Metode Penulisan Kajian Pustaka
16 Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil
Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan
perjuangan untuk perdamaian, keadilan, kebahagiaan, kesejahteraan, persaudaraan, kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh
setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan Maman Sutarman Lalu, 2004: 20.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik menurut Komisi Kateketik KWI yang dilansir oleh Yoseph Kristianto 2007: 18 Pendidikan Agama Katolik di sekolah
dimaksudkan untuk membentuk siswa agar: 1 menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2 menjadi manusia yang berakhlak
mulia dengan memiliki etika, budi pekerti dan moral; serta 3 mampu meningkatkan potensi spiritual, dengan mengenal, memahami dan
menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi maupun kemasyarakatan.
Keberhasilan PAK tidak hanya terletak pada hasil atau out put sebagaimana tercermin dalam prestasi hasil studi yang dilambangkan dengan
nilai, melainkan juga outcome, yakni menyangkut kesiapan dan kecakapan siswa dalam menjalani hidup secara cerdas dan bertanggung jawab di tengah masyarakat
soft skills. Hal ini mengisyaratkan bahwa PAK harus komitmen terhadap upaya pembinaan sikap hidup peserta didik. Sebab kesuksesan, prestasi, kebahagiaan
dan kebermaknaan hidup seseorang tidak dijamin oleh prestasi studinya secara kognitif saja atau Intelligence Quotient IQ, melainkan ditentukan juga oleh
kecerdasan yang lainnya seperti kecerdasan emosional atau Emotional Quotient
17 EQ, kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient SQ, maupun kecerdasan
kreativitas atau Creativity Quotient CQ Kristianto, 2007: 18-19. Polapendekatan yang dipakai dalam PAK menurut Komkat KWI yang
dilansir oleh Yoseph Kristianto 2007: 24 adalah pola interaksi komunikasi aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasiakan ajaran imannya dalam
hidup nyata. Pola ini dijabarkan dalam berbagai metode dan didukung sarana- prasarana serta media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat
aktif dalam memberdayakan potensinya secara optimal. Program pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik direncanakan
berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan
tersebut perlu dipertimbangkan dan ditentukan secara seksama mengenai pemilihan media dan cara menggunakannya. Dalam proses pembelajaran, siswa
akan lebih mudah mencerna isi materi pembelajaran apabila menggunakan dan memberdayakan kemampuan indera yang dimiliki, seperti melihat visual,
mendengar auditif, serta gerak motorik. Maka untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, perlu didukung media pembelajaran yang mengacu pada konsep
audio-visual dan keterlibatan Kristianto, 2007: 24.
b. Belajar dalam Pendidikan Agama Katolik
Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas Winkel, 1991: 36. Belajar
18 adalah suatu kegiatan yang tidak kelihatan, yang kita lihat hanyalah gejala
perubahannya saja. Dengan gejala perubahan dalam diri seseorang itu orang lain mengerti bahwa dalam diri seseorang itu terjadi proses belajar. Tidak semua
perubahan karena belajar, ada pula faktor lain, misalnya perkembangan jasmani, kelelahan, obat, penyakit Winkel, 1991: 36-37. Dapiyanta 1997: 137 menarik
kesimpulan bahwa. Belajar PAK pada dasarnya ialah belajar hidup menurut teladan Kristus.
Ini bukan berarti tanpa relasi dengan Kristus. Menurut teladan Kristus berarti juga bahwa seseorang semakin erat berelasi dengan Yesus.
Semakin seseorang berkata, bekehendak dan bertindak seperti Kristus berarti semakin terjadi belajar PAK dalam diri seseorang itu. Semakin
orang terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan Kristus, semakin terjadi interaksi aktif dalam diri orang itu terhadap lingkungannya, semakin pula
terjadi belajar dalam diri orang itu. Orang yang belajar PAK diharap mampu menghidupi pribadi Yesus
Kristus sebagai inti pembelajaran PAK dalam hati, sifat dan tindakan hidupnya. Proses belajar dapat terjadi kapan dan di mana saja, terlepas dari ada atau tidaknya
yang mengajar. Proses belajar terjadi karena adanya intaraksi individu dengan lingkungannya. Dengan ini dapat dipahami bahwa “belajar merupakan suatu
proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak seorang pribadi masih bayi hingga ke liang lahat nanti” Arief S.
Sadiman dkk, 2009: 2. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah dengan adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah
laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan kognitif, keterampilan psikomotorik, maupun yang menyangkut nilai dan sikap afektif.
“Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluranmedia tertentu
dan pener Sadiman d
ataupun d siswa, ora
penerima p D
misalnya hambatan
tubuh. Ka siswa, me
penyalur minat, int
geografis, pendidikan
sebagai al menurut t
klasifikasi 2010: 19-
rima pesan dkk, 2009:
didikan yan ang lain, pen
pesannya ad Dalam prose
minat, sik fisik lainny
arena adany dia pendidik
pesan dapa teligensi, k
jarak wak n” Arief S
lat bantu in tingkat dar
i yang dibu -20:
adalah kom 11-12. Pes
g ada dalam nulis buku d
dalah siswa es belajar ki
kap, pendap ya seperti ke
ya berbagai kan sebagai
at mengata keterbatasan
ktu dan lain . Sadiman d
ni Edgar D i paling ko
at oleh Edg mponen-kom
san yang ak m kurikulu
dan produse a atau juga g
ita sering m pat, keperc
elalahan, sa jenis hamb
i salah satu si hambata
n daya inde n-lain dapa
dkk, 2009: 1 Dale menga
onkrit ke y gar Dale seb
mponen pro kan dikomu
um, sumber er media; sa
guru. mengalami h
cayaan, pen akit, keterba
batan baik d sumber bel
an tersebut. era, cacat t
at dibantu d 14. Dalam
adakan klas yang paling
bagaimana oses komun
unikasikan pesannya
aluran media
hambatan ps ngetahuan,
atasan daya di dalam d
lajar yang b . “Perbedaa
tubuh atau dengan pem
usaha mem sifikasi pen
g abstrak. dikutip oleh
nikasi” Ari adalah isi a
dapat dari a pendidika
sikologis, se inteligensi
indera dan iri guru ma
berfungsi se an gaya be
hambatan manfaatan m
manfaatkan m ngalaman b
Berikut a h Yudhi Mu
19 ief S.
ajaran guru,
an dan
eperti i dan
cacat aupun
ebagai elajar,
jarak media
media elajar
adalah unadi
20 Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki cara
belajar yang berkualitas apabila ia telah mampu memaknai simbol-simbol abstrak, karena cara belajar yang demikian memiliki pengertian atau wawasan yang
tertinggi high insight. Berdasarkan uraian mengenai belajar di atas, maka dapat dipahami
bahwa belajar Pendidikan Agama Katolik merupakan proses komunikasi atau interaksi iman yang kompleks, di mana siswa dibantu untuk memahami ajaran
iman agama Katolik, sehingga siswa mampu bertindakberbuatberprilaku dan berkembang dalam kepribadiannya sesuai dengan ajaran iman Katolik serta
mampu mengaplikasikan ajaran imannya dalam kehidupan nyata sehari-hari hidup mengumat maupun memasyarakat, sehingga ia semakin beriman.
Komunikasi atau interaksi iman ini mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan pengahayatan iman, sehingga dengan ini diharapkan iman
siswa semakin diperteguh dan berkembang terus menerus menjadi manusia yang paripurna manusia beriman.
2. Media Pembelajaran dalam PAK
a. Pengertian media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Medò
ё adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan Arief S.
Sadiman dkk, 2009: 6. Banyak batasan yang diberikan mengenai pengertian media. Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan Association of Education and
21 Communication Technology AECT di Amerika, memberi batasan tentang
pengertian media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne sebagaimana dilansir oleh Lastiko
Runtuwene 2015: 2 menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu
Bringgs yang dilansir oleh Lastiko Runtuwene 2015: 2 berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsangnya
untuk belajar. Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional National Education
Association NEA memiliki definisi yang berbeda tentang media. Media adalah segala bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatan-peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa
“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedimikan rupa sehingga proses belajar dapat terjadi” Arief S. Sadiman dkk, 2009: 7.
Media pengajaran dalam pengertian secara luas adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan pengertian media pengajaran secara sempit adalah alat-alat elektro-mekanis yang menjadi perantara
antara siswa dan materi pelajaran Winkel, 1991: 187. Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat membantu siswa
dalam melaksanakan aktivitas belajar, terlebih bila dijumpai perbedaan, misalnya
22 seperti perbedaan: minat, inteligensi, gaya belajar, maupun perbedaan lainnya.
Media tidak dapat hanya dipandang sebagai alat bantu saja bagi seorang guru dalam mengajar, tetapi media lebih sebagai alat penyalur pesan guru atau buku
ke penerima pesan peserta didik atau pembaca. Dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya
tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya Azhar Arsyad, 2014: 2.
Media merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Demikian pula dalam Pandidikan Agama Katolik sebagai salah satu bentuk
katekese sekolah sehingga kegiatan komunikasi penyampaian pesan Allah bagi manusia adalah hal yang penting. Agar pesan-pesan pewartaan dapat diterima oleh
guru dan siswa dengan baik, maka diperlukan media yang tepat. Jika dilihat dari segi PAK dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan menghadirkan Allah dan pesan-pesanNya kepada umat beriman
dalam lingkup sekolah, terlebih guru dan siswa, sehingga mereka mampu berinteraksi berkomunikasi tentang imannya, dengan demikian diharapkan iman
mereka semakin berkembang dan diteguhkan menurut ajaran iman Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam membina
kerukunan antar umat beragama dan mewujudkan persatuan nasional Lastiko Runtuwene, 2015: 3.
b. Fungsi media pembelajaran
Yudhi Munandi 2010: 36-48 dalam bukunya Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, memfokuskan analisis fungsi media pembelajaran
23 terhadap dua hal yakni didasarkan pada medianya dan penggunaannya. Pertama,
analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran yakni 1 media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar; 2
fungsi sematik; dan 3 fungsi manipulatif. Kedua, analisis fungsi didasarkan pada penggunanya peserta didik terdapat dua fungsi yakni 4 fungsi psikologis dan
5 fungsi sosio-kultural.
1 Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
Media pembelajaran secara teknis berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” memiliki makna keaktifan, yakni sebagai
penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang peserta didik dan
memungkinkan memudahkan terjadinya proses belajar Yudhi Munandi, 2010: 37.
Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, peserta didik telah mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil
pengalamannya dengan keluarganya, teman-teman sekolahnya orang dewasa dan anak-anak, kelompok-kelompok keagamaan, masyarakat dan media sosialisasi
lainnya seperti film, acara radio, buku dan majalah. Semua itu adalah sumber bagi anak untuk belajar. Selama perkembanga horizonnya, maka anak akan mampu
memasuki dunia sosialnya, bukan hanya melalui orang-orang atau objek-objek yang ada di lingkungannya, melainkan dapat pula melalui saluran buku, film,
televisi, dan lain-lain Yudhi Munandi, 2010: 37-39.
24 2
Fungsi sematik Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata simbol
verbal yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami oleh peserta didik tidak verbalistik. Guru yang kreatif akan mampu mendayagunakan media
pembelajaran secara tepat maka akan membantu peseta didik untuk memahami hal yang dimaksudkan dengan mudah. Misalnya dengan memberikan penjelasan
melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita mendongeng, cerita bergambar, dan lain-lain Yudhi Munandi, 2010: 39-40.
3 Fungsi manipulatif
Berdasarkan karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
Pertama kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu Yudhi Munandi, 2010: 41-43, yaitu:
a Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan
dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa ikan paus melahirkan anak, bencana alam dan lain-lain.
b Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu
panjang menjadi singkat, seperti proses metamorfosis, berang-berang membangun bendungan dan sarangnya.
c Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah
terjadi terutama mata pejaran sejarah, seperti peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya, Musa membawa bangsa Israel menuju tanah terjanji, Peristiwa
hidup, karya, sengasara, wafat dan kebangkitan Kristus. Peristiwa-peristiwa
25 sejarah tersebut dapat dituangkan dalam film, dramatisasi, dongeng
sandiwara program audio, cerita bergambar komik dan lain-lain. Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan
inderawi manusia, yaitu: a
Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan
film, gambar dan lain-lain. b
Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu cepat ataupun terlalu lambat, seperti proses metamorfosis. Hal ini dapat memanfaatkan film
ataupun gambar. c
Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti belajar bahasa asing, belajar menyanyi dan bermusik, yakni
dengan memanfaatkan rekaman video maupun kaset tape recorder. d
Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik dan lain-lain.
4 Fungsi psikologis
a Fungsi atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian attention siswa terhadap materi pembelajaran. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni
sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya sel penghambat ini para peserta didik dapat memfokuskan
perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lain. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat
26 guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan
perhatian siswa Yudhi Munandi, 2010: 43-44.
b Fungsi afektif
Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa
berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Hal itu berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-
kecenderungan batin Yudhi Munandi, 2010: 44. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau
penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada sisi siswa
kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya.
Hal lain dari penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini
merupakan reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan dalam
jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma- norma yang diperolehnya, dan pada tingkat tertentu nilai-nilai atau norma-norma
tersebut akan diterima dan diyakininya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, ide dan sikap menjadi sistem batin yang
konsisten yang disebut sebagai karakterisasi. Pada tingkat ini siswa dapat memperkuat falsafah hidupnya dan mempunyai nilai-nilai yang membimbing
hidupnya.
27 c
Fungsi kognitif Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan
menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadianperistiwa. Objek-objek
itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang
bersifat mental Yudhi Munandi, 2010: 45-46. Media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan
kognitif siswa. Semakin banyak siswa dihadapkan pada objek-objek maka semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimiliki siswa, atau semakin kaya
dan luas alam pikiran kognitifnya.
d Fungsi imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa
pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek- objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang atau dapat juga mengambil
bentuk fantasi khayalan yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran austik Yudhi Munandi, 2010: 46-47.
e Fungsi motivasi
Motivasi merupakan seni mendorong siswa agar siswa terdorong untuk mrlakukan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan serta menimbulkan harapan. Harapan akan
28 tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan
guru ke dalam diri siswa, yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna Yudhi Munandi, 2010: 47-48.
5 Fungsi sosio-kultural
Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah
bagi guru untuk memahami para siswa, apalagi dengan jumlah yang banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi jika
dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan dan pengalaman. Sedangkan di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama
untuk setiap siswa Yudhi Munandi, 2010: 48. Tentunya guru akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi hal itu,
terlebih ia harus mengatasinya sendirian. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam
memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan presepsi yang sama.
Jika kita melihat uraian diatas maka jelas bahwa media memiliki peran yang penting dan strategis dalam sebuah proses pembelajaran, oleh karena itu
penggunaan media dalam proses belajar-mengajar di kelas tidak boleh diabaikan oleh guru.
c. Karakteristik Jenis Media Pembelajaran
Media adalah perangkat lunak software yang merupakan pesan, materi atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan
29 peralatan atau perangkat keras hardware Arief S. Sadiman dkk, 2009:19.
Perangkat keras dapat berfungsi sebagai media pembelajaran sejauh berperan sebagai sarana pengantar medium pesanmateri pelajaran.
Berdasarkan perkembangan teknologi, Azhar Arsyad yang dilansir oleh Sukiman 2012: 46 mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu: 1
media hasil teknologi cetak, 2 media hasil teknologi audio-visual, 3 media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4 media hasil gabungan teknologi cetak dan
komputer. Sementara Seels dan Glasgow membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Media tradisional
berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak,
permainan, dan media realita. Sedangkan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi misalnya: teleconference dan media bebasis
mikroprosesor misalnya: permainan komputer dan hypermedia. Belum terdapat taksonomi media yang berlaku secara umum dan mencakup segala aspeknya,
terutama untuk suatu sistem instruksional pembelajaran. Namun, pengelompokan media yang ada saat ini dapat membantu untuk memperjelas
perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran
tertentu. Media pembelajaran sebagai salah satu komponen dalam suatu proses
pembelajaran perlu dipilih dengan tepat sehingga dapat berfungsi secara efektif. Dalam pemilihan media guru perlu mempertimbangkan: 1 ia merasa sudah akrab
dengan media tersebut, 2 ia merasa bahwa media yang dipilih dapat
30 menggambarkan dengan lebih baik dari pada dirinya sendiri, 3 media yang
dipilih dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi Sukiman, 2012: 47.
Menurut Azhar Arsyad yang dilansir oleh Sukiman 2012: 47-50, dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu
mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum
mengajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan reinforcement, latihan dan pengulangan dan penerapan.
1 Motivasi
Dalam diri peserta didik harus terdapat kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan
latihan. Pengalaman belajar yang akan dialami oleh peserta didik harus relevan dan bermakna baginya. Maka, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan
yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu Sukiman, 2012: 47.
2 Perbedaan individual
Dalam proses belajar, peserta didik memiliki cara yang beragam dan tingkat kecepatan yang beragam pula. Faktor-faktor seperti kemampuan
intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk belajar. Tingkat kecepatan
penyajian informasi melalui media harus dipertimbangkan berdasarkan kepada tingkat pemahaman peserta didik dalam proses belajar Sukiman, 2012: 47-48.
31 3
Tujuan pembelajaran Kesempatan untuk berhasil dalam proses pembelajaran semakin besar
apabila peserta didik diberi tahu apa yang diharapkan agar mereka pelajari melalui media pembelajaran tersebut. Di samping itu, pernyataan mengenai tujuan belajar
yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana, yang harus mendapatkan
perhatian pokok dalam media pembelajaran Sukiman, 2012: 48.
4 Organisasi isi
Pembelajaran akan lebih mudah, jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urut-urutan yang
bermakna. Peserta didik akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurutkan secara teratur. Tingkatan materi
yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media,
peserta didik dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari Sukiman, 2012: 48.
5 Persiapan sebelum mengajar
Peserta didik sebaiknya telah mengausai secara baik pelajaran dasar dan telah memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin
merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan
tingkat persiapan peserta didik Sukiman, 2012: 48.
32 6
Emosi Pembelajaran melibatkan emosi, perasaan pribadi serta kecakapan amat
berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih,
dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan
pengetahuan dan sikap Sukiman, 2012: 48-49.
7 Partisipasi
Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, seorang peserta didik harus menginternalisasi informasi. Oleh sebab itu, dalam belajar peserta didik
memerlukan kegiatan yang membuat mereka dapat berpartisipasi aktif. Partisipasi berarti kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi
pelajaran. Melalui partisipasi kesempatan terbuka lebih besar bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat materi pembelajaran Sukiman, 2012: 49.
8 Umpan balik
Hasil belajar dapat meningkat apabila peserta didik diberi informasi secara berkala tentang kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar,
pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan Sukiman,
2012: 49.
33 9
Penguatan reinforcement Apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar.
Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-
masa yang akan datang Sukiman, 2012: 49.
10 Latihan dan pengulangan
Sesuatu hal baru sangat jarang dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali mencoba. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi
bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan
demikian, ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang Sukiman, 2012: 49.
11 Penerapan
Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau
situasi baru. Jika peserta didik mampu melakukan hal ini, maka pemahamannya dapat dikatakan telah sempurna. Tanpa dapat melakukan hal ini, maka
pengetahuan sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Peserta didik harus dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasinya prinsip, konsep dan
kaidah yang berkaitan dengan tugas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur
terhadap berbagai masalah maupun tugas baru. Sukiman, 2012: 49-50.
34 d.
Dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam PAK Berikut ini adalah beberapa dasar pertimbangan pentingnya penggunaan
media pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik menurut Jansen yang dilansir oleh Lastiko Runtuwene 2015: 9-10.
1 Ditinjau dari segi kateketis
Dalam pewataan, sarana dan keperagaan sangat penting dalam mencapai tujuan. Hal ini sangat sesuai dengan yang dilakukan oleh Yesus. Misalnya Yesus
dalam pewartaan-Nya menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan simbol- simbol tertentu dalam pewartaan. Bahkan diri dan pribadi-Nya sendiri menjadi
media pewartaan Lastiko Runtuwene, 2015: 9.
2 Ditinjau dari segi psikologis
Banyak ahli berpendapat bahwa 75 dari pengetahuan manusia masuk dalam otaknya melalui indra pengelihatan. Gambaran mental yang tepat di dalam
otak peserta didik akan lebih benar sesuai kebenarannya jika dipandu atau dibantu dengan media pembelajaran Lastiko Runtuwene, 2015: 9-10.
3 Ditinjau dari segi didaktis
Dengan media pembelajaran dapat memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami suatu materi yang disajikan sehingga tujuan yang
diharapkan dalam pelajaran dapat tercapai. Dengan media pembelajaran memudahkan terjadinya korelasi, komunikasi antara peserta didik dengan guru
Lastiko Runtuwene, 2015: 10.
35 4
Ditinjau dari segi sosiologis Manusia pada hakikatnya tidak lepas dari masyarakat dan lingkungannya.
Dengan komunikasi yang terjadi dapat membawa manusia ke relasi yang lebih tinggi dengan penciptanya. Misalnya menggunakan alam sebagai media akan
menghantar siswa untuk menyadari dan memahami dirinya sebagai ciptaan Allah Lastiko Runtuwene, 2015: 10.
Dalam penggunaan media khususnya media komunikasi untuk pewartaan iman termasuk dalam PAK instruksi Pastoral Aetatis Novae oleh
dewan kepausan untuk komunikasi sosial pada tanggal 18 Maret 1992 menyatakan bahwa segala bentuk media dipergunakan untuk: melayani
perkembangan pribadi manusia, melayani dialog dengan dunia, mengabdi jemaat manusia dan kemajuan, persatuan Gerejani dan melayani suatu evangelisasi baru.
3. Media Film dalam Pembelajaran PAK
a. Pengertian media film
Banyak pengertian yang dirumuskan mengenai film. Namun rumusan- rumusan terdahulu mengenai film sebatas gambar yang direkam atau disimpan
dalam pita seluloid. Film yang dimaksud disini adalah film sebagai media pendidikan yang melukiskan cerita, kisah dan lain-lain yang sering digunakan
guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Batmomolin Hermawan 2003: 64 berpendapat sebagai berikut:
Film merupakan sarana komunikasi massa yang perencanaan dan produksinya dibuat melalui suatu proses yang matang dan panjang.
Setiap bagiannya harus mampu mengungkapkan secara tepat pesan yang hendak disampaikan kepada publik. Pesan-pesan verbal disampaikan
36 lewat dialog yang hidup. Narasi yang disertai dengan pesan visual lewat
gambar yang ditampilakan dimaksudkan untuk menambah bumbu kepada apa yang dapat diketahui dan diungkapkan lewat kata-kata atau bahasa
sederhana. Definisi film menurut UU 8 tahun 1992 adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita selluloid, pita video,
piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya,
dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya.
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik
atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film
sinema adalah Cinemathograpie yang berasal dari Cinema + tho = phytos cahaya + graphie = grhap tulisan = gambar = citra, jadi pengertiannya adalah
melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus yang disebut kamera Sukiman, 2012: 184.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpanan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi
tanpa menggunakan selluloid media film. Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada
tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat
37 disimpan pada media selluloid, analog maupun digital. Perkembangan teknologi
media penyimpanan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seni audio-visual
Sukiman, 2012: 185. Film kini diartikan sebagai suatu genre cabang seni yang menggunakan
audio suara dan visual gambar sebagai medianya. Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya
atau yang sering disebut dengan selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
tertangkap lensa. Kemudian pada generasi berikutnya fotografi bergeser pada penggunaan media digital elektronik sebagai penyimpanan gambar. Dalam bidang
sinematografi perihal media penyimpanan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpanan selluloid film, pita
analog, dan yang terakhir media digital pita, cakram, memori chip. Saat ini sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid. Bahkan saat ini
sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari
media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel Sukiman, 2012: 185-186.
Film atau video merupakan kumpulan gambar-gambar dalam frame. Dalam media ini, setiap frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara
mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visualisasi yang kontinu. Sama halnya
38 dengan film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Film dan video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang
rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap Sukiman, 2012: 187-188.
Seperti halnya media film, media video juga mampu manpilkan gambar bergerak gambar hidup dengan disertai suara. Media video memiliki persamaan
dengan media film. Persamannya ialah keduanya termasuk kelompok media pandang sekaligus dengar Audio Visual aids, karena memiliki unsur yang dapat
dilihat sekaligus didengarkan. Adapun perbedannya antara lain media film memiliki alur cerita baik yang bersifat non fiksi atau fiksi sementara video pada
umumnya tidak memiliki alur cerita Sukiman, 2012: 187.
b. Jenis-jenis film
Film untuk konteks pembelajaran memiliki banyak jenis yang variatif, berikut adalah jenis-jenis film yang digunakan dalam pembelajaran: 1 film
dokumenter documentaries, 2 film docudrama, 3 film drama dan semidrama, 4 film actionlaga, 5 film animasikartun, 6 film kolosal.
1 Film dokumenter documentaries
Menurut Heinich yang dilansir oleh Yudhi Munadi 2010: 117 film-film yang dibuat berdasarkan fakta bukan fiksi dan memfiksikan fakta. Heinich
berpendapat bahwa documentary sebagai “a creative treatment of actuality” yakni perlakuan kreatif terhadap suatu kenyataan. Poin terpenting dalam film ini
39 menurutnya ialah menggambarkan permasalahan manusia meliputi bidang
ekonomi, budaya, hubungan antar manusia, etika dan lain sebagainya. Film dokumenter ini dapat menampilkan rekaman penting dari sejarah manusia.
2 Film docudrama
Film-film dokumenter yang membutuhkan pengadegan. Dengan demikian kisah-kisah yang ada dalam docudrama adalah kisah yang diangkat dari
kisah nyata dari kehidupan nyata, bisa diambil dari sejarah Yudhi Munadi, 2010: 118. Contoh dari film jenis docudrama adalah kisah teladan para Rasul, Santo-
Santa dan tokoh terkenal.
3 Film drama dan semidrama
Keduanya melukiskan human relation. Tema-temanya bisa dari kisah nyata dan bisa juga diambil dari nilai-nilai kehidupan yang kemudian diramu
menjadi sebuah cerita Yudhi Munadi, 2010: 118. Contoh film drama dan semidrama adalah kisah tentang penyesalan orang kafir, kisah orang yang takut
pada Allah, kisah orang yang hidup penuh dengan kesabaran, kisah indahnya hidup damai, dan lain-lain.
4 Film actionlaga
Film jenis ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan. Pada umumnya ada banyak adegan perkelahian, saling kejar-mengejar, atau aksi menggunakan
senjata api Adhi Prasetyo Nugroho, 2015: 3.
40 5
Film animasikartun Film kartun dalam sinematografi dikategorikan sebagai bagian yang
integral film yang memiliki ciri dan bentuk khusus. Film secara umum merupakan serangkaian gambar yang diambil dari obyek yang bergerak. Gambar obyek
tersebut kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dan memutarnya dalam kecepatan tertentu sehingga menghasilkan gambar hidup. Film kartun dalam
sinematografi adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi di mana semua gambarnya saling berkesinambungan Adhi Prasetyo
Nugroho, 2015: 3.
6 Film kolosal
Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi dengan dana yang sangat banyak dan melibatkan banyak pemain,
mulai dari pemeran utama sampai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu bertema sejarah atau zaman kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-
besaran Adhi Prasetyo Nugroho, 2015: 2. Contoh dari jenis film kolosal adalah Exodus Gods and Kings.
c. Peranan media film dalam pembelajaran
Setiap peserta didik memiliki kemampuan indera yang berbeda satu sama lain, baik pendengaran, pengelihatan maupun kemampuan berbicaranya. Dengan
variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi. Ada tiga variasi penggunaan media, yakni media pandang, media
dengar dan media taktil. Bila guru menggunakan media bervariasi atau bervariasi dalam menggunakan bahan ajar, akan banyak sekali memerlukan penyesuaian
41 indera anak didik, membuat perhatian anak didik menjadi lebih tinggi, memberi
motivasi untuk belajar, mendorong berpikir, dan meningkatkan kemampuan belajar. Film yang termasuk dalam golongan media pandang. Menurut Syaiful
Bahri 2005: 128-129 Pengguanaan alat-alat media pandang memiliki keuntungan antara lain: membantu secara konkret konsep berpikir dan
mengurangi respon yang kurang bermanfaat, menarik perhatian anak didik pada tingkat yang tinggi, membuat hasil belajar lebih peranen, menyajikan pengalaman
riil yang akan mendorong peserta kegiatan mandiri anak didik, mengembangkan cara berpikir kesinambungan, memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai
oleh media yang lain, menambah frekuensi kerja, lebih dalam dan belajar lebih bervariasi.
Saat ini telah jutaan orang mengalami menonton film di bioskop. Bahkan mereka rela mengantri demi mendaptkan tiket sebuah film yang sedang
digandrungi dan menjadi pusat perhatian masyarakat. Dalam menyaksikan film di bioskop, orang tidak perlu bersusah payah mengingat pesan yang disampaikan,
karena semua sudah diatur baginya. Orang tersebut hanya perlu menerima saja apa yang disuguhkan di hadapan matanya. Peristiwa yang disaksikan tersebut
mempengaruhi emosinya. Tidak salah bahwa orang menyebut studio film adalah sebuah pabrik mimpi. Seperti halnya mimpi yang menimbulkan kesan yang lama
bagi seseorang, demikian juga film dapat menimbulkan kesan yang lama bagi seseorang. Apa yang dilihatnya tersebut juga memungkinkan orang tersebut
terpengaruh sikap dan perilakunya secara sungguh-sungguh. Film merupakan alat yang ampuh jika digunakan secara efektif untuk suatu tujuan. Tepat jika
digunakan dalam pembelajaran karena pada umumnya anak-anak masih
42 menekankan segi emosinya dibanding aspek rasionalnya Yudhi Munadi, 2010:
114.
d. Keuntungan menggunakan media film dalam proses pembelajaran
Kemampuan film untuk memanipulasikan waktu dan ruang sangat penting dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa keuntungan menggunakan
media film dalam proses pembelajaran Azhar Arsyad 2014: 50. •
Film dapat menyajikan suatu proses dengan lebih efektif dibandingkan dengan media lain.
• Film dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika
membaca, berdiskusi, praktik dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar, bahkan dapat menunjukkan objek secara normal yang tidak dapat
dilihat, seperti cara kerja jantung berdenyut. •
Film memungkinakan adanya pengamatan yang baik terhadap suatu keadaanperistiwa yang berbahaya jika dilihat secara langsung.
• Kemampuan film untuk mendramatisasi peristiwa-peristiwa dan situasi
membuatnya cocok bagi PBM dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan masalah kemanusiaan.
• Film berguna mengajarkan keterampilan, karena memungkinkan adanya
pengulangan, sehingga keterampilan mampu dipelajari secara berulang-ulang pula.
• Karena memiliki dampak emosional yang tinggibesar, film sangat cocok
mengajarkan masalah-masalah menyangkut domain afektif. Sikap individu maupun kelompok dapat diubah melalui film yang dirancang untuk hal
43 tersebut. Misalnya anak yang suka berbohong mendapatkan balasan dari
perbuatannya tersebut membuat siswa mampu menyadari bahwa perbuatan berbohong tidak baik, sehingga mereka tidak melakukan hal tersebut.
• Suatu PBM yang berlangsung dengan menggunakan film sebagai media akan
memiliki pengaruh psikologis yang lebih menguntungkan bagi siswa, dibandingkan dengan media lain.
• Film dapat menyajikan peristiwa kepada kelompok besar, kelompok kecil,
kelompok heterogen maupun perorangan. •
Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat
ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian mekarnya bunga, mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncupnya itu
mekar.
e. Keterbatasan media film
Meskipun media film memiliki banyak keuntungan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa setiap media memiliki keterbatasan pula. Berikut beberapa
keterbatasan media film menurut Azhar Arsyad 2014: 50. 1
Tidak semua siswa memiliki kemampuan berfikir yang sesuai dengan kecepatan sebuah film. Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar
bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
2 Produksi sebuah film pada umumnya mahal dan memakan waktu yang cukup
lama.
44 3
Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus
untuk kebutuhan sendiri.
4. Minat Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik a.
Minat Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu Muhibbin Syah, 1997: 136. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diamati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,
karena perhatian sifatnya hanya sementara tidak dalam waktu yang lama dan belum diikuti dengan perasaan senang, dan dari situ diperoleh keputusan. Slameto
2010: 180 berpendapat sebagai berikut. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal
atau aktivitas, tanpa ada yang memintadilakukan dengan senang hati. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat
pula ditunjukkan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu subyek tertentu cenderung memberikan perhatian lebih
terhadap subyek tersebut.
45 Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian melalui
pengalaman-pengalaman hidup selanjutnya. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat
baru yang muncul kemudian. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong proses belajar selanjutnya. Walaupun minat terhadap sesuatu hal
tidak merupakan hal yang hakiki untuk dapat mempelajari hal tersebut, asumsi umum menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.
Slameto 2010: 18 berpendapat bahwa. Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah
membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu.
Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya,
memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang
dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,
kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.
Jika terdapat siswa yang tidak berminat atau kurang berminat dalam belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang
diminati oleh siswa.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
Mahfud Shalahuddin sebagaimana dikutip dalam Sahrundi 2008: 74-81 berpendapat bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yakni
faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar terdiri dari lingkungan dan instrumen, sedangkan faktor dalam terdiri dari fisiologis dan psikologis.
46 1
Faktor luar terdiri dari: lingkungan yang dibagi dalam lingkungan alam non sosial, lingkungan sosial; instrumen yang di dalamnya terdapat kurikulum,
sarana atau media pendidikan, interaksi guru dan murid, metode belajar, keadaan gedung.
a Lingkungan
1 Lingkungan alam dan non sosial
Yang digolongkan dalam faktor ini dalam belajar ialah keadaan alam, udara, cuaca, waktu pagi, siang atau malam hari, tempat atau lokasi gedungnya,
alat-alat yang dipakai untuk belajar, seperti alat tulis menulis, buku-buku, media pendidikan dan sebagainya. Semua faktor-faktor ini harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membantu, menguntungkan dan menimbulkan rasa aman dalam proses belajar mengajar. Letak sekolah dan tempat belajar yang kurang atau tidak
memenuhi syarat seperti: kelas yang terlalu sempit dengan jumlah peserta didik yang terlalu banyak, suasana bising karena dekat dengan pusat keramaian dan
sebagainya, harus dihindarkan, media pengajaran juga harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan menurut pertimbangan psikologis Sahrundi,
2008: 74.
2 Lingkungan sosial
Yang dimaksud dengan faktor sosial dalam belajar di sini adalah faktor manusia dan sesama manusia, baik manusia itu ada atau hadir maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan. Maksudnya, bahwa manusia itu tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang
47 sedang belajar, kerapkali mengganggu aktivitas belajar, misalnya: jika dalam
sebuah kelas murid sedang menjelaskan materi ke peserta didik kemudian dari luar timbul suara gaduh orang yang bergurau maka konsentrasi peserta didik
tersebut menjadi kacau sehingga sulit untuk menerima materi yang diberikan oleh guru. Faktor-faktor sosial ini pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar
dan prestasi belajar yang akan dicapai Sahrundi, 2008: 75.
b Instrumen
1 Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada peserta didik. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyiapkan bahan pelajaran
agar peserta didik menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar.
Kurikulum yang tidak baik itu misalnya yang terlalu padat, di atas kemampuan peserta didik, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian peserta didik. Perlu
kita ingat bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang mementingkan kebutuhan peserta didik. Guru perlu mendalami
karakter peserta didik dengan baik, harus memiliki perencanaan yang mendetail agar dapat melayani peserta didik sesuai dengan baik Sahrundi, 2008: 75-76.
2 Sarana atau media pendidikan
Kenyataannya bahwa pada masa ini, dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat atau media yang membantu
lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperi media audiovisual,
48 multimedia, buku-buku di perpustakaan, laboraturium dan media-media lain.
Menggunakan media pendidikan dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya Sahrundi, 2008: 76.
3 Interksi guru dan murid
Proses belajar megajar terjadi antara guru dengan peserta didik. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara
belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Dalam relasi yang baik, peserta didik akan menyukai gurunya dengan demikian juga akan
menyukai mata pelajaran yang diberikan, sehingga peserta didik tersebut berusaha mempelajari dengan sebaik-baiknya. Hal ini berlaku sebaliknya. Jika peserta didik
membenci gurunya maka secara otomatis dia tidak suka dengan pembelajaran tersebut. Guru yang kurang berinteraksi dengan peserta didik secara akrab, akan
menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang lancar. Juga peserta didik menjadi merasa jenuh, enggan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran Sahrundi, 2008: 76.
4 Metode belajar
Guru yang hanya mengajar dengan metode ceramah saja tentu akan membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru
yang yang progresif adalah yang berani mencoba metode-metode baru yang bermanfaat dan membantu meningkatkan keaktifan belajar mengajar dan
meningkatkan minat serta motivasi siswa dalam belajar Sahrundi, 2008: 77.
49 Dalam kegiatan belajar banyak siswa yang menggunakan cara keliru.
Masalah ini perlu adanya pembinaan dari pihak guru. Sebab dengan cara belajar yang tepat maka akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga pembagian waktu
untuk belajar. Cara yang efektif di antaranya dengan belajar secara teratur setiap hari. Belajar yang penuh disiplin, mantap dan teratur, niscaya dapat meningkatkan
prestasi belajar.
5 Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik setiap pribadi menuntut keadaan gedung yang harus memadai di dalam setiap kelas. Jika
suatu sekolah memiliki gedung yang kurang layak dan tidak sesuai dengan jumlah siswa, maka siswa dalam proses belajar tentu akan merasa terganggu dan kurang
nyaman dengan keadaan tersebut, sehingga minatnya dalam mengikuti proses pembelajaran akan terganggu Sahrundi, 2008: 77.
2 Faktor dalam terdiri dari: faktor fisiologis kondisi fisik dan kondisi indera,
faktor psikologis yang di dalamnya terdapat minat, intelegensi, bakat, perhatian, dan emosi.
a Fisiologis kondisi fisik dan kondisi indera
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap proses belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, orang yang
kesehatannya terganggu cenderung cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk, ataupun gangguan fungsi alat indera lainnya. Agar seseorang
dapat belajar dengan baik ia harus mengusahakan kesehatan badannya dengan
50 cara selalu mengindahakan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,
tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah Sahrundi, 2008: 77-78. Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurnanya seseorang. Cacat tubuh itu dapat berupa buta, tuli, setengah tuli, patah tulang, lumpuh dll. Keadaan cacat tubuh juga dapat mempengaruhi belajar.
Peserta didik yang cacat belajarnya juga menjadi terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu
agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya tersebut.
b Psikologis
1 Minat
Minat menyangkut dua hal yang perlu diperhatikan yaitu minat pembawaan dan minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar. Minat
pembawaan muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan. Minat semacam ini, biasanya muncul berdasarkan
bakat yang ada. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar seperti lingkungan dan kebutuhan. Perlu ditambahkan juga, bahwa
spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya demikian pula sebaliknya, bidang studi yang tidak sesuai
dengan minatnya tidak akan mempunyai daya tarik baginya Sahrundi, 2008: 78- 79. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar sangat diharapkan minat yang didasari
oleh bukan yang kemudian dikembangkan secara maksimal dan ditunjang oleh fasilitas yang diharapkan. Media pembelajaran yang sesai dan relevan dengan
51 peserta didik dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menjadikan peserta didik
menjadi berminat dalam mengikuti sebuah proses pembelajaran.
2 Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat
dan efektif, mengetahuimenggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan tepat. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil dari pada yang memiliki
tingkat intelegensi rendah. Walaupun begitu siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan
karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor
yang lainnya. Jika faktor lain itu bersifat menghambatberpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang memiliki
tingakat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang
efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, dan masyarakat memberi pengaruh yang positif, jika
siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus Sahrundi, 2008: 79.
52 3
Bakat Setiap manusia dilahirkan dilengkapi dengan bakat atau kemampuan
yang melekat pada dirinya. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisir menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
berlatih. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya
ia akan lebih giat dalam belajarnya. Penting bagi guru untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah sesuai dengan bakatnya
Sahrundi, 2008: 79-80.
4 Perhatian
Untuk dapat belajar dengan baik, seorang anak harus ada perhatian terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya. Apabila materi pelajaran yang
disajikan kepada mereka tidak menarik baginya, maka akan timbullah rasa bosan dan malas untuk belajar, sehingga prestasi dalam studi menurun. Oleh sebab itu,
pendidik harus berusaha semaksiamal mungkin, agar materi pelajaran yang disajikan itu, menarik perhatian peserta didik Sahrundi, 2008: 80.
5 Emosi
Dalam kegiatan belajar, sangat diperlukan kestabilan emosi. Ketidakstabilan emosi dalam artian emosi cepat tersentuh walau bagaimana
kecilnya suatu masalah menimbulkan gejala-gejala negatif, misalnya: kejang, tidak sadarkan diri, berteriak-teriak dan lain sebagainya. Keadaan emosi yang
mendalam ini, sudah tentu menimbulkan hambatan-hambatan dalam kegiatan
53 belajar. Oleh karena itu anak-anak yang mempunyai emosi sedemikian ini
memerlukan situasi yang cukup tenang dan penuh pengertian dari orang yang ada di sekitarnya, agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan lancar Sahrundi, 2008:
80-81.
c. Minat belajar Pendidikan Agama Katolik
Minat belajar Pendidikan Agama Katolik adalah kecenderungan yang bersifat tetap atau keinginan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
PAK, yang ditandai dengan adanya rasa tertarik, perhatian dan rasa senang ketika mengikuti proses pembelajaran PAK di sekolah. Rasa tertarik ini dapat
diekspersikan melalui keterlibatan secara aktif dalam proses pembelajaran PAK. Ketertarikan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAK ini sangat
diperlukan guna memotivasi peserta didik agar mampu mengahayati apa yang sedang dipelajarinya dan kemudian peserta didik termotivasi untuk melakukan
tindakan atau sikap baik dari seluruh rangkaian kegiatan pelajaran yang telah diterimanya.
Sebelumnya kita sudah melihat berbagai hal yang dapat mempengaruhi belajar siswa baik faktor dari luar maupun dari dalam. Tugas guru dalam adalah
membantu siswa untuk mengatasi hal-hal yang dapat menghambat minat belajarnya. Ada berbagai macam hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAK di sekolah, di antaranya dengan memanfaatkan media film yang berkembang dan
dekat dengan hidup para peserta didik saat ini. Jika guru PAK di sekolah mampu membangkitkan minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAK
54 maka diharapkan para peserta didik mampu lebih terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga hasil belajar mereka dapat semakin meningkat. Peserta didik juga diharapkan mampu memiliki sikap positif terhadap
pendidikan agama yakni memiliki disposisi batin dan komitmen terhadap perlunya PAK di sekolah. Sikap seperti ini akan mempengaruhi gejala kejiwaan,
perasaan dan emosi. Perasaan dan emosi yang dimiliki digerakkan oleh adanya tujuan atau kebutuhan. Dalam hal ini peserta didik dimotivasi untuk mampu
memahami pendidikan agama sebagai pendidikan iman dan akhirnya peserta didik terdorong untuk bertindak dan melakukan sesuatu secara bertanggung jawab
berdasarkan ajaran imannya.