FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL PADA BANK UMUM DI SURABAYA.

(1)

i Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta Sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang peneliti susun dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL PADA BANK UMUM DI SURABAYA” ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, tanpa bantuan pembimbing yaitu Bapak Drs. EC. M TAUFIQ, MM yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan, dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini., motivasi, saran dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Untuk itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan


(2)

ii

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. EC. Marseto, DS, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa 5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik cabang

Surabaya, dan Bank Indonesia cabang Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.


(3)

iii

Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juni 2010


(4)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Definisi Umum Perbankan ... 10

2.2.1.1. Jenis-Jenis Bank ... 11

2.2.1.2. Pengertian Bank Umum ... 12

2.2.1.3. Usaha-Usaha Bank Umum ... 13

2.2.1.4. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan ... 14

2.2.1.5. Tugas dan Fungsi Bank ... 17


(5)

v

2.2.2.3. Fungsi Kredit ... 21

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit ... 22

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit ... 24

2.2.2.6. Penilaian Kredit ... 28

2.2.2.7. Syarat Kredit ... 28

2.2.2.8. Kredit Usaha Kecil (KUK)... 29

2.2.3. Jumlah Dana Bank ... 31

2.2.3.1. Pengertian jumlah dana bank ... 31

2.2.3.2. Tabungan masyarakat dan Deposito ... 33

2.2.3.3. Hubungan Jumlah Dana Bank Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil ... 36

2.2.4. Pengusaha Kecil ... 38

2.2.4.1. Pengertian Pengusaha Kecil ... 38

2.2.4.2. Hubungan Pengusaha Kecil Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil ... 40

2.2.5. Tingkat Suku Bunga ... 41

2.2.5.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga ... 41

2.2.5.2 Pengertian Suku Bunga Menurut Kaum Klasik ... 42

2.2.5.3. Tingkat Suku Bunga Menurut Teori Keynes ... 42


(6)

vi

dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil ... 45

2.2.6. Inflasi ... 47

2.2.6.1. Pengertian inflasi ... 47

2.2.6.2. Hubungan tingkat Inflasi Dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil ... 51

2.3. Kerangka Pikir ... 52

2.4. Hipotesis ... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 56

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 58

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.3.1. Jenis Data ... 58

3.3.2. Sumber Data ... 58

3.3.3. Pengumpulan Data ... 58

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 59

3.4.1. Teknik Analisis ... 59

3.4.2. Uji Hipotesis ... 61


(7)

vii

4.1.1 Kondisi Geografis ... 68

4.1.2 Kependudukan ... 69

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

4.2.1 Perkembangan Penyaluran Kredit ... 71

4.2.2 Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank ... 72

4.2.3 Perkembangan Jumlah Pengusaha Kecil ... 73

4.2.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit ... 74

4.2.5 Perkembangan Tingkat Inflasi ... 74

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik (BLUE/Best Linier Unbiased Estimator)………. ... 75

4.3.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 80

4.3.2 Uji Hipotesis Secara Simultan ... 81

4.4. Pembahasan ……….. ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 92

5.2. Saran ... 94 DAFTAR PUSTAKA


(8)

viii

Tabel 2 : Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank... 72

Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Pengusaha Kecil ... 73

Tabel 4 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit ... 74

Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Inflasi ... 75

Tabel 6 : Tes Multikolinier ... 78

Tabel 7 : Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 79

Tabel 8 : Analisis Varian (ANOVA) ... 81

Tabel 9 : Hasil Analisis Variabel Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank (X1), Jumlah Pengusaha Kecil (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), dan Tingkat Inflasi (X4) terhadap Penyaluran Kredi (Y) ... 83


(9)

ix

Gambar 2 : Proses Cost Push Inflation ... 48

Gambar 3 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian ... 53

Gambar 4 : kurva distribusi F ... 60

Gambar 5 : kurva distribusi t ... 61

Gambar 6 : Distribusi kriteria penerimaan / penolakan Hipotesis secara simultan atau Keseluruan ... 63

Gambar 7 : Kurva Statistik Durbin Watson ... 77

Gambar 8 : Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis Secara Simultan atau Keseluruhan ... 82

Gambar 9 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank (X1) terhadap Penyaluran Kredit (Y) ... 84

Gambar 10 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial faktor Jumlah Pengusaha Kecil (X2) terhadap Penyaluran Kredit (Y) ... 85

Gambar 11 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat Suku Bunga Kredit (X3) terhadap Penyaluran Kredit (Y) ... 87

Gambar 12 : Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Tingkat Inflasi(X4) terhadap Penyaluran Kredit (Y) ... 88


(10)

x

pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi Tahun 1995 – 2009 di Surabaya

Lampiran 2 : Tabel Entered/Removed Tabel Model Summary Tabel Anova

Lampiran 3 : Tabel Coefficients

Tabel Collinearity Diagnostics Lampiran 4 : Tabel Residual Statistics

Tabel Correlations Lampiran 5 : Tabel Pengujian Nilai t Lampiran 6 : Tabel Pengujian Nilai f Lampiran 7 : Tabel Durbin-Watson


(11)

Disusun Oleh :

0611010087 DIAN SAPUTRA

Telah Dipertahankan Dan Diterima Oleh

Tim Penguji Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 22 Oktober 2010

Pembimbing : Tim Penguji Pembimbing Utama Ketua

Drs.Ec.H.M.Taufiq, MM Drs.Ec Wiwin Priana, MT Sekretaris

Ir. Hamidah Hendrarini, Msi Anggota

Drs.Ec.H.M.Taufiq, MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur

NIP. 030 202 389


(12)

xi

DIAN SAPUTRA

Abstraksi

Penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di surabaya adalah merupakan suatu dilema yang ada. Alasanan dipilihnya penyaluran kredit usaha kecil pada Bank umum di surabaya menjadi obyek penelitian yaitu pada tahun 1995 sampai dengan tahun 2009 penyaluran kredit usaha kecil pada Bank umum di surabaya mengalami keadaan yang berfluktuatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dana bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada Bank Umum di surabaya (Y). Variabel yang digunakan jumlah dana bank (X1), jumlah pengusaha kecil (X2), tingkat suku bunga kredit (X3) dan inflasi (X4), data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan data sekunder yang diambil selama kurun waktu 15 tahun. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Setatistik Jawa Timur (BPS). Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 13.00. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F statistik.

Hasil analisis menunjukan secara simultan variabel bebas, yaitu jumlah dana bank (X1), jumlah pengusaha kecil(X2), tingkat suku bunga kredit (X3) dan inflasi (X4) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat penyaluran kredit usaha kecil Bank Umum di surabaya (Y) diperoleh Fhitung sebesar 9,152>Ftabel = 3,48. Sedangkan Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel jumlah dana pihak ketiga bank (X1), berpengaruh signifikan terhadap variable terikat penyaluran kredit usaha kecil (Y), dimana nilai uji thitung =3,929> ttabel =2,228.jumlah pengusaha kecil (X2), berpengaruh signifikan terhadap variable terikat penyaluran kredit usaha kecil (Y), dimana nilai uji thitung =2,418> ttabel =2,228 dan inflasi (X4), berpengaruh signifikan terhadap variable terikat penyaluran kredit usaha kecil (Y), dimana nilai uji thitung =2,924> ttabel =2,228.Sedangkan hasil pengujian secara parsial variable tingkat suku bunga kredit (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyaluran kredit usaha kecil (Y), hal ini dapat ditunjukkan pada uji t dimana nilai thitung = -1,0631< ttabel =2,228.Dari ke empat variable tersebut hanya variable jumlah dana pihak ketiga bank yang mempunyai pengaruh paling dominant terhadap penyaluran kredit usaha kecil di Surabaya (Y), hal ini dapat dibuktikan kebenarannya dengan nilai determinasi parsial (r2 ) sebesar 0,606 atau sebesar 60,6% lebih besar dari pada variable lain.

Kata Kunci: Penyaluran Kredit Usaha Kecil Pada Bank Umum di Surabaya (Y), Jumlah Dana Pihak Ketiga Bank (X1), Jumlah Pengusaha Kecil (X2), Tingkat Suku Bunga Kredit (X3), dan Inflasi (X4).


(13)

(14)

1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan pada saat ini untuk mencapai sasaran di masa depan dalam berbagai bidang dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adil, makmur, dan merata yang dilakukan oleh suatu negara yang bersangkutan.

Salah satunya pembangunan dibidang sektor usaha kecil yang memiliki perananan penting dalam mencapai sasaran dan tujuannya yaitu perluasan lapangan kerja dan semakin menambah tenaga kerja. Peningkatan penghasilan masyarakat secara lebih merata dan peningkatan ekspor. Oleh sebab itu, pemerintah harus memelihara komitmen yang besar terhadap upaya – upaya peningkatan sektor usaha kecil melalui kebijaksanaan – kebijaksanaan antara lain di bidang pangan dan modal. Yakni, melalui perkreditan perbankan. .(Anonim, 1998: 25)

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia usaha kecil selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahap pembangunan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu departemen perindustrian, departemen koperasi dan usaha kecil menengah. Namun


(15)

demikian, usaha pengembangan telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataannya kemajuan usaha kecil sangat rendah dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijakan usaha kecil oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak kepada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan industri (Partono dan Soejoedono, 2002 : 20).

Pengusaha kecil sangat memerlukan sumber dana yang cukup besar guna menumbuhkan dan meningkatkan produksi pengusaha kecil dalam menghadapi globalisasi. Sumber dana tersebut diperoleh dari bank yang dihimpun, hal ini sesuai dengan yang bersumber dari bank itu sendiri, masyarakat luas dan lembaga lain (Kasmir, 2002 : 62).

Kredit usaha merupakan salah satu faktor yang menunjang berjalannya usaha bisnis yang dikelola oleh para konsumen, baik pengusaha kecil, menengah maupun perusahaan raksasa yang menguasai bisnis dari hulu hingga hilir. Kredit usaha diperoleh dengan mengajukan sejumlah kredit usaha yang ditetapkan. Kriteria tersebut dikenal sebagi prinsip pemberian kredit yang terdiri dari character, capacity, capital, condition of economy and colateral. Dengan melakukan analisis 5C bank akan mempunyai keyakinan bahwa kredit yang diberikan kepada calon nasabah akan dapat dikembalikan sesuai dengan jangak waktu yang diperjanjikan (sudrajad, 2002:75).


(16)

Masih terbatasnya pembiayaan pembangunan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan dan program yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota, hal ini disebabkan masih belum optimalnya upaya – upaya penggalian pembiayaan pembangunan baik yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi alternatif sumber – sumber pembiayaan daerah.

Fasilitas pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta menciptakan keterpaduan antara pengusaha kecil menengah dengan pengusaha besar yang didukung oleh iklim usaha yang kondusif.

Di indonesia bisnis kredit UKM (Usaha Kecil Menengah) masih menjanjikan karena potensi UKM yang besar. Menyadari bahwa penyaluran kredit ke UKM penuh dengan resiko, maka penerintah dan Bank Indonesia mendesain berbagai regulasi untuk mempertahankan kelangsungan usaha bank. ( suhardjono, 2003:3)

Kredit perbankan sebagai salah satu penyaluran dana perbankan merupakan sumber pembiayaan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi setiap perubahan dari volume kredit perbankan akan mempunyai pengaruh berarti bagi perekonomian, khususnya kredit usaha kecil (Winarsih, 2003 : 3).

Sesuai dengan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang pokok-pokok perbankan yaitu “Bank adalah simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” sehingga diharapkan peranan bank dengan meningkatkan majunya pengusaha kecil yang akhirnya akan menunjang ekonomi nasional secara merata (Dendawijaya, 2003 : 17).


(17)

Dalam rangka mengembangkan usaha kecil, Bank Indonesia telah mewajibkan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada usaha kecil (KUK) dalam presentase tertentu. Untuk mengoptimalkan pemberian KUK oleh bank – bank kepada pengusaha kecil, Bank Indonesia bersama dengan perbankan selama ini menempuh tiga strategi dasar sebagai berikut: pertama, penerapan batas minimum pemberian kredit sebesar 20% dari keseluruhan kredit bagi semua bank, sesuai dengan pakjan 1990 serta penyediaan fasilitas kredit likuiditas untuk membiayai sektor yang menjadi prioritas yaitu pengembangan koperasi, pengadaan pangan, dan pemilikan rumas sederhana. (suhardjono, 2003: 46).

Berdasarkan data-data yang diambil dari kantor Biro Pusat Statistik dan Bank Indonesia pada tahun 2009 di Surabaya, Diketahui bahwa jumlah kredit usaha kecil pada bank umum yang ada di Surabaya mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif. Data 5 tahun terkini yang dihimpun diperoleh bahwa pada tahun 2004 jumlah kredit usaha kecil disurabaya (dalam jutaan rupiah) mencapai RP 3.353.032. Pada tahun 2005 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik sebesar 19,32% menjadi RP 4.156.010. Pada tahun 2006 jumlah kredit usaha kecil tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 5,03% menjadi RP 4.375.979. Pada tahun 2007 jumlah kredit usaha kecil masih mengalami peningkatan sebesar 17,05% menjadi 5.275.563. Dan pada tahun 2008 jumlah kredit usaha kecil tersebut naik dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 21,13% menjadi 6.689.149. Hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah kredit usaha kecil pada tahun 2004


(18)

sampai 2008 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, Dengan meningkatnya kredit usaha kecil tersebut setiap tahunnya, Maka meningkat pula jumlah industri dan usaha baik yang berskala kecil, menengah, maupun besar yang ada disurabaya. Meningkatnya jumlah kredit usaha kecil tersebut tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Anonim, 2009 : 17).

Meningkatkan peranan pengusaha kecil tidak saja sangat penting dilihat dari aspek pengusaha yang bersangkutan, akan tetapi karena pada umumnya pengusaha kecil adalah bersifat padat karya, maksudnya ialah dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja. Apabila penyaluran kredit kepada pengusaha kecil yang semakin besar jumlahnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar pula, tetapi penyaluran kredit dana bank dan jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi, semuanya diusahakan di dalam suatu keserasian, keselarasan dan keseimbangan sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada usaha kecil bank umum dikota Surabaya.”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan permasalahannya, sebagai berikut :


(19)

1. Apakah jumlah dana pihak ketiga bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya?

2. Diantara faktor-faktor jumlah dana pihak ketiga bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah dana pihak ketiga bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel bebas tersebut yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil pada bank umum di kota Surabaya.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilaksanakan antara lain : 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyaluran kredit usaha kecil bank umum di kota surabaya.


(20)

2. Bagi Instansi

Sebagai informasi dan masukan pada instansi yang terkait dalam menentukan kebijakan tentang kredit usaha kecil bank umum di kota Surabaya, serta untuk mengetahui perkembagan tingkat penyaluran kredit usaha kecil.

3. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi fakultas ekonomi UPN “VETERAN”, guna melengkapi perpendaharaan perpustakaan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu diperlukan untuk studi perbandingan dalam penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penulisan skripsi ini antara lain :

A. Kusnarto dan Hendarti, (2001:39) Jurnal Penelitian Ekonomi

Berjudul “ Beberapa Faktor Yang mempengaruhi Kredit di Jawa Timur “

a) Variabel dependen (Y) adalah kredit investasi, sedangkan variabel bebas (X) terdiri dari dana Bank Umum (X1), Suku bunga Kredit (X2), dan jumlah Investor (X3). Dari hasil analisis dengan uji-F atau secara simultan dana bank umum, tingkat suku bunga kredit investasi dan investor berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit investasi di jawa Timur.

b) Sedangkan dari analisis uji-t atau secara parsial, dana bank umum dan jumlah investor berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit investasi di jawa Timur. Dan secara parsial tingkat suku bunga kredit investasi tidak berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit investasi di jawa Timur.


(22)

B. Sari (2003 : X) Penelitian dengan judul “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit investasi pengusaha kecil pada Bank Rakyat Indonesia di Jawa Timur.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa secara simultan uji F diperoleh Fhitung = 87,702 > Ftabel = 3,48. Dengan kata lain tingkat inflasi

(X1), tingkat suku bunga (X2), jumlah dana bank (X3), dan pendapatan

perkapita (X4) berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit

investasi sedangkan secara parsial uji t diperoleh hasil ttabel = 2,218 artinya

variabel tingkat inflasi (X1) thitung = -3,456, tingkat suku bunga (X2) thitung =

2,084, jumlah dana bank (X3) thitung = 3,783, pendapatan perkapita (X4)

thitung = 8,352 yang masing-masing berpengaruh secara nyata terhadap

penyaluran kredit investasi pengusaha kecil (Y).

C. Tisna Mahestika Pangesti (2004 : X) “Analisis beberaya faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum pada pengusaha kecil di Kabupaten Tuban”. Variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga kredit (X1), jumlah pengrajin (X2), laba pengusaha kecil (X3), tingkat

inflasi (X4), penyaluran kredit usaha kecil (Y). Teknik analisis yang

digunakan regresi linier berganda dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa dengan pengujian secara simultan diketahui Fhitung = 78,851 >Ftabel =

2,90 berarti dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga kredit, jumlah pengrajin, laba pengusaha kecil dan tingkat inflasi berpengaruh secara nyata terhadap penyaluran kredit usaha kecil.


(23)

D. Bagus Wardhany (2007 : x) “Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank umum di Jawa Timur.” Variabel yang digunakan adalah inflasi (X1), tingkat suku bunga (X2), gross domestic regional bruto (X3), jumlah

kantor bank (X4) dan penyaluran kredit (Y). Teknik analisis yang

digunakan adalah regresi liner berganda. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa variabel inflasi, tingkat suku bunga, gross domestic regional produk dan jumlah kantor bank umum tersebut secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat penyaluran kredit. Sedangkan jika menggunakan uji t parsial dapat diketahui gross domestik regional (X3) tidak berpengaruh secara nyata terdapat penyaluran

kredit.

Penelitian yang dilakukan peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya terletak pada variabel yang digunakan adalah jumlah dana bank (X1), jumlah pengusaha kecil (X2), tingkat suku bunga (X3) dan inflasi (X4). Sedangkan variabel Y adalah penyaluran kredit usaha kecil dan dilakukan pada tahun dan didaerah yang berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Definisi Umum Perbankan

Undang-Undang No.14 tahun 1967 bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Harijanto, 1999 : 12).


(24)

Bank didefinisikan oleh Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan diatas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Susilo, dkk, 2000 : 49).

Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan dengan uang yang diperolehnya dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukaran baru berupa uang giral (Dendawijaya, 2003 : 25).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank yaitu suatu jenis lembaga keuangan yang paling penting peranannya dalam masyarakat yang usaha pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

2.2.1.1. Jenis-Jenis Bank

Dalam kegiatan perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Perbankan. Dan jika ditinjau dari segi fungsinya, maka Bank dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Bank sentral

Adalah Bank yang mengatur berbagai kegiatan perbankan dan dunia keuangan di suatu negara. Di setiap negara terdapat satu bank sentral


(25)

yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia.

2. Bank umum

Adalah bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu perorangan maupun lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama Bank Komersial dan dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum Non Devisa.

3. Bank Perkreditan Rakyat

Adalah bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai serta bank-bank lainnya yang kemudian melebur jadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (Kasmir, 2003 : 7-8)

2.2.1.2. Pengertian Bank Umum

1. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Harijanto, 1999 : 18)

2. Bank umum adalah bank yang dalam usahanya bertindak sebagai pengumpul dana dalam bentuk simpanan baik giro maupun deposito serta didalam usaha penyaluran dananya bertindak sebagai penyalur kredit usaha pendek. (Iswardono, 2001 : 54).

3. Bank umum adalah lembaga keuangan yang menerima deposito atau simpanan dari masyarakat yang dibayarkan atas permintaan dan


(26)

pemberian kredit serta jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Iswardono, 2001 : 61).

4. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum dalam arti dapat memberikan seluruh jasa yang ada. (Kasmir, 2003 : 61).

2.2.1.3. Usaha-Usaha Bank Umum

Usaha-usaha bank umum, meliputi :

1. Menghimpun dana dalam masyarakat dalam bentuk simpanan yang berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya.

2. Memberikan kredit

3. Menertibkan surat pengakuan hutang

4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah.

5. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga. 6. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagai

dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya.


(27)

7. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan usaha wali amanat.

8. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

9. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank, sepanjang tidak berbentengan Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan. (Harijanto, 1999 : 25-26).

2.2.1.4. Bank Umum Berdasarkan Kepemilikan

Bank umum di Indonesia pada umumnya dapat dibedakan menjadi : 1. Bank Umum Milik Negara (BUMN)

Bank ini biasa disebut bank milik pemerintah karena seluruhnya sahamnya dimiliki oleh pemerintah. Status badan hukumnya adalah Perusahaan Perseroan atau biasa disebut Persero.

Contoh bank-bank milik pemerintah dewasa ini antara lain : - Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)

- Bank Rakyat Indonesia (BRI) - Bank Tabungan Negara (BTN) - Bank Mandiri


(28)

2. Bank Pemerintah Daerah

Bank ini biasa disebut Bank Pembangunan Daerah (BPD) bank-bank tersebut didirikan dengan Undang-Undang tersendiri yaitu Undang-Undang No.13 tahun 1962. Dengan diundangkannya UU No.7 tahun 1882 maka BPD tersebut harus berubah status hukumnya menjadi perusahaan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah masing-masing daerah. Sampai saat ini Provinsi telah memiliki BPD masing-masing. Contoh BPD yang ada dewasa ini antara lain :

- BPD DKI Jakarta - BPD Jawa Barat - BPD Jawa Tengah - BPD Jawa Timur 3. Bank Swasta Nasional

Bank Swasta Nasional dalam kegiatan operasionalnya terbagi menjadi dua, yaitu Bank Umum Devisa dan Bank Umum bukan Devisa. Bentuk hukum Bnak Umum Swasta Nasional yang telah beroperasi pada saat ini adalah Perseroan Terbatas (PT).

Contoh Bank Swasta Nasional antara lain : - Bank Central Asia (BCA)

- Bank Niaga - Bank Lippo - Bank Mega


(29)

4. Bank Asing

Sesuai dengan PP.No. 3 tahun 1968 pemerintah menginjinkan 10 bank asing membuka cabangnya di Indonesia. Paket kebijaksanaan 27 Oktober 1988 memberi kelonggaran pada kantor-kantor cabang bank asing yang telah beroperasi diperkenankan membuka kantor dan melakukan usahanya sebagai kantor cabang pembantu dan di 8 kota yaitu : Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandung, Denpasar, Ujung pandang dan Batam. Bank-bank asing yang selama ini diijinkan beroperasi di Indonesia antara lain sebagai berikut :

- City bank

- ABN AMRO Bank

- Standart Chartered Bank - Bank of Tokyo

5. Bank Campuran

Bank campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu bank atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh warga negara Indonesia dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri. Contoh bank campuran :

- Bank Finconencia - Bank Merincorp


(30)

- Intern Pacific Bank

- Mitsubishi Buana Bank (Harijanto, 1999 : 22-24)

2.2.1.5. Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya bank mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : 1. Menarik uang dari masyarakat

2. Memberikan kredit (pinjaman) kepada orang atau badan usaha yang membutuhkan.

3. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang..

4. Kegiatan lain, misalnya memberikan jaminan bank, menyewakan tempat untuk menyimpan barang-barang berharga.

Tugas-tugas tersebut merupakan aktifitas perbankan yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang erat hubungannya dengan dunia perdagangan dan keuangan. Antara tugas dan fungsi pokok perbankan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Fungsi pokok perbankan adalah sebagai alat penarik dana yang ada di masyarakat baik uang kartal atau tunai maupun uang giral, sebagai penyalur dana masyarakat yang menyediakan jasa perdagangan internasional. (Harijanto, 1999 : 14)


(31)

2.2.2. Kredit

2.2.2.1. Pengertian Kredit

Kredit artinya penyediaan uang atau barang atau jasa kepada pihak lain, tanpa imbalan secara langsung, tetapi dengan kepercayaan bahwa pihak penerima uang atau barang tersebut akan mengembalikan utangnya sesudah jangka waktu tertentu. (Harijanto, 1999 : 8).

Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang. (Suyatno, dkk, 1999 : 13).

Simorangkir dengan bukunya yang berjudul Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Nonbank, menyatakan kredit adalah suatu pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) oleh pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada masa tertentu, yang akan disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. (Simorangkir, 2000 : 100).

Menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Kasmir, 2003 : 102).


(32)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dangan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain prestasi (misalnya uang atau barang) itu akan dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pemberian bunga.

2.2.2.2 Tujuan Kredit

Pemberian fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari bank itu sendiri. Dalam praktiknya pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :

1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil dari keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini baik bank atau nasabah sama-sama diuntungkan.


(33)

3. Membantu pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang, antara lain sebagai berikut :

a. Penerimaan pajak keuntungan yang diperoleh nasabah dari bank

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau perluasan usaha yang akan membutuhkan tenaga baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat akan memiliki banyak pilihan.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi sendiri didalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan menghemat devisa negara.

e. Meningkatkan devisa negara. Apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk keperluan ekspor. (Kasmir, 2003 : 105-106).


(34)

2.2.2.3. Fungsi Kredit

Fungsi kredit perbankan didalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan dalam garis besarnya adalah sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan manfaat dari sumber dana atau modal. Hal ini dapat diungkapkan bila sumber dana yang berasal dari masyarakat yang disalurkan kepada bank berupa simpanan yang terdiri dari tabungan, sertifikat deposito, deposito berjangka dan giro yang selanjutnya akumulasi dari dana-dana tersebut akan disalurkan oleh bank dalam bentuk kredit kepada dunia usaha maka sumber dana tersebut dapat meningkatkan manfaat bagi dunia usaha.

2. Kredit dapat meningkatkan jumlah peredaran uang. Artinya kredit yang disalurkan oleh bank melaalui rekening Koran pada dunia usaha akan menciptakan uang giral yang dapat diambil melalui cek atau pun giro. Hal tersebut akan dapat meningkatkan peredaran uang baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan demikian kredit dapat menciptakan kegairahan berusaha pada dunia usaha.

3. Kredit merupakan sarana didalam stabilitas ekonomi, yang artinya bahwa penggunaan kredit harus didasarkan pada hal-hal yang produktif yang dapat menyerap tenaga kerja yang bermuara pada peningkatan taraf hidup rakyat untuk kemakmuran.Oleh karena itu penggunaan kredit haruslah tepat pada sektor-sektor yang mempunyai prioritas tinggi.


(35)

4. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional. Hal ini terbukti dari banyak bank-bank dari negara maju yang beroperasional di negara-negara berkembang dan membantu dalam hal modal melalui perkreditan.Selain itu dalam hubungan ekonomi internaasional kelompok negara maju selaku donor dapat memberi kredit kepada negara yang sedang berkembang guna meningkatkan kemajuan perekonomian negara tersebut. Dalam hal ini sebagai contoh adalah Indonesia dalam hal kredit mendapat bantuan dari CGI (Consultative Group On Indonesia). (Harijanto,1999:90)

2.2.2.4. Unsur-Unsur Kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam kredit adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagia dasar utama ynag melandasi mengapa suatau kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit dikucurkan maka harus dilakukun penelitian dan penyelidikan lebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.


(36)

2. Kesepakatan

Dismping unsur precaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan Dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing-masing-masing. Kesepakatan ini dituangkan dalam akad kreditdan ditandatangani oleh kedua belah pihak sebelum kredit tersebut dikucurkan.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1-3 tahun ), atau jangka panjang (diatas 3 tahun ). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu ,maka pengembalian kredit akan memungkinkan munculnya suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disegaja maupun resiko yang tidak disengaja. Misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya


(37)

usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainya sehinga nasabaah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

5. Balas Jasa

Bagi bank balas jasa adalah merupakan keuntugan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis kovensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga, bank juga membebankan kepada nasabah biaya adminitrasi kredit yang juga merupakaan keintungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Kasmir,2003:103-104)

2.2.2.5. Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank perkreditan untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain :

1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau pembangunan proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Pendek kata pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih lama.


(38)

b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja digunakan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lain-lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian atau kredit pertambangan akan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri lainnya.

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambangan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.


(39)

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini besarnya, ekspor dan impor.

3. Dilihat dari jangka waktu

a. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam. b. Jangka waktu menengah.

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian, seperti jeruk.

c. Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa

pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat terbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau


(40)

jaminan orang. Artinya, setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi usaha

a. Kredit petanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek. Misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit pertambangan, jenis yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun srana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter dan pengacara.


(41)

g. Kredit perumahan yaitu untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. (Kasmir,2003:109-112)

2.2.2.6. Penilaian Kredit

Dalam rangka pemberian kredit selain memperoleh pendapatan dari pemberian kredit, bank juga menghadapi kemungkinan-kemungkinan tertimpa resiko. Oleh karena itu, sebelum permohonan kredit dikabulkan bank harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Jumlah kredit yang diminta oleh nasabah 2. Penggunaan kredit oleh nasabah

3. Perangkat teknologi anak

4. Dokumen hubungan historis antara nasabah dan bank

Proses penilaian ini berkaitan dengan analisis nasabah di kemudian hari supaya tidak menimbulkan kesulitan atinya pada waktu kredit jatuh tempo nasabah dapat memenuhi kewajibannya dengan baik atau dengan kata lain nasabah tidak default artinya kegagalan nasabah dalam membayar kembali kredit yang ia terima (Harijanto, 1999: 96).

2.2.2.7. Syarat Kredit

Syarat-syarat kredit yang diberikan berdasarkan prinsip-prinsip perkreditan atau dengan kata lain orang yang diberi kredit harus memneuhi 5c adalah sebagai berikut :

1. Character (kepribadian) artinya watak, kelakuan, tabiat dari debitur itikad baik atau kemauan untuk membayar kredit yang diambil.


(42)

2. Capacity (kemampuan atau kesanggupan) adalah kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan mengembalikan usahanya serta kesanggupannya dalam mengembangkan dan mengembalikan usahanya serta kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.

3. Capital (modal) adalah modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia atau telah ada sebelum mndapatkan fasilitas kredit.

4. Collateral (jaminan) mempunyai arti jaminan atau dalam istilah perbankan adalah agunan. Agunan ini pada umumnya berupa barang baik barang bergerak maupun barang tidak tidak bergerak yang kesemuanya itu sangat bertalian dengan nilai kredit yang akan diterima oleh debitur.

5. Condition of economi (kondisi ekonomi) yang dimaksud disini adalah kondisi mengenai perekonomian secara umum serta kondisi dari debitur mengenai keadaan usahanya dimasa kini dan masa mendatang yang kesemuanya ini sangat erat dengan tingkat bunga atas kredit yang diambil (Harijanto, 1999 : 9).

2.2.2.8. Kredit Usaha Kecil (KUK)

Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit yang diberikan kepada nasabah kecil dengan plafon kredit maksimum Rp.250.000.000,- untuk membiayai usaha yang produktif. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi maupun kredit modal kerja.


(43)

Pada dasarnya kebijakan pembentuk fasilitas Kredit Usaha Kecil dari perbankan adalah kebijakan yang ditetapkan oleh otoritas moneter maupun fiskal untuk mengembangkan usaha kecil. Secara umum otoritas moneter maupun fiskal berpendapat bahwa perbankan cenderung tidak memberikan fasilitas kredit kepada usaha kecil mengandung resiko yang relatif lebih besar. Disamping itu, apabila usaha kecil dengan segala keterbatasannya harus bersaing dengan usaha besar akan kalah dalam bersaing.

Kemudian yang ditawarkan dalam fasilitas kredit usaha kecil antara lain adalah :

a. Tingkat bunga yang relatif lebih rendah daripada tingkat bunga kredit biasa.

b. Prosedur pengajuan kredit yang lebih disederhanakan seperti :

1. Laporan keuangan yang wajib diserahkan tidak harus selalu selengkap kredit biasa.

2. Keputusan persetujuan atau penolakan kredit yang lebih cepat. 3. Formulir khusus untuk permohonan kredit usaha kecil yang

telah disesuaikan dengan karakteristik usaha kecil. (Susilo, 2000 : 82-83).


(44)

2.2.3. Jumlah Dana Bank

2.2.3.1. Pengertian Jumlah Dana Bank

Jumlah dana bank adalah jumlah dana yang di individu oleh bank dimana memperolehnya terdiri dari berbagai sumber-sumber dana bank dapat dipilih disesuaikan dalam penggunaan dana. (kashmir, 2006: 6) Adapun jenis sumber dana adalah sebagai berikut :

1. Dana yang keluar dari bank itu sendiri, yaitu sumber dana ini merupakan sumber dana dari modal sendiri, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pencarian dana terdiri dari :

a. Setoran dari pemegang saham

b. Cadangan – cadangan, bank adalah cadangan laba pada tahun lalu yang tidak dibagi kepada pemegang sahamnya. Cadangan ini sengaja disediakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan sehingga dapat sesuai modal untuk sementara waktu.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga adalah dana yang pada umumnya berbentuk simpanan yang tradisional yang kita sebut sebagai :

a. Giro adalah simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, penarikannya dapat dilakuka setiap saat yang


(45)

menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau pemindah bukuan.

b. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dan bank yang bersangkutan.

c. Tabungan adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu. 3. Dana yang berasal dari lembaga keuangan baik berbentuk bank

maupun non bank. Dana yang berasal dari lembaga keuangan yaitu dana dari pihak kedua, pihak yang memberikan pinjaman dana (uang) pada bank yang terdiri dari empat pihak yaitu :

a. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan non bank (LKKB) pinkaman ini kadang kala tidak berbentuk surat berharga yang dapat diperjual belikan.

b. Pinjaman dari bank-bank yang dikenal dengan call money, yaitu pinjaman bank harian antar bank.

c. Pinjaman dari bank sentral (Bank Indonesia). Pinjaman ini digunakan untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas.

d. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan laun di luar negeri yang biasanya berbentuk pinjaman jangka menengah dan panjang. (Harijanto, 1999 : 3).


(46)

2.2.3.2. Tabungan Masyarakat dan Deposito

A. Tabungan Masyarakat

Pengertian tabungan masyarakat Undang-Undang perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lain yang dipersamakan dengan itu. ( Fuad Y, 1999:199)

Masyarakat menggunakan bagian dari pendapatannya yang tidak dikonsumsikan tersebut untuk beberapa tujuan antara lain:

a) Disimpan saja tanpa digunakan.

b) Ditabungkan di badan-badan keuangan.

c) Untuk modal yang produktif maupun yang tidak produktif.

Dana dari tabungan masyarakat akan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kegiatan pembagunan jika dialokasikan pada kegiatan pembagunan yang produktif. Jika masyarakat menyimpan uangnya pada tabungan hanya sebagian kecil dari pendapatan dan sebagian besar lainnya digunakan pada jenis kegiatan yang non produktif, maka tabungan masyarakat akan sangat berperan kecil andilnya dalam memberikan dana untuk usaha pembagunan.

Simpanan masyarakat baru akan memberikan sumbagan dana yang besar pada pembagunan jika para penabung menggunakan simpanan tersebut untuk melaksanakan penanaman modal yang produktif, yaitu penanaman madol yang akan meningkatkan jumlah barang-barang dan


(47)

jasa-jasa yang tersedia dalam masyarakat atau tabugan tersebut dialihkan pada badan-badan keuangan dan selanjutnya badan-badan keuangan tersebut akan meminjamkan kepada para pengusaha yang akan melakukan penanaman modal pada sektor yang produktif.

Sala satu faktor penting yang menentukan tingkat tabungan masyarakat adalah sebesar tingkat pendapatan perkapita masyarakat tersebut namun pada kenyataannya menunjukkan bahwa kemampuan menabung masyarakat juga dipenuhi oleh distribusi pendapatan tersebut ke berbagai lapisan masyarakat.

Tersedianya jumlah lembaga keuangan yang memadai atau sesuai dengan perbandingan laju pertumbuhan penduduk, merupakan suatu keharusan dalam rangka mobilisasi dana simpanan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya jumlah simpanan masyarakat berarti kepercayaan terhadap bank semakin besar pula. Hal ini merupakan modal yang cukup besar bagi perkembangan sumber dana perbankan dan perkembangan bank itu sendiri. ( Sukirno, 2002:352 )

B. Simpanan Deposito

Menurut Undang-Undang perbankan no. 10 tahun 1998 simpanan deposito adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Simpanan deposito merupakan salah satu bentuk tabungan masyarakat yang dapat dipakai sebagai sumber alternatif bagi bank untuk penggalangan dana. Hal tersebut karena


(48)

besarnya dana yang dibutuhkan oleh bank untuk diputar dalam bentuk kegiatan yang produktif.

Beberapa motivasi masyarakat menabung dalam bentuk deposito adalah :

a) Tingkat bunga yang menarik dan menguntungkan b) Resiko simpanan deposito yang relatif kecil c) Fasilitas yang memuaskan

d) Mendidik untuk hidup hemat

Dana dalam bentuk deposito selain bermanfaat dan turut berperan membantu pemerintah dalam penyediaan sember dana pembangunan khususnya bagi pembiayaan investasi didalam negeri.

Usaha yang dilakukan bank untuk menghimpun dana simpanan deposito antara lain :

1. Mempertahankan kepercayaan baik dari masyarakat maupun pemerintah dengan cara tetap menjaga tingkat likuiditas bank.

2. Memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para nasabah. Kepercayaan yang didapat dari masyarakat harus selalu diimbagi dengan fasilitas dan pelayanan yang memuaskan sehingga dapat menarik minat masyarakat untuk menyalurkan dan menyimpan dananya pada bank.

Memberikan suku bunga dan perangsang bagi nasabah yang berupa hadiah, bonus dan lain-lain. Sehingga menarik minat masyarakat (Kasmir, 2003:93)


(49)

Jumlah dana bank adalah jumlah dana yang ada dalam aktiva bank yang bersumber dari modal sendiri, simpanan mayarakat (Giro, Deposito, dan Tabungan) dan dana yang bersumber dari lembaga keuangan lain yang digunakan oleh bank untuk membiayai kehidupan dan kegiatan operasional bank.

2.2.3.3. Hubungan antara Jumlah Dana Bank dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Dana yang dihimpun oleh bank harus disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat dan sebagai lembaga perantara antara pihak – pihak yang yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga beli dana tsb setelah dikurangi dengan biaya operasional yang salah satunya disalurkan dalam kredit usaha kecil. (mudrajad, 2002 139)

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional bank dan merupakan tolak ukur keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatan operasinya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumberdana lainnya. (Kasmir,2004:63)

Semakin banyak masyarakat menanamkan dananya pada bank (menabung), baik dalam bentuk tabungan, depsito dan giro maka akan semakin banyak jumlah dana yang dihimpun oleh bank. Dengan


(50)

semakin banyak jumlah dana yang dihimpun bank, sudah tentu bank akan semakin gencar dalam menyalurkan dananya (kredit) pada masyarakat baik itu kredit properti, ritel, menengah, besar, khususnya KUK (Kredit Usaha Kecil). Ini dikarenakan regulasi pemerintah (Bank Indonesia) yang mewajibkan bank-bank diseluruh Indonesia agar menyalurkan minimal 20 % dari total pangsa pasar kreditnya khusus untuk kredit usaha kecil (KUK). Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan untuk membayar bunga simpanan masayarakat yang menanamkan dananya pada bank tersebut, disamping juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga terkait dengan regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah sebagai lembaga yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali pada masyarakat.(Totok,B.danSigit,T., 2006:53)

suku bunga riil yang relatif rendah dibandingkan dengan suku bunga riil di luar negeri dapat menimbulkan pengaliran modal ke luar negeri. Masyarakat akan menyimpan uangnya di luar negeri.

Kenyataan demikian akan menghambat upaya perbankan dalam menghimpun dana masyarakat. Keadaan di mana kemampuan bank sangat rendah dalam menampung dana masyarakat akan mengurangi kemampuan perbankan untuk memberikan kredit. Sebaliknya, keadaan di mana kemampuan bank sangat tinggi dalam menampung dana


(51)

masyarakat akan meningkatkan kemampuan bank dalam memberikan kredit.

Seperti diletahui, sebagai lembaga intermediasi, perbankan selama ini menyalurkan kredit dengan sumber dana antara lain dari dana yang dihimpun dari masyarakat tadi. Akibat yang ditimbulkan kemudian adalah rendahnya kegiatan investasi di sektor riil karena kesulitan dana perbankan. Hal ini berujung pada rendahnya daya serap tenaga kerja alias pengangguran. .(pohan, 2008: 52)

Berdasarkan keterangan di atas menurut saya, Semakin besar kemampuan satu bank didalam mengerahkan dana masyarakat maka semakin besar pula kemampuan bank tersebut didalam penyaluran kredit (usaha kecil) bagi nasabahnya. Sehingga tingkat penyaluran kredit untuk usaha kecilpun akan meningkat.

2.2.4. Pengusaha Kecil

2.2.4.1. Pengertian Pengusaha Kecil

Definisi dari pengusaha kecil adalah pihak yang membutuhkan dana sekarang untuk dibelanjakan barang-barang guna keperluan usaha atau perluasan usaha, dan dana tersebut akan dibayar nanti apabila proyek usaha kecilnya telah menghasilkan keuntungan. (Budiono, 1998 : 8).

Perusahaan atau usaha yang dicacah pada kegiatan ini adalah perusahaan yang hanya berkategori. Perusahaan direktori dan URT


(52)

(Usaha Rumah Tangga) termasuk perusahaan/usaha kategori lapangan usaha imdustri kecil dan kerajinan rumah tangga dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang. usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

Skala usaha kecil menurut BPS berdasarkan kriteria tenaga kerja

o Usaha mikro : tenaga kerja 1 – 4 orang o Usaha kecil : tenaga kerja 5 – 19 orang o Usaha menengah : tenaga kerja 20 – 99 orang o Usaha besar : tenaga kerja > 100 orang

Skala usaha kecil menurut BPS berdasarkan kriteria Omset

o Usaha mikro : omset < 50 juta Rp

o Usaha kecil : omset 50 juta – 1 miliar Rp o Usaha menengah : omset 1 miliar – 3 miliar Rp o Usaha besar : omset > 3 miliar Rp

(Anonim, 2006 : 9) Pengusaha kecil adalah orang/badan usaha yang melakukan

kegiatan/usaha yang berlandaskan ekonomi dengan skala tenaga kerja 5 – 19 orang dan dengan omset 50 juta – 1 miliar Rp


(53)

2.2.4.2. Hubungan antara Jumlah Pengusaha Kecil dengan Penyaluran Kredit Usaha Kecil

Jika debitur atau penduduk yang melakukan usaha kekurangan dana untuk pembiayaan usaha atau produknya, maka salah satu langkah alternatifnya adalah meminjam uang atau kredit di bank. Kredit yang disediakan oleh bank untuk para debitur atau pengusaha kecil adalah kredit usaha kecil dengan persyaratan, bahwa pengusaha kecil sebagai debitur harus bersedia untuk membayar bunga kredit sebagai pengganti biaya pinjaman kredit tersebut. Kesediaan pengusaha kecil mau membayar bunga untuk dana yang ia pakai karena dana tersebut nantinya diharapkan bisa menghasilkan penerimaan yang lebih besar daripada jumlah yang diinvestasikan. Kelebihan penerimaan diatas pengeluaran (yaitu keuntungan) inilah yang merupakan daya tarik bagi pengusaha kecil untuk melakukan kredit usaha kecil dan sekaligus sebagai sumber kemampuan bagi pengusaha kecil untuk membayar bunga. Dengan perkataan lain, bunga dibayar karena dana tersebut poduktif. (Boediono, 1998 : 81).

Selama ini para debitur (pengusaha kecil) telah menjalin hubungan baik dengan bank dalam hal peminjaman dana atau kredit. Hal ini terjadi terjadi karena alternatif pembiayaan yang bersumber dari dana bank merupakan dana yang dominan untuk kegiatan mendirikan Usaha Kecil.

Jika debitur atau penduduk yang melakukan usaha kekurangan dana untuk pembiayaan usaha atau produknya, maka salah satu langkah


(54)

alternatifnya adalah meminjam uang atau kredit di bank. Kredit yang disediakan oleh bank untuk para debitur atau pengusaha kecil adalah kredit usaha kecil dengan persyaratan, bahwa pengusaha kecil sebagai debitur harus bersedia untuk membayar bunga kredit sebagai pengganti biaya pinjaman kredit tersebut.

Di dunia usaha khususnya di kota Surabaya masih banyak sekali pengusaha (khususnya pengusaha kecil) yang mengalami keterbatasan dana serta membutuhkan suntikan untuk terus dapat kegiatan operasionalnya dan tetap dapat menghasilkan produk-produk terbaiknya. Kredit bagi debitur sangat besar peranannya dalam mendorong mencapai tujuan perusahaan. Khususnya untuk kegiatan usaha kecil. (Suhardjono, 2003 : 15).

Berdasarkan keterangan di atas menurut saya, Semakin besar kemampuan suatu bank di dalam mengerahkan dana masyarakat maka semakin besar pula kemampuan bank tersebut di dalam menyalurkan kredit (usaha kecil) bagi nasabahnya. Sehingga tingkat penyaluran kredit untuk Usaha Kecil pun juga akan meningkat.

2.2.5 Tingkat Suku Bunga

2.2.5.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Bunga juga dianggap sebagai kontrak prestasi antara pemakai kredit yang telah diterima oleh debitur dan bunga tersebut biasanya berupa uang. (Harijanto, 1999 : 99).


(55)

Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar

oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) (Kasmir, 2004 : 121).

Menurut pendapat saya berdasarkan informasi diatas, Bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produk.

2.2.5.2. Pengertian Suku Bunga Menurut Kaum Klasik

Menurut ekonomi klasikal, permintaan dan penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan menentukan tingkat keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Adapun tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuataan yaitu : penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutama dari sektor bisnis. (Sunariyah 2003:62)

2.2.5.3. Tingkat Suku Bunga Menurut Teori Keynes

Teori Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran bunga. Kita ingat pula bahwa menurut teori ini ada tiga motif (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi) mengapa orang menghendaki memegang uang tunai. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnnya “permintaan akan uang” yang diberi nama Liquidity Preference. Nama ini mempunnyai makna tertentu yakni bahwa permintaan akan uang menurut Keynes berlandaskan pada konsepsi


(56)

bahwa orang pada umumnya menginginkan dirinya tetap liquit untuk memenuhi tiga motif tersebut (Boediono, 2000:83)

Dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga pinjaman atau kredit adalah tingkat balas jasa yang diperoleh masyarakat atas sejumlah dana pinjaman yang diterimanya dalam jangka waktu tertentu.

2.2.5.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bunga

Agar Keuntungan yang diperoleh dapat maksimal maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan suku bunga baik untuk bunga simpanan maupun pinjaman.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga pinjaman.


(57)

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.

3. Kualitas jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

4. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun harga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Jangka waktu

Baik untuk simpanan maupun bunga pinjaman faktor jangka waktu sangat menentukan.

6. Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan juga menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman.

7. Produk yang kompetitif

Produk yang kompetitif sangat menentukan besar kecilnya bunga pinjaman. Kompetitif maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasarkan.

8. Hubungan baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga . dalam praktiknya


(58)

bank menggolangkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).

9. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. (Kasmir, 2003:37-40).

2.2.5.5. Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Penyaluran Kredit

Usaha Kecil

Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesedian orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang dengan tujuan spekulasi. Permintaan besar apabila tingkat suku bunga rendah dan sebaliknya permintaan kecil apabila tingkat suku bunga tinggi. (Boediono, 2000 : 83).

Apabila bank kekurangan dana (simpanan sedikit), sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan menigkatkan suku bunga pinjaman. Dengan meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpanuang di Bank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya jika bank kelebihan dana, di mana simpanan banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, maka bank akan menurunkan bunga simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untk


(59)

menyimpan. Atau dengan cara menurunkan juga bunga kredit sehingga permohonan kredit meningkat. (kashmir, 2002 : 134).

Sekitar 60 – 70 persen harta bank – bank umum terikat pada kegiatan penyaluran kredit. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau bunga kredit menjadi sumber penghasilan dan keuntungan terbesar bagi bank umum.

Jumlah penghasilan bunga kredit harus dapat menutup seluruh biaya bank, termasuk biaya pengadaan dana kredit dan biaya tetap serta masih menyisakan keuntungan. Kalau tidak, cepat atau lambat bank yang bersangkutan akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan likuiditas keuangan dan profitibiltas usaha.

Di lain pihak, suku bunga adalah “harga” kredit yang ditawarkan kepada debitur. Seperti halnya dalam usaha bisnis yang lain, harga (dalam hal ini suku bunga) adalah salah satu sarana perusahaan untuk memenangkan persaingan di pasar. Strategi bank dalam menentukan tingkat suku bunga harus disusun secara profesional. Sasaran yang ingin dicapai secara umum maupun untuk tiap segmen pasar dengan strategi itu harus jelas. Sebagian besar bankmenyatakan strategi penentuan suku bunga kredit mereka secara tertulis. Dengan demikian mereka mempunyai pedoman umum pada tingkat mana suku bunga kredit tiap calon debitur ditentukan. (Siswanto 2002 : 105)

Apabila rencana penggunaan kredit yang mereka minta termasuk dalam kategori keharusan, biasanya calon debitur tidak begitu sensitif


(60)

terhadap tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan. Akan tetapi bilamana rencana penggunaan kredit masih dapat ditunda mereka akan berusaha mendapatkan kredit atau bentuk pinjaman lain dengan suku bunga yang di anggap cukup kompetitif dan tidak memberatkan keuangan mereka atau menunda rencana permintaan kredit.

Semakin tinggi tingkat resiko kredit semakin tinggi tingkat suku bunga yang diminta bank, semakin rendah tingkat kredit yang diserap okeh kreditur. Hal itu disebabkan karena kreditur harus mempunyai dana cadangan untuk menutup tambahan resiko kredit yang beresiko tinggi dibandingkan dengan kredit dengan tingkat resiko normal. (Siswanto 2002 : 106 – 111)

Berdasarkan keterangan di atas menurut saya, Apabila suku bunga kredit rendah, maka para nasabah atau debitur akan berhasrat untuk mengambil kredit untuk usaha kecilnya, sehingga permintaan serta tingkat penyaluran kredit usaha kecil pun akan mengalami peningkatan.

2.2.6 Inflasi

2.2.6.1. Pengertian Inflasi

Definisi inflasi menurut Rahardja dan Manurung (2004 : 319), adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus, dari definisi ini ada tiga komponen yang dipenuhi agar dapat dikatakan inflasi yaitu kenaikan harga, bersifat umum, berlangsung terus-menerus.


(61)

Yang dimaksud dengan inflasi adalah kenaikan tahunan dalam tingkat harga umum yang diukur berdasarkan indek harga konsumen atau indek harga lainnya. (Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 485).

Kesimpulan dari pengertian diatas adalah kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Menurut Sukirno (2004 : 333), teori kuantitas membedakan sumber terjadinya inflasi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Inflasi tekanan permintaan (demand pull inflation)

Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang bertambah terlalu kuat yang mengakibatkan tingkat harga umum naik.

Gambar 1 : Proses Demand Pull Inflation

Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 334


(62)

Sebagaimana dalam gambar perekonomian dimulai pada P1

dan tingkat output riil dimana (P1,Q1) berada pada perpotongan

antara kurva permintaan D1 dan kurva penawaran S. Kurva

permintaan bergeser keluar D2 penggeseran seperti itu dapat berasal

dari faktor kelebihan pengeluaran permintaan.

Pergeseran kurva permintaan menaikkan output riil (dari Q1 ke Q2)

dan tingkat harga (dari P1 ke P2) maka inilah yang disebut demand pull

inflation (inflasi tarikan permintaan) yang disebabkan penggeseran kurva permintaan menarik keatas tingkat harga dan menyebabkan inflasi.

2. Inflasi dorongan penawaran (cost push inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, biasanya ditandai dengan kenaikan harga barang serta turunnya produksi. Misalnya kenaikan harga barang baku yang didatangkan dari luar negeri dan kenaikan harga BBM.

Gambar 2 : Proses Cost Push Inflation

Sumber : Sukirno. 2004, Teori Pengantar Ekonomi Makro, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 335


(63)

Pada gambar diatas telah disajikan kurva penawaran bergeser dari S1 ke S2, harga tertentu naik dan menyebabkan inflasi

dorongan biaya. Naiknya harga dan turunnya output sering kali diberi nama “stagnasi inflasi”.

Dampak yang ditimbulkan dari inflasi diantaranya :

1. Kenaikan harga-harga menimbulkan dampak terhadap

perdagangan. Kenaikan harga barang tersebut menyebabkan barang-barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasar internasional. Menyebabkan ekspor menjadi menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah, menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing.

2. Biaya yang terus-menerus naik akan menyebabkan kegiatan produksi menjadi tidak menguntungkan.

3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. (Sukirno, 2004 : 339)

Menurut Sukirno (2000:340), cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain :

a. Kebijakan Moneter

Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui jumlah uang yang beredar. Uang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum


(64)

yang dinaikkan agar jumlah uang menjadi lebih kecil sehingga dapat menekan laju inflasi.

b. Kebijakan Fiskal

Menyangkut pengaturan tentang pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.

c. Kebijakan segi penawaran

Pemerintah melakukan langkah-langkah yang menurunkan biaya produksi perusahaan-perusahaan. Misalnya dengan mengurangi pajak ke atas bahan mentah atau menetapkan harga barang mentah.

2.2.6.2. Hubungan tingkat inflasi terhadap kredit yang disalurkan

Dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik, kenaikan ini akan mendorong kenaikan produksi. Inflasi dapat mengubah alokasi faktor – faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan produksi akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi barang – barang tertetu (Nopirin, 2000 : 142)

Pengertian inflasi yaitu kenaikan harga barang – barang secara umum yang berlaku


(65)

terus – menerus dalam atau selama satu periode tertenti. Naik turunnya inflasi mempengaruhi penyaluran kredit yang disalurkan, jika inflasi turun maka kredit yang disalurkan mengalami kenaikan dikarenakan permintaan produksi meningkat yang berakibat pengeluaran atas barang – barang produksi juga mengalami peningkatan, sebaliknya jika inflasi naik maka kredit yang disalurkan mengalami penurunan dikarenakan permintaan produksi menurun yang berakibat pengeluaran atas barang – barang produksi juga turun (Boediono, 2001 :176)

2.3. Kerangka Pikir

Dari uraian tersebut diatas, maka kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bank adalah pelayan masyarakat serta wadah perantara keuangan masyarakat. Sedangkan dana pihak ketiga bank merupakan dana yang dimiliki oleh bank dimana dana tersebut bersumber dari dana masyarakat luas dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan sertifikat deposito. Jumlah dana simpanan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran kredit usaha kecil. Dana yang dihimpun oleh bank harus disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat dan sebagai lembaga perantara antara pihak – pihak yang yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan keuntungan bank diperoleh dari


(66)

selisih antara harga jual dan harga beli dana tsb setelah dikurangi dengan biaya operasional yang salah satunya disalurkan dalam kredit usaha kecil. Sehingga semakin tinggi jumlah dana simpanan yang dimiliki oleh bank maka akan semakin tinggi pula kemampuan bank didalam menyalurkan kredit, khususnya untuk Kredit Usaha Kecil (KUK). (kashmir 2001 : 134) 2. Jumlah pengusaha kecil berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran kredit, apabila jumlah pengusaha kecil meningkat maka permintaan kredit juga akan meningkat, sehingga jumlah kredit yang disalurkan juga akan meningkat. (Suhardjono, 2003 : 180).

3. Semakin tinggi tingkat resiko kredit semakin tinggi tingkat suku bunga yang diminta bank, semakin rendah tingkat kredit yang diserap okeh kreditur. Hal itu disebabkan karena kreditur harus mempunyai dana cadangan untuk menutup tambahan resiko kredit yang beresiko tinggi dibandingkan dengan kredit dengan tingkat resiko normal. Menurunnya suku bunga kredit menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan akan kredit, sehingga kredit juga akan disalurkan juga akan mengalami kenaikan. (Siswanto 2002 : 106 – 111)

4. Laju inflasi merupakan gambaran harga – harga. Harga yang membumbung tinggi tergambar dalam inflasi yang tinggi. Sementara itu, harga yang relatif stabil tergambar dalam angka inflasi yang rendah. Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Mengapa? Karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku


(67)

bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun. Sebaliknya, jika tingkat inflasi turun menyebabkan kenaikan permintaan barang produksi dan menurunkan tingkat suku bunga riil menjadi naik yang akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan dari masyarakat akan meningkat dan menyebabkan peningkatan penyaluran kredit perbankan (pohan, 2008: 52)

Dari keempat variabel tersebut dapat digambarkan paradigma yang saling berkaitan yaitu sbb :

Gambar 3 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian

Sumber : Peneliti

Sumber : Penulis Jumlah dana pihak

ketiga bank (X1)

Kemampuan bank menyalurkan kredit

Jumlah pengusaha kecil (X2)

Permintaan kredit

Tingkat suku bunga kredit (X3)

Permintaan kredit

Inflasi (X4) Permintaan barang

produksi

Penyaluran kredit (Y)


(68)

2.4. Hipotesis

Setelah mengetahui permasalahan yang dikemukakan, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga bahwa jumlah dana pihak ketiga bank, jumlah pengusaha kecil, tingkat suku bunga kredit dan inflasi berpengaruh terhadap penyaluran Kredit Usaha Kecil di Kota Surabaya.

2. Diduga bahwa faktor jumlah dana pihak ketiga bank mempunyai pengaruh paling dominan terhadap penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) di kota Surabaya.


(69)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman empiris.”

Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, antara lain terdiri dari :

a. Variabel tidak bebas atau variabel terikat (Y)

Yaitu penyaluran kredit usaha kecil yang disalurkan Bank Umum di kota Surabaya kepada pengusaha kecil adalah dana bank dalam bentuk kredit usaha yang disalurkan untuk keperluan penanaman modal atau investasi. Hal ini dapat dihitung dengan mengukur jumlah kredit pengusaha kecil yang disalurkan oleh Bank Umum di Kota Surabaya yang dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah.

b. Variabel bebas atau variabel tidak terikat (X1)

1. Jumlah dana pihak ketiga bank (X1)

1. Adalah Dana yang dihimpun oleh bank (simpanan, giro, deposito) dari masyarakat dalm bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat dan sebagai lembaga perantara antara pihak – pihak


(70)

yang yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Pengukuran variabel ini dinyatakan dalam satuan jutaan rupiah. 2. Jumlah pengusaha kecil (X2)

Adalah jumlah pengusaha yang menjalankan usahanya dalam skala kecil dikota Surabaya untuk mendayagunakan suatu barang atau jasa dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan dari usahanya. Pengukuran variabel ini dinyatakan dalam satuan unit.

3. Tingkat suku bunga kredit (X3)

Adalah persentase tertentu dari pinjaman pokok yang wajib dibayar oleh pihak peminjam kepada bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebagai balas jasa atas penyaluran kredit usaha kecil. tingkat suku bunga harus disusun secara profesional. Sasaran yang ingin dicapai secara umum maupun untuk tiap segmen pasar dengan strategi itu harus jelas. Pengukuran variabel ini dinyatakan dalam satuan persen (%). 4. Inflasi (X4)

Adalah kenaikan harga barang – barang secara umum yang berlaku terus – menerus dalam atau selama periode tertentu. Satuan pengukurannya dalam (%).


(71)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berkala (Times Series Data) dalam periode tahunan selama 15 tahun yaitu dari tahun 1995-2009.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bisa dikumpulkan atau diperoleh dari instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini atau data yang sudah terlampir dan bisa diambil dari instansi yang bersangkutan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh dari : a. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur

b. Bank Indonesia cabang Surabaya c. Departemen yang terkait

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan dengan :

a. Study kepustakaan

Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang sesuai dengan usaha penelitian ini.


(72)

b. Study lapangan

Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan terhadap obyek atau masalah yang diteliti. Study lapangan ini dilaksanakan guna menunjang pengumpulan data yang diperoleh untuk diolah dan dianalisis. Dalam hal ini adalah Bank Indonesia cabang Surabaya. Bank Umum dan Badan Pusat Statistik Jawa Timur mellaui studi kepustakaan.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Sesuai dengan tujuan dari usulan penelitian ini, maka digunakan suatu model regresi linier berganda. Analisis regresi merupakan alat analisis yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Bentuk model tersebut adalah :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + μi ...(Sudrajat, 2002 : 112)

Dimana :

Y = Penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) yang disalurkan oleh Bank Umum Kota Surabaya

X1 = Jumlah dana pihak ketiga bank

X2 = Jumlah pengusaha kecil

X3 = Tingkat suku bunga kredit


(1)

Partomo, Tiktik Sartika dan Abdul Rachman Soejoedono, 2002,

Ekonomi Skala

Kecil atau Menegah dan Koperas

i, Cetakan Pertama, Pernerbit Ghalia

Indonesia, Jakarta.

Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi

(Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi), Edisi Revisi, FE UI, Jakarta.

Rosyidi, Suherman, 2000,

Pengantar Teori Ekonomi (Pendekatan Kepada Teori

Ekonomi Mikro dan Makro)

, Cetakan Keempat, Penerbit PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Samuelson, Paul A. dan Nordhaus, William D. 2004, Ilmu Makro Ekonomi, Edisi

Ketujuh belas, PT. Media Globa Edukasi, Jakarta

Simorangkir, 2000,

Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank

, Jakarta,

Ghalia Indonesia.

Sudrajad, MSW. 2002,

Mengenal Ekonometrika

Pemula, Penerbit CV. Armiko,

Bandung.

Suhardjono, 2003,

Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah

,

Yogyakarta AMP. YKPN.

Sukirno, sadono,2002,

Pengantar Teori Makro Ekonomi

, Edisi Kedua, Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada.

__

,2004, Teori Pengantar Makro Ekonomi, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Susilo, Y. Sri, dkk, 2000,

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Wijaya, Faried, 1996,

Perkreditan Bank dan Lembaga Keuangan

, Edisi Pertama,

Yogyakarta : BPFE.


(2)

Lampiran 2

Regression

Variables Entered/Removedb

x4=Inflasi, x1=Jml dana Bank, x2=Jml Pengusaha, x3=Tngkt Suku Bungaa

. Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: y=Penyaluran Kredit b.

Model Summ aryb

.886a .785 .700 820241.245 1.305 Model

1

R R Square

Adjust ed R Square

St d. E rror of the Es timate

Durbin-W atson

Predic tors: (Constant), x4= Inflasi, x 1=Jml dana Bank, x 2=Jml Pengusaha, x3=Tngkt Suku Bunga

a.

Dependent Variable: y= Penyaluran Kredit b.

ANOVAb

2E+013 4 6.157E+012 9.152 .002a 7E+012 10 6.728E+011

3E+013 14 Regres sion Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x4=Inflasi, x1=Jml dana Bank, x2=Jml Pengusaha, x3=Tngkt Suku Bunga

a.

Dependent Variable: y=Penyaluran Kredit b.


(3)

Coefficientsa

2869834 2053097 1.398 .192

.035 .009 .744 3.929 .003 .779 .598 1.672

195.594 80.897 .395 2.418 .036 .607 .804 1.244

-118582 111575.5 -.241 -1.063 .313 -.319 .417 2.396

34983.550 11964.940 .533 2.924 .015 .679 .645 1.551

(Constant) x1=Jml dana Bank x2=Jml Pengus aha x3=Tngkt Suku Bunga x4=Inflasi

Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial

Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: y=Penyaluran Kredit a.

Collineari ty Diagnosticsa

3.928 1.000 .00 .01 .01 .00 .01

.688 2.389 .00 .05 .00 .00 .51

.285 3.715 .00 .25 .23 .00 .20

.093 6.497 .02 .23 .75 .04 .01

.006 25.906 .98 .46 .00 .96 .26

Dimension 1 2 3 4 5 Model 1 Eigenvalue Condit ion

Index (Const ant)

x1=Jml dana B ank

x2=Jml Pengusaha

x3=Tngkt

Suku B unga x4=Inflasi Variance P roportions

Dependent Variable: y= Penyaluran Kredit a.


(4)

Lampiran 4

Residuals Statisticsa

2948368 7187012 4269372 1326366.659 15

-1298974 1160620 .00000 693230.37783 15

-.996 2.200 .000 1.000 15

-1.584 1.415 .000 .845 15

Predicted Value Residual

Std. Predicted Value Std. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: y=Penyaluran Kredit a.

Nonparametric Correlations

Correlations .054 .850 15 -.093 .742 15 .154 .585 15 .089 .752 15 1.000 . 15 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N x1=Jml dana Bank

x2=Jml Pengus aha

x3=Tngkt Suku Bunga

x4=Inflasi

Unstandardized Res idual Spearman's rho

Unstandardiz ed Res idual


(5)

(6)

Tahun y x1 x2 x3 x4 RES_1

1995 2547120 10860441 8664 15.75 8.69 -835588.88

1996 3380859 13583989 8942 16.42 6.68 -2232.3264

1997 4604303 14645937 9184 17.34 9.11 1160619.85

1998 6268205 28119957 9286 23.16 95.21 8818.70751

1999 2699819 32687100 9628 22.93 0.24 -491951.54

2000 3194264 34594415 2369 16.59 10.46 245896.619

2001 3364359 42672412 2490 17.9 14.13 135212.833

2002 3638846 41209106 2614 17.82 9.15 601635.224

2003 3863916 44729240 2910 15.68 4.79 543785.069

2004 3633514 63742140 3151 14.05 6.06 -640067.32

2005 3374598 70044356 3458 15.43 14.12 -1298973.8

2006 4019150 75883456 3710 15.1 6.71 -688949.17

2007 5249466 84043827 3945 13.01 6.27 -24003.726

2008 6762967 98769583 4031 14.4 8.73 1033610.64

2009 7439200 113.168.91 8619 12.96 5.39 252187.818