Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas butir
instrumen tersebut diperoleh hasil
�
11
adalah 0,891.Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut reliabel.Angket motivasi
masuk dalam kriteria reliabilitas tinggi.
B. Hasil Tes Angket Awal
Tes awal berupa angket kemandirian diberikan kepada siswa sebelum peneliti menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together di
kelas VII Love. Tes awal dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil kemandirian belajar sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran
tipe Numbered Heads Together siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Aspek Kemandirian
Belajar Jumlah Skor
Angket Maksimal
Jumlah Skor Angket Yang
Diperoleh Persentase
Motivasi 560
313 313
560 × 100 =
55,89 cukup Inisiatif
560 318
318 560
× 100 = 56,79 cukup
Disiplin 560
312 312
560 × 100 =
55,71 cukup
Aspek Kemandirian
Belajar Jumlah Skor
Angket Maksimal
Jumlah Skor Angket Yang
Diperoleh Persentase
Percaya diri 448
246 246
448 × 100 =
54,91 cukup Tanggung
jawab 672
403 403
672 × 100 =
59,97 cukup Rata-rata persentase
56,26
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk satu kali
pertemuan selama 2 x 40 menit. Tabel di bawah ini menunjukkan jadwal pelaksanaan pembelajran
matematika di kelas VII Love.
Tabel 8. Jadwal pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas VII Love
Siklus Pertemuan Hari
Tanggal Pukul
Materi
1 Kamis,
11 April 2013 08.20
– 09.40 Mengidentifikasi
macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi
dan macam-macam segitiga berdasarkan
besar sudut
Siklus Pertemuan Hari
Tanggal Pukul
Materi
I 2
Sabtu, 13 April 2013
08.20
– 09.40
Mengidentifikasi macam-macam segitiga
berdasarkan panjang sisi dan besar sudut
Selasa, 16 April 2013 Tes siklus I
II 1
Kamis, 18 April 2013
08.20
– 09.40 Menggunakan hubungan
sudut dalam dan sudut luar segitiga
2 Sabtu,
27 April 2013 08.20
– 09.40
Menemukan rumus keliling dan luas segitiga
Selasa, 30 April 2013 Tes siklus II
Berikut ini penjabaran kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada masing-masing siklus.
1. Kegiatan siklus I Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan.Masing-masing pertemuan
mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Penelitian tindakan I ini yaitu penerapan penelitian berupa proses
pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Pada
penelitian tindakan I ini materi yang dipelajari adalah segitiga. Tindakan ini dilakukan selama dua kali pertemuan tatap muka atau 4
jam pelajaran. Penerapan tindakan tahap I ini dapat dibuat tahap-tahap berupa:
1 Siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai subyek penelitian yang akan diberikan tindakan.
2 Pembelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berupa diskusi dan belajar kelompok. Lembar
kegiatan siswa untuk mengkontruksi pemikiran siswa, dan akhirnya dengan uji kompetensi mandiri untuk melihat perubahan
pada diri siswa sebagai subyek peneliti. 3 Peningkatan kemandirian belajar siswa terlihat setelah tindakan
diberikan. Kegiatan perencanaan diawali dengan penentuan materi kelas VII
semester 2 yang akan dijadikan objek penelitian bersama guru mata pelajaran matematika yang bersangkut. Setelah berdiskusi dengan guru
matematika yang bersangkutan, maka ditetapkanlah materi segitiga guna objek penelitian ini, dan kelas VII Love sebagai subjek
penelitiannya. Tindakan selanjutnya yang dilakukan peneliti yakni menyusun
pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa LKS yang berjumlah 4 Lembar Kegiatan Siswa
sesuai dengan kesepakatan guru matematika kelas VII Love. Untuk siklus I, peneliti menyusun 2 buah Lembar Kerja Siswa terlebih
dahulu.Lembar Kegiatan Siswa 1 dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam
segitiga berdasarkan besar sudut. Lembar Kegiatan Siswa 2 dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang
sisi dan besar sudut, sedangkan Lembar Kegiatan Siswa 3 dan Lembar Kegiatan Siswa 4 yang akan diuji cobakan pada siklus II
penyusunannya disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I nantinya.
Materi untuk Lembar Kegiatan Siswa disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 9.Materi-materi dalam Lembar Kegiatan Siswa 1-4 Lembar Kegiatan Siswa
ke- Materi
1 Mengidentifikasi macam-macam segitiga
berdasarkan panjang sisi dan macam- macam segitiga berdasarkan besar sudut
2 Mengidentifikasi macam-macam segitiga
berdasarkan panjang sisi dan besar sudut 3
Menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga
4 Menemukan rumus keliling dan luas
segitiga
Disamping menyusun Lembar Kegiatan Siswa, peneliti juga menyusun soal latihan dan soal tes siklus I dan tes siklus II dengan
pertimbangan dari guru matematika kelas VII Love. Peneliti menyusun instrumen penelitian lainnya seperti pedoman observasi dan angket
kemandirian siswa.
b. Tahap Pelaksanaan 1 Pertemuan 1
Pembelajaran matematika di kelas VII Love dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 11 April 2013, pukul 08.20 sampai 09.40 WIB.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah disusun. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi
dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan ini adalah siswa
dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-macam segitiga berdasarkan besar sudut. Dalam
pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai penyampai materi guru dibantu teman sejawat sebagai pengamat yang mengetahui
tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Aktifitas-aktifitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan 1 ini sebagai berikut:
a. Pembukaan Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, ketua kelas
memimpin teman-temannya untuk memberi salam kepada guru dan peneliti. Guru memperkenalkan peneliti kepada para siswa
dan memberi tahukan bahwa 6 pertemuan kedepan, proses
belajar matematika di kelas VII Love akan ditemani oleh peneliti. Kemudian peneliti mengecek kesiapan dan kehadiran
siswa.Ternyata siswa hadir semua, sehingga jumlah siswa adalah 28 orang.Peneliti menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pembelajaran untuk hari ini yaitu siswa dapat menentukan macam-macam segitiga berdasarkan besar
sudut.Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini
dimaksudkan agar kemandirian belajar matematika siswa bisa meningkat dengan adanya pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT.
Apersepsi berupa prasyarat tentang pengetahuan yang dari segitiga melalui kegiatan tanya jawab peneliti dengan siswa.
Untuk mempermudah siswa, peneliti memberikan contoh segitiga melalui benda-benda yang ada di kehidupan sehari-hari
seperti layar perahu, penggaris segitiga, dan lain-lain. Metode semacam ini didasarkan pada pendapat De Lange dalam I
Gusti Putu Suharta 2008, dimana pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang dialami siswa dalam
hidupnya sehingga memungkinkan siswa untuk belajar secara langsung. Siswa cukup antusias menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, siswa juga dapat menyebutkan contoh- contoh lain benda yang berbentuk segitiga.
b. Kegiatan Inti Kegiatan selanjutnya setelah apersepsi, yakni peneliti
melanjutkan pembelajaran dengan diskusi kelompok, terlebih dahulu membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil,
setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa. Cara peneliti dalam membagi kelompok yakni berdasarkan kemampuan
akademik yaitu dengan melihat nilai ulangan pada semester 1 kelas VII Love.
Peneliti mengumumkan anggota dari masing-masing kelompok, kemudian peneliti mempersilahkan masing-masing
siswa untuk berkumpul dalam kelompoknya masing-masing, tidak semua kelompok langsung bergegas membentuk
kelompok, ada pula kelompok yang mengeluh karena tidak puas atas pembagian kelompoknya dengan alasan merasa
anggotanya ada yang tidak bisa diajak kerja sama. Melihat hal tersebut, peneliti menjelaskan kepada seluruh kelompok bahwa
pembagian kelompok ini merupakan keputusan yang adil. Oleh karena itu dalam belajar kelompok setiap anggota harus saling
kerja sama dan membantu. Peneliti juga mengingatkan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang
sama dalam kelompoknya, walaupun bekerja secara kelompok tapi nantinya setiap siswa akan dinilai sendiri-sendiri. Setelah
semua siswa berada pada kelompok yang sudah ditentukan,
Kemudian peneliti membagikan nomor secara acak untuk ditempel pada dada setiap anak. Kelompok yang beranggotakan
5 siswa akan diberi nomor 1 sampai 5, sedangkan kelompok yang beranggotakan 4 siswa akan diberi nomor 1 sampai 4.
Penomoran ini digunakan untuk penunjukan secara acak oleh peneliti untuk presentasi hasil diskusi kelompok, ini bertujuan
agar jika peneliti menunjuk salah satu kelompok dengan nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan dan mempresentasikan
maka diantara anggota kelompok tidak saling lempar dan untuk melihat sejauh mana pemahaman dan kesiapan masing-masing
siswa dalam diskusi kelompok, jadi dengan adanya model pembelajaran
“Numbered Heads Together” ini diharapkan siswa bertanggungjawab kepada dirinya sendiri akan
pemahaman materi yang disampaikan dan didiskusikan. Kemudian peneliti dibantu oleh teman sejawat membagikan
Lembar Kegiatan Siswa dengan materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan macam-
macam segitiga berdasarkan besar sudut kepada masing-masing kelompok. Siswa terlihat penasaran pada pembelajaran ini, hal
ini dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan siswa kepada guru dan peneliti. Ada beberapa siswa yang
menanyakan bagaimana cara mengerjakan LKS tersebut, kemudian peneliti meminta para siswa untuk membaca
petunjuk yang ada dalam LKS, tidak lupa peneliti juga membagikan alat-alat yang digunakan untuk mengerjakan,
yaitu penggaris dan busur. Pada mulanya peneliti meminta siswa untuk mengerjakan
LKS tersebut dalam waktu 25 sampai 30 menit, akan tetapi masih ada beberapa kelompok yang masih belum selesai.
Akhirnya peneliti memberikan tambahan waktu selama 7 menit.
Selama proses diskusi berlangsung, peneliti berkeliling mendatangi tiap-tiap kelompok untuk mengontrol dan
menfasilitasi jalannya diskusi. Selama diskusi berlangsung siswa masih belum bisa bekerja sama dengan baik antar
anggota kelompok, siswa yang merasa kurang paham justru banyak bertanya kepada peneliti bukan bertanya kepada teman
yang lebih mengerti. Ada beberapa siswa yang masih belum mahir
menggunakan busur
derajat, akhirnya
peneliti memberitahukan kepada siswa yang kurang paham untuk
bertanya kepada teman satu kelompok yang sudah paham, dan teman satu kelompok yang sudah paham diharapkan untuk
membantu teman yang masih kurang paham.
Gambar 3.Peneliti menfasilitasi jalannya diskusi
Proses diskusi sudah berjalan selama 40 menit dan semua kelompok sudah menyelesaikan semua soal dalam Lembar
Kerja Siswa. Kemudian peneliti mempersilahkan kelompok siapa yang bersedia untuk mempresentasikan jawabannya di
depan kelas. Para siswa saling menunjuk satu sama lain, tetapi tidak ada yang berani maju ke depan untuk mempresentasikan
jawabannya. Peneliti memanggil salah satu nomor secara acak, siswa yang menggunakan pin nomor tersebut diharuskan maju
untuk mempresentasikan jawabannya. Siswa yang lain dapat memberi tanggapan dan menanyakan bila masih kurang paham.
Selanjutnya peneliti membagi lembar tugas pribadi kepada siswa untuk dikerjakan secara pribadi. Ada beberapa siswa
yang masih berdiskusi untuk mengerjakan tugas pribadi ini. Peneliti mengingatkan kepada siswa bahwa mereka harus
mengerjakan sendiri dan tidak boleh bertanya kepada teman lain.
c. Penutup Peneliti mengajak para siswa untuk membuat kesimpulan
tentang apa yang telah dipelajari selama diskusi berlangsung. Peneliti menegaskan tentang pembelajaran pada hari ini.
Sebelum pembelajaran diakhiri, peneliti meminta kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajarai pada
pertemuan berikutnya yaitu tentang materi mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar
sudut. 2 Pertemuan 2
Pertemuan kedua untuk siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 April 2013 dari pukul 08.20 sampai 09.40 WIB
dengan materi pembahasan mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut. Tujuan
pembelajaran pembalajaran pada pertemuan hari ini adalah siswa dapat mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan
panjang sisi dan besar sudut. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sebagai berikut:
a. Pembukaan Seperti pada kegiatan pertama, peneliti memberi salam
kemudian mengecek kehadiran siswa. Peneliti memberitahukan
tujuan pembelajaran hari ini, serta menjelaskan pokok bahasan yang akan mereka pelajari pada pertemuan hari ini yaitu
mengidentifikasi macam-macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, tidak lupa peneliti memotivasi siswa untuk
lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran ini. Suasana kelas sudah kondusif dengan keadaan siswa yang tidak ribut dan
ramai seperti pertemuan pertama, namun kondisi kelas belum siap karena papan tulis masih dalam keadaan kotor jadi peneliti
meminta siswa untuk membersihkannya terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
Peneliti melakukan apersepsi pokok bahasan pertemuan pertama, yaitu macam-macam segitiga ditinjau dari panjang sisi
dan macam-macam segitiga ditinjau dari besar sudut. b. Kegiatan inti
Metode yang digunakan pada pembelajaran hari ini masih menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT.Peneliti
membacakan anggota dari masing-masing kelompok dan meminta siswa untuk duduk sesuai dengan kelompok masing-
masing.Kemudian peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan dan
dikerjakan bersama-sama. Pada saat pembahasan peneliti menunjuk nomor secara acak dan meminta siswa yang
mengenakan pin dengan nomor tersebut untuk maju ke depan.
Peneliti memberikan hadiah kepada siswa yang mau maju tanpa ditunjuk terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar siswa
lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan tidak bosan. Siswa yang maju ke depan untuk mempresentasikan
jawabannya bertanggungjawab penuh untuk menjelaskan jawaban tersebut kepada siswa lainnya. Jika ada siswa lain
yang masih kurang paham, siswa yang sedang maju tersebut harus menjelaskannya sampai teman yang kurang tersebut
paham. Namun setelah siswa menjelaskan, peneliti kembali mempertegas jawaban yang sudah disampaikan.
Kegiatan akhir dari pembelajaran ini yaitu dengan mengerjakan tugas mandiri, siswa kembali ke masing-masing
tempat duduk individu dan mengerjakan tugas mandir yang telah dibagikan oleh peneliti, siswa diberikan waktu selama 15
menit untuk mengerjakan. Setelah selesai mengerjakan, peneliti membahas soal-soal
pada tugas mandiri dan memberi kesempatan kepad siswa untuk menjawab. Hanya siswa-siswa tertentu saja yang mau
menjawab, banyak siswa lain yang sudah tidak memperhatikan dan ribut sendiri ngobrol dengan teman sebangku. Sehingga
peneliti menunjuk siswa yang ramai untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Gambar 4. Siswa sedang mempresentasikan jawaban
c. Penutup Sebelum menutup pembelajaran peneliti mengingatkan
siswa untuk mempelajari materi pada pertemuan pertama dan hari ini karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan
ulangan, diharapkan siswa belajar sungguh-sungguh. Setelah itu pembelajaran untuk hari ini di tutup dengan salam.
c. Data hasil observasi, angket dan evaluasi akhir siklus a. Data hasil observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan bantuan rekan peneliti terhadap keseluruhan aktifitas yang terjadi selama
berlangsungnya proses pembelajaran di dalam kelas. Observasi dilakukan untuk setiap kali pertemuan berdasarkan pedoman
observasi yang telah disusun oleh peneliti sebelunnya, selain itu
pengamat juga membuat catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran matematika pada pertemuan pertama diperoleh keterangan diawali dengan guru
membuka pelajaran dan memberikan penjelasan tentang segitiga dengan cara yang mudah dipahami.
Mayoritas siswa kurang bertanggungjawab atas diri sendiri sehingga
tidak memperhatikan
pembelajaran yang
akan berlangsung, apalagi mata pelajaran matematika yang dianggap
siswa adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Pada saat menjelaskan, peneliti memberi contoh kongkrit pada siswa
dengan menggunakan benda-benda yang ada dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan peneliti agar siswa
dapat mengkontruksi pemikirannya dengan hal-hal yang konkrit. Pada saat belajar kelompok, siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya permasalahan yang dihadapi selama mempelajari segitiga, kemudian diberikan kesempatan kepada siwa lain yang mempunyai
solusi terhadap permasalahan tersebut untuk mencoba memberi pemecahan dari permasalahan yang dihadapi oleh temannya,
namun mayoritas siswa masih bekerja sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Ada beberapa siswa yang kesulitan tetapi tidak mau
bertanya kepada temannya yang sudah paham dalam satu kelompok.
Peneliti sudah memberikan umpan balik kepada siswa yaitu memberikan pujian kepada siswa yang maju ataupun yang mau
menjawab yang diajukan oleh peneliti. Siswa masih sedikit bingung dengan pembelajaran pertama karena mereka belum
terbiasa bekerja sama dalam kelompok. Pada akhir pembelajaran pertemuan pertama peneliti memberikan tugas yang dikerjakan
secara mandiri. Pada pertemuan kedua, beberapa siswa sudah mulai dapat
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together NHT. Siswa sudah mulai aktif ambil
bagian dalam pembelajaran. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kelompok, walaupun belum ada pembagian tugas
didalam masing-masing kelompok tersebut. Namun siswa sudah mulai antusias untuk menjawab pertanyaan pada sesi pembahasan.
Di akhir pembelajaran inti, peneliti memberikan tugas yang dikerjakan siswa secara mandiri, pada proses evaluasi siswa
bergiliran menjawab pertanyaan di papan tulis dan siswa lain boleh memberikan komentar serta menyatakan pendapatnya tentang soal-
soal yang telah dikerjakan oleh temannya. Siswa diberikan kesempatan lebih besar untuk menyampaikan pendapatnya dan
siswa juga dilatih untuk berkomunikasi di dalam kelas. Lembar observasi NHT digunakan untuk mencatat kegiatan
yang dilakukan oleh peneliti dan siswa dalam proses pembelajaran
selama tindakan diberikan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan penerapan pendekatan NHT dalam pembelajaran.
Keterlaksanaan pembelajaran berdasarkan observasi NHT pada siklus I menunjukkan persentase sebesar 63,64 pada pertemuan
pertama dan meningkat menjadi 72,73 pada pertemuan ke-2. Hal ini menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran dengan cukup.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 10. Keterlaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Observasi NHT Pada Siklus I
Pertemuan Jumlah Skor
Maksimal Jumlah Skor
Observasi Keterlaksanaan
Perbelajaran
Pertemuan I Pertemuan II
22 22
14 16
14 22
× 100 = 63,64 16
22 × 100 = 72,73
b. Data angket Angket kemandirian belajar matematika siswa diberikan pada
akhir siklus I untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar matematika siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta.Angket diisi oleh 28 siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta.
Hasil analisis angket kemandirian belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 11. Hasil Persentase Aspek Kemandirian Belajar Siswa Siklus I
Aspek Kemandirian
Belajar Jumlah Skor
Angket Maksimal
Jumlah Skor Angket Yang
Diperoleh Persentase
Motivasi 560
317 317
560 × 100 =
56,61 cukup Inisiatif
560 320
320 560
× 100 = 57,14 cukup
Disiplin 560
325 325
560 × 100 =
58,04 cukup Percaya diri
448 246
246 448
× 100 = 54,91 cukup
Tanggung jawab
672 416
416 672
× 100 = 61,9 cukup
Rata-rata persentase 57,72
c. Data evaluasi akhir siklus Tes siklus diberikan setelah pertemuan kedua pada akhir siklus
I, sedangkan pada setiap pertemuan hanya di berikan tugas mandiri saja.Hasil yang diperoleh siswa saat tes siklus I cukup, hal itu
terlihat pada rata-rata kelas yang menunjukkan nilai 73,75. Data hasil tes siklus I dapat dilihat pada lampiran.
Nilai rata-rata matematika kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta berdasarkan hasil tes siklus I adalah 73,75 dengan
kategori cukup. d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, angket dan hasil evaluasi siklus I, ternyata masih
terdapat kekurangan yang menyebabkan terhambatnya tujuan penelitian yaitu upaya meningkatkan kemandirian belajar
matematika siswa kelas VII love SMP Joannes Bosco Yogyakarta dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together NHT. Oleh sebab itu, perlu dilakukan refleksi terhadap hasil pengamatan yang diperoleh. Refleksi dilakukan bersama
dengan guru yang bersangkutan. Beberapa kendala yang muncul selama pembelajaran
berlangsung pada siklus I adalah sebagai berikut : 1. Sebagian siswa masih banyak yang diam dan malas untuk
menyampaikan pendapat. Beberapa siswa kurang aktif apabila peneliti meminta menyelesaikan soal di depan karena kurang
percaya diri. 2. Di dalam kelompok terlihat belum ada pembagian kerja, masih
didominasi oleh siswa yang pintar yang mengerjakan tugas, siswa
yang lain justru asyik mengobrol sendiri yang mengakibatkan kelas menjadi ramai.
3. Siswa belum terbiasa memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
Dari akhir siklus I ini, dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar matematika siswa selama proses pembelajaran masih kurang optimal.
Rata-rata kemandirian belajar siswa pada semua aspek persentasenya masih kurang dari75 yaitu hanya sebesar 57,72. Nilai rata-rata tes
siklus I sebesar 73,75. Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II untuk mengatasi
kendala di atas adalah sebagai berikut : 1. Perlunya dorongan yang lebih untuk siswa menyampaikan
pendapat. 2. Perlunya metode belajar yang membuat masing-masing siswa
bertanggung jawab terhadap kepahaman materi yang diberikan, sehingga bukan hanya siswa pintar saja yang mendominasi diskusi.
3. Perlunya memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk berkomunikasi dan berlatih menjelaskan kepada temannya,
sehingga siswa yang memiliki kompetensi lebih dalam memahami materi dapat membantu siswa lain yang kurang memahami materi.
Dari analisis dan refleksi di atas, maka peneliti merasa masih perlu untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam siklus I untuk
lebih meningkatkan dan memaksimalkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
Perbaikan yang dilakukan dalam siklus II diharapkan dapat meningkatkan dan mengoptimalkan kemandirian belajar siswa dalam
pembelajaran matematika. 2. Kegiatan siklus II
Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan.Masing –masing pertemuan
mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a Perencanaan Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan pada
tindakan siklus I, peneliti memutuskan untuk mengadakan tindakan lanjutan
sebagai upaya
untuk memaksimalkan
peningkatan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Tindakan
siklus II ini menggunakan model pembelajaranyang sama dengan tindakan pada siklus I hanya saja peneliti merubah anggota masing-
masing kelompok karena di lihat pada siklus I ada beberapa kelompok yang masing kurang efektif dan cenderung mengobrol sendiri dalam
satu kelompok. Perencanaan tindakan pada siklus II didahului pada perbaikan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, Lembar Kegiatan Siswa, dan tes siklus II dengan pertimbangan guru matematika kelas VII Love
SMP Joannes Bosco Yogyakarta. Untuk siklus II, peneliti
menggunakan 2 Lembar Kegiatan Siswa, yaitu Lembar Kegiatan Siswa 3 dengan materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut
luar segitiga dan Lembar Kegiatan Siswa 4 dengan materi menentukan rumus keliling dan luas segitiga.
b Tahap Pelaksanaan 1 Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama siklus II, pembelajaran matematika di kelas VII Love Joannes Bosco Yogyakarta dilaksanakn pada hari
Kamis, 18 April 2013 pukul 08.20 sampai pukul 09.40 WIB. Kegiatan yang dilaksakan pada pertemuan ini berdasarkan pada
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Materi yang dipelajari pada pembelajaran ini
adalah tentang materi menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar segitiga. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran ini adalah siswa diharapkan mampu menggunakan dan mengaplikasikan hubungan sudut dalam dan sudut luar
segitiga. Dalam pelaksanaan pembelajaran ini peneliti berperan sebagai
pengajar dan sekaligus pengamat utama yang dibantu oleh teman sejawat
yang mengetahui
tentang pembelajaran
dengan menggunakan metode kooperatif tipe Numbered Heads Together
NHT sebagai pengamat kedua.
a. Pembukaan Guru,
peneliti dan
pengamat memasuki
kelas dan
mengucapakan salam. Siswa masih dalam kondisi sangat ribut, beberapa anak ada yang sedang berjalan-jalan di dalam
kelas.Bahkan sebelum peneliti masuk ada beberapa siswa yang sedang asyik ngobrol di luar kelas. Peneliti dibantu guru mencoba
untuk menenangkan siswa dan mengkondusifkan kelas. Setelah seluruh siswa tenang dan siap untuk memulai
pembelajaran, peneliti mencoba untuk mengingatkan kembali para siswa tentang materi pada pertemuan sebelumnya dengan tanya
jawab tentang materi a. pengertian segitiga siku –siku sama kaki
segitiga yang besar salah satu sudutnya adalah 90° dan panjang dua sisinya sama. b. pengertian segitiga tumpul sama kaki
segitiga yang besar salah satu sudutnya lebih dari 90° dan panjang dua sisinya sama. c. pengertian segitiga lancip sama kaki
segitiga yang besar semua sudutnya kurang dari 90° dan panjang dua sisinya sama.
b Kegiatan Inti Setelah peneliti melakukan apersepsi tentang macam
–macam segitiga berdasarkan panjang sisi dan besar sudut, peneliti
memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini dan memberikan motivasi agar siswa lebih aktif dan dapat bekerja
sama dengan baik dalam satu kelompok. Siswa yang lebih paham
diharapkan dapat membantu menjelaskan kepada teman yang masih belum paham. Sedangkan untuk siswa yang masih kurang
mengerti dengan materi diharapkan untuk aktif bertanya tidak hanya diam dan tidak ikut dalam diskusi ataupun dalam
mengerjakan tugas kelompok yang diberikan. Peneliti memulai kegiatan inti dengan menjelaskan materi pada
pertemuan ini, yaitu menggunakan hubungan sudut dalam dan sudut luar suatu segitiga. Kemudian peneliti membentuk kelompok
yang nantinya setiap kelompok akan diberikan tugas yang harus dikerjakan bersama
–sama. Berikut adalah tahap
–tahap pembentukan kelompok belajar dengan menggunakan model pembelajaran
“Numbered Heads Together
”.
1. Penomoran
Peneliti membacakan nama –nama kelompok dan juga siswa
yang ada didalam setiap kelompok tersebut. Kelompok ini dibetuk secara acak berdasarkan hasil tes siswa, siswa yang mendapatkan
nilai tinggi digabungkan dengan siswa yang mendapat nilai rendah. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat saling membantu dalam
satu kelompoknya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk bergabung dengan
kelompok masing- masing. Setiap siswa dibagikan pin bernomor untuk digunakan oleh masing
–masing siswa seperti pada