatu sub bab, yaitu segitiga.
d. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan adalah Lembar Kegiatan Siswa yang
digunakan dalam proses pembelajaran serta foto-foto kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran tipe
Numbered HeadsTogether. Penelitian menggunakan dokumen foto.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Moleung 2002: 9 dalam penelitian kuantitatif, teknik pengumpulan
data menggunakan
observasipengamatan, interviewwawancara, atau penelaahan dokumen. Data yang didapatkan
melalui tes atau kuesioner dapat digunakan sebagai pelengkapan data yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data:
a. Teknik Observasi Menurut Suhardjono 2006: 78 pada tahap observasi ini, peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan penelitian berlangsung. Observasi yang dilakukan adalah
observasi langsung yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh
observer.
b. Tes Tertulis Tes tertulis yang diberikan kepada siswa seperti ulangan harian
biasa. Pada siklus I dilakukan tes tertulis sebagai tes siklus I dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal dan uraian singkat sebanyak 5 soal,
sedangkan pada siklus II dilakukan tes evaluasi II dalam bentuk uraian sebanyak 5 soal. Tes tertulis digunakan untuk mengetahui persentase
ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas.Hasil tes ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pendekatan metode Numbered Heads Together
terhadap kemandirian siswa. c. Dokumen
Dokumen digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan berupa daftar nilai siswa. Untuk
memberikan gambaran secara konkret mengenai kegiatan kelompok siswa
digunakan juga dokumentasi foto.
G. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Perhitungan validitas dan
reliabilitas ini dilakukan agar instrumen benar-benar valid dan dipercaya reliabel untuk digunakan.
1. Validitas Instrumen
Validitas angket tanggapan siswa diukur melalui uji validitas isi berupa penilaian dari para pakar dan validitas butir berupa
perhitungan statistik. Pengujian dengan validitas isi dilakukan dengan cara
mengkonsultasikan instrumen yang digunakan dalam penelitian kepada dosen pembimbing. Sedangkan untuk pengujian validitas butir
menggunakan rumus korelasi oleh Pearson yang dikenal dengan. Rumus Korelasi Product Momen sebagai berikut:
Rumus korelasi Product Moment : � =
� −
�
2
−
2
�
2
−
2
Keterangan : �
= koefisien validitas butir antara variabel x dan variabel y N
= jumlah siswa uji coba X
= skor tiap butir pernyataan untuk setiap individu Y
= jumlah skor tiap siswa uji coba Penafsiran
harga koefisien
korelasi dilakukan
dengan membandingkan harga
� hasil perhitungan dengan � yang ada dalam tabel harga kritik Product Moment sehingga dapat diketahui signifikan
atau tidaknya korelasi tersebut. Berdasarkan pada patokan yang terdapat dalam Eko Putro 2009:139 menentukan bahwa:
a Jika
� hitung lebih besar atau sama dengan � tabel �
ℎ
�
�
berarti korelasi bersifat signifikan, yang artinya instrumen tes dikatakan valid.
b Jika
� hitung lebih kecil dari � tabel �
ℎ
�
�
berarti korelasi tidak bersifat signifikan, yang artinya instrumen tes dikatakan tidak valid.
2. Reliabilitas