7
diangkat judul “Analisis Financial Leverage, Operating Leverage Dan Pertumbuhan Asset Serta Pengaruhnya Terhadap Beta Saham Pada
Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia”. 1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
Apakah financial leverage, operating leverage, asset growth berpengaruh pada beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk membuktikan secara empiris pengaruh financial leverage, operating
leverage, asset growth terhadap beta saham perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, ide – ide terutama dalam bidang manajemen keuangan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sesuatu yang
berharga sebagai tambahan perbendaharaan referensi dan dapat memberikan ide untuk pengembangan lebih lanjut bagi rekan – rekan
yang ingin mengadakan penelitian dalam bidang yang berkaitan di masa yang akan datang.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN SEBELUMNYA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Di Indonesia, telah terdapat beberapa peneliti yang mempelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi beta saham. Adapun penelitian
yang menjadi riset pembanding tersebut adalah hasil penelitian dari :
1. C. Erna Susilawati dan Chr Widya Utami 2001
Penelitian ini mencoba menganalisis faktor – faktor yang memepengaruhi Beta Saham di Bursa Efek Jakarta sebagai suatu
perbandingan antara periode dan selama krisis moneter. Rumusan masalah yang dihadapi apakah terdapat perbedaan nilai beta saham
sebelum dan selama krisis moneter yang terjadi di Indonesia, begitu juga apakah faktor – faktor yang mempengaruhi beta saham perusahaan
memiliki pengaruh yang konsisten. Hasil penelitian menunjuk bahwa tidak ada perbedaan nilai beta
saham antara sebelum dan sesudah krisis moneter yang terjadi di Indonesia, begitu juga dengan faktor – faktor yang mempengaruhi beta
saham perusahaan ternyata memiliki pengaruh yang konsisiten. Berdasarkan tiga variabel yang digunakan dalam model penelitian,
variabel pertumbuhan Aset Asset growth secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap beta saham, sedangkan variabel
8
9
financial leverage dan operating leverage memiliki pengaruh yang tidak signifikan.
2. Wiwik Utami 2003
Penelitian ini dengan judul ”Pengaruh Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Risiko Beta Saham: Periode Krisis Di Bursa Efek
Jakarta”. Masalah yang dikaji adalah: Apakah faktor fundamental perusahaan yang tercermin dalam variable keuangan secara simultan
berpengaruh terhadap risiko beta saham ? dan Faktor fundamental apa yang secara signifikan berpengaruh terhadap risiko beta saham ?
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa, Faktor fudamental perusahaan yang terdiri dari leverage ratio, deviden payout
ratio, debt to equity ratio, asset growth, operating ratio, sales growth, dan kepemilikan secara bersama-sama mampu menjelaskan 78,8 dari
variasi risiko beta. Faktor fundamental yang berpengaruh signifikan terhadap risiko beta adalah leverage ratio, asset growth dan deviden
payout ratio.
3. Siti Zubaidah 2004
Penelitian ini dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan
Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index JII. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor fundamental
perusahaan terhadap beta saham. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat
10
inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada
perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Dari hasil uji hipotesis, dapat diketahui bahwa tingkat
inflasi dan perubahan nilai kurs secara bersamaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syariah sedang, tingkat inflasi dan
perubahan nilai kurs secara parsial berpengaruh secara tidak signifikan terhadap beta saham syariah. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Tandelilin 1997. Penelitian yang dilakukan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu yaitu dalam hal permasalahan yaitu sama – sama meneliti tentang beta saham, sekaligus juga memiliki persamaan dalam
hal pengukuran variabel yakni sama – sama menggunakan metode analisis regresi linier berganda, meskipun sama – sama melakukan
penelitian terhadap Bursa Efek Indonesia tetapi tahun penelitiannya tidak sama.
2.2. Kajian Teori
2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan sekuritas jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik yang
11
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta Husnan, 2009:3.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi Jogiyanto, 2003:11. Pasar modal merupakan pasar untuk instrument aktiva keuangan
dengan jatuh tempo yang lebih panjang Fabozzi, 1995:13. Beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar modal
adalah pasar untuk instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan.
2.2.1.2 Jenis – Jenis Pasar Modal
Proses penjualan surat berharga kepada masyarakat telah menciptakan dua pasar Widoatmodjo, 1996 : 26 yaitu :
a. Pasar Perdana Primary Transaction
Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di Bursa Utama atau Over the
Counter Market OTC yang di Indonesia disebut Bursa Paralel Indonesia BPI.
b. Pasar Sekunder Secondary Transaction
Pasar sekunder adalah proses jual beli surat berharga yang sudah dicatat di Bursa Utama atau OTC setelah masa penawaran kepada
pasar perdana terlewati. Terdapat dua terjadinya pasar sekunder yaitu :
12
1. Bursa Utama
Bursa utama sebagai kelas satu menempati sebuah gedung yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas transaksi dan sebagai tempat
terjadinya perdagangan surat – surat berharga yang sudah dicatatkan di bursa tersebut. Di Indonesia saat ini ada dua Bursa
Utama yaitu Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Surabaya. 2.
Over The Counter Market OTC OTC atau BPI sebagai bursa kelas dua tidak memerlukan tempat
seperti bursa utama. Dengan demikian transaksi yang terjadi tidak menempati tempat tertentu.
2.2.1.3 Instrumen Pasar Modal
Pada umumnya dana – dana yang diperjualbelikan adalah berupa surat – surat berharga yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Bentuk –
bentuk surat berharga ini disebut dengan efek. Pengertian efek menurut UU RI No 8 tahun 1995, tentang efek
yang dikutip oleh Husnan 2009:3. Efek adalah selembar kertas yang
menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Instrumen pasar modal menurut Sunariyah yang dikutip oleh Paris Ma’ruf 2002 adalah :
13
1. Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan., dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham paling dominan
diperdagangkan, selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa dan saham perferen.
a. Saham biasa
Pada saham biasa pemegang saham tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk
memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak
memperoleh sebagian dari kekayan perseroan setelah tagihan kreditur dilunasi. Namun itu adalah hak umum bukan hak
istimewa. b.
Saham preferen Sedangkan pada saham preferen, pemegang saham memperoleh
hak untuk mendapat deviden atau bagian kekayaan pada saat likuidasi perusahaan, lebih dulu dari saham biasa.
Dalam pemilihan Dewan Komisaris, pemilik saham biasa mempunyai hak suara yang pada kelanjutannya akan mengangkat
pejabat – pejabat untuk mengelola perusahaan, sedangkan pemilik saham preferen tidak memiliki hak suara.
14
2. Obligasi
Obligasi adalah bukti hutang dari emiten yang dijamin oleh penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, yaitu :
a. Obligasi biasa
Merupakan tanda hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau swasta dengan jumlah pembayaran bunga secara tertentu.
b. Obligasi konversi
Obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, dengan pertimbangan dan atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham
perusahaan emiten.
3. Derivatif dari Efek
a. Right
Right ini menunjukan bukti hak memesan terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham
untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
b. Warrant
Warrant merupakan opsi untuk membeli sejumlah saham dengan harga tertentu. Warrant sering dipergunakan dalan penerbitan
obligasi, karena jika suatu obligasi disertai dengan warrant,
15
investor tidak hanya akan memperoleh bunga tetap dari pembelian obligasi, tetapi juga opsi untuk membeli saham dengan bunga
tertentu.
2.2.1.4 Faktor–faktor Pengaruh Perkembangan Pasar Modal
Sebagaimana didefinisikan, pasar modal merupakan pertemuan supply dan demand akan dana jangka panjang yang transferable. Karena
itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand tersebut. Secara rinci Husnan dan Enny 2003:8 menjelaskan
faktor – faktor yang mempengaruhi pasar modal antara lain : 1.
Supply sekuritas Yaitu terdapat perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal.
2. Demand akan sekuritas
Yaitu terdapat pemilik dana yang besar untuk membeli sekuritas – sekuritas yang ditawarkan.
3. Kondisi politik dan ekonomi
Yaitu kestabilan politik suatu negara berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya mempengaruhi supply dan
demand. 4.
Masalah hukum dan peraturan Yaitu kebenaran informasi yang disajikan dan peraturan yang
melindungi pemodal dan kebenaran informasi tersebut. 5.
Peran lembaga – lembaga pendukung pasar modal
16
2.2.1.5 Fungsi dan Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan 2009:4 pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan, dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower, sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyadiakan
dana tanpa harus terikat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yag diperlukan untuk investasi tersebut.
Widiatmodjo 1996:14 menjelaskan peranan pasar modal dalam kegiatan ekonomi yaitu menjadi salah satu sumber untuk kemajuan
ekonomi. Hal ini disebabkan karena pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan – perusahaan dan digolongkan sebagai
sumber pembiayaan modern. Secara umum dapat dijelaskan bahwa dengan adanya pasar modal,
maka perusahaan – perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan.
Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi, akan menciptakan dan mengembangkan lapangan kerja yang luas yang dengan sendirinya dapat
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga secara langsung dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran.
Dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh
perusahaan, dengan kata lain pasar modal dapat membantu pemerintah ingin meng-Indonesia-kan akan kultur ekonomi yang sehat.
17
2.2.2. Investasi
Pengertian Investasi
Investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal
mendapat sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Menurut Sunariyah 2004:4, investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya memiliki jangka waktu dengan harapan akan mendapat keuntungan dimasa – masa yang
akan datang. Menurut Jogiyanto 2003:5, Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.
Geoffrey 1993:7 membedakan investasi menjadi dua, yaitu financial invesment dan real invesment. Financial invesment adalah
represent a financial claim on asset that is usually document by some form of legal representation. Sedangkan real invesment adalah represent on
actual tangible asset that may be seen, felt, held, or collected. Jadi dapat diartikan bahwa financial invesment adalah kegiatan
penanaman pada aset yang biasanya didokumentasikan dalam bentuk – bentuk yang disahkan secara hukum. Sedangkan real invesment adalah
kegiatan penanaman pada aset yang jelas bentuknya yang dapat dilihat, dirasakan, dipegang atau dikumpulkan.
18
Investasi Saham
Investasi saham adalah upaya mengelola uang dengan menggunakan kelebihan dananya untuk membeli efek dan surat – surat
berharga dengan harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang Riyanto, 1995:175.
Investasi dalam saham adalah pemilikan atau pembelian saham perusahaan – perusahaan lain oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan income tambahan diluar pendapatan dari usaha pokoknya Subroto, 1986:161.
Jenis – jenis Investasi
Menurut Jogiyanto 2003:7, investasi dibedakan menjadikan dua : a.
Investasi langsung Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva
keuangan dri suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain, yang dapat diperjualbelikan di pasar uang money market,
pasar modal capital market atau di pasar turunan derivative market b.
Investasi tidak langsung Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva – aktiva keuangan dari perusahaan – perusahaan lain.
19
Tujuan Investasi
Dalam kegiatan investasinya, para investor memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan di masa yang akan datang. Tujuan dari
investasi adalah untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang maksimal. Menurut Tendellilin 2001:4 ada beberapa tujuan investor melakukan
investasi, antara lain : 1.
Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak.
Manfaat Investasi
Beberapa perusahaan melakukan investasi sebagai cara untuk menempatkan kelebihan dana dan ada juga yang melakukannya hanya
untuk mempererat hubungan bisnis atau suatu keuntungan perdagangan. Investasi saham mempunyai keuntungan tersendiri bagi investor.
Apabila perusahaan mempunyai prospek cerah, tingkat pengembalian dan nilai saham akan meningkat. “Pemodal bisa melakukan investasi hari ini
pada industri semen dan menggantinya minggu depan pada industri farmasi Husnan, 2009:5.
Secara ekonomis manfaat yang didapat investor melalui pemilikan saham adalah :
20
a. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham.
b. Capital Gain
Capital Gain adalah merupakan selisih antara harga jual dan harga beli yang disebut dengan selisih kenaikan kurs. Capital Gain terjadi bila
pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurs pada waktu membeli.
Risiko Investasi
Dalam setiap proses investasi, investor selalu dihadapkan dengan adanya risiko, karena terdapat hubungan antara risiko dengan tingkat
hubungan yang diharapkan, apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka investor harus bersedia
menanggung risiko yang tinggi pula. Risiko yang ada ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian unsure.
Risiko akan semakin besar terhadap tingkat bunga yang diharapkan, dan pada umumnya pemodal akan lebih memilih investasi yang memberikan
tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat risiko yang ditanggung sama, atau tingkat keuntungan sama dengan tingkat risiko
yang ditanggung lebih kecil. Pemegang saham biasa dihadapkan pada risiko yang lebih besar
bila dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh pemegang obligasi,
21
hal ini disebabkan pembayaran dividen pada pemegang saham dilakukan setelah pembayaran bunga pada pemegang obligasi. Semakin besar tingkat
risiko yang dihadapi, maka investor akan mensyratkan tingkat keuntungan yang besar pula.
Menurut Husnan 2001:124 adapun tiga bentuk teori pasar modal
yang menyatakan efisiensi pasar modal atau yang disebut Efisiensi Market Theory mengenai risiko dan keuntungan investasi, antara lain :
a. Keadaan di mana harga – harga mencerminkan semua informasi yang
ada pada catatan harga di waktu yang lalu, dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal
dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi harga di waktu yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi
yang lemah weak form efficiency. Penelitian tentang random walk menunjukan bahwa sebagian besar pasar modal paling tidak efisien
dalam bentuk ini. b.
Keadaan di mana harga – harga bukan mencerminkan harga - harga di waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Keadaan
ini disebut sebagai bentuk efisiensi setengah kuat semi strong, dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat
keuntungan di atas normal dengan memenfaatkan public information. Para peneliti telah menguji keadaan ini dengan melihat peistiwa –
peristiwa tertentu seperti penerbitan saham baru, pengumuman laba dan dividen, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktik –
22
praktik akuntansi, merger dan pemecahan saham laba perusahaan. Kebanyakan informasi ini dengan cepat dan tepat dicerminkan dalam
harga saham. c.
Bentuk efisiensi yang kuat strong form di mana harga tidak hanya mencerminkan semua informasi yag dipublikasikan, tetapi juga
informasi yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang perusahaan dan perekonomian, dalam keadaan semacam ini pasar
modal akan seperti rumah lelang yang ideal: harga selalu wajar dan tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik
tentang harga saham. Kebanyakan test dalam bentuk ini dilakukan terhadap prestasi berbagai portofolio yang dikelola secara profesional.
Studi – studi ini menunjukan bahwa setelah kita mempertimbangkan perbedaan resiko, tidak ada suatu lembaga yang mampu mengungguli
pasar secara konsisten dan bahkan perbedaan prestasi masing – masing portofolio tidaklah lebih besar dari apa yang kita harapkan secara
kebetulan. 2.2.3.
Return dan Beta 2.2.3.1
Pengertian Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Jogiyanto 2003:109 menyatakan return realisasi merupakan
return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data
23
historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai
dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di
masa mendatang, berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Return ekspektasi dapat dihitung dengan mengalikan masing – masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah
semua produk perkalian tersebut, secara matematik return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut Husnan, 2009:50 :
n
Return ekspektasi E Ri =
∑ R
J
.P
J j=1
Sedangkan return total menurut Jogiyanto 2003:110 merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
Return total terdiri dari capital gain atau capital loss dan yield capital gain atau capital merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan
harga periode yang yang lalu.
Capital gain atau capital loss = P
t
– P
t – 1
P
t
+ yield
Yield merupakan prosentase kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, untuk saham, yield adalah prosentasi
deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield
24
adalah prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya, dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan
sebagai berikut ini:
Return = P
t
– P
t – 1
P
t
+ yield
Untuk saham biasa yang membayar deviden periode sebesar D
t
rupiah perlembarnya, maka yield adalah sebesar P
t
P
t – 1
dan return total dapat dinyatakan sebagai berikut :
Return saham = + P
t
– P
t – 1
P
t – 1
D
t
P
t – 1
= P
t
– P
t – 1
+ D
t
P
t – 1
2.2.3.2 Pengertian Beta
Menurut Husnan 2009:112, beta merupakan ukuran risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan
pasar. Menurut Jogiyanto 2003:266, beta adalah pengukur risiko
sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio terhadap resiko pasar. Beta saham dapat diinterpretasikan sebagai ukuran kepekaan
tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar, semakin besar sensitifitas return suatu saham terhadap suatu resiko
sistematis semakin besar pula beta saham.
25
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknis estimasi yang menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu
menyediakan informasi tentang beta masa depan Elton dan Gruber, 1994. Analisis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian
menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan.
Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar return-return sekuritas dan return pasar, data akuntansi
laba-laba perusahaan dan laba indeks pasar atau data fundamental menggunakan variabel-variabel fundamental. Beta yang dihitung dengan
data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung denga data
fundamental disebut dengan beta fundamental Jogiyanto, 2003:267. Selain itu juga dapat diestimasi dengan menggunakan teknik
regresi Jogiyanto, 2003:269. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return sekuritas
sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini akan
menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama periode observasi tertentu.
26
Beta suatu saham sebagai risiko sistematis mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan saham tersebut. Hubungan beta saham
dengan keuntungan yang diharapkan saham tersebut dapat dilihat dari beberapa pendekatan.
2.2.3.3 Model Indeks Tunggal
Model yang dikembangkan oleh William Sharpe ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset dengan return indeks pasar untuk
mendapatkan nilai koefisien beta. Estimasi koefisien beta biasanya didasarkan pada model indeks
tunggal yang dapat dihitung melalui hubungan fungsional regresi linear antara rate of return saham sebagai variabel dependen dan rate of return
portofolio indeks pasar sebagai variabel independen. Rumus model indeks tunggal Husnan, 2009:104 adalah sebagai berikut:
Ri = α
i
+ β
i
.R
m
+ e
i
R
i
adalah rate of return saham i, α
i
adalah bagian rate of return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar,
β
i
adalah beta sebagai parameter yang diharapkan pada R
i
kalau terjadi perubahan pada R
m
, R
m
adalah rate of return indeks pasar dan e
i
adalah variabel random. Beta menunjukan kemiringan slope garis regresi tersebut, dan
α menunjukan intercept dengan sumbu R
it
. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya. Penyebaran titik
27
pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukan risiko sisa sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik tersbut semakin besr
resiko sisanya. Gambar 2.1 : Penggambaran Beta
Ri
β
R
mt
α
Sumber : Husnan, 2009, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal
109
2.2.3.4 Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model CAPM merupakan salah satu model keseimbangan. Dengan menggunakan model ini memungkinkan untuk
menentukan pengukur risiko relevan dan bagaimana hubungan antara risiko untuk setiap asset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang.
Dalam hal ini model faktor risiko diukur dengan beta. Dan karena nilai suatu aktiva tergantung dalam tingkat keuntungan yang layak dari aktiva
tersebut, maka CAPM disini digunakan untuk menentukan berapa tingkat
28
keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan risiko yang dihadapi.
Return dan risk disini digambarkan dalam suatu bentuk security market line, dimana sumbu tegak mewakili tingkat keuntungan dan sumbu
datarnya menggambarkan risiko yang diukur dengan beta. Tingkat keuntungan dari investasi – investasi lain akan berada pada garis security
market line sesuai dengan beta investasi – investasi tersebut. Semakin besar betanya semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari
investasi tersebut.
Gambar 2.2 : Gambar Security Market Line
M R
M
R
f
Β
m
= 1 β
Sumber : Husnan, 2009, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta,
hal 169.
29
Formula untuk security market line dapat ditulis sebagai berikut : R
j
– R
f
= R
M
– R
f
β
j
Atau :
R
j
= R
f
+ R
M
– R
f
β
j
Formula tersebut dapat diartikan bahwa tingkat keuntungan suatu saham Rj – Rf sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah
dengan premi risiko Rm – Rf βj. Security market line menunjukkan
hubungan linear positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang diinginkan investor, dalam keseimbangan pasar, suatu sekuritas
diharapkan memberikan suatu keuntungan yang setaraf dengan risiko sistematisnya.
2.2.4. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beta
Dalam analisis sekuritas untuk menilai potensi keuntungan ada dua aliran yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal Jogiyanto,
2000:88. Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional, oleh karena itu, seorang fundamentalis
mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan, sedangkan para analisis teknikal menyatakan bahwa investor
adalah makhluk irasional, dalam hal ini ada anggapan bahwa harga saham sebagai komoditas perdagangan.
30
Menurut Beaver, dkk 1970 yang dikutip oleh Jogiyanto 2000 tentang perhitungan beta menggunakan beberapa variabel fundamental.
Variabel – variabel yang dipilih merupakan variabel yang dianggap berhubungan denga risiko, karena beta merupakan pengukur dari risiko,
dengan argumentasi bahwa risiko dapat ditentukan menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai – nilai fundamental
perusahaan. Secara umum faktor – faktor yang mempengaruhi beta perusahaan
adalah : a.
Financial Leverage b.
Operating Leverage c.
Asset Growth
2.2.4.1 Financial Leverage
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage Husnan, 2009:113, semakin besar
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta. Financial Leverage merupakan proporsi penggunaan hutang oleh
perusahaan Susilawati, 2001. Pengukuran skala financial leverage menggunakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva, skala
yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen.
31
Financial Leverage = Susilawati, 2001
Menurut Bambang Riyanto 1995:375 perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage
yang menguntungkan kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan menghasilkan
leverage merugikan apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan data tersebut sebanyak beban tetap yang
harus dibayar. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat financial leverage
perusahaan, makin tinggi risiko financialnya, hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan menurun, sehingga akan berpengaruh terhadap harga
saham berarti perubahan return saham, makin besar perubahan return maka makin besar pula risiko yang ditanggung oleh investor.
Total Hutang Total Aktiva
2.2.4.2 Operating leverage
Operating Leverage berhubungan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan penggunaan beban tetap Riyanto,
1995:360. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan operating leverage terjadi pada saat perusahaan dalam menjalankan operasinya
menggunakan aktiva tetap yang menggunakan biaya tetap.
32
Menurut Husnan 2009:113, operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, semakin besar
proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai
beta yang tinggi, dan sebaliknya. Operating Leverage merupakan biaya tetap dalam operasi
perusahaan, yang dikaitkan dengan penggunaa aktiva tetap Susilawati, 2001:139 Skala pengukuran operating leverage menggunakan
perbandingan antara operating profit dengan pendapatan yang dalam penelitian ini menggunakan sales, skala yang digunakan adalah skala
rasio, dengan satuan persen.
Operating Leverage = Susilawati, 2001:139
Kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang
harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini
juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan mempengaruhi harga
saham dan akan mempengaruhi beta saham. makin tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang
Operating profit Sales
33
tinggi pula sehingga risiko yang akan diterima investor juga akan semakin tinggi.
2.2.4.3 Asset Growth
Suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar, karena biaya untuk mendapatkan
dana dengan cara menerbitkan saham baru relatif lebih besar maka perusahaan akan lebih banyak menahan laba untuk memenuhi kebutuhan
dana daripada laba tersebut dibagikan dalam bentuk dividen. Rendahnya pembayaran dividen akan menjadikan perusahaan
makin kurang menarik bagi investor, karena investor akan melihat bahwa perusahaan tidak banyak menghasilkan keuntungan dan memiliki risiko
yang besar, akibatnya akan terjadi fluktuasi harga saham yang akan berpengaruh pada return saham tersebut, semakin besar fluktuasi return
saham akan semakin memperbesar beta saham yang bersangkutan. Asset Growth menunjukkan tingkat pertumbuhan peusahaan,
merupakan kesempatan yang masih dimiliki perusahaan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi Susilawati, 2001.
Pengukuran asset growth menggunakan perubahan pendapatan yang berasal dari penjualan dalam satu periode, Skala yang digunakan adalah
skala rasio, dengan satuan persen.
34
Asset Growth = Susilawati, 2001 Sales
it
– Sales
it – 1
Sales
it
2.2.5. Hubungan Financial Leverage Terhadap Beta Saham
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai
hubungan positif dengan Beta. Bowman 1980 menggunakan pengukuran leverage dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan
total aktiva menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai hubungan positip.
Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi yang tinggi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan juga
lebih tinggi pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang rendah tidak berisiko
besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Sudah tentu prospek tingkat pengembalian yang tinggi akan
dikehendaki, namun para investor enggan menghadapi risiko, karena itu, perusahaan perlu mencari keseimbangan antara tingkat pengembalian
dengan tingkat risiko Weston dan Bringham, 1990. Utang perusahaan akan mendapatkan dana untuk mengembangkan
usahanya, namun semakin besar utang yang dimiliki akan menyebabkan perusahaan harus memenuhi kewajiban untuk mengembalikannya kepada
35
kreditor secara besar pula, oleh karena itu risiko yang didapat perusahaan untuk mengembangkan usahanya dengan utang juga semakin besar.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage Husnan, 2009:113, semakin besar
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta.
2.2.6. Hubungan Operating Leverage Terhadap Beta Saham
Risiko beta dapat berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar. Faktor yang diidentifikasikan
dapat mempengaruhi nilai beta adalah Husnan, 2009:113 : Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan
yang merupakan biaya tetap. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi.
Menurut Husnan 2009:113, operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, semakin besar
proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai
beta yang tinggi, dan sebaliknya. Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya
operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage
36
tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan
memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi beta saham, makin
tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang tinggi
2.2.7. Hubungan Asset Growth Terhadap Beta Saham
Perusahaan dengan tingkat aktiva yang tinggi dapat dianggap mempunyai risiko yang tinggi terhadap Beta, karena perusahaan yang
mempunyai laju pertumbuhan tinggi, harus dapat menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya. Makin besar kebutuhan
dana untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut makin berkecerendungan untuk menahan sebagian besar dari keuntungan atau
laba investasi dengan batasan – batasan tertentu. Karena itu risiko kegagalan dari pertumbuhan perusahaan akan menyebabkan aktiva
perusahaan berkurang yang akan ditanggung oleh pemegang saham. Meskipun demikian, bahwa jika nilai aktiva naik mungkin karena inflasi,
semua keuntungan ini akan dinikmati oleh pemegang saham. Utomo, 2006: 23
Oleh karena itu variabel pertumbuhan aktiva asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva
total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta.
37
Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti
semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. Utomo, 2006: 24
Variabel pertumbuhan aktiva asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini
diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta. Hubungan ini tidak didukung oleh teori.
2.3. Kerangka Pikir