75
sebesar 86,1 ini dikarenakan adanya krisis yang melanda bangsa Indonesia dan pada umumnya kenaikan tingkat inflasi terjadi dari kenaikan
harga barang – barang yang tidak dikendalikan Pemerintah dan adanya kenaikan harga BBM. tetapi pada tahun 1999 terjadi perkembangan
terendah sebesar - 94,97 . Hal ini bisa dilihat dari nilai Tingkat Inflasi di tahun 1998 sebesar 95,21 menjadi 0,24 atau turun sebesar - 94,97 .
Tabel.5. Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1995-2009 Tahun
Tingkat Inflasi Perkembangan
1995 8,69
- 1996
6,68 - 2,01
1997 9,11
2,43 1998
95,21 86,10
1999 0,24
- 94,97 2000
10,46 10,22
2001 14,13
3,67 2002
9,15 - 4,98
2003 4,79
- 4,36 2004
6,06 1,27
2005 14,12
8,06 2006
6,71 - 7,41
2007 6,27
- 0,44 2008
8,73 2,46
2009 5,39
- 3,34 Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Timur diolah
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased Estimator.
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka
estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan.
76
Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series
atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995:201. Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti
apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang
dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat.
Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Jika d lebih Makanan dan Minuman daripada d
L
atau lebih besar daripada 4-d
L
2. Jika d teletak antara d
, maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
U
dan 4-d
U
3. Jika nilai d terletak antara d
, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
L
dan d
U
atau antara 4-d
L
dan 4-d
U
maka uji Durbin-Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti, untuk nilai-nilai ini tidak dapat disimpulkan ada tidaknya
autokorelasi di antara faktor-faktor penganggu.
77
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka perlu dilihat nilai DW tabel. Diketahui jumlah
variabel bebas adalah 4 k=4 dan banyaknya data adalah n=15 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar d
L
= 0,688 dan d
U
Gambar 7. Kurva Statistik Durbin Watson =
1,977.
Daerah Daerah Daerah Daerah Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis
pastian pastian Tolak Tidak ada Tolak
Ho autokorelasi Ho 0 d
L
= 0,688 d
U
= 1,977 4-d
U
= 2,023 4-d
L
= 3,312 d
1,305
Sumber : Lampiran 2 dan 7 Berdasarkan hasil analisis, maka dalam model regresi ini
tidak terjadi gejala autokorelasi karena nilai DW tes yang diperoleh adalah sebesar 1,305 berada pada daerah antara dL dan dU yang berarti
berada dalam daerah ketidak pastian.
2. Multikolinier
Multikolinieritas berarti ada hubungan linier yang “sempurna” atau pasti di antara beberapa atau semua variabel independen dari
model regresi. Dari dugaan adanya multikolinieritas tersebut maka perlu
adanya pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala
78
multikolinier dengan cara menghitung Variance Inflation Factor VIF. VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF
lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinier pada persamaan regresi linier.
Adapun hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat variabel
yang dianalisis dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 : Tes Multikolinier TOLERANCE
VIF Ketentuan
KETERANGAN 0,598
1,672 ≤ 10
Tidak terjadi Multikolinier 0,804
1,244 ≤10
Tidak terjadi Multikolinier 0,417
2,396 ≤10
Tidak terjadi Multikolinier 0,645
1,551 ≤10
Tidak terjadi Multikolinier Sumber : Lampiran 3
3. Heterokedastisitas
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas X. Hal ini bisa diidentifikasikan dengan
menghitung korelasi rank spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Pembuktian adanya heterokedastisitas dilihat pada
tabel dibawah ini.
79
Tabel 7. Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi
Residual Simpangan
Baku
Spearmans rho
Residual Simpangan Baku Koefisien Korelasi
1000 Sig. 2-tailed
- N
15 Jumlah Dana Pihak Ketiga
Bank X1 Koefisien Korelasi
.054 Sig. 2-tailed
.850 N
15 Jumlah Pengusaha Kecil X2 Koefisien Korelasi
-.093 Sig. 2-tailed
.742 N
15 Tingkat Suku Bunga Kredit
X3 Koefisien Korelasi
.154 Sig. 2-tailed
.585 N
15 Tingkat Inflasi X4
Koefisien Korelasi .689
Sig. 2-tailed .752
N 15
Sumber : Lampiran 4. Berdasarkan tabel diatas, diperoleh tingkat signifikansi
koefisien korelasi rank spearman untuk variabel bebas X
1
sebesar 0,850; X
2
sebesar 0,742; X
3
sebesar 0,585 dan X
4
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran
asumsi klasik. sebesar 0,752
terhadap residual lebih besar dari 0,05 tidak signifikan sehingga tidak mempunyai korelasi yang berarti antara nilai residual dengan variabel
yang menjelaskan. Jadi dapat disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heterokedastisitas.
80
4.3.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis
Dalam analisis ini digunakan analisis regresi linier berganda dan untuk mengolah data yang ada diguanakan alat bantu komputer dengan
program SPSS Statistic Program For Social Science versi 13.0. Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut : Y = 2869834+ 0,035 X
1
+ 195,594 X
2
- 118582 X
3
+ 34983,550 X Berdasarkan persamaan tersebut di atas, maka dapat dijelaskan
melalui penjelasan sebagai berikut:
4
βo = nilai konstanta sebesar 2869834 menunjukkan bahwa apabila faktor Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
1
, Jumlah Pengusaha Kecil X
2
, Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
,dan Tingkat Inflasi X
4
β konstan maka Penyaluran Kredit naik
sebesar Rp.2.869.834.
1
= 0,035. menunjukkan bahwa faktor Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
1
berpengaruh positif, dapat diartikan apabila Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank mengalami peningkatan satu juta
rupiah maka Penyaluran Kredit akan mengalami peningkatan sebesar Rp.35.000 dengan asumsi X
2
, X
3
dan X
4
β Konstan.
2
= 95,594 menunjukkan bahwa faktor Jumlah Pengusaha Kecil X
2
berpengaruh positif, dapat diartikan apabila ada kenaikan Jumlah Pengusaha Kecil satu unit maka Penyaluran Kredit
81
akan mengalami peningkatan sebesar Rp.95.594.000 dengan asumsi X
1
, X
3
dan X
4
β Konstan.
3
= -118582 menunjukkan bahwa faktor Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
berpengaruh negatif, dapat di artikan apabila ada kenaikan Tingkat Suku Bunga Kredit satu persen maka
Penyaluran Kredit akan mengalami penurunan sebesar Rp.118582 juta dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
4
β Konstan.
4
= 34983,550 menunjukkan bahwa faktor Tingkat Inflasi X
4
berpengaruh positif, dapat di artikan apabila setiap ada kenaikan Tingkat Inflasi satu persen maka Penyaluran Kredit
akan mengalami peningkatan sebesar Rp.34983,550 juta dengan asumsi X
1
, X
2
dan X
3
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan
Konstan.
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji F dengan langkah – langkah
sebagai berikut : Tabel 8: Analisis Varian ANOVA
Sumber Varian
Jumlah Kuadrat Df
Kuadrat Tengah F hitung
F tabel
Regresi 2E+013
4 6,157E+012
9,152 3,48
Sisa 7E+012 10
6,728E+011 Total
3E+013 14 Sumber: Lampiran 3 dan 6
82
1. Untuk menguji pengaruh secara simultan serempak digunakan uji F dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Ho :
β
1
= β
2
= β
3
= β
4
Secara keseluruhan variabel bebas tidak ada pengaruh terhadap variabel terikat.
= 0
Hi : β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ β
4
Secara keseluruhan variabel bebas ada pengaruh terhadap variabel terikat.
≠ 0
b. α = 0,05 dengan df pembilang = 4
df penyebut = 15 c.
F tabel α = 0,05 = 3,48
d. F hitung =
Rata - rata kuadrat regresi Rata - rata kuadrat sisa
6,157E+012 = --------------------------- = 9,152
6,728E+011
e. Daerah pengujian Gambar 8.
Distribusi Kriteria PenerimaanPenolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan
9,152 3,48
Daerah Penerimaan H Daerah Penolakan H
tabel
83
Ho diterima apabila F hitung ≤ 3,48
Ho ditolak apabila F hitung 3,48 f
. Kesimpulan Oleh karena F hitung = 9,152 F tabel = 3,48 maka Ho ditolak
dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor– faktor variable bebas yaitu Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank
X
1
, Jumlah Pengusaha Kecil X
2
, Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
, dan Tingkat Inflasi X
4
Uji Hipotesis Secara Parsial
, berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penyaluran Kredit Y.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
1
, Jumlah Pengusaha Kecil X
2
, Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
,dan Tingkat Inflasi X
4
Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X . Hasil
penghitungan tersebut dapat dilihat dalam analisis sebagai berikut :
1
, Jumlah Pengusaha Kecil X
2
, Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
,dan Tingkat Inflasi X
4
Variabel terhadap Penyaluran Kredi Y.
Koefisien Regresi
t hitung t tabel
r
2
Parsial Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X1
0,035 3,929
2,228 0,606
Jumlah Pengusaha Kecil X2 195,594
2,418 2,228
0,368 Tingkat Suku Bunga Kredit X3
-118582 -1,063
2,228 0,101
Tingkat InflasiX4 34983,550
2,924 2,228
0,461 Variabel terikat : Penyaluran Kredit
Konstanta : 2869834 Koefisien Korelasi R : 0,886 R
2
: 0,785 Sumber: Lampiran 3 dan 6
84
Selanjutnya untuk melihat ada tidaknya pengaruh masing- masing variabel terhadap variable terikatnya, dapat dianalisa melalui uji
t dengan ketentuan sebagai berikut :
a Pengaruh secara parsial antara Jumlah Dana Pihak Ketiga
Bank X
1
Langkah-langkah pengujian :
terhadap Penyaluran Kredit Y
i. Ho :
β
1
Hi : β
= 0 tidak ada pengaruh
1
ii. α = 0,05 dengan df = 4
≠ 0 ada pengaruh
iii. t hitung =
β Se
β
1 1
= 3,929 iv.
level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 v.
pengujian Gambar 9
Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
1
terhadap Penyaluran Kredit Y
Sumber
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 3,929 t-tabel sebesar 2,228 Ho ditolak dan Ha diterima pada level
signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
: lampiran 3
1
berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Penyaluran Kredit Y. Hal ini didukung juga dengan nilai
2,228 -2,228
Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
3,929
85
signifikansi dari Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank X
1
Nilai r sebesar
0,003 yang lebih kecil dari 0,05.
2
parsial untuk variabel Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank sebesar 0,606 yang artinya bahwa Jumlah Dana Pihak
Ketiga Bank X
1
b Pengaruh secara parsial antara Jumlah Pengusaha Kecil X
secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Penyaluran Kredit Y sebesar 60,6 , sedangkan sisanya
39,4 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut.
2
Langkah-langkah pengujian :
terhadap Penyaluran Kredit Y
i. Ho :
β
2
Hi : β
= 0 tidak ada pengaruh
2
ii. α = 0,05 dengan df = 4
≠ 0 ada pengaruh
iii. t hitung =
β Se
β
2 2
= 2,418 iv.
level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 v.
pengujian Gambar 10
Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Jumlah Pengusaha Kecil X
2
terhadap Penyaluran Kredit Y
Sumber : Lampiran 3
Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho
Daerah Penolakan Ho
-2,288 2,228
2,418
86
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 2,418 t tabel sebesar 2,228 maka Ho ditolak dan Ha di terima, pada
level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Jumlah Pengusaha Kecil X
2
berpengaruh secara nyata positif terhadap Penyaluran Kredit Y. hal ini didukung juga dengan nilai
signifikansi dari Jumlah Pengusaha Kecil X
2
Nilai r sebesar 0,036 yang
lebih kecil dari 0,05.
2
parsial untuk variabel Jumlah Pengusaha Kecil sebesar 0,368 yang artinya bahwa Jumlah Pengusaha X
2
c Pengaruh secara parsial antara Tingkat Suku Bunga Kredit
X
secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Penyaluran Kredit Y
sebesar 36,8 , sedangkan sisanya 63,2 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut.
3
Langkah-langkah pengujian :
terhadap Penyaluran Kredit Y
i. Ho :
β
3
Hi : β
= 0 tidak ada pengaruh
3
ii. α = 0,05 dengan df = 4
≠ 0 ada pengaruh
iii. t hitung =
β Se
β
3 3
= -1,063 iv.
level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228
87
v. pengujian
Gambar 11 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat Suku Bunga
Kredit X
3
terhadap Penyaluran Kredit Y
Sumber
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar -1,063 t tabel sebesar 2,228 maka Ha diterima dan Ho ditolak, pada level
signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Suku Bunga Kredit X
: Lampiran 3
3
tidak berpengaruh secara nyata positif terhadap Penyaluran Kredit Y.hal ini didukung juga dengan nilai
signifikansi dari Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
Nilai r sebesar 0,313
yang lebih besar dari 0,05.
2
parsial untuk variabel Tingkat Suku Bunga Kredit sebesar 0,101 yang artinya Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat Penyaluran Kredit Y
sebesar 10,1 , sedangkan sisanya 89,9 tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut.
2,228 -1,063
- 2,228 Daerah Penerimaan
Ho Daerah Penolakan
Ho Daerah Penolakan
Ho
88
d Pengaruh secara parsial antara Tingkat Inflasi X
4
Langkah-langkah pengujian :
terhadap Penyaluran Kredit Y
vi. Ho :
β
4
Hi : β
= 0 tidak ada pengaruh
4
vii. α = 0,05 dengan df = 4
≠ 0 ada pengaruh
viii. t hitung =
β Se
β
4 4
= 2,924 ix.
level of significani = 0,052 0,025 berarti t tabel sebesar 2,228 x.
pengujian Gambar 12
Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat InflasiX
4
terhadap Penyaluran Kredit Y
Sumber
Berdasarkan pehitungan diperoleh t-hitung sebesar 2,924 t tabel sebesar 2,228 maka Ho di tolak dan Ha di terima, pada
level signifikan 5 , sehingga secara parsial Faktor Tingkat Inflasi X
: Lampiran 3
4
berpengaruh secara nyata positif terhadap Penyaluran Kredit Y. hal ini didukung juga dengan nilai signifikansi dari Tingkat
Inflasi X
4
Nilai r sebesar 0,015 yang lebih kecil dari 0,05.
2
parsial untuk variabel Tingkat Inflasi sebesar 0,461 yang artinya Tingkat Inflasi X
4
secara parsial mampu
2,228 2,924
- 2,228 Daerah Penerimaan
Ho Daerah Penolakan
Ho Daerah Penolakan
Ho
89
menjelaskan variabel terikat Penyaluran Kredit Y sebesar 46,1 , sedangkan sisanya 53,9 tidak mampu dijelaskan oleh variabel
tersebut. Kemudian untuk mengetahui variabel mana yang
berpengaruh paling dominan empat variabel bebas terhadap Penyaluran Kredit di Indonesia : Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank
X
1
, Jumlah Pengusaha Kecil X
2
, Tingkat Suku Bunga Kredit X
3
, dan Tingkat Inflasi X
4
dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsial yang paling besar, dimana dalam
perhitungan ditunjukkan oleh variabel Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank dengan koefisien determinasi parsial r
2
4.4. Pembahasan