C. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana 1990 : 22, hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Menurut Kunandar 2007 : 251, hasil belajar adalah kemampuan siswa
dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Menurut Soedijarto 1997 : 49, mendefinisikan tentang hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah tingkatan penguasaan yang dicapai siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar dan memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman
belajar dalam satu kompetensi dasar. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor Nana Sudjana, 1990 : 22.
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, diantaranya aspek pengetahuaningatan, aspek pemahaman,
aspek aplikasi, aspek analisis, aspek sintesis, dan aspek evaluasi. Aspek
pengetahuaningatan, dan aspek pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah dan keempat aspek yang lainnya merupakan kognitif tingkat tinggi.
Ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, diantaranya aspek penerimaan, aspek jawabanreaksi, aspek penilaian, aspek
organisasi, dan aspek internalisasi. Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar ketrampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, diantaranya aspek gerakan reflek, aspek ketrampilan gerakan dasar, aspek kemampuan
perseptual, aspek keharmonisanketepatan, aspek gerakan ketrampilan kompleks, dan aspek gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemapuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran Nana Sudjana, 2010 : 23 D.
Materi
1. Simetri Lipat
Simetri lipat adalah simetri yang menyebabkan semua titik di sebagian bangun berhimpit dengan semua titik di sebagian bangun yang lain. Sebuah
bangun datar dikatakan memiliki simetri lipat jika bangun datar tersebut dapat dilipat dan garis lipatan membagi bangun menjadi dua bagian yang sama dan
seimbang. Garis lipatan tersebut dinamakan sumbu simetri. Sumbu simetri pada simetri lipat juga dapat berperan sebagai cermin yang mencerminkan
sebuah bangun datar.
2. Simetri lipat pada bangun datar
a. Simetri lipat pada bujur sangkarpersegi
Persegi memiliki 4 simetri lipat: D C
A B Gambar 2.1
i Simetri lipat pertama
A ≡D B≡C
Gambar 2.2 A bertemu dengan D dan B bertemu dengan C.
ii Simetri lipat kedua
C ≡D
A ≡B
Gambar 2.3 A bertemu dengan B dan C bertemu dengan D
i Simetri lipat ketiga
D
A ≡C B
Gambar 2.4 A bertemu dengan C.
BD adalah sumbu simetri yang membagi persegi menjadi dua bagian sama besar.
ii Simetri lipat keempat
C
A B
≡D Gambar 2.5
B bertemu dengan D. AC adalah sumbu simetri yang membagi persegi menjadi dua
bagian yang sama besar. Pada simetri lipat pertama dan kedua, sumbu simetri juga
dapat berperan sebagai cermin yang mencerminkan persegi panjang dengan panjang sisi lebar setengah dari panjang sisi
panjangnya, sehingga terbentuk sebuah persegi. Pada simetri lipat ketiga dan keempat, sumbu simetri berperan sebagai cermin yang
mencerminkan segitiga siku-siku sama kaki dengan sisi miring menempel pada cermin, sehingga terbentuk sebuah persegi.
b. Simetri lipat pada persegi panjang
D C
A B
Gambar 2.6 Persegi panjang mempunyai 2 simetri lipat.
i Simetri lipat pertama
A ≡D
B ≡C
Gambar 2.7 A bertemu dengan D dan B bertemu dengan C.
ii Simetri lipat kedua
D ≡C
A ≡B
Gambar 2.8 A bertemu dengan B dan D bertemu dengan C.
Pada simetri lipat pertama dan kedua, sumbu simetri juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan sebuah persegi
panjang, sehingga terbentuk persegi panjang yang lebih besar.
c. Simetri lipat pada segitiga sama kaki
C
A B
Gambar 2.9 C
A ≡ B Gambar 2.10
Segitiga sama kaki memiliki 1 simetri lipat. A bertemu dengan B, dan C sebagai sumbu simetri. Sumbu simetri pada simetri lipat
segitiga sama kaki juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan segitiga siku-siku, dengan sisi tegak menempel pada cermin sehingga
terbentuk segitiga sama kaki. d.
Simetri lipat pada segitiga sama sisi C
A B
Gambar 2.11 Segitiga sama sisi mempunyai 3 simetri lipat.
i Simetri lipat pertama
C
A ≡B
Gambar 2.12 C sebagai sumbu simetri maka A bertemu dengan B.
ii Simetri lipat kedua
B≡C
A Gambar 2.13
A sebagai sumbu simetri maka B bertemu dengan C. iii
Simetri lipat ketiga
A≡C B
Gambar 2.14 B sebagai sumbu simetri maka A bertemu dengan C.
Sumbu simetri pada ketiga simetri lipat segitiga sama sisi juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan segitiga siku-siku
dengan sisi tegak menempel pada cermin dan panjang sisi alasnya
setengah dari panjang sisi miringnya, sehingga terbentuk segitiga sama sisi.
e. Simetri lipat pada trapesium sama kaki
D C
A B
Gambar 2.15 D≡C
A≡B Gambar 2.16
Trapesium sama kaki memiliki 1 simetri lipat, A bertemu dengan B dan D bertemu dengan C. Sumbu simetri pada simetri lipat
trapesium sama kaki juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan trapesium siku-siku, dengan sisi tegaknya menempel
pada cermin, sehingga terbentuk trapesium sama kaki. f.
Simetri lipat pada jajar genjang D
C
A B Gambar 2.17
Simetri lipat pada jajar genjang adalah 0.
g. Simetri lipat pada belah ketupat
A
D B
C Gambar 2.18
Belah ketupat memiliki 2 simetri lipat. i
Simetri lipat pertama A
B≡D
C Gambar 2.19
B bertemu dengan D dengan AC sebagai sumbu simetri. ii
Simetri lipat kedua A≡C
B D
Gambar 2.20 A bertemu dengan C dengan BD sebagai sumbu simetri.
Sumbu simetri pada kedua simetri lipat juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan segitiga sama kaki, dengan sisi yang
berbeda ukuran menempel pada cermin, sehingga terbentuk belah ketupat.
h. Simetri lipat pada layang-layang
B
A C
D Gambar 2.21
B A≡C
D Gambar 2.22
Layang-layang memiliki 1 simetri lipat. A bertemu dengan C dengan BD sebagai sumbu simetri. Sumbu simetri pada simetri lipat
layang-layang juga berperan sebagai cermin yang mencerminkan segitiga siku-siku, dengan sisi miring menempel pada cermin,
sehingga terbentuk layang-layang.
i. Simetri lipat pada ellips oval
A
D B
C Gambar 2.23
Ellips oval memiliki 2 simetri lipat. i
Simetri lipat pertama B bertemu dengan D dengan AC sebagai sumbu simetri.
ii Simetri lipat kedua
A bertemu dengan C dengan BD sebagai sumbu simetri. Sumbu simetri pada simetri lipat pertama juga berperan
sebagai cermin vertikal yang mencerminkan setengah ellips, dengan garis lurus pada setengah ellips menempel pada cermin, sehingga
terbentuk ellips utuh, dan sumbu simetri pada simetri lipat kedua juga berperan sebagai cermin horisontal yang mencerminkan setengah
ellips, dengan garis lurus pada setengah ellips menempel pada cermin, sehingga terbentuk ellips utuh.
j. Simetri lipat pada lingkaran
Gambar 2.24 Lingkaran mempunyai simetri lipat yang jumlahnya yak terhingga,
karena lingkaran bisa dibagi dua dengan jumlah tah terhingga, Dengan banyak tak terhingga sumbu simetri. Sumbu simetri pada simetri
lipat lingkaran juga berperan sebagai cermin yang mencermikan setengah lingkaran dengan garis lurus setengah lingkaran atau
diameternya menempel pada cermin, sehingga terbentuk lingkaran penuh.
E. Kerangka Berpikir