FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL BANK UMUM DI SURABAYA.
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepaka Fakultas EkonomiUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1
Jurusan Ekonomi Pembangunan
OLEH : LILIK ZAINIYAH
NPM 0511010067
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL BANK UMUM DI SURABAYA” ini dapat terselesaikan.
Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan pembimbing yaitu Ibu DR. Hj. MUCHTOLIFAH, SE, MP yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini., motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
(3)
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa 5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik cabang
Surabaya, dan Bank Indonesia cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan
motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
(4)
bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb
Surabaya, Juli 2009
Peneliti
(5)
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFRTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... x
ABSTRAKSI... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Definisi Umum Perbankan ... 12
2.2.1.1. Jenis-Jenis Bank ... 13
2.2.1.2. Pengertian Bank Umum ... 14
2.2.1.3. Usaha-Usaha Bank Umum ... 15
2.2.1.4. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan ... 16
2.2.1.5. Tugas dan Fungsi Bank ... 18
2.2.2. Kredit ... 19
2.2.2.1. Pengertian Kredit ……….. 19
2.2.2.2. Tujuan Kredit ……… 20
2.2.2.3. Fungsi Kredit ……… 22
2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit ……….. 22
2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ……….. 23
2.2.2.6. Penilaian Kredit ……… 26
2.2.2.7. Syarat Kredit ………. 27
(6)
2.2.3.1. Pengertian jumlah dana bank………... 32
2.2.3.2. Tabungan masyarakat dan Deposito………….. 34
2.2.3.3Hubungan Jumlah Dana Bank Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil…………... 37
2.2.4. Pengusaha Kecil ... 38
2.2.4.1.Pengertian Pengusaha Kecil... 38
2.2.4.2. Hubungan Pengusaha Kecil Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil... 39
2.2.5. Tingkat Suku Bunga... 40
2.2.5.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga ……... 40
2.2.5.2. spread antara BI rate dengan rata-rata tingkat bunga UMKM……… 41
2.2.5.2. Hubungan Tingkat Suku Bunga Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil………… 43
2.2.6. Pendapatan Perkapita ... 45
2.2.6.1.Pengertian Pendapatan Perkapita …………. 45
2.2.6.2. Hubungan Pendapatan Perkapita Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil ………….. 47
2.3. Kerangka Pikir ... 48
2.4. Hipotesis ... 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 51
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 52
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 53
3.3.1. Jenis Data ... 53
3.3.2. Sumber Data ... 53
3.3.3. Pengumpulan Data ... 53
(7)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63
4.1. Diskripsi Obyek penelitian... 63
4.1.1. Kondisi geografis... 63
4.1.2. Kependudukan... 64
4.1.3. Kondisi bank umum disurabaya ... 65
4.2. Diskripsi Hasil Penelitian... 67
4.2.1. Perkembagan penyaluran kredit disurabaya... 67
4.2.2. Perkembagan jumlah dana bank... 69
4.2.3. Perkembagan jumlah pengusaha kecil... 70
4.2.4. Perkembagan pendapatan perkapita... 72
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi klasik(BLUE/Best LInier Unbiased Estimator ... 73
4.3.1. Anslisis dan Penguji Hipotesis... 77
4.3.2. Uji hipotesis secara simultan... 79
4.3.3. Uji hipotesis secara parsial... 81
4.4. Pembahasan ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89
5.1. Kesimpulan... 89
5.2. Saran... 92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi
(8)
Tabel 1 : Perkembangan penyaluran kredit usaha kecil di surabaya tahun
1994-2008...68
Tabel 2 : Perkembangan jumlah dana bank di surabaya tahun 1994-2008...69
Tabel 3 : Perkembangan jumlah pengusaha kecil di surabaya tahun 1994-2008...70
Tabel 4 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit di surabaya tahun 1994-2008...71
Tabel 5 : Perkembangan pendapatan perkapita di surabaya tahun 1994-2008...72
Tabel 6 : Hasil Uji Multikolinearitas...75
Tabel 7 : Test Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman...76
Tabel 8 : Hasil analisis variabel Y terhadap Variabel X ...77
Tabel 9 : Analisis Varian (ANOVA)...79
Tabel 10 : Hasil Analisis Variabel Y terhadap Variabe...81
(9)
Gambar 1 :Kurva permintaan... 29
Gambar 2 : Kurva Penawaran ... 31
Gambar 3 : Kerangka konseptual paradigma penelitian... 49
Gambar 4 : Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi F... 57
Gambar 5 : Daerah kritis Ho melalui kurva distribusi t... 58
Gambar 6 :Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva autokorelasi... . 60
Gambar 7 : Kurva Statistik Durbin Watson... 74
Gambar 8 :Distribusi kriteria penerimaan / penolakan Hipotesis secara simultan atau Keseluruan ... 80
Gambar 9 :Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara parsial Faktor jumlah dana bank (X1) terhadap penyaluran kredit usaha kecil di surabaya(Y)... 82
Gambar 10 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara parsial Faktor jumlah pengusaha kecil (X2) terhadap penyaluran kredit usaha kecil di surabaya (Y)... 83
Gambar 11: Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara parsial tingkat suku bunga kredit (X3) terhadap penyaluran kredit usaha kecil di surabaya (Y)... 84
(10)
(11)
Lampiran 1 : Data Input Penelitian
Lampiran 2 : Analisis Regresi Linier Berganda model summary dan anova Lampiran 3 : Analisis Regresi Berganda Coefficient dan Correlations
Lampiran 4 : Tabel Uji F Lampiran 5 : Tabel Uji t
Lampiran 6 : Tabel Durbin-Watson
(12)
xi
LILIK ZAINIYAH Abstraksi
Penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di surabaya adalah merupakan suatu dilema yang ada. Alasanan dipilihnya penyaluran kredit usaha kecil pada Bank umum di surabaya menjadi obyek penelitian yaitu pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2008 penyaluran kredit usaha kecil pada Bank umum di surabaya mengalami keadaan yang berfluktuatif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita terhadap penyaluran kredit usaha kecil Bank Umum di surabaya. Variabel yang digunakan jumlah dana bank (X1), jumlah pengusaha kecil (X2), tingkat suku bunga kredit (X3) dan pendapatan perkapita (X4), data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang diambil selama kurun waktu 15 tahun. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Setatistik Jawa Timur (BPS). Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.00. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F statistik.
Hasil analisis menunjukan secara simultan variabel bebas, yaitu jumlah dana bank (X1), jumlah dana bank (X2), tingkat suku bunga kredit (X3) dan pendapatan perkapita (X4) berpengaruh siknifikan terhadap variabel terikat penyaluran kredit usaha kecil Bank Umum di surabaya (Y) diperoleh Fhitung sebesar 236,013>Ftabel = 3,48. Sedangkan Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel jumlah dana bank, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya, hal ini dapat ditunjukkan pada uji thitung lebih besar dari tabel.Sedangkan hasil pengujian secara parsial variable jumlah pengusaha kecil tidak memiliki pengaruh yanh signifikan terhadap penaluran kredit usaha kecil di Surabaya, hal ini dapat ditunjukkan pada uji t dimana nilai thitung lebih besar dari ttabel. Sedangkan hasil pengujian secara parsial variabel jumlah dana bank mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya, hal ini dapat dibuktikan kebenarannya dengan nilai determinasi parsial (r2 ) sebesar 0,958 atau sebesar 95,8% lebih besar dari pada variable lain.
(13)
1.1. Latar Belakang
Industri Perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut dimana pada tahun 1983 ketika berbagai zaman deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertumbuhan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia (Dendawijaya, 2003 : 9).
Sesuai dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan yaitu “Bank adalah simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” sehingga diharapkan peranan bank dengan meningkatkan majunya pengusaha kecil yang akhirnya akan menunjang ekonomi nasional secara merata (Dendawijaya, 2003 : 17).
Meskipun dari tahun ke tahun menunjukan angka pertumbuhan investasi (tahun 2004) PMA US$ 2.874083,00 dan PMDN US$ 17.647.004.000, dengan pertumbuhan ekonomi 5,45%, tetapi karena surabaya sebagai icon pertumbuhan jawa timur dan bahkan sebagai window Indonesia timur, maka realisasinya masih belum sesuai dengan harapan atau belum sebanding dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan.
Masih terbatasnya pembiayaan pembangunan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan dan program yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota, hal ini disebabkan masih belum optimalnya upaya-upaya penggalian
(14)
pembiayaan pembangunan baik yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi aternatif sumber-sumber pembiayaan daerah.
Terwujutnya kota surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintah dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi.
Fasilitas pengembagan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil menengah dengan pengusaha besar yang didukung oleh iklim usaha yang kondusif.
Kredit perbankan sebagai salah satu penyaluran dana perbankan merupakan sumber pembiayaan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi setiap perubahan dari volume kredit perbankan akna mempunyai pengaruh berarti bagi perekonomian, khususnya kredit usaha kecil (Winarsih, 2003 : 3).
Menurut laporan tahunan Bank Indonesia dijelaskan bahwa sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia. Perkembangan nasional sejak tahun 1967 mengalami pasang surut. Perkembangan perbankan yang terlampau cepat pada tahun 1989 dan tahun 1990 yang diikuti dengan tajamnya persaingan yang menyebabkan banyak bank yang kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam pemberian kredit. (Anonim, 2003 : 2).
(15)
Kredit usaha merupakan salah satu faktor yang menunjang berjalannya usaha bisnis yang dikelola oleh para konsumen, baik pengusaha kecil, menengah maupun perusahaan raksasa yang menguasai bisnis dari hulu hingga hilir. Kredit usaha diperoleh dengan mengajukan sejumlah kredit usaha yang ditetapkan. Kriteria tersebut dikenal sebagi prinsip pemberian kredit yang terdiri dari character, capacity, capital, condition of economy and
colateral. (Firdaus, 1995 : 33). Prinsip ini diberlakukan sebagai upaya
menghindarkan resiko yang dihadapi oleh para pemberi atau penyedia modal dimasa yang akan datang, dimana resiko bisnis. (Anonim, 2003 : 84).
Bagi perekonomian khususnya kredit usaha kecil, tingginya tingkat suku bunga kredit menyebabkan terjadinya banyak kredit macet. Untuk itu, maka suku bunga diupayakan agar dapat serentak mungkin, sehingga dapat mendorong kegiatan investasi, dan tidak mengakibatkan pengaliran modal ke luar negeri (Sukirno, 1995 : 112).
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia usaha kecil selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahap pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu departemen perindustrian, departemen koperasi dan usaha kecil menengah. Namun demikian, usaha pengembangan telah dilaksanakan masih belum memuaskan haislnya, karena pada kenyataannya kemajuan usaha kecil sangat rendah
(16)
dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijakan usaha kecil oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga haislnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri (Partono dan Soejoedono, 2002 : 20).
Pengusaha kecil sangat memerlukan sumber dana yang cukup besar guna menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha kecil dalam menghadapi globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank yang dihimpun, hal ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, masyarakat luas dan lembaga lain (Kasmir, 2002 : 62).
Berdasarkan data-data yang diambil dari kantor Biro Pusat Statistik dan Bank Indonesia pada tahun 2009 di Surabaya, Diketahui bahwa jumlah kredit usaha kecil pada bank umum yang ada di Surabaya mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif. Data 5 tahun terkini yang dihimpun diperoleh bahwa pada tahun 2004 jumlah kredit usaha kecil disurabaya (dalam jutaan rupiah) mencapai RP 3.353.032. Pada tahun 2005 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik sebesar 19,32% menjadi RP 4.156.010. Pada tahun 2006 jumlah kredit usaha kecil tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 5,03% menjadi RP 4.375.979. Pada tahun 2007 jumlah kredit usaha kecil masih mengalami peningkatan sebesar 17,05% menjadi 5.275.563. Dan pada tahun 2008 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,13% menjadi 6.689.149. Hal ini
(17)
dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah kredit usaha kecil pada tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, Dengan meningkatnya kredit usaha kecil tersebut setiap tahunnya, Maka meningkat pula jumlah industri dan usaha baik yang berskala kecil, menengah, maupun besar yang ada disurabaya. Meningkatnya jumlah kredit usaha kecil tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Anonim, 2009).
Meningkatkan peranan pengusaha kecil tidak saja sangat penting dilihat dari aspek pengusaha yang bersangkutan, akan tetapi karena pada umumnya pengusaha kecil adalah bersifat padat karya maksudnya pengusaha kecil adalah bersifat padat karya, maksudnya ialah dapat menyerap tenaga kerja. Apabila penyaluran kredit kepada pengusaha kecil yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula, tetapi penyaluran kredit dana bank dan jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita, semuanya diusahakan di dalam suatu keserasian, keselarasan dan keseimbangan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil bank umum dikota Surabaya.”
(18)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan permasalahannya, sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh dari faktor jumlah dana bank, jumlah pengusaha
kredit, tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya?
2. Diantara faktor-faktor jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga dana pendapatan perkapita manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap penyaluran kredit usaha kecil ban umum di kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel bebas tersebut yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil bank umum di kota Surabaya.
(19)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilaksanakan antara lain : 1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyaluran kredit usaha kecil bank umum di kota surabaya.
2. Bagi Instansi
Sebagai informasi dan masukan pada instansi yang terkait dalam menentukan kebijakan tentang kredit usaha kecil bank umum di kota Surabaya, serta untuk mengetahui perkembagan tingkat penyaluran kredir usaha kecil.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi fakultas ekonomi UPN “VETERAN”, guna melengkapi perpendaharaan perpustakaan.
(20)
1.1. Latar Belakang
Industri Perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut dimana pada tahun 1983 ketika berbagai zaman deregulasi mulai dilakukan pemerintah, kemudian bisnis perbankan berkembang dengan pesat pada kurun waktu 1988-1996. Pada pertumbuhan tahun 1997 industri perbankan akhirnya terpuruk sebagai imbas dari terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia (Dendawijaya, 2003 : 9).
Sesuai dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan yaitu “Bank adalah simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” sehingga diharapkan peranan bank dengan meningkatkan majunya pengusaha kecil yang akhirnya akan menunjang ekonomi nasional secara merata (Dendawijaya, 2003 : 17).
Meskipun dari tahun ke tahun menunjukan angka pertumbuhan investasi (tahun 2004) PMA US$ 2.874083,00 dan PMDN US$ 17.647.004.000, dengan pertumbuhan ekonomi 5,45%, tetapi karena surabaya sebagai icon pertumbuhan jawa timur dan bahkan sebagai window Indonesia timur, maka realisasinya masih belum sesuai dengan harapan atau belum sebanding dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan.
Masih terbatasnya pembiayaan pembangunan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan dan program yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota, hal ini disebabkan masih belum optimalnya upaya-upaya penggalian
(21)
pembiayaan pembangunan baik yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi aternatif sumber-sumber pembiayaan daerah.
Terwujutnya kota surabaya sebagai pusat perdagangan dan jasa yang cerdas dalam merespon semua peluang dan tuntutan global, didukung oleh kepedulian tinggi dalam mewujudkan struktur pemerintah dan kemasyarakatan yang demokratis, bermartabat dalam tatanan lingkungan yang sehat dan manusiawi.
Fasilitas pengembagan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil menengah dengan pengusaha besar yang didukung oleh iklim usaha yang kondusif.
Kredit perbankan sebagai salah satu penyaluran dana perbankan merupakan sumber pembiayaan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi setiap perubahan dari volume kredit perbankan akna mempunyai pengaruh berarti bagi perekonomian, khususnya kredit usaha kecil (Winarsih, 2003 : 3).
Menurut laporan tahunan Bank Indonesia dijelaskan bahwa sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia. Perkembangan nasional sejak tahun 1967 mengalami pasang surut. Perkembangan perbankan yang terlampau cepat pada tahun 1989 dan tahun 1990 yang diikuti dengan tajamnya persaingan yang menyebabkan banyak bank yang kurang memperhatikan prinsip kehati-hatian, khususnya dalam pemberian kredit. (Anonim, 2003 : 2).
(22)
Kredit usaha merupakan salah satu faktor yang menunjang berjalannya usaha bisnis yang dikelola oleh para konsumen, baik pengusaha kecil, menengah maupun perusahaan raksasa yang menguasai bisnis dari hulu hingga hilir. Kredit usaha diperoleh dengan mengajukan sejumlah kredit usaha yang ditetapkan. Kriteria tersebut dikenal sebagi prinsip pemberian kredit yang terdiri dari character, capacity, capital, condition of economy and
colateral. (Firdaus, 1995 : 33). Prinsip ini diberlakukan sebagai upaya
menghindarkan resiko yang dihadapi oleh para pemberi atau penyedia modal dimasa yang akan datang, dimana resiko bisnis. (Anonim, 2003 : 84).
Bagi perekonomian khususnya kredit usaha kecil, tingginya tingkat suku bunga kredit menyebabkan terjadinya banyak kredit macet. Untuk itu, maka suku bunga diupayakan agar dapat serentak mungkin, sehingga dapat mendorong kegiatan investasi, dan tidak mengakibatkan pengaliran modal ke luar negeri (Sukirno, 1995 : 112).
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia usaha kecil selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahap pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu departemen perindustrian, departemen koperasi dan usaha kecil menengah. Namun demikian, usaha pengembangan telah dilaksanakan masih belum memuaskan haislnya, karena pada kenyataannya kemajuan usaha kecil sangat rendah
(23)
dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijakan usaha kecil oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga haislnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri (Partono dan Soejoedono, 2002 : 20).
Pengusaha kecil sangat memerlukan sumber dana yang cukup besar guna menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha kecil dalam menghadapi globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank yang dihimpun, hal ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, masyarakat luas dan lembaga lain (Kasmir, 2002 : 62).
Berdasarkan data-data yang diambil dari kantor Biro Pusat Statistik dan Bank Indonesia pada tahun 2009 di Surabaya, Diketahui bahwa jumlah kredit usaha kecil pada bank umum yang ada di Surabaya mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif. Data 5 tahun terkini yang dihimpun diperoleh bahwa pada tahun 2004 jumlah kredit usaha kecil disurabaya (dalam jutaan rupiah) mencapai RP 3.353.032. Pada tahun 2005 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik sebesar 19,32% menjadi RP 4.156.010. Pada tahun 2006 jumlah kredit usaha kecil tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 5,03% menjadi RP 4.375.979. Pada tahun 2007 jumlah kredit usaha kecil masih mengalami peningkatan sebesar 17,05% menjadi 5.275.563. Dan pada tahun 2008 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,13% menjadi 6.689.149. Hal ini
(24)
dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah kredit usaha kecil pada tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, Dengan meningkatnya kredit usaha kecil tersebut setiap tahunnya, Maka meningkat pula jumlah industri dan usaha baik yang berskala kecil, menengah, maupun besar yang ada disurabaya. Meningkatnya jumlah kredit usaha kecil tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Anonim, 2009).
Meningkatkan peranan pengusaha kecil tidak saja sangat penting dilihat dari aspek pengusaha yang bersangkutan, akan tetapi karena pada umumnya pengusaha kecil adalah bersifat padat karya maksudnya pengusaha kecil adalah bersifat padat karya, maksudnya ialah dapat menyerap tenaga kerja. Apabila penyaluran kredit kepada pengusaha kecil yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula, tetapi penyaluran kredit dana bank dan jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan pendapatan perkapita, semuanya diusahakan di dalam suatu keserasian, keselarasan dan keseimbangan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil bank umum dikota Surabaya.”
(25)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan dengan uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan permasalahannya, sebagai berikut : 1. Apakah ada pengaruh dari faktor jumlah dana bank, jumlah pengusaha
kredit, tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya?
2. Diantara faktor-faktor jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga dana pendapatan perkapita manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap penyaluran kredit usaha kecil ban umum di kota Surabaya.
2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel bebas tersebut yang
mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil bank umum di kota Surabaya.
(26)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dilaksanakan antara lain : 1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyaluran kredit usaha kecil bank umum di kota surabaya.
2. Bagi Instansi
Sebagai informasi dan masukan pada instansi yang terkait dalam menentukan kebijakan tentang kredit usaha kecil bank umum di kota Surabaya, serta untuk mengetahui perkembagan tingkat penyaluran kredir usaha kecil.
3. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi fakultas ekonomi UPN “VETERAN”, guna melengkapi perpendaharaan perpustakaan.
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk studi perbandingan dalam
penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
penulisan skripsi ini antara lain :
2.1.1. Bagus Wardhany (2007 : x)
“Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum di Jawa
Timur.” Variabel yang digunakan adalah inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2),
gross domestic regional bruto (X3), jumlah kantor bank (X4) dan penyaluran
kredit (Y). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi liner berganda. Dari
hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan
diketahui Fhitung = 7,971 Ftabel = 5,19 berarti variabel inflasi, tingkat suku
bunga, gross domestic regional produk dan jumlah kantor bank umum tersebut
secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat
penyaluran kredit. Sedangkan jika menggunakan uji t parsial dapat diketahui
gross domestik regional (X3) tidak berpengaruh secara nyata terdapat
penyaluran kredit dengan thitung = 3,005 > ttabel = 2,571 yang berarti bahwa
variabel inflasi, tingkat suku bunga, GDP dan jumlah kantor bank umum
memiliki pengaruh parsial atau secara sendiri-sendiri terhadap penyaluran
kredit bank umum Jatim tidak berubah kebenarannya.
(28)
2.1.2. Tisna Mahestika Pangesti (2004 : X)
“Analisis beberaya faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank
umum pada pengusaha kecil di Kabupaten Tuban”. Variabel yang digunakan
adalah tingkat suku bunga kredit (X1), jumlah pengrajin (X2), laba pengusaha
kecil (X3), tingkat inflasi (X4), penyaluran kredit usaha kecil (Y). Teknik
analisis yang digunakan regresi linier berganda dari hasil penelitian didapat
kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung = 78,851
>Ftabel = 2,90 berarti dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga kredit,
jumlah pengrajin, laba pengusaha kecil dan tingkat inflasi berpengaruh secara
nyata terhadap penyaluran kredit usaha kecil.
2.1.3. Sari (2003 : X)
Penelitian dengan judul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit investasi pengusaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia di
Jawa Timur.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa secara simultan uji F
diperoleh Fhitung = 87,702 > Ftabel = 3,48. Dengan kata lain tingkat inflasi (X1),
tingkat suku sunga (X2), jumlah dana bank (X3), dan pendapatan perkapita
(X4) berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit investasi sedangkan
secara parsial uji t diperoleh hasil ttabel = 2,218 artinya variabel tingkat inflasi
(X1) thitung = -3,456, tingkat suku bunga (X2) thitung = 2,084, jumlah dana bank
(X3) thitung = 3,783, pendapatan perkapita (X4) thitung = 8,352 yang
(29)
pengusaha kecil (Y). Untuk variabel pendapatan perkapita (X4) mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap penyaluran kredit tingkat investasi
pengusaha kecil (Y), kemudian disusul tingkat suku bunga (X2), jumlah dana
Bank Rakyat Indonesia (X3) dan tingkat inflasi (X1).
2.1.4. Pangesti (2004 : X)
Penelitian yang berjudul “Analisis beberapa faktor yang
mempengaruhi kredit bank umum pada pengusaha kecil di Kbaupaten Tuban.”
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa secara simultan uji F
diperoleh Fhitung = 78,851 > Ftabel = 2,90. Dengan kata lain, suku bunga kredit
(X1), jumlah pengrajin (X2), laba pengusaha kecil (X3) dan tingkat inflasi (X4)
berpengaruh secara nyata terhadap karyawan penyaluran kredit usaha kecil
pada bank umum di Kabupaten Tuban (Y) sedangkan secara parsial uji t
diperoleh ttabel = 2,093 artinya variabel jumlah pengrajin (X2) thitung = -2,134
masing-masing berpengaruh secara nyata (X4) thitung = -2,134 masing-masing
berpengaruh suku bunga kredit (X1), thitung = -1,844 tidak berpengaruh secara
nyata terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kabupaten
Tuban.
2.1.5. Purwaningrum (2000 : X)
Penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi
penyaluran kredit usaha kecil di kabupaten Bojonegoro.” Variabel terikat (Y)
(30)
variabel bebas (X) yang digunakan meliputi : tingkat suku bunga kredit (X1),
tingkat inflasi (X2), jumlah dana yang dihimpun (X3) dan jumlah pengusaha
kecil (X4). Hasil penelitian diketahui bahwa variabel bebas yaitu tingkat suku
bunga kredit, tingkat inflasi, jumlah dana bank dan jumlah pengusaha kecil
berpengaruh nyata secara simultan dengan variabel terikat. Hal ini diketahui
dari uji F yaitu Fhitung = 95,973 > Ftabel sedangkan pengujian secara parsial
diketahui bahwa tingkat suku bunga, jumlah dana bank dan jumlah pengusaha
kecil berpengaruh nyata terhadap penyaluran kredit. Hal ini diketahui dari
thitung = 3,932 > ttabel = 2,447. Untuk variabel jumlah pengusaha kecil
sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran
kredit. Hal ini diketahui thitung = -2,545 < ttabel = 2,447 untuk variabel tingkat
inflasi.
2.1.6 Kusnarto dan Hendarti, (2001:39) Jurnal Penelitian Ekonomi Berjudul “ Beberapa Faktor Yang mempengaruhi Kredit di Jawa Timur “
a) Variabel dependen (Y) adalah kredit investasi, sedangkan variabel bebas
(X) terdiri dari dana Bank Umum (X1), Suku bunga Kredit (X2), dan
jumlah Investor (X3). Dari hasil analisis dengan uji-F atau secara
simultan dana bank umum, tingkat suku bunga kredit investasi dan
investor berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit investasi
di jawa Timur.
b) Sedangkan dari analisis uji-t atau secara parsial, dana bank umum dan
(31)
investasi di jawa Timur. Dan secara parsial tingkat suku bunga kredit
investasi tidak berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit investasi
di jawa Timur.
Penelitian yang dilakukan peneliti pada kesempatan kali ini berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada
variabel yang digunakan adalah jumlah dana bank (X1), jumlah pengusaha
kecil (X2), tingkat suku bunga (X3) dan pendapatan perkapita (X4).
Sedangkan variabel Y adalah penyaluran kredit usaha kecil dan dilakukan
pada tahun dan didaerah yang berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi Umum Perbankan
Bank didefinisikan oleh Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang
perubahan diatas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang sebagai badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Susilo, dkk,
2000 : 49).
Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan dengan
uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan
(32)
Undang-Undang No.14 tahun 1967 bank adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang. (Harijanto, 1999 : 12).
Jadi, dapat disimpulkan pengertian bank di beberapa sumber tersebut
yaitu suatu jenis lembaga keuangan yang paling penting peranannya dalam
masyarakat yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
2.2.1.1. Jenis-Jenis Bank
Dalam kegiatan perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Perbankan.
Dan jika ditinjau dari segi fungsinya, maka Bank dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Bank sentral
Adalah Bank yang mengatur berbagai kegiatan perbankan dan dunia
keuangan di suatu negara. Di setiap negara terdapat satu bank sentral yang
dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang
oleh Bank Indonesia.
2. Bank umum
Adalah bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan
melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu perorangan maupun
(33)
dan dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu Bank Umum Devisa dan Bank
Umum Non Devisa.
3. Bank Perkreditan Rakyat
Adalah bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan
pedesaan Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar,
lumbung desa, bank pegawai serta bank-bank lainnya yang kemudian
melebur jadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (Kasmir, 2003 :
7-8)
2.2.1.2.. Pengertian Bank Umum
1. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Harijanto, 2002 : 18/0).
2. Bank umum adalah lembaga keuangan yang menerima deposito atau
simpanan dari masyarakat yang dibayarkan atas permintaan dan pemberian
kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang
(Iswardono, 2001 : 61).
3. Bank umum adalah bank yang dalam usahanya bertindak sebagai
pengumpul dana dalam bentuk simpanan baik giro maupun deposito serta
didalam usaha penyaluran dananya bertindak sebagai penyalur kredit
usaha pendek. (Iswardono, 2001 : 54).
4. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pengertian Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
(34)
dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum
dalam arti dapat memberikan seluruh jasa yang ada. (Kasmir, 2003 : 61).
2.2.1.3. Usaha-Usaha Bank Umum
Usaha-usaha bank umum, meliputi :
1. Menghimpun dana dalam masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk
lainnya.
2. Memberikan kredit
3. Menertibkan surat pengakuan hutang
4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
5. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
6. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagai dalam
hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan
agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.
7. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan usaha wali
amanat.
8. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
9. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, sepanjang tidak
berbentengan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan.
(35)
2.2.1.4. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan
Bank umum di Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi :
1. Bank Umum Milik Negara (BUMN)
Bank ini biasa disebut bank milik pemerintah karena seluruhnya
sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Status badan hukumnya adalah
Perusahaan Perseroan atau biasa disebut Persero.
Contoh bank-bank milik pemerintah dewasa ini antara lain :
- Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)
- Bank Rakyat Indonesia (BRI)
- Bank Tabungan Negara (BTN)
- Bank Mandiri
2. Bank Pemerintah Daerah
Bank ini biasa disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD) bank-bank
tersebut didirikan dengan Undang tersendiri yaitu
Undang-Undang No.13 tahun 1962. Dengan diundangkannya UU No.7 tahun
1882 maka BPD tersebut harus berubah status hukumnya menjadi
perusahaan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah
masing-masing daerah. Sampai saat ini Provinsi telah memiliki BPD
masing-masing. Contoh BPD yang ada dewasa ini antara lain :
- BPD DKI Jakarta
- BPD Jawa Barat
- BPD Jawa Tengah
(36)
3. Bank Swasta Nasional
Bank Swasta Nasional dalam kegiatan operasionalnya terbagi menjadi
dua, yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum bukan Devisa. Bentuk
hukum Bnak Umum Swasta Nasional yang telah beroperasi pada saat ini
adalah Perseroan Terbatas (PT).
Contoh Bank Swasta Nasional antara lain :
- Bank Central Asia (BCA)
- Bank Niaga
- Bank Lippo
- Bank Mega
4. Bank Asing
Sesuai dengan PP.No. 3 tahun 1968 pemerintah menginjinkan 10 bank
asing membuka cabangnya di Indonesia. Paket kebijaksanaan 27
Oktober 1988 memberi kelonggaran pada kantor-kantor cabang bank
asing yang telah beroperasi diperkenankan membuka kantor dan
melakukan usahanya sebagai kantor cabang pembantu dan di 8 kota
yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung
pandang dan Batam. Bank-bank asing yang selama ini diijinkan
beroperasi di Indonesia antara lain sebagai berikut :
- City bank
- ABN AMRO Bank
- Standart Chartered Bank
(37)
5. Bank Campuran
Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu
bank atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan
didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia
yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu atau
lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.
Contoh bank campuran :
- Bank Finconencia
- Bank Merincorp
- Intern Pacific Bank
- Mitsubishi Buana Bank (Harijanto, 1992 : 22-24)
2.2.1.5. Tugas dan Fungsi Bank
Pada dasarnya bank mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
1. Menarik uang dari masyarakat
2. Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang
membutuhkan.
3. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
(Harijanto, 2002 : 14).
4. Kegiatan lain, misalnya memberikan jaminan bank, menyewakan tempat
(38)
Tugas-tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat
hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan
fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang erat
hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan
fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang ada di
masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai penyalur
dana masyarakat yang menyediakan jasa perdagangan internasional.
2.2.2. Kredit
2.2.2.1.Pengertian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir,
2003 : 102).
Simorangkir dengan bukunya yang berjudul Pengantar Lembaga
Keuangan Bank & Nonbank, menyatakan kredit adalah suatu pemberian
prestasi (misalnya uang dan barang) oleh pihak lain dan prestasi itu akan
dikembalikan lagi pada masa tertentu, yang akan disertai dengan suatu kontra
(39)
Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan
datang, karena penyerahan barang-barang sekarang. (Suyatno, dkk, 1999 : 13).
Kredit artinya penyediaan uang atau barang atau jasa kepada pihak
lain, tanpa imbalan secara langsung, tetapi dengan kepercayaan bahwa pihak
penerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan utangnya sesudah
jangka waktu tertentu. (Harijanto, 1996 : 8).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dangan
itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
prestasi (misalnya uang atau barang) itu akan dikembalikan setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau pemberian bunga.
2.2.2.2. Tujuan Kredit
Pemberian fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak
dicapai yang tentunya tergantung dari bank itu sendiri. Dalam praktiknya
pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :
1. Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Hasil dari keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima
oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang
(40)
hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha
bank.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal
kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank atau
nasabah sama-sama diuntungkan.
3. Membantu pemerintah
Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang,
antara lain sebagai berikut :
a. Penerimaan pajak keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan
usaha baru atau perluasan usaha yang akan membutuhkan tenaga baru,
sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian
besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi
barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya
masyarakat akan memiliki banyak pilihan.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang
sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi sendiri
didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan menghemat
(41)
e. Meningkatkan devisa negara. Apabila produk dari kredit yang dibiayai
untuk keperluan ekspor. (Kasmir, 2003 : 105-106).
2.2.2.3. Fungsi Kredit
Fungsi kredit perbankan didalam kehidupan perekonomian,
perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari modal atau uang
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna peredaran uang
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
5. Kredit yang meningkatkan pemerataan pembangunan
6. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional (Harijanto,
1996 : 3).
2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit
Unsur-unsur yang terkandung dalam kredit adalah sebagai berikut :
a. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang
bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau badan
demikian lazim disebut kreditur.
b. Adanya pihak yang membutuhkan / meminjam uang, barang atau jasa.
Pihak ini lazim disebut debitur.
c. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur.
(42)
2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit
Kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank perkreditan untuk
masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat
dilihat dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2004 : 76).
1. Dilihat dari segi kegunaan
a. Kredit investasi
Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau
pembangunan proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.
Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau
membeli mesin-mesin. Pendek kata pemakaiannya untuk periode yang
relatif lebih lama.
b. Kredit modal kerja
Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam
operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja digunakan untuk
membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lain-lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.
2. Dilihat dari segi tujuan kredit
a. Kredit produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau
investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya
(43)
pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang
atau kredit industri lainnya.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini
tidak ada pertambangan barang dan jasa yang dihasilkan, karena
memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi,
kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.
c. Kredit perdagangan
Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan
barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier
atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah
besar. Contoh kredit ini besarnya, ekspor dan impor.
3. Dilihat dari jangka waktu
a. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam.
b. Jangka waktu menengah.
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3
tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk
(44)
c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa
pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang seperti
perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit
konsumtif seperti kredit perumahan.
4. Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat
terbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.
Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan
yang diberikan si calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan
karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.
5. Dilihat dari segi usaha
a. Kredit petanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor
perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa
jangka pendek atau jangka panjang.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek. Misalnya
peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah
(45)
d. Kredit pertambangan, jenis yang dibiayainya biasanya dalam jangka
panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk
membangun srana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa
kredit untuk para mahasiswa.
f. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter
dan pengacara.
g. Kredit perumahan yaitu untuk membiayai pembangunan atau
pembelian perumahan.
2.2.2.6. Penilaian Kredit
Dalam rangka pemberian kredit selain memperoleh pendapatan dari
pemberian kredit, bank juga menghadapi kemungkinan-kemungkinan tertimpa
resiko. Oleh karena itu, sebelum permohonan kredit dikabulkan bank harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah kredit yang diminta oleh nasabah
2. Penggunaan kredit oleh nasabah
3. Perangkat teknologi anak
4. Dokumen hubungan historis antara nasabah dan bank
Proses penilaian ini berkaitan dengan analisis nasabah di kemudian
hari supaya tidak menimbulkan kesulitan atinya pada waktu kredit jatuh tempo
nasabah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik atau dengan kata lain
nasabah tidak default artinya kegagalan nasabah dalam membayar kembali
(46)
2.2.2.7. Syarat Kredit
Syarat-syarat kredit yang diberikan berdasarkan prinsip-prinsip
perkreditan atau dengan kata lain orang yang diberi kredit harus memneuhi 5c
adalah sebagai berikut :
1. Character (kepribadian) artinya watak, kelakuan, tabiat dari debitur itikad baik atau kemauan untuk membayar kredit yang diambil.
2. Capacity (kemampuan atau kesanggupan) adalah kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan mengembalikan usahanya serta
kesanggupannya dalam mengembangkan dan mengembalikan usahanya
serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.
3. Capital (modal) adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau telah ada sebelum mndapatkan fasilitas kredit.
4. Collateral (jaminan) mempunyai arti jaminan atau dalam istilah perbankan adalah agunan. Agunan ini pada umumnya berupa barang baik barang
bergerak maupun barang tidak tidak bergerak yang kesemuanya itu sangat
bertalian dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitur.
5. Condition of economi (kondisi ekonomi) yang dimaksud disini adalah kondisi mengenai perekonomian secara umum serta kondisi dari debitur
mengenai keadaan usahanya dimasa kini dan masa mendatang yang
kesemuanya ini sangat erat dengan tingkat bunga atas kredit yang diambil
(47)
2.2.2.8. Kredit Usaha Kecil (KUK)
Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada
nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk
membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi
maupun kredit modal kerja.
Pada dasarnya kebijakan pembentuk fasilitas Kredit Usaha Kecil dari
perbankan adalah kebijakan yang ditetapkan oleh otoritas moneter maupun
fiskal untuk mengembangkan usaha kecil. Secara umum otoritas moneter
maupun fiskal berpendapat bahwa perbankan cenderung tidak memberikan
fasilitas kredit kepada usaha kecil mengandung resiko yang relatif lebih besar.
Disamping itu, apabila usaha kecil dengan segala keterbatasannya harus
bersaing dengan usaha besar akan kalah dalam bersaing.
Kemudian yang ditawarkan dalam fasilitas kredit usaha kecil antara
lain adalah :
a. Tingkat bunga yang relatif lebih rendah daripada tingkat bunga kredit
biasa.
b. Prosedur pengajuan kredit yang lebih disederhanakan seperti :
1. Laporan keuangan yang wajib diserahkan tidak harus selalu selengkap
kredit biasa.
2. Keputusan persetujuan atau penolakan kredit yang lebih cepat.
3. Formulir khusus untuk permohonan kredit usaha kecil yang telah
(48)
2.2.2.9. Teori Permintaan Kredit
Secara teoritis untuk menganalisa permintaan kredit digunakan
kerangka aliran fisher (fisher framework). Berdasarkan kerangka tersebut biasanya dianggap munculnya permintaan kredit berasal dari proses
mengasumsikan fungsi utulitas individu berdasarkan preferensi mereka
mengenai konsumsi sekarang dan konsumsi yang akan datang.
Permintaan kredit berdasarkan pada anggapan bahwa tidak ada
penjatahan kredit. Dalam kasus dimana terdapat penjatahan kredit, maka
peminjam potensial mungkin tidak dapat memperoleh kredit seperti yang
diinginkan, walaupun dia bersedia membayar bunga yang lebih tinggi dari
suku bunga tersebut. Dengan demikian adanya penjatahan kredit akan
berpengaruh terhadap permintaan kredit dari bank. (Insukindro, 1993 : 115).
Apabila jumlah permintaan dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai
berikut :
Kurva Permintaan
Tingkat bunga (%)
IS
0 y0 y1 Pendapatan Nasional (Y)
Sumber : Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Buku 1 r0
(49)
Kurva IS merupakan dalam pasar uang. Y merupakan tingkat
pendapatan, r adalah tingkat bunga (%).
Pada tingkat bunga yang lebih tinggi (r0), keinginan pengusaha untuk
melakukan investasi akan turun. Oleh karena itu, pendapatan harus lebih
rendah (y0) untuk menurunkan tabungan sampai investasi kembali sama
dengan tabungan (I = S). Apabila tingkat bunga (r1), pengusaha kecil akan
lebih terdorong untuk melakukan investasi. Oleh karena itu pendapatan lebih
meningkat (y0) untuk menurunkan investasi kembali sehingga tabungan sama
dengan investasi.
2.2.2.10. Teori Penawaran Kredit
Untuk memperoleh gambaran bagaimana sistem perbankan dapat
menciptakan kredit, maka terlebih dahulu kita mengetahui pendekatan angka
pengganda kredit. Dengan melihat pendekatan itu, sistem perbankan dapat
menciptakan kredit bila mereka memperoleh tambahan deposito otonom.
Begitu juga bila otoritas moneter mengendalikan uang primer, maka
perubahan itu dapat menyebabkan perubahan jumlah kredit yang diberikan
oleh sistem perbankan. Peranan ekonomi dari kredit yang diberikan oleh
sistem perbankan tergantung dari tipe-tipe bank yang sedang diminati.
Pada prinsipnya, bank-bank umum akan berusaha untuk mendapatkan
keuntungan maksimum dan kondisi ini mungkin tercapai bila biaya marginal
dari pemberian kredit sama dengan manfaat marginal yang diperoleh bank
tersebut. Ini berarti bank adalah pihak pemasok kredit harus mengkonversikan
(50)
ditempuh untuk maksud tersebut antara lain dengan cara mengatur atau
mengelola komponen pengganda uang atau kredit dan aktiva untuk bervariasi.
Komponen angka pengganda dipengaruhi oleh tingkat suku bunga dan
permintaan kredit. (Insukindro, 1993 : 48).
Apabila jumlah penawaran dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai
berikut :
Tingkat bunga (%)
LM
0 y0 y1 Pendapatan Nasional (Y)
Sumber : Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Buku 1
Kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang.
Pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi (y1), permintaan uang kas naik.
Oleh karena itu, tingkat bunga (r1) harus juga tinggi untuk menurunkan
permintaan uang kas, sehingga permintaan uang kas tetap sama dengan uang
beredar. Oleh karena itu, tingkat bunga (r0) harus lebih rendah untuk
meningkatkan kembali pendapatan nasional semakin tinggi untuk permintaan
uang untuk transaksi. r0
(51)
2.2.3. Jumlah Dana Bank
2.2.3.1. Pengertian Jumlah Dana Bank
Jumlah dan bank adalah jumlah dana yang di individu oleh bank
dimana memperolehnya terdiri dari berbagai sumber-sumber dana bank dapat
dipilih disesuaikan dalam penggunaan dana. (Kasmir, 2006 : 6).
Adapun jenis sumber dana adalah sebagai berikut :
1. Dana yang keluar dari bank itu sendiri, yaitu sumber dana ini merupakan
sumber dana dari modal sendiri, secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa pencarian dana terdiri dari :
a. Setoran dari pemegang saham
b. Cadangan-cadangan, bank adalah cadangan laba pada tahun lalu yang
tidak dibagi kepada pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja
disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.
c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang belum dibagikan
pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat sesuai modal untuk
sementara waktu. (Kasmir, 2004 : 62).
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas adalah dana yang pada umumnya
berbentuk simpanan yang tradisional yang kita sebut sebagai :
a. Giro adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran,
penarikannya dapat dilakuka setiap saat yang menggunakan cek, surat
(52)
b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dan
bank yang bersangkutan.
c. Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu.
(Simorangkir, 2000 : 78).
3. Dana yang berasal dari lembaga keuangan baik berbentuk bank maupun
non bank. Dana yang berasal dari lembaga keuangan yaitu dana dari pihak
kedua, pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank yang
terdiri dari empat pihak yaitu :
a. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan non bank (LKKB) pinkaman
ini kadang kala tidak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual
belikan.
b. Pinjaman dari bank-bank yang dikenal dengan call money, yaitu
pinjaman bank harian antar bank.
c. Pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia). Pinjaman ini digunakan
untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas.
d. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan laun di luar negeri yang
biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah dan panjang.
(53)
2.2.3.2. Tabungan Masyarakat dan Deposito
A.Tabungan Masyarakat
Pengertian tabungan masyarakat Undang-Undang perbankan Nomor
10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik
dengan cek, bilyet giro atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. ( Fuad
Y, 1999:199)
Masyarakat menggunakan bagian dari pendapatannya yang tidak
dikonsumsikan tersebut untuk beberapa tujuan ( Sukirno, 2002:352 )
antara lain:
a) Disimpan saja tanpa digunakan.
b) Ditabungkan di badan-badan keuangan.
c) Untuk modal yang produktif maupun yang tidak produktif.
Dana dari tabungan masyarakat akan memiliki pengaruh yang sangat
besar bagi kegiatan pembagunan jika dialokasikan pada kegiatan
pembagunan yang produktif. Jika masyarakat menyimpan uangnya pada
tabungan hanya sebagian kecil dari pendapatan dan sebagian besar lainnya
digunakan pada jenis kegiatan yang non produktif, maka tabungan
masyarakat akan sangat berperan kecil andilnya dalam memberikan dana
untuk usaha pembagunan.
Simpanan masyarakat baru akan memberikan sumbagan dana yang
besar pada pembagunan jika para penabung menggunakan simpanan tersebut
(54)
madol yang akan meningkatkan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam masyarakat atau tabugan tersebut dialihkan pada badan-badan
keuangan dan selanjutnya badan-badan keuangan tersebut akan
meminjamkan kepada para pengusaha yang akan melakukan penanaman
modal pada sektor yang produktif.
Sala satu faktor penting yang menentukan tingkat tabungan masyarakat
adalah sebesar tingkat pendapatan perkapita masyarakat tersebut namun
pada kenyataannya menunjukkan bahwa kemampuan menabung masyarakat
juga dipenuhi oleh distribusi pendapatan tersebut ke berbagai lapisan
masyarakat.
Tersedianya jumlah lembaga keuangan yang memadai atau sesuai
dengan perbandingan laju pertumbuhan penduduk, merupakan suatu
keharusan dalam rangka mobilisasi dana simpanan masyarakat. Dengan
semakin meningkatnya jumlah simpanan masyarakat berarti kepercayaan
terhadap bank semakin besar pula. Hal ini merupakan modal yang cukup
besar bagi perkembangan sumber dana perbankan dan perkembangan bank
itu sendiri.
B.Simpanan Deposito
Menurut Undang-Undang perbankan no. 10 tahun 1998 simpanan
deposito adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Simpanan
deposito merupakan salah satu bentuk tabungan masyarakat yang dapat
(55)
tersebut karena besarnya dana yang dibutuhkan oleh bank untuk diputar
dalam bentuk kegiatan yang produktif.
Beberapa motivasi masyarakat menabung dalam bentuk deposito
adalah :
a) Tingkat bunga yang menarik dan menguntungkan
b) Resiko simpanan deposito yang relatif kecil
c) Fasilitas yang memuaskan
d) Mendidik untuk hidup hemat
Dana dalam bentuk deposito selain bermanfaat dan turut berperan
membantu pemerintah dalam penyediaan sember dana pembangunan
khususnya bagi pembiayaan investasi didalam negeri.
Usaha yang dilakukan bank untuk menghimpun dana simpanan
deposito antara lain :
1. Mempertahankan kepercayaan baik dari masyarakat maupun
pemerintah dengan cara tetap menjaga tingkat likuiditas bank.
2. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para nasabah.
Kepercayaan yang didapat dari masyarakat harus selalu
diimbagi dengan fasilitas dan pelayanan yang memuaskan
sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menyalurkan
dan menyimpan dananya pada bank.
3. Memberikan suku bunga dan perangsang bagi nasabah yang
(56)
masyarakat untuk menabung atau menyimpan uangnya dalam
bentuk simpanan deposito.
Perlu diketahui bahwa sesudah adanya regulasi, menunjukkan telah
terjadinya iklim persaingan yang mendorong kenaikan tingkat bunga
deposito.
2.2.3.3. Hubungan antara Jumlah Dana Bank dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil
Keserasian antara jangka waktu dari dana yang dihimpun dan pinjaman
yang diberikan oleh perbankan sangat memegang peranan penting didalam
manajemen perbankan. Walaupun dana jangka pendek dapat digunakan untuk
kredit jangka panjang, namun secara ideal, sumber dana jangka pendek
digunakan untuk pembayaran kredit jangka pendek dan sebaliknya sumber
dana jangka panjang digunakan untuk kredit usaha panjang. Struktur sumber
dan penggunaan dana perbankan dewasa ini belum menunjukkan adanya suatu
keserasian, karena keterbatasan dana jangka menengah dan jangka panjang
banyak bank yang terpaksa membiayai kredit jangka menengah dengan jangka
pendek yang relatif mahal. Hal ini dapat dilakukan disamping karena adanya
dana jangka pendek yang mengendap untuk jangka yang relatif panjang, juga
pada umumnya deposito berjangka pendek merupakan sumber dana terbesar
yang dapat dihimpun oleh pihak perbankan diperpanjang oleh para
(57)
Agar pemberian kredit tidak meningkatkan laju inflasi, maka
kebijaksanaan pemberian kredit perlu didukung pula dengan peningkatan
pengerahan dana masyarakat. Peningkatan pengerahan dana tersebut
diusahakan melalui peningkatan-peningkatan sumber dana yang sudah ada
maupun penggalian sumber dana-dana baru secara intensif. (Iswardono, 1991 :
172).
Peningkatan pengerahan dana tersebut memungkinkan perbankan
didalam peningkatan pemberian kredit guna mendorong kegiatan ekonomi
yang berorientasi pada ekspor, kegiatan ekonomi yang menyerap tenaga kerja,
usaha-usaha yang mempunyai dampak ganda besar dan mengandung
komponen impor rendah, serta mendorong kegiatan koperasi, membantu
pengembangan kegiatan ekonomi rendah dan usaha-usaha kecil. (Iswardono,
1991 : 162).
Semakin besar kemampuan satu bank didalam mengerahkan dana
masyarakat maka semakin besar pula kemampuan bank tersebut didalam
penyaluran kredit (usaha kecil) bagi nasabahnya. Sehingga tingkat penyaluran
kredit untuk usaha kecilpun akan meningkat.
2.2.4. Pengusaha Kecil
2.2.4.1. Pengertian Pengusaha Kecil
Adalah pengusaha / perusahaan yang memiliki kekayaan bersih tidak
(58)
dan tanah yang telah ditempati dan nilai penjualan hasil usahanya rata-rata
dalam satu bulan tidak melebihi Rp.10 juta. (Faried Wijaya, 1996 : 273).
Sedangkan definisi dari pengusaha kecil adalah pihak yang
membutuhkan dana sekarang untuk dibelanjakan barang-barang guna
keperluan usaha atau perluasan usaha, dan dana tersebut akan dibayar nanti
apabila proyek usaha kecilnya telah menghasilkan keuntungan. (Budiono,
1998 : 8).
2.2.4.2. Hubungan antara Jumlah Pengusaha Kecil dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil
Selama ini para debitur (pengusaha kecil) salah menjalin hubungan
baik dengan bank dalam hal peminjaman dana atau kredit. Hal ini terjadi
terjadi karena alternatif pembiayaan yang bersumber dari dana bank
merupakan dana yang dominan untuk kegiatan mendirikan usaha kecil. Secara
teoritis, dana-dana yang dianggarkan untuk kredit bagi sebuah bank (loanable funds) adalah sebesar 80% dari total dananya yang berasal dari masyarakat. Sisanya yang 20% merupakan dana yang harus disetor pada Bank Indonesia.
Dana yang 20% tersebut merupakan kewajiban bagi sebuah bank untuk
menjaga posisi likuiditasnya, sehingga secara teoritis jika jumlah dana
masyarakat yang dihimpun meningkat maka akan memperbesar jumlah
loanable funds dan pada akhirnya dapat mempengaruhi jumlah penyaluran kredit termasuk kredit usaha kecil. (Sinungan, 1993 : 125).
Jika debitur atau penduduk yang melakukan usaha kekurangan dana
(59)
alternatifnya adalah meminjam uang atau kredit di bank. Kredit yang
disediakan oleh bank untuk para debitur atau pengusaha kecil adalah kredit
usaha kecil dengan persyaratan, bahwa pengusaha kecil sebagai debitur harus
bersedia untuk membayar bunga kredit sebagai pengganti biaya pinjaman
kredit tersebut. Kesediaan pengusaha kecil mau membayar bunga untuk dana
yang ia pakai karena dana tersebut nantinya diharapkan bisa menghasilkan
penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan
penerimaan diatas pengeluaran (yaitu keuntungan) inilah yang merupakan
daya tarik bagi pengusaha kecil untuk melakukan kredit usaha kecil dan
sekaligus sebagai sumber kemampuan bagi pengusaha kecil untuk membayar
bunga. Dengan perkataan lain, bunga dibayar karena dana tersebut poduktif.
(Boediono, 1998 : 81).
Di dunia usaha khususnya di kota Surabaya masih banyak sekali
pengusaha (khususnya pengusaha kecil) yang mengalami keterbatasan dana
serta membutuhkan suntikan untuk terus dapat kegiatan operasionalnya dan
tetap dapat menghasilkan produk-produk terbaiknya. Kredit bagi debitur
sangat besar peranannya dalam mendorong mencapai tujuan perusahaan.
Khususnya untuk kegiatan usaha kecil. (Suhardjono, 2003 : 15).
2.2.5. Tingkat Suku Bunga
2.2.5.1.Pengertian Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dana
untuk jangka waktu tertentu atau juga bisa dipandang sebagai sewa
(60)
Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah
kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2004 : 121).
Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit
yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang.
(Harijanto, 2002 : 99).
Suku bunga adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk
dipinjamkan. (Boediono, 2000 : 76). Suku bunga adalah harga yang
dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami defisit atas pinjaman yang
diberikan dari tabungannya. (Diulio, 1999 : 42).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah balas
jasa yang diberikan Bank kepada nasabah baik nasabah yang mempunyai
simpanan maupun yang memperoleh pinjaman kredit.
2.2.5.2.Spread antara BI rate dengan rata-rata tingkat bunga UMKM Tingkat BI rate pada hari ini sebesar 8% (tidak ada perubahan pada BI
rate)S. Tingkat suku bunga kredit (rupiah) pada bank umum sebesar 8% dan
(US$) sebesar 3.75%. Sedangkan tingkat bunga kredit pada bank perkreditan
rakyat sebesar 11.5%. Spread antara BI rate dan suku bunga kredit bank umum
sebesar 0%.
Di tengah tren penurunan BI rate, pertumbuhan kredit malah terus
melambat, di mana posisi Juni 2009 hanya sebesar 16,27%, padahal pada akhir
(61)
(undisbursement loan) dari tahun ke tahun secara absolut terus meningkat, yang
berkontribusi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Selain alasan para deposan yang menginginkan bunga tinggi, ada dua hal
yang menyebabkan suku bunga bank sulit turun, yaitu pertama yield Surat Utang
Negara (SUN) yang masih bertengger di atas 10,5%, padahal pemerintah masih
terus memasarkan obligasinya guna membiayai defisit APBN tahun ini. Kedua,
persepsi risiko yang masih tinggi, hal ini ditandai dengan laju peningkatan kredit
bermasalah (non-performing loan/NPL) yang mencapai hampir dua kali laju
pertumbuhan kredit, yaitu sebesar 29,35% (yoy) pada Juni 2009.
Namun BI Rate yang sudah terus diturunkan masih belum direspon oleh
kalangan perbankan. Spread (selisih) bunga antara BI dengan rata-rata bunga
kredit masih besar, sampai berapapun BI diturunkan tidak aka nada pengaruh
yang signifikan terhadap suku bunga kredit perbankan.
Meski sejumlah bank sudah melakukan upaya untuk melakukan efisiensi
agar suku bunganya kompetitif, namun perbankan pada umumnya belum juga
mampu menekan tinggi cost of production, yang mempengaruhi tingkat suku
bunga juga relative masih tinggi seperti biaya peminjam, tingkat resiko, biaya
modal.
Masih besar biaya operasional perbankan ini terlihat antara lain pada
spread antara BI rate yang sebesar 8,25% dengan suku bunga kredit rata-rata 14%
sehingga selisih suku bunga mencapai 5%-6% dari spread bunga sekitar 40 %nya
diakibatkan oleh cost of production, tentu bias menekan tingkat suku bunga
(62)
2.2.5.3.Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil
Suku bunga deposito berkaitan langsung dengan suku bunga kredit,
mengingat bahwa sumber dana bank untuk pemberian kredit adalah berasal
dari para deposan. Sehingga tinggi rendahnya suku bunga kredit. Semakin
mahal harga yang dibayar oleh bank kepada deposan akan membawa dampak
pada bunga kredit yang akan dibebankan kepada Debitur. (Iswardono, 1991 :
121).
Kebijakan moneter yang menggunakan suku bunga sebagai sasaran
menengah akan menetapkan tingkat suku bunga yang ideal untuk mendorong
usaha kecil. (Iswardono, 1991 : 159).
Penurunan kredit disebabkan pula oleh faktor-faktor permintaan seperti
anggaran pemerintah yang menurun, adanya kapasitas yang belum dipakai dan
lain-lain. Suku bunga yang tinggipun mempengaruhi keuntungan dan
kemauan untuk melakukan kegiatan usaha kecil. Dari segi penawaran, suku
bunga deposito riil yang tinggi menyebabkan bank juga berhati-hati didalam
pemberian kredit oleh karena biaya dan resiko yang meningkat. (Iswardono,
1991 : 180).
Untuk mendorong kredit usaha kecil beberapa langkah perlu dikaji
misalnya dengan menaikkan tingkat suku bunga kredit sesuai dengan biaya
(63)
peminjaman dengan suku bunga yang berubah-ubah dapat lambat laun
mengurangi suku bunga rata-rata. (Iswardono, 1991 : 180).
Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung
antara kesedian orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan
unsur permintaan akan uang dengan tujuan spekulasi. Permintaan besar
apabila tingkat suku bunga rendah dan sebaliknya permintaan kecil apabila
tingkat suku bunga tinggi. (Boediono, 1985 : 83).
Keseimpulannya adalah tinggi rendahnya tingkat suku bunga bank
akan mempengaruhi besar kecilnya kredit (usaha kecil) yang diminta oleh
masyarakat. (Iswardono, 1991 ; 139).
Apabila bunga kredit bank mahal, maka akan berpengaruh pada hasrat
masyarakat (debitur) untuk mengambil kredit yang akan digunakan untuk
kegiatan usaha kecil. Kalau para debitur enggan untuk mengambil kredit untuk
usaha kecil karena mahalnya dana untuk usaha kecil, maka hal ini akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan. (Iswardono, 1991 : 121).
Apabila suku bunga kredit rendah, maka para nasabah atau debitur
akan berhasrat untuk mengambil kredit untuk usaha kecilnya, sehingga
permintaan serta tingkat penyaluran kredit usaha kecil pun akan mengalami
peningkatan.
2.2.6. Pendapatan Perkapita
(64)
Pendapatan dapat diartikan sebagai hasil pendapatan tiap-tiap jiwa
yang dihasilkan dalam suatu wilayah tertentu yang diperoleh dengan membagi
jumlah total produk barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam suatu
wilayah tertentu dalam satu tahun dengan jumlah penduduk wilayah tertentu
dalam tahun yang bersangkutan. (Sukirno, 1985 : 21).
Sedangkan menurut Boediono, 1985 pendapatan perkapita seseorang
dapat didefinisikan sebagai jumlah yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang
diserahkan pada waktu tertentu atau yang diperoleh harta kekayaannya.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata suatu negara pada
suatu masa tertentu, nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk
Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu tahun
tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. (Sukirno, 2006 :424)
Pendapatan perkapita adalah personal incom dimana pendapatan yang
diterima rumah tangga dan bisnis non perusahaan, nilainya diperoleh dengan
membagi nilai PDRB suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada
tahun tersebut. (Mankrw, 2003 :103 ).
Pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan dengan
salah satu formula sebagai berikut :
PDB a. PDB perkapita =
Jumlah Penduduk
PNB b. PNB perkapita =
(65)
Keterangan =
a. PDB (Produk Domestik Bruto ) = nilai barang-barang yang
di produksikan didalam suatu negara dalam satu tahun
tertentu atau nilai barang dan jasa yang di produksikan oleh
faktor-faktor produksi untuk warga negara tersebut dan
negara asing.
b. PNB (Produk Nasional Bruto ) = nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang diproduksikan didalam suatu negara dalam
satu tahun tertentu yang hanya menghitung produksi
nasional milik warga negara tersebut baik yang diproduksi
didalam negeri maupun diluar negeri (tidak menghitung
nilai produksi yang dilakukan negara asing dinegara
tersebut).
Dari definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
pendapatan perkapita adalah jumlah PDB nasional dibagi dengan jumlah
penduduk, atau dapat juga disebut juga PDB rata-rata atau PDB perkepala.
Dalam hal ini dapat dilihat adanya korelasi negatif antara jumlah penduduk
dan PNB perkapita, artinya semakin besar jumlah penduduk, maka semakin
rendah tingkat PNB perkapita. (Suparmoko M, 2000 : 232).
2.2.6.4. Hubungan antara Pendapatan Perkapita dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil
(66)
Peningkatan pendapatan perkapita akan berpengaruh terhadap
permintaan berbagai jenis barang dan jasa. Apabila pendapatan perkapita
seseorang meningkat, maka mereka yang dahulu membatasi konsumsinya,
dengan meningkatnya pendapatan perkapita mereka berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya. Sehingga permintaan akan berbagai kebutuhan meningkat.
(Rosidi, 2001 : 243).
Dengan meningkatnya permintaan akan berbagai jenis barang maka
pendapatan pengusaha akan meningkat, termasuk dalam hal ini adanya
pengusaha kecil. Sehingga pendapatan pengusaha kecil akan meningkat pula
dengan peningkatan pendapatan ini, maka pengusaha kecil tersebut berusaha
untuk memperbesar atau meningkatkan usahanya. Untuk memperbesar usaha
tentunya dibutuhkan modal baik modal sendiri yang diperoleh dari pendapatan
maupun modal yang diperoleh melalui pinjaman pada pihak bank yang berupa
kredit. Sehingga apabila pendapatan perkapita meningkat, maka akan
dibarengi dengan meningkatnya konsumsi masyarakat akan barang dan jasa
teteapi dalam proporsi yang lebih kecil dari kenaikan pendapatan itu karena
hasrat konsumsi lebih kecil atau kurang dari satu (Suparmoko M., 2000 : 66).
Disamping itu investasi juga ditentukan oleh masing-masing
pengusaha kecil sendiri. Apabila usaha yang dilakukan memperoleh
kesempatan untuk melakukan investasi, maka pemiliknya niscaya akan merasa
tergoda untuk memasukkan kembali sebagian dari laba yang diperolehnya
(1)
ada di bank yang berasal dari masyarakat. Dana tersebut berasal dari tabungan masyarakat dan deposito masyarakat, sehingga dengan tingginya minat masyarakat menaruh uangnya di bank dalam bentuk tabungan maupun deposito maka mengakibatkan tingginya atau meningkatnya dana yang ada dibank umum tersebut, sehing
edit usaha kecil hal ini disebabkan tingginya tingkat suku b
inggi permintaan kredit dari pihak nasabah kepada pihak bank u
ga mengakibatkan semakin tinggi pula kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya pada usaha kecil.
Jumlah Pengusaha Kecil tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya. Hal ini disebabkan karena banyak dari pengusaha kecil atau menegah itu lebih banyak yang menggunakan modal sendiri dari pada memenfaatkan bantuan yang diberikan oleh pemerintah yang berupa penyaluran kr
unga yang dibebankan pada pengusaha kecil yang bersangkutan apabila melalui kredit bank umum.
Tingkat Suku Bunga Kredit berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya. Apabila tingkat suku bunga kredit turun maka jumlah permintaan kredit akan naik, hal ini disebabkan karena randahnya suku bunga kredit disurabaya mengakibatkan lebih banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan investasi dan banyak pengusaha yang mengambil kredit untuk meningkatkan modal dan menambah produksi, sehingga mengakibatkan semakin t
ntuk usahanya, sehingga mengakibatkan semakin tinggi penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya.
(2)
Pendapatan Perkapita memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya. Apabila pendapatan perkapita naik maka jumlah penyaluran kredit akan meninggkat. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya pendapatan perkapita yang ada pada masyarakat, maka menyebabkan berkurangnya jumlah kredit pada masyarakat sehingga menggakibatkan rendahnya kredit yang disalurkan oleh bank umum.
(3)
BAB V
) diperoleh Fhitung =
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Setelah dilakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas Jumlah Dana Bank (X1), Jumlah Pengusaha Kecil (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) dan Pendapatan Perkapita (X4) terhadap variabel terikatnya Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y
236,013 > Ftabel = 3,48 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berati bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya.
2. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Dana Bank (X1) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh thitung = 15,206 > ttabel = 2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Dana Bank (X1) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecildi Jawa Timur (Y). Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah dana yang
(4)
ada di bank yang berasal dari masyarakat. Dana tersebut berasala dari tabungan masyarakat dan deposito masyarakat, sehingga dengan tingginya minat masyarakat menaruh uangnya di bank dalam bentuk tabungan maupun deposito
gnya
akin banyaknya maka mengakibatkan tingginya atau meningkatnya dana yang ada dibank umum tersebut, sehingga mengakibatkan semakin tinggi pula kemampuan bank dalam menyalurkan kreditnya pada usaha kecil.
3. Pengujian secara parsial atau individu Jumlah Pengusaha Kecil (X2) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh thitung = 0,166 < ttabel = 2,228, maka Ho diterima dan Hi ditolak, pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Jumlah Pengusaha Kecil (X2) tidak berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Hal ini disebabkan karena semakin berkuran masyarakat untuk membuka usaha, dikarenakan semakin sulitnya dalam mendapatakan modal usaha baik itu dari dalam maupun dari luar, yang berupa bantuan dari pemerintah dan pinjaman kredit dari pihak lembaga keuangan.
4. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh thitung = - 3,228 > ttabel = - 2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Hal ini disebabkan karena sem
jumlah permintaan kredit dari pihak nasabah kepada pihak bank untuk usahanya
(5)
dikarenakan tingkat suku bunga kredit yang rendah. Sehingga mengakibatkan semakin tingginya Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya.
5. Pengujian secara parsial atau individu Pendapatan Perkapita (X4) terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh thitung = - 5,690 > ttabel = - 2,228, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Pendapatan Perkapita (X4) berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya (Y). Hal ini disebabkan karena dengan rendahnya jumlah pendapatan perkapita yang didapat oleh masyarakat mengakibatkan tingginya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menjalankan usahanya,
5.2. Sa
pulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran
1.
i halnya pelayanan kredit secara online dan memperbanyak lembaga penyaluran kredit usaha kecil dan lain-lain.
dana
sehingga mengakibatkan semakin tingginya kredit yang disalurkan oleh pihak bank umum di Surabaya.
ran
Berdasarkan kesim
sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :
Dalam meningkatakan Penyaluran Kredit Usaha Kecil Pada Bank Umum hendaknya dapat dilakukan perbaikan dalam hal penurunan tingkat suku bunga kredit.
2. Dalam meningkatkan Penyaluran Kredit Usaha Kecil Pada Bank Umum hendaknya pihak bank agar dapat menambah fasilitas kredit bagi nasabah sepert
(6)
3. Bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti untuk menambahkan beberapa variabel bebas yang mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Kecil di Surabaya.