40
3.4 Sasaran Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah pengguna hukum yang sering berkaitan dengan kepolisian, yang berlokasi di Surabaya dan menonton
pemberitaan mengenai mantan Kabareskrim Susno Djuaji, tentang Makelar Kasus markus yang terjadi dalam tubuh Kepolisian. Pengguna
hukum tersebut antara lain adalah ibu rumah tangga, karyawan atau karyawati dan mahasiswa. Namun dalam hal ini tidak memungkinkan pula
informan berantai, dari satu informan ke informan lain yang saling kenal karena adanya pengalaman berurusan dengan kepolisian.
Yang membatasi penelitian ini adalah pada faktor usia 21 - 45 tahun. Hal ini dikarenakan, menurut pasal 330 KUHPerdata, seorang
dikatakan dewasa apabila telah berusia 21 tahun keatas atau telah kawin sebelum mencapai umur tersebut dan jika terjadi pembubaran perwakilan
sebelum mereka berusia 21 tahun mereka tepat diakui dewasa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara Mendalam Dept Interview
Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung tatap muka dengan informan agar
mendapatkan data lengkap dan lebih mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan frekuensi tinggi berulang-ulang secara intensif. Selanjutnya
dibedakan antara responden orang yang diwawancarai hanya sekali dengan informan orang yang ingin periset ketahui pahami dan yang akan
41
diwawancarai beberapa kali, karena itu juga disebut dengan wawancara intensif intensive interview. Biasanya menjadi alat utama pada riset
kualitatif yang dikombinasikan dengan observasi partisipan. Wawancara mendalam memiliki karakteristik yang unik:
1. Digunakan untuk subjek yang sedikit atau bahkan satu atau dua orang
saja. Mengenai banyaknya subjek, tidak ada ukuran pasti. Berbeda dengan riset kuantitatif yang mensyaratkan sampel harus dapat
mewakili populasi. Pada wawancara mendalam periset berhenti mewawancarai hingga periset bertindak dan berfikir sebagai anggota-
anggota kelompok yang sedang di riset Frei, 1992:288. Atau jika periset merasa data yang terkumpul sudah jenuh tidak ada sesuatu
yang baru maka ia bisa mengakhiri wawancara. 2.
Menyediakan latar belakang secara detail detailed background mengenai alasan informan memberikan jawaban tertentu. Dari
wawancara ini terelaborasi beberapa elemn jawaban, yaitu opini, nilai- nilai values, motivas, pengalaman-pengalaman, maupun perasaan
informan. 3.
Wawancara mendalam memperhatikan bukan hanya jawaban verbal informan, tapi juga observasi yang panjang mengenai respon-respon
nonverbal informan. 4.
Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu lama dan berkali-kali. Tidak seperti wawancara yang biasa digunakan dalam
survei yang mungkin beberapa menit, sebuah wawancara mendalam
42
bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Bahkan bila perlu pewawancara sampai harus melibatkan diri secara dekat dengan hidup
bersama informan guna mengetahui pola keseharian informan. 5.
Memungkinkan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda atas informan yang satu dengan yang lain. Susunan katandan urutannya
disesuaikan dengan ciri-ciri setiap informan Denzin, 1989:105. Jadi, pertanyaannya tergantung pada informasi yang ingin anda peroleh dan
berdasarkan jawaban informasi yang dikembangkan oleh periset. 6.
Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh iklim wawancara. Semakin kondusif iklim wawancara keakraban antara periset
pewawancara dengan informan, maka wawancara dapat berlangsung terus.
Rakhmat, 2006:99 Wawancara mendalam Depth Interview dipakai untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data. Wawancara mendalam akan dilakukan secara per partisipan, sehingga antara individu partisipan satu
dengan yang lain tidak ada hubungan untuk saling memperngaruhi dan diambil dari nernagai kalangan yang ada di masyarakat. Peneliti akan
mengambil antara 10 sampai 20 partisipan sebagai informan untuk di wawancarai.
Penggunaan wawancara mendalam, menuntut peneliti untuk menciptakan pertanyaan-pertanyaan seputar tema yang ditentukan peneliti
dengan tujuan agar tidak melenceng dari tujuan awal. Dalam hal ini adalah
43
sikap masyarakat pengguna hukum di Surabaya setelah adanya pemberitaan mengenai Makelar kasus Markus, yang diungkap oleh salah
satu Mantan Petinggi Kepolisian, Kabareskrim Susno Duadji.
3.6 Teknik Analisis Data