Pengaruh penggunaan media film terhadap minat belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran pendidikan agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan penggunaan media film dalam kegiatan belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAK.

Media film adalah alat bantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penggabungan unsur audio dan visual yang memiliki alur cerita, serta pesan yang disampaikan melalui keseluruhan komponen dalam sebuah film yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya. Minat belajar siswa adalah kecenderungan yang bersifat tetap dalam mengikuti proses pembelajaran, yang ditandai dengan adanya rasa tertarik, perhatian dan rasa senang ketika mengikuti proses pembelajaran. Di dalam sebuah film terdapat dinamika unsur suara, gambar dan alur cerita yang disajikan secara menarik dan bervariasi sehingga mampu meningkatkan minat belajar siswa, karena minat di antaranya dipengaruhi oleh penggunaan media yang memiliki dinamika, variasi dan melibatkan indera siswa. Media film memiliki unsur tersebut sehingga media film mampu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, H0 : tidak ada pengaruh penggunaan media film dalam kegiatan

belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Ha : ada pengaruh penggunaan media film dalam kegiatan

belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 103 siswa. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kritis 0,195 terdapat 30 item valid. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,897 yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai mean media film adalah 39,57 dan mean minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK 74,59. Kedua mean tergolong tinggi. Dari hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r2 sebesar 0,316 (31,6%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari media film (X) terhadap minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK (Y). persamaan regresinya yaitu Y = 28,773 + 1,158X. Artinya setiap penambahan nilai media film 1 poin, maka nilai minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK bertambah 28,773+1,158. Nilai signifikansi 0,000 artinya Ha diterima dan H0

ditolak. Maka disarankan perlunya penggunaan media film dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk meningkatkan minat belajar siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.


(2)

ABSTRACT

Thesis entitle INFLUENCE OF FILM MEDIA USAGE ON LEARNING INTEREST OF GRADE EIGHT STUDENTS IN CATHOLIC RELIGION EDUCATION LEARNING AT YOGYAKARTA STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer curiosity of the film media usage contribution in learning-teaching activity on the student learning interest in attending Catholic Religion Education learning process.

The film media is a teacher’s teaching tool in doing learning-teaching activity by combining an audio and visual elements which is having a plot of story, as well as a message delivered to the whole of component within a film which could be displayed by mechanical, electronic and other projection systems. The students interest is a fixed trend in attending the learning process, which is indicated by enthusiastic, attention and pleased when they attended the learning process. Inside of the film there are dynamics of voice , picture and plot of story elements that were presented interestingly and variously so it capable of enhancing the students learning interest, because the interest is influenced by the usage of media having dynamic, variation and sense of students involvement. The film media possess those elements so it capable of enhancing the students enthusiastic in attending the learning process.

Based on the above idea, it could be formulated a research hypothesis namely, H0 : there is no influence of the film media in learning-teaching activity

on the learning interest of Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight. Ha : there is an influence of the film media in learning-teaching

activity on the learning interest of Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight.

This research type is a quantitative in the regression form. Population of this research were Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight. The sampling technique used was random sampling. The number of research samples were 103 students. The instrument used was Likert scale. From the validity test results in the significant level of 5%, critical value of 0.195 there were 30 valid items. While the reliability test resulted in alpha coefficient of 0.897 that means the instrument reliability was high.

This research results show that mean value of the film media was 39.57 and mean of learning interest students in PAK learning was 74.59. Both means are in the high criteria. From the simple linear regression test with a significant level of 5% r2 obtained was 0.316 (31.6%) that means there is a positive influence of the film media(X) on the students interest in the Catholic Religion Education learning (Y); the regression equation was Y = 28,773 + 1,158X. The meaning of which was every film media value addition of 1 point, therefore the students learning interest in Catholic Religion Education learning added by 28.773+1.158. The significant level of 0.000 means Ha was accepted and H0 was rejected . Hence

it was recommended the urgently of film media usage in Catholic Religion Education learning process for enhancing the students learning interest which turn out to be capable of improving students learning achievement.


(3)

PENG BE PE Progr GARUH P ELAJAR S ENDIDIKA Di

ram Studi I

PR KEKHU FAKULT ENGGUNA SISWA KE AN AGAMA Y iajukan untu Memperol lmu Pendid Ka ROGRAM USUSAN P JURUSA TAS KEGU UNIVERS Y AAN MED ELAS VIII A KATOLI YOGYAKA

S K R I P uk Memenu

eh Gelar Sa dikan Kekhu Oleh artika Putr NIM: 1111 STUDI ILM ENDIDIKA AN ILMU P URUAN DA SITAS SAN

YOGYAKA 2016

DIA FILM T DALAM P IK DI SMP ARTA

P S I uhi Salah Sa

arjana Pendi ususan Pend : ri Dinanti 124022 MU PEND AN AGAM PENDIDIK AN ILMU NATA DHA ARTA 6 TERHADA PEMBELA P STELLA atu Syarat idikan didikan Aga IDIKAN MA KATOL KAN PENDIDIK ARMA AP MINAT AJARAN DUCE 2 ama Katolik LIK KAN T k


(4)

Pembimbing

n

W\nr

F.X. Dapiyanta, SFK,

MPd.

SKRIPSI

PENGARUH PENG'GIJNAAIY

MEDIA

FILM

TERHADAP

MINAT

BEIITJAR SISWA

KELAS

VItr

DALAM PEMBELAJARAI{

PENDIDIKAN

AGAMA

KATOLIKDI

SMP

STELLA

DUCE 2

YOGYAKARTA

tanggal 7 Desember 2015

t1

m

d;*ffi$Jx

tu

%ffis

rry

.

Telah d$etujui

oleh:


(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Guru, Sahabat, Pendamping dan Penolong Utama dalam penyusunan skripsi ini.

Bunda Maria yang menuntun, menopang dan menguatkan dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

v MOTTO

“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh

untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.”


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA dipilih berdasarkan keingintahuan penulis akan sumbangan penggunaan media film dalam kegiatan belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PAK.

Media film adalah alat bantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penggabungan unsur audio dan visual yang memiliki alur cerita, serta pesan yang disampaikan melalui keseluruhan komponen dalam sebuah film yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya. Minat belajar siswa adalah kecenderungan yang bersifat tetap dalam mengikuti proses pembelajaran, yang ditandai dengan adanya rasa tertarik, perhatian dan rasa senang ketika mengikuti proses pembelajaran. Di dalam sebuah film terdapat dinamika unsur suara, gambar dan alur cerita yang disajikan secara menarik dan bervariasi sehingga mampu meningkatkan minat belajar siswa, karena minat di antaranya dipengaruhi oleh penggunaan media yang memiliki dinamika, variasi dan melibatkan indera siswa. Media film memiliki unsur tersebut sehingga media film mampu meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pemikiran di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu, H0 : tidak ada pengaruh penggunaan media film dalam kegiatan

belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Ha : ada pengaruh penggunaan media film dalam kegiatan

belajar-mengajar terhadap minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif berbentuk regresi. Populasi dari penelitian ini adalah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 103 siswa. Instrumen yang digunakan adalah skala likert. Dari hasil uji validitas pada taraf signifikansi 5%, nilai kritis 0,195 terdapat 30 item valid. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas diperoleh koefisien alpha sebesar 0,897 yang berarti reliabilitas instrumen tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai mean media film adalah 39,57 dan mean minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK 74,59. Kedua mean tergolong tinggi. Dari hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai r2 sebesar 0,316 (31,6%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari media film (X) terhadap minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK (Y). persamaan regresinya yaitu Y = 28,773 + 1,158X. Artinya setiap penambahan nilai media film 1 poin, maka nilai minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK bertambah 28,773+1,158. Nilai signifikansi 0,000 artinya Ha diterima dan H0

ditolak. Maka disarankan perlunya penggunaan media film dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk meningkatkan minat belajar siswa yang pada akhirnya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.


(11)

ix ABSTRACT

Thesis entitle INFLUENCE OF FILM MEDIA USAGE ON LEARNING INTEREST OF GRADE EIGHT STUDENTS IN CATHOLIC RELIGION EDUCATION LEARNING AT YOGYAKARTA STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL was chosen based on the writer curiosity of the film media usage contribution in learning-teaching activity on the student learning interest in attending Catholic Religion Education learning process.

The film media is a teacher’s teaching tool in doing learning-teaching activity by combining an audio and visual elements which is having a plot of story, as well as a message delivered to the whole of component within a film which could be displayed by mechanical, electronic and other projection systems. The students interest is a fixed trend in attending the learning process, which is indicated by enthusiastic, attention and pleased when they attended the learning process. Inside of the film there are dynamics of voice , picture and plot of story elements that were presented interestingly and variously so it capable of enhancing the students learning interest, because the interest is influenced by the usage of media having dynamic, variation and sense of students involvement. The film media possess those elements so it capable of enhancing the students enthusiastic in attending the learning process.

Based on the above idea, it could be formulated a research hypothesis namely, H0 : there is no influence of the film media in learning-teaching activity

on the learning interest of Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight. Ha : there is an influence of the film media in learning-teaching

activity on the learning interest of Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight.

This research type is a quantitative in the regression form. Population of this research were Yogyakarta Stella Duce 2 Junior High School Students of grade eight. The sampling technique used was random sampling. The number of research samples were 103 students. The instrument used was Likert scale. From the validity test results in the significant level of 5%, critical value of 0.195 there were 30 valid items. While the reliability test resulted in alpha coefficient of 0.897 that means the instrument reliability was high.

This research results show that mean value of the film media was 39.57 and mean of learning interest students in PAK learning was 74.59. Both means are in the high criteria. From the simple linear regression test with a significant level of 5% r2 obtained was 0.316 (31.6%) that means there is a positive influence of the film media(X) on the students interest in the Catholic Religion Education learning (Y); the regression equation was Y = 28,773 + 1,158X. The meaning of which was every film media value addition of 1 point, therefore the students learning interest in Catholic Religion Education learning added by 28.773+1.158. The significant level of 0.000 means Ha was accepted and H0 was rejected . Hence

it was recommended the urgently of film media usage in Catholic Religion Education learning process for enhancing the students learning interest which turn out to be capable of improving students learning achievement.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kurnia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun sebagai bentuk keikutsertaan penulis sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik akan pengembangan proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di masa mendatang. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk membantu memberi gambaran kepada pihak Sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, bahwa penggunaan media film sebagai salah satu media pendidikan mampu meningkatkan minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran PAK di sekolah. Selain itu juga sebagai masukan dalam memberi kesempatan atau peluang bagi guru PAK untuk mengembangkan kompetensi sesuai dengan profesinya, di antaranya menggunakan media film dalam proses pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak F.X. Dapiyanta, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing penulis dengan segala ketelitian, kesabaran, dan kesetiannya selama masa penulisan skripsi ini.


(13)

xi

2. Drs. M. Sumarno Ds., SJ, M.A., selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji ke II, yang telah membimbing penulis selama proses studi di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ini. 3. Drs. Y.I Iswarahadi, SJ, M.A., selaku dosen penguji III, yang dengan tulus

hati memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ, M.Ed., selaku Kepala Program Studi IPPAK,

yang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengerjakan tugas akhir ini mulai dari awal penyusunan hingga selesai.

5. Para dosen, petugas sekretariat dan staf perpustakaan serta seluruh karyawan IPPAK, yang telah mendampingi, memberi kemudahan dan perhatian selama penulis belajar di IPPAK.

6. Kedua orang tua penulis, bapak Sutrisno dan ibu Patricia Agustiani, yang dengan segala doa, cinta kasih dan pengorbanannya menghantar penulis hingga jenjang pendidikan S1.

7. Anggota keluarga Gregorius Christian Adi Chandra, Fidelis Afrizal Surya Abadi, Hyasintha Mahardika Dewi Mentari, Catarina Fitriani, dan Asteria Kirana Sari, yang senantiasa mendukung, memberikan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman terkasih Agnes Garlosi Kusumaningrum, Priska Veria Kusuma, Margaretha Desy Christikaratna, Maria Vinsensia Asriyati, Stefani Bui Moron, Paskalius Cristoph, serta seluruh angkatan 2011, yang senantiasa mengingatkan, memberikan motivasi, semangat dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

i DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Batasan Masalah ... 9

D.Rumusan Masalah ... 9

E.Tujuan Penulisan ... 10

F. Manfaat Penulisan ... 10

G.Metode Penulisan ... 11

H.Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ... 14

A.Kajian Pustaka ... 14

1. Pendidikan Agama Katolik ... 14

a. Pelajaran Pendidikan Agama Katolik ... 14


(16)

xiv

2. Media Pembelajaran dalam PAK ... 20

a. Pengertian media pembelajaran ... 20

b. Fungsi media pembelajaran... 22

c. Karakteristik jenis media pembelajaran ... 28

d. Dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam PAK ... 33

3. Media Film dalam Pembelajaran PAK ... 35

a. Pengertian media film ... 35

b. Jenis-jenis film ... 38

c. Peranan media film dalam pembelajaran ... 40

d. Keuntungan menggunakan media film dalam proses pembelajaran ... 41

e. Keterbatasan media film ... 43

4. Minat Belajar Siswa Kelas VIII dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik ... 43

a. Minat ... 43

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar ... 45

c. Minat belajar Pendidikan Agama Katolik ... 52

B.Penelitian yang Relevan ... 53

C.Kerangka Pikir dan Hipotesis ... 56

1. Gambar ... 56

2. Hubungan antar Variabel ... 57

3. Hipotesis ... 59

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 60

A.Jenis Penelitian ... 60

B.Desain Penelitian ... 60

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

D.Populasi dan Sampel ... 61

E.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 61

1. Variabel Penelitian ... 61


(17)

xv

b. Definisi konseptual variabel ... 62

c. Definisi operasional variabel... 62

2. Teknik Pengumpulan Data ... 63

3. Instrumen Pengumpulan Data ... 63

4. Kisi-kisi Penelitian ... 64

F. Pengembangan Instrumen ... 67

1. Uji Coba Terpakai ... 67

2. Uji Validitas ... 68

a. Validitas untuk variabel X ... 69

b. Validitas untuk variabel Y ... 69

3. Analisis Reliabilitas ... 69

a. Reliabilitas variabel X ... 70

b. Reliabilitas variabel Y ... 70

c. Reliabilitas keseluruhan ... 70

G.Uji Persyaratan Analisis ... 71

1. Uji Normalitas Data ... 71

2. Uji Linearitas Regresi ... 71

3. Uji Homogenitas dan Homokedastisitas ... 72

4. Analisis Deskripsi ... 72

H.Uji Hipotesis ... 73

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 74

A.Hasil Penelitian ... 74

1. Uji Persyaratan Analisis ... 74

a. Uji normalitas ... 75

b. Uji linearitas ... 78

c. Uji homokedastisitas ... 79

d. Uji homogenitas ... 80

2. Analisis Deskripsi ... 80

3. Deskripsi Data ... 82


(18)

xvi

1) Relevan dengan materi pembelajaran, tujuan

pembelajaran dan psikologi perkembangan anak ... 83

2) Frekuensi penggunaan media film dalam proses belajar mengajar di kelas ... 85

b. Minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK ... 87

1) Senang dalam mengikuti proses pembelajaran ... 88

2) Tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran ... 90

4. Uji Regresi ... 92

a. Correlations ... 92

b. Variabels entered /removed (b) ... 93

c. Model summary (b) ... 94

d. Analisys Of Variance (b) ... 95

e. Coefficients ... 96

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

C.Refleksi... 104

D.Keterbatasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

A.Kesimpulan ... 107

B.Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 113

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... (2)

Lampiran 3 : Tabel untuk Menentukan Jumlah Sampel ... (3)

Lampiran 4 : Tabel untuk Menentukan Kriteria Validitas ... (4)

Lampiran 5 : Instrumen Penelitian ... (5)

Lampiran 6 : Contoh Instrumen Penelitan ... (9)

Lampiran 7 : Data Keseluruhan Instrumen Penelitian ... (14)

Lampiran 8 : Output SPSS 16.0 Analisis Validitas Variabel Media Film (X) ... (17)


(19)

xvii

Lampiran 9 : Output SPSS 16.0 Analisis Validitas Variabel

Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran PAK (Y) ... (19) Lampiran 10 : Rumus-rumus yang Digunakan dalam Penelitian ... (26)


(20)

xviii DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor alternatif jawaban variabel x dan y ... 64

Tabel 2 : Kisi-kisi instrumen ... 64

Tabel 3 : Validitas variabel X ... 68

Tabel 4 : Validitas variabel Y ... 69

Tabel 5 : Reliabilitas variabel X ... 70

Tabel 6 : Reliabilitas variabel Y ... 70

Tabel 7 : Reliabilitas keseluruhan ... 70

Tabel 8 : Test of Normality ... 76

Tabel 9 : Anova ... 78

Tabel 10 : Uji Homogenitas ... 80

Tabel 11 : Analisis deskripsi... 80

Tabel 12 : Descriptive statistics ... 81

Tabel 13 : Rangkuman statistik deskriptif media film ... 82

Tabel 14 : Rangkuman statistik deskriptif relevan dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan psikologi perkembangan anak ... 83

Tabel 15 : Relevan dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan psikologi perkembangan anak ... 84

Tabel 16 : Rangkuman statistik deskriptif frekuensi penggunaan media film dalam proses belajar mengajar di kelas ... 85

Tabel 17 : Frekuensi penggunaan media film dalam proses belajar mengajar di kelas ... 86

Tabel 18 : Rangkuman statistik deskriptif minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK ... 87

Tabel 19 : Statistik senang dalam mengikuti proses pembelajaran ... 88

Tabel 20 : Senang dalam mengikuti proses pembelajaran ... 89

Tabel 21 : Statistik tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran ... 90

Tabel 22 : Tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran ... 91

Tabel 23 : Correlations ... 92

Tabel 24 : Variables entered/remove (b) ... 93


(21)

xix

Tabel 26 : Analisys Of Variance (b) ... 95 Tabel 27 : Coefficients ... 96


(22)

xx

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan dalam Penelitian ANOVA : Analisys Of Variance

Dev : Deviasi

H0 : Hipotesis Nol

Ha : Hipotesis Alternatif

Sig : Significant

SPSS : Statistical Product and Service Solutions

Std : Standard

B. Singkatan Dokumen Gereja

IM : Inter Mirifica, Dekrit Konsili Vatikan II tentang upaya-upaya

komunikasi sosial, 4 Desember 1963.

C. Singkatan Teks Kitab Suci

Ptr : Petrus

D. Singkatan Lain

AECT : Association of Education and Communication Technology Art : Artikel


(23)

xxi IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

KBK : Kurikulum Berbasis Kompetensi Komkat : Komisi Kateketik

KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik PBM : Proses Belajar Mengajar PPL : Program Pengalaman Lapangan SARA : Suku, Agama, Ras dan Antar golongan SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama S.Pd : Sarjana Pendidikan

NEA : National Education Association


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan masa kini dipengaruhi oleh media audiovisual, di mana pikiran manusia, cara mengerti dan bertingkah laku perlahan sudah mulai berubah. Gereja diharapkan semakin menyadari akan perkembangan yang luar biasa dari media komunikasi ini. Dengan menyadari betapa besar peranan media, hendaknya Gereja perlu memanfaatkan media tersebut untuk pewartaan Injil dan Pendidikan Agama Katolik di sekolah karena merupakan sarana yang efektif, efisien dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Gereja Katolik didirikan oleh Kristus Tuhan demi keselamatan semua orang maka Gereja merasa terdorong oleh kewajiban untuk mewartakan Injil. Karena itulah Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan warta keselamatan. Dan mengajarkan bagaimana manusia dapat memaknai media itu dengan tepat. Maka pada hakikatnya Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua jenis media itu, sejauh diperlukan sejauh berguna bagi pendidikan Kristen dan bagi seluruh karyanya bagi keselamatan manusia (IM, art. 3).

Pernyataan tersebut merupakan anjuran agar Gereja dan sekolah jangan menjadi asing terhadap dunia modern, melainkan mengambil bagian dengan memanfaatkan kemajuan dari teknologi tersebut, diantaranya dengan memanfaatkan media film demi pewartaan Injil dan Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Manusia sekarang bersifat audiovisual, maka karya pendidikan agama di dalam sekolah dan Gereja perlu disesuaikan dengan perkembangan ini. Pengaruh media audiovisual atau elektronis telah mengakibatkan dunia kita menjadi berubah. Bukan nasihat atau kata-kata lisan yang panjang lebar, namun melalui


(25)

media audiovisual orang, terlebih generasi muda mampu menangkap apa yang hendak disampaikan, sesuatu yang ditampilkan mampu mewakili apa yang hendak disampaikan. Dari hal ini kita dapat memahami bahwa dalam media audiovisual terutama media film memiliki kesan yang lebih penting bila dibandingkan dengan kata-kata saja.

Dapiyanta (1997: 137) berpendapat bahwa belajar Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya ialah belajar hidup menurut teladan Kristus. Orang yang belajar Pendidikan Agama Katolik akan senantiasa menghidupi Kristus dalam hati dan tindakannya. Jika siswa di sekolah belajar Pendidikan Agama Katolik dengan sungguh-sungguh maka mereka akan bertindak seturut teladan Kristus, dengan teladan hidup Kristus tersebut maka tidak ada lagi siswa yang melakukan tawuran antar sekolah, melawan guru di sekolah, mencontek dan melakukan tindakan-tindakan negatif lain yang sering dilakukan oleh siswa saat ini.

Pengetahuan memang dipentingkan dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik, namun hal itu bukan menjadi hal yang utama dan satu-satunya, bersamaan dengan hal ini, dipentingkan pula bagaimana mempertanggungjawabkan pengetahuan tersebut (Setyakarjana, 1997: 9). Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak hanya berhenti pada pengetahuan saja, namun peserta didik harus mampu sadar dan mempertanggungjawabkan pengetahuan iman tersebut. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah terdapat unsur pengetahuan, afeksi dan tindakan. Unsur-unsur ini tidak boleh dilupakan dan harus dijadikan sebagai inti tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Namun, saat ini yang terjadi di lapangan, aspek kognitif masih sangat ditekankan dalam pembelajaran Pendidikan


(26)

Agama Katolik di sekolah, hal ini dapat dilihat dari alat evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik masih sangat menekankan unsur kognitif. Sehingga perlu dipertimbangkan kembali unsur afektif dan tindakan siswa. Guru Pendidikan Agama Katolik tidak boleh mengukur kemampuan siswa hanya berdasarkan kemampuan kognitif saja, melainkan segi afektif dan tindakan perlu untuk dijadikan sebagai acuan penilaian.

Pada dasarnya setiap orang tidak menghendaki kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar di kelas, bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi maka sebuah proses pembelajaran akan menjadi hal yang membosankan bagi siswa, perhatian siswa akan berkurang, mengantuk, akibatnya tujuan belajar tidak dapat tercapai. Guru memerlukan variasi dalam mengajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi pada proses belajar mengajar meliputi tiga aspek yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran serta variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Jika ketiga komponen dapat dikombinasikan dengan baik maka sebuah proses pembelajaran akan mampu meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar (Syaiful Bahri, 2005: 124).

Dalam metodologi pembelajaran, terdapat dua aspek penting, yakni metode pembelajaran dan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam mengajar. Dengan demikian, kedudukan media terdapat dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media memiliki arti yang cukup penting karena dalam kegiatan belajar tersebut ketidakjelasan bahan ajar yang disampaikan kepada


(27)

peserta didik dapat disederhanakan atau diperjelas melalui media. Media mampu mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan atau gambarkan melalui kata-kata maupun kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkritkan dengan hadirnya media. Dengan demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan belajar dari pada tanpa bantuan media.

Dari pengalaman penulis ketika PPL di sebuah SD swasta Katolik di daerah Yogyakarta pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta didik kurang berminat, kurang bergairah dan cenderung tidak aktif ketika mengikuti sebuah proses pembelajaran, ada yang mengantuk, mengobrol dengan teman atau asyik bercanda dengan teman. Penulis sempat bertanya kepada beberapa siswa terkait mereka yang kurang memperhatikan ketika proses pembelajaran berlangsung, mereka ada yang menjawab guru dalam menyampaikan materi kurang menarik “garing”. Dari pendapat ini, guru perlu berrefleksi dan menemukan cara agar dalam proses pembelajaran siswa dapat tertarik serta berminat untuk belajar. Salah satunya dengan mengusahakan media yang sesuai dengan minat mereka saat ini.

Usia siswa-siswi SMP kelas VIII umunya sedang mengalami suatu masa yang disebut masa pubertas.

Usia pubertas bagi perempuan berkisar antara 11-15 tahun dan laki-laki antara 12-16 tahun, pada masa ini anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan fisik yang berdampak juga pada perubahan sikap dan perilaku. Salah satu akibat perubahan masa puber adalah anak cepat merasa bosan dengan permainan-permainan yang sebelumnya digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial, dan kehidupan pada umumnya. Hal ini terjadi akibat kondisi fisik yang mulai berkembang dan menjadi membuat masing-masing pribadi anak mengalami kondisi yang kurang nyaman (Hurlock, 1997: 185-192).


(28)

Kita telah melihat bahwa di usia SMP anak sedang mengalami suatu masa yang disebut pubertas, mereka sedang mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang mereka alami. Hal ini juga berdampak mereka menjadi cepat bosan, oleh karena itu guru ditantang untuk mampu menyajikan materi belajar yang membuat mereka tidak bosan dan mau untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Agar suasana pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan peserta didik mampu sampai pada tujuan pembelajaran, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.

Minat (interest) secara sederhana dapat diartikan sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 1997: 136). Minat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Misalnya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Katolik, maka ia akan memusatkan perhatiannya pada pelajaran tersebut, melebihi siswa yang lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini sebaiknya berusaha untuk membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya. Para guru hendaknya berusaha untuk dapat mengetahui minat dan bakat para peserta didiknya agar kemudian mampu mengarahkan dan menumbuh kembangkan peserta didik. Terlebih guru Pendidikan Agama Katolik diharap mampu mengenal masing-masing peserta didiknya baik dalam segi sifat, kepribadian, prestasi dan lain-lain. Yang terjadi di lapangan saat ini, masih banyak guru yang kurang memahami kondisi, minat, dan bakat yang dimiliki oleh peserta didiknya.


(29)

Minat dalam belajar siswa biasanya diekspresikan dengan rasa tertariknya ketika mengikuti sebuah pembelajaran yaitu dengan terlibat aktif dalam seluruh proses pembelajaran, bukan dengan ribut di kelas, atau asik bercanda dengan teman-temannya, seperti pengalaman penulis ketika menjalani masa PPL di sekolah baik SD swasta di wilayah Yogyakarta pada tahun 2013 maupun di sebuah SMP swasta di wilayah Yogyakarta pada tahun 2014, sebagian siswa terlihat asik dengan diri mereka sendiri ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas, mereka kurang menyimak apa yang disampaikan oleh guru, bercanda dengan teman disekelilingnya, penulis banyak menjumpai siswa yang tidur saat jam pelajaran, ada sebagian siswa yang beranggapan bahawa metode mangajar guru tekesan membosankan. Banyak pula yang beranggapan bahwa mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah mata pelajaran yang “mudah” jika dibandingkan dengan mata pelajaran Matematika, IPA atau IPS, sehingga mereka kurang memberi perhatihan khusus pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Oleh karenanya perlu diusahakan sesuatu hal agar mampu menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah, salah satu yang bisa diupayakan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan minat siswa saat ini.

Media pengajaran dalam pengertian secara luas adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan pengertian media pengajaran secara sempit adalah alat-alat elektro-mekanis yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran (Winkel, 1991: 187). Media film adalah salah satu alternatif sarana yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di


(30)

kelas. Penggunaan media film di kelas dapat memanfaatkan peralatan yang telah disediakan oleh sekolah seperti viewer di setiap kelas, laptop/komputer dan

speaker. Saat ini peralatan untuk memutarkan sebuah film/video tidak sesulit

pada zaman dahulu yang menggunakan pita film yang diproyeksikan melalui media proyeksi yang langka dan sulit untuk memperolehnya. Sekolah sudah memfasilitasi sarana-sarana yang dibutuhkan guna memanfaatkan salah satu bagian dari media audiovisual tersebut.

Penggunaan media film di kelas memiliki keuntungan di antaranya membantu secara konkret konsep berpikir dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat, menarik perhatian peserta didik pada tingkat yang tinggi, membuat hasil belajar lebih permanen, menyajikan pengalaman riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak didik, mengembangkan cara berpikir berkesinambungan, memberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh media yang lain dan menambah frekuensi kerja, lebih dalam serta belajar yang lebih bervariasi (Syaiful Bahri, 2005: 128-129). Di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sendiri menonton film sebagai media pembelajaran di kelas sudah bukan merupakan hal baru lagi. Sekolah memfasilitasi penggunaan media ini, dengan menyediakan sarana berupa ruang multimedia yang menyediakan semua alat yang mendukung penggunaan media ini. Sarana-sarana ini memudahkan guru untuk dapat memanfaatkan sarana audiovisual yang berkembang saat ini, salah satunya film.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa film memiliki pengaruh yang cukup besar sebagai media dalam pendidikan. Menonton sebuah film saat ini tentu digemari oleh setiap kalangan dalam masyarakat, kita dapat melihat di


(31)

bioskop-bioskop selalu dipenuhi oleh pengunjung setiap harinya, mereka bahkan rela untuk mengantri berjam-jam demi mendapatkan tiket untuk menonton film. Guru perlu mempertimbangkan media yang satu ini sebagai alternatif variasi dalam belajar yang berguna untuk menarik minat belajar siswa, karena melihat pengaruhnya yang cukup luas. Penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan media film ini dalam meningkatkan minat belajar siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA FILM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah masih mengutamakan segi kognitif.

2. Guru kurang memanfaatkan sarana atau media yang berkembang saat ini guna menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas.

3. Anak-anak usia SMP sedang mengalami suatu masa yang disebut pubertas, ini berdampak mereka menjadi cepat bosan pada suatu aktivitas atau kegiatan. 4. Siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran Pendidikan


(32)

5. Guru kurang mengenal dan memahami masing-masing pribadi peserta didiknya sehingga menjadi kurang mengetahui bakat dan minat yang ada dalam masing-masing pribadi peserta didik.

6. Masih ada sebagian peserta didik yang menganggap remeh mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

7. Guru kurang memanfaatkan sarana-sarana dan media yang berkembang saat ini dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah.

C. Batasan Masalah

Skripsi ini akan membatasi kajiannya pada masalah pengaruh penggunaan media film terhadap minat belajar siswa kelas VIII dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Ruang lingkup penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Stella Duce 2.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji lebih dalam lewat penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan media film dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta?

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik?

3. Seberapa besar pengaruh penggunaan media film terhadap minat siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta untuk mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik?


(33)

E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan media film dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui sejauh mana minat siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2

Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.

3. Untuk memaparkan seberapa besar pengaruh penggunaan media film terhadap minat siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.

F. Manfaat Penulisan

Penulisan ini mempunyai manfaat: 1. Manfaat Praktis

a. Bagi para pendidik

1) Supaya menyadari pentingnya pemilihan media yang tepat bagi para peserta didik.

2) Supaya menemukan alternatif media yang tepat dalam proses kegiatan belajar-mengajar.

3) Supaya dapat mengembangkan media yang mampu mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

b. Bagi mahasiswa

Penelitian ini juga kiranya dapat memberikan sumbangan bagi para mahasiswa IPPAK yang nantinya akan berkarya dibidang pendidikan dan


(34)

katekese penulisan ini bermanfaat bagi mereka. Mereka dapat mengetahui media yang cocok bagi peserta didik. Sehingga dapat memilih dan menggunakannya dengan baik serta mampu pula mengembangkan media yang sesuai dengan minat dan kebutuhan dari peserta didiknya.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan sumber bacaan perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan sebagai acuan bagi penelitian yang lebih lanjut.

G. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah deskripsi analistis, yaitu berdasarkan studi pustaka dan penelitian kuantitatif dengan cara pengumpulan data dari hasil penyebaran instrumen dan pembahasan terhadap hasil yang telah diperoleh. Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian, dilakukan analisa terhadap permasalahan yang terjadi.

H. Sistematika Penulisan

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari 8 bagian. Bagian pertama terdiri dari latar belakang penulisan yang memuat tiga unsur (fakta, ideal dan aktual) yang menjadi alasan bagi penulis untuk memilih judul ini. Bagian kedua merupakan identifikasi masalah dari latar belakang. Identifikasi masalah ini merupakan jarak yang terjadi antara fakta dan ideal. Bagian ketiga adalah batasan masalah, menjelaskan ruang lingkup atau batasan penulisan. Berikutnya bagian keempat, perumusan masalah. Pada bagian ini penulis mencoba untuk


(35)

merumuskan permasalahan-permasalahan dalam beberapa kalimat tanya berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan. Perumusan masalah ini juga akan membantu penulis untuk memecahkan permasalahan yang akan dikaji dalam kajian pustaka sebelum dilakukan penelitian. Bagian kelima yaitu tujuan penulisan yang memaparkan tujuan penulis memilih judul ini. Bagian keenam penulis merumusakan manfaat dari judul yang akan didalami lewat penelitian. Bagian ketujuh, yaitu metode penulisan penulis menjelaskan metode penulisan yang akan digunakan. Pada bagian terakhir atau bagian kedelapan, penulis menyampaikan sistematika penulisan.

Bab II terdiri dari empat bagian. Bagian pertama yaitu kajian pustaka. Pada bagian ini penulis mencoba untuk menjawab masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang kemudian akan dijawab dengan menggunakan acuan pustaka atau teori-teori yang akan membantu penulis untuk menjawab permasalahan tersebut. Bagian kedua yaitu penelitian yang relevan dengan judul yang telah dipilih oleh penulis. Bagian ketiga dari bab ini adalah kerangka pikir yang menjelaskan atau merumuskan bagaimana kerangka pikir penulis secara sistematis untuk mencoba memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan dan dikaji lewat kajian pustaka. Pada bagian keemapat penulis mencoba merumuskan hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang terjadi dalam judul yang telah dipilih. Hipotesis atau jawaban sementara ini dirumuskan oleh penulis berdasarkan landasan-landasan teori yang telah dibahas dalam kajian pustaka.

Bab III berisi metodologi penelitian. Pada bagian ini penulis mulai masuk ke dalam metode-metode penelitian yang akan dilakukan untuk membuktikan


(36)

hipotesis yang telah dirumuskan oleh penulis pada bab sebelumnya. Bab ini terdiri dari beberapa bagian yaitu: jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual variabel, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, kisi-kisi penelitian, pengembangan instrumen terdiri dari uji coba terpakai, uji validitas, analisis reliabilitas, uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas data, uji linearitas regresi, uji homogenitas dan homokedastisitas, analisis deskripsi, uji hipotesis. Proses penelitian sudah dimulai dan dilakukan dalam bab ini yaitu dengan menggunakan uji coba terpakai pada instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpulan data yang diperlukan guna membuktikan hipotesis, sehingga hasilnya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Bab IV berisi pembahasan hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang diperoleh lewat instrumen yang telah diujikan kepada responden untuk dapat melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mensortir data-data yang diperlukan untuk dapat membuktikan hipotesis. Melalui pembahasan hasil penelitian ini, penulis akan mendapatkan jawaban yang sesungguhnya dari masalah yang telah dirumuskan. Kemudian penulis akan menguraikan keterbatasan hasil penelitian.

Bab V merupakan bagian akhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran terhadap seluruh penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dan sekaligus mengakhiri kegiatan penelitian untuk menjawab permasalahan dari judul yang telah dipilih oleh penulis.


(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Agama Katolik

a. Pelajaran Pendidikan Agama Katolik

Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, memiliki kedudukan yang sama dengan bidang studi yang lainnya seperti Matematika, Sejarah, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Pendidikan Kewarganegaraan. Karena berkedudukan sama dengan mata pelajaran lain di sekolah, maka Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus berpedoman pula pada kurikulum yang berlaku.

Pelajaran agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bagian dari tugas pastoral Gereja terhadap anak-anak yang bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik dan dengan demikian mudah-mudahan berkembang terus menjadi manusia paripurna (manusia beriman) (Setyakarjana, 1997: 9).

Setyakarjana (1997: 9) berpendapat:

Dalam Pendidikan Agama Katolik peserta didik diajak untuk memahami imannya, bagaimana pengahayatan iman tersebut dapat tumbuh, terjadi perkembangan iman didalamnya dan akhirnya dapat diwujudkan dalam hidupnya sehari-hari. Dalam PAK informasi dipentingkan, sama seperti dengan pelajaran lain di sekolah, peserta didik diuji dan diberi nilai atas penguasaan informasi yang diberikan. Namun hal itu dibuat dengan tidak mengabaikan aspek pembinaan iman. Peserta didik dimungkinkan mempertanggungjawabkan informasi yang diterima, dengan demikian peserta didik diajak untuk memikirkan imannya dan dari sini diharapkan


(38)

bahwa perkembangan iman dan sikap dapat terolah. Jadi PAK adalah bentuk pelayanan demi pembinaan iman di sekolah; sekolah dengan situasi dan kondisinya, kelemahan dan kelebihannya beserta tuntutan-tuntutannya.

Dalam belajar PAK hal yang tidak boleh diabaikan adalah segi afeksinya, tanpa mengabaikan unsur kognitif. Kognitif memang perlu, namun segi kognitif itu bukan menjadi yang yang utama dan terutama. Dalam belajar PAK guru juga harus mampu membantu peserta didik sampai pada pemahaman mengenai iman peserta didik dan pada akhirnya menghantarkan peserta didik untuk menghayati secara penuh imannya.

Dalam rangka pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Komkat KWI menyatakan bahwa hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih operasional dikatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan siswa berinteraksi (berkomunikasi) tentang pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman. Interaksi tersebut mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan penghayatan iman. Dengan kemampuan berinteraksi melalui unsur-unsur tersebut diharapkan iman siswa semakin diperteguh.

Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.


(39)

Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian, keadilan, kebahagiaan, kesejahteraan, persaudaraan, kesetiaan, dan kelestarian lingkungan hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan (Maman Sutarman & Lalu, 2004: 20).

Tujuan Pendidikan Agama Katolik menurut Komisi Kateketik KWI yang dilansir oleh Yoseph Kristianto (2007: 18) Pendidikan Agama Katolik di sekolah dimaksudkan untuk membentuk siswa agar: (1) menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) menjadi manusia yang berakhlak mulia dengan memiliki etika, budi pekerti dan moral; serta (3) mampu meningkatkan potensi spiritual, dengan mengenal, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi maupun kemasyarakatan.

Keberhasilan PAK tidak hanya terletak pada hasil atau out put sebagaimana tercermin dalam prestasi hasil studi yang dilambangkan dengan nilai, melainkan juga outcome, yakni menyangkut kesiapan dan kecakapan siswa dalam menjalani hidup secara cerdas dan bertanggung jawab di tengah masyarakat (soft skills). Hal ini mengisyaratkan bahwa PAK harus komitmen terhadap upaya pembinaan sikap hidup peserta didik. Sebab kesuksesan, prestasi, kebahagiaan dan kebermaknaan hidup seseorang tidak dijamin oleh prestasi studinya secara kognitif saja atau Intelligence Quotient (IQ), melainkan ditentukan juga oleh kecerdasan yang lainnya seperti kecerdasan emosional atau Emotional Quotient


(40)

(EQ), kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ), maupun kecerdasan kreativitas atau Creativity Quotient (CQ) (Kristianto, 2007: 18-19).

Pola/pendekatan yang dipakai dalam PAK menurut Komkat KWI yang dilansir oleh Yoseph Kristianto (2007: 24) adalah pola interaksi (komunikasi) aktif untuk menginterpretasikan dan mengaplikasiakan ajaran imannya dalam hidup nyata. Pola ini dijabarkan dalam berbagai metode dan didukung sarana-prasarana serta media pembelajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam memberdayakan potensinya secara optimal.

Program pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan dan ditentukan secara seksama mengenai pemilihan media dan cara menggunakannya. Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih mudah mencerna isi materi pembelajaran apabila menggunakan dan memberdayakan kemampuan indera yang dimiliki, seperti melihat (visual), mendengar (auditif), serta gerak (motorik). Maka untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran, perlu didukung media pembelajaran yang mengacu pada konsep audio-visual dan keterlibatan (Kristianto, 2007: 24).

b. Belajar dalam Pendidikan Agama Katolik

Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas (Winkel, 1991: 36). Belajar


(41)

adalah suatu kegiatan yang tidak kelihatan, yang kita lihat hanyalah gejala perubahannya saja. Dengan gejala perubahan dalam diri seseorang itu orang lain mengerti bahwa dalam diri seseorang itu terjadi proses belajar. Tidak semua perubahan karena belajar, ada pula faktor lain, misalnya perkembangan jasmani, kelelahan, obat, penyakit (Winkel, 1991: 36-37). Dapiyanta (1997: 137) menarik kesimpulan bahwa.

Belajar PAK pada dasarnya ialah belajar hidup menurut teladan Kristus. Ini bukan berarti tanpa relasi dengan Kristus. Menurut teladan Kristus berarti juga bahwa seseorang semakin erat berelasi dengan Yesus. Semakin seseorang berkata, bekehendak dan bertindak seperti Kristus berarti semakin terjadi belajar PAK dalam diri seseorang itu. Semakin orang terlibat dalam keprihatinan-keprihatinan Kristus, semakin terjadi interaksi aktif dalam diri orang itu terhadap lingkungannya, semakin pula terjadi belajar dalam diri orang itu.

Orang yang belajar PAK diharap mampu menghidupi pribadi Yesus Kristus sebagai inti pembelajaran PAK dalam hati, sifat dan tindakan hidupnya. Proses belajar dapat terjadi kapan dan di mana saja, terlepas dari ada atau tidaknya yang mengajar. Proses belajar terjadi karena adanya intaraksi individu dengan lingkungannya. Dengan ini dapat dipahami bahwa “belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak seorang pribadi masih bayi hingga ke liang lahat nanti” (Arief S. Sadiman dkk, 2009: 2). Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah dengan adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

“Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu


(42)

dan pener Sadiman d ataupun d siswa, ora penerima p D misalnya hambatan tubuh. Ka siswa, me penyalur minat, int geografis, pendidikan sebagai al menurut t klasifikasi (2010:

19-rima pesan dkk, 2009: didikan yan ang lain, pen

pesannya ad Dalam prose minat, sik fisik lainny arena adany dia pendidik pesan dapa teligensi, k

jarak wak n” (Arief S lat bantu in tingkat dar i yang dibu -20):

adalah kom 11-12). Pes g ada dalam nulis buku d

dalah siswa es belajar ki kap, pendap

ya seperti ke ya berbagai kan sebagai at mengata keterbatasan ktu dan lain

. Sadiman d ni Edgar D i paling ko at oleh Edg

mponen-kom san yang ak m kurikulu dan produse a atau juga g

ita sering m pat, keperc elalahan, sa jenis hamb i salah satu si hambata n daya inde n-lain dapa dkk, 2009: 1 Dale menga onkrit ke y gar Dale seb

mponen pro kan dikomu um, sumber er media; sa guru. mengalami h

cayaan, pen akit, keterba

batan baik d sumber bel an tersebut. era, cacat t at dibantu d 14). Dalam adakan klas yang paling bagaimana oses komun unikasikan pesannya aluran media hambatan ps ngetahuan, atasan daya

di dalam d lajar yang b . “Perbedaa tubuh atau dengan pem usaha mem sifikasi pen g abstrak. dikutip oleh nikasi” (Ari adalah isi a dapat dari a pendidika

sikologis, se inteligensi indera dan iri guru ma berfungsi se an gaya be hambatan manfaatan m manfaatkan m ngalaman b

Berikut a h Yudhi Mu

ief S. ajaran guru, an dan eperti i dan cacat aupun ebagai elajar, jarak media media elajar adalah unadi


(43)

Kerucut ini menggambarkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki cara belajar yang berkualitas apabila ia telah mampu memaknai simbol-simbol abstrak, karena cara belajar yang demikian memiliki pengertian atau wawasan yang tertinggi (high insight).

Berdasarkan uraian mengenai belajar di atas, maka dapat dipahami bahwa belajar Pendidikan Agama Katolik merupakan proses komunikasi atau interaksi iman yang kompleks, di mana siswa dibantu untuk memahami ajaran iman agama Katolik, sehingga siswa mampu bertindak/berbuat/berprilaku dan berkembang dalam kepribadiannya sesuai dengan ajaran iman Katolik serta mampu mengaplikasikan ajaran imannya dalam kehidupan nyata sehari-hari (hidup mengumat maupun memasyarakat), sehingga ia semakin beriman. Komunikasi atau interaksi iman ini mengandung unsur pengetahuan iman, pergumulan iman dan pengahayatan iman, sehingga dengan ini diharapkan iman siswa semakin diperteguh dan berkembang terus menerus menjadi manusia yang paripurna (manusia beriman).

2. Media Pembelajaran dalam PAK a. Pengertian media pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah memiliki arti perantara atau pengantar. Medòё adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman dkk, 2009: 6).

Banyak batasan yang diberikan mengenai pengertian media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and


(44)

Communication Technology/ AECT) di Amerika, memberi batasan tentang pengertian media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne sebagaimana dilansir oleh Lastiko Runtuwene (2015: 2) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Bringgs yang dilansir oleh Lastiko Runtuwene (2015: 2) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsangnya untuk belajar.

Sedangkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) memiliki definisi yang berbeda tentang media. Media adalah segala bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatan-peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedimikan rupa sehingga proses belajar dapat terjadi” (Arief S. Sadiman dkk, 2009: 7).

Media pengajaran dalam pengertian secara luas adalah setiap orang, materi atau peristiwa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan pengertian media pengajaran secara sempit adalah alat-alat elektro-mekanis yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran (Winkel, 1991: 187).

Media pembelajaran merupakan sarana yang dapat membantu siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar, terlebih bila dijumpai perbedaan, misalnya


(45)

seperti perbedaan: minat, inteligensi, gaya belajar, maupun perbedaan lainnya. Media tidak dapat hanya dipandang sebagai alat bantu saja bagi seorang guru dalam mengajar, tetapi media lebih sebagai alat penyalur pesan (guru atau buku) ke penerima pesan (peserta didik atau pembaca). Dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya (Azhar Arsyad, 2014: 2).

Media merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran. Demikian pula dalam Pandidikan Agama Katolik sebagai salah satu bentuk katekese sekolah sehingga kegiatan komunikasi penyampaian pesan Allah bagi manusia adalah hal yang penting. Agar pesan-pesan pewartaan dapat diterima oleh guru dan siswa dengan baik, maka diperlukan media yang tepat.

Jika dilihat dari segi PAK dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran Pendidikan Agama Katolik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan menghadirkan Allah dan pesan-pesanNya kepada umat beriman dalam lingkup sekolah, terlebih guru dan siswa, sehingga mereka mampu berinteraksi (berkomunikasi) tentang imannya, dengan demikian diharapkan iman mereka semakin berkembang dan diteguhkan menurut ajaran iman Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam membina kerukunan antar umat beragama dan mewujudkan persatuan nasional (Lastiko Runtuwene, 2015: 3).

b. Fungsi media pembelajaran

Yudhi Munandi (2010: 36-48) dalam bukunya Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, memfokuskan analisis fungsi media pembelajaran


(46)

terhadap dua hal yakni didasarkan pada medianya dan penggunaannya. Pertama, analisis fungsi yang didasarkan pada media terdapat tiga fungsi media pembelajaran yakni (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar; (2) fungsi sematik; dan (3) fungsi manipulatif. Kedua, analisis fungsi didasarkan pada penggunanya (peserta didik) terdapat dua fungsi yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.

1) Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar

Media pembelajaran secara teknis berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” memiliki makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar (Yudhi Munandi, 2010: 37).

Pada usia sekolah terutama setelah menyelesaikan sekolah dasarnya, peserta didik telah mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannya dengan keluarganya, teman-teman sekolahnya (orang dewasa dan anak-anak), kelompok-kelompok keagamaan, masyarakat dan media sosialisasi lainnya seperti film, acara radio, buku dan majalah. Semua itu adalah sumber bagi anak untuk belajar. Selama perkembanga horizonnya, maka anak akan mampu memasuki dunia sosialnya, bukan hanya melalui orang-orang atau objek-objek yang ada di lingkungannya, melainkan dapat pula melalui saluran buku, film, televisi, dan lain-lain (Yudhi Munandi, 2010: 37-39).


(47)

2) Fungsi sematik

Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami oleh peserta didik (tidak verbalistik). Guru yang kreatif akan mampu mendayagunakan media pembelajaran secara tepat maka akan membantu peseta didik untuk memahami hal yang dimaksudkan dengan mudah. Misalnya dengan memberikan penjelasan melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita (mendongeng), cerita bergambar, dan lain-lain (Yudhi Munandi, 2010: 39-40).

3) Fungsi manipulatif

Berdasarkan karakteristik umum, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi. Pertama kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi batas-batas ruang dan waktu (Yudhi Munandi, 2010: 41-43), yaitu:

a) Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa ikan paus melahirkan anak, bencana alam dan lain-lain.

b) Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang menjadi singkat, seperti proses metamorfosis, berang-berang membangun bendungan dan sarangnya.

c) Kemampuan media menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi (terutama mata pejaran sejarah), seperti peristiwa Nabi Nuh dan kapalnya, Musa membawa bangsa Israel menuju tanah terjanji, Peristiwa hidup, karya, sengasara, wafat dan kebangkitan Kristus. Peristiwa-peristiwa


(48)

sejarah tersebut dapat dituangkan dalam film, dramatisasi, dongeng (sandiwara program audio), cerita bergambar (komik) dan lain-lain.

Kedua, kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi manusia, yaitu:

a) Membantu siswa dalam memahami objek yang sulit diamati karena terlalu kecil, seperti molekul, sel, atom dan lain-lain, yakni dengan memanfaatkan film, gambar dan lain-lain.

b) Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu cepat ataupun terlalu lambat, seperti proses metamorfosis. Hal ini dapat memanfaatkan film ataupun gambar.

c) Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan suara, seperti belajar bahasa asing, belajar menyanyi dan bermusik, yakni dengan memanfaatkan rekaman video maupun kaset (tape recorder).

d) Membantu siswa dalam memahami objek yang terlalu kompleks misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik dan lain-lain.

4) Fungsi psikologis a) Fungsi atensi

Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi pembelajaran. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya sel penghambat ini para peserta didik dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lain. Dengan demikian, media pembelajaran yang tepat


(49)

guna adalah media pembelajaran yang mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa (Yudhi Munandi, 2010: 43-44).

b) Fungsi afektif

Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki gejala batin jiwa berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Hal itu berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, nilai-nilai, dan perangkat emosi atau kecenderungan-kecenderungan batin (Yudhi Munandi, 2010: 44).

Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada sisi siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya.

Hal lain dari penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran secara suka rela, ini merupakan reaksi siswa terhadap rangsangan yang diterimanya. Apabila hal tersebut dilakukan secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan dalam jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang diperolehnya, dan pada tingkat tertentu nilai-nilai atau norma-norma-norma-norma tersebut akan diterima dan diyakininya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, ide dan sikap menjadi sistem batin yang konsisten yang disebut sebagai karakterisasi. Pada tingkat ini siswa dapat memperkuat falsafah hidupnya dan mempunyai nilai-nilai yang membimbing hidupnya.


(50)

c) Fungsi kognitif

Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (Yudhi Munandi, 2010: 45-46).

Media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Semakin banyak siswa dihadapkan pada objek-objek maka semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimiliki siswa, atau semakin kaya dan luas alam pikiran kognitifnya.

d) Fungsi imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi adalah proses menciptakan objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran-pikiran austik (Yudhi Munandi, 2010: 46-47).

e) Fungsi motivasi

Motivasi merupakan seni mendorong siswa agar siswa terdorong untuk mrlakukan kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan serta menimbulkan harapan. Harapan akan


(51)

tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa, yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna (Yudhi Munandi, 2010: 47-48).

5) Fungsi sosio-kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah bagi guru untuk memahami para siswa, apalagi dengan jumlah yang banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi jika dihubungkan dengan adat, keyakinan, lingkungan dan pengalaman. Sedangkan di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa (Yudhi Munandi, 2010: 48).

Tentunya guru akan mengalami kesulitan dalam mengahadapi hal itu, terlebih ia harus mengatasinya sendirian. Masalah ini dapat diatasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan presepsi yang sama.

Jika kita melihat uraian diatas maka jelas bahwa media memiliki peran yang penting dan strategis dalam sebuah proses pembelajaran, oleh karena itu penggunaan media dalam proses belajar-mengajar di kelas tidak boleh diabaikan oleh guru.

c. Karakteristik Jenis Media Pembelajaran

Media adalah perangkat lunak (software) yang merupakan pesan, materi atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan


(52)

peralatan atau perangkat keras (hardware) (Arief S. Sadiman dkk, 2009:19). Perangkat keras dapat berfungsi sebagai media pembelajaran sejauh berperan sebagai sarana pengantar (medium) pesan/materi pelajaran.

Berdasarkan perkembangan teknologi, Azhar Arsyad yang dilansir oleh Sukiman (2012: 46) mengklasifikasikan media atas empat kelompok, yaitu: 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi berbasis komputer, dan 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Sementara Seels dan Glasgow membagi media ke dalam dua kelompok besar, yaitu: media tradisional dan media teknologi mutakhir. Media tradisional berupa media visual diam tak diproyeksikan dan yang diproyeksikan, audio, penyajian multimedia, visual dinamis yang diproyeksikan, media cetak, permainan, dan media realita. Sedangkan media teknologi mutakhir berupa media berbasis telekomunikasi (misalnya: teleconference) dan media bebasis mikroprosesor (misalnya: permainan komputer dan hypermedia). Belum terdapat taksonomi media yang berlaku secara umum dan mencakup segala aspeknya, terutama untuk suatu sistem instruksional (pembelajaran). Namun, pengelompokan media yang ada saat ini dapat membantu untuk memperjelas perbedaan tujuan penggunaan, fungsi dan kemampuannya, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam memilih media yang sesuai untuk suatu pembelajaran tertentu.

Media pembelajaran sebagai salah satu komponen dalam suatu proses pembelajaran perlu dipilih dengan tepat sehingga dapat berfungsi secara efektif. Dalam pemilihan media guru perlu mempertimbangkan: 1) ia merasa sudah akrab dengan media tersebut, 2) ia merasa bahwa media yang dipilih dapat


(53)

menggambarkan dengan lebih baik dari pada dirinya sendiri, 3) media yang dipilih dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi (Sukiman, 2012: 47).

Menurut Azhar Arsyad yang dilansir oleh Sukiman (2012: 47-50), dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum mengajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan (reinforcement), latihan dan pengulangan dan penerapan.

1) Motivasi

Dalam diri peserta didik harus terdapat kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Pengalaman belajar yang akan dialami oleh peserta didik harus relevan dan bermakna baginya. Maka, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu (Sukiman, 2012: 47).

2) Perbedaan individual

Dalam proses belajar, peserta didik memiliki cara yang beragam dan tingkat kecepatan yang beragam pula. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan peserta didik untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus dipertimbangkan berdasarkan kepada tingkat pemahaman peserta didik dalam proses belajar (Sukiman, 2012: 47-48).


(54)

3) Tujuan pembelajaran

Kesempatan untuk berhasil dalam proses pembelajaran semakin besar apabila peserta didik diberi tahu apa yang diharapkan agar mereka pelajari melalui media pembelajaran tersebut. Di samping itu, pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana, yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran (Sukiman, 2012: 48).

4) Organisasi isi

Pembelajaran akan lebih mudah, jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urut-urutan yang bermakna. Peserta didik akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurutkan secara teratur. Tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, peserta didik dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari (Sukiman, 2012: 48).

5) Persiapan sebelum mengajar

Peserta didik sebaiknya telah mengausai secara baik pelajaran dasar dan telah memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik (Sukiman, 2012: 48).


(55)

6) Emosi

Pembelajaran melibatkan emosi, perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap (Sukiman, 2012: 48-49).

7) Partisipasi

Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, seorang peserta didik harus menginternalisasi informasi. Oleh sebab itu, dalam belajar peserta didik memerlukan kegiatan yang membuat mereka dapat berpartisipasi aktif. Partisipasi berarti kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Melalui partisipasi kesempatan terbuka lebih besar bagi peserta didik untuk memahami dan mengingat materi pembelajaran (Sukiman, 2012: 49).

8) Umpan balik

Hasil belajar dapat meningkat apabila peserta didik diberi informasi secara berkala tentang kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan (Sukiman, 2012: 49).


(56)

9) Penguatan (reinforcement)

Apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang (Sukiman, 2012: 49).

10) Latihan dan pengulangan

Sesuatu hal baru sangat jarang dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali mencoba. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan/ keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian, ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang (Sukiman, 2012: 49).

11) Penerapan

Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Jika peserta didik mampu melakukan hal ini, maka pemahamannya dapat dikatakan telah sempurna. Tanpa dapat melakukan hal ini, maka pengetahuan sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Peserta didik harus dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasinya (prinsip, konsep dan kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah maupun tugas baru. (Sukiman, 2012: 49-50).


(57)

d. Dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran dalam PAK

Berikut ini adalah beberapa dasar pertimbangan pentingnya penggunaan media pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik menurut Jansen yang dilansir oleh Lastiko Runtuwene (2015: 9-10).

1) Ditinjau dari segi kateketis

Dalam pewataan, sarana dan keperagaan sangat penting dalam mencapai tujuan. Hal ini sangat sesuai dengan yang dilakukan oleh Yesus. Misalnya Yesus dalam pewartaan-Nya menggunakan perumpamaan-perumpamaan dan simbol-simbol tertentu dalam pewartaan. Bahkan diri dan pribadi-Nya sendiri menjadi media pewartaan (Lastiko Runtuwene, 2015: 9).

2) Ditinjau dari segi psikologis

Banyak ahli berpendapat bahwa 75% dari pengetahuan manusia masuk dalam otaknya melalui indra pengelihatan. Gambaran mental yang tepat di dalam otak peserta didik akan lebih benar (sesuai kebenarannya) jika dipandu atau dibantu dengan media pembelajaran (Lastiko Runtuwene, 2015: 9-10).

3) Ditinjau dari segi didaktis

Dengan media pembelajaran dapat memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami suatu materi yang disajikan sehingga tujuan yang diharapkan dalam pelajaran dapat tercapai. Dengan media pembelajaran memudahkan terjadinya korelasi, komunikasi antara peserta didik dengan guru (Lastiko Runtuwene, 2015: 10).


(58)

4) Ditinjau dari segi sosiologis

Manusia pada hakikatnya tidak lepas dari masyarakat dan lingkungannya. Dengan komunikasi yang terjadi dapat membawa manusia ke relasi yang lebih tinggi dengan penciptanya. Misalnya menggunakan alam sebagai media akan menghantar siswa untuk menyadari dan memahami dirinya sebagai ciptaan Allah (Lastiko Runtuwene, 2015: 10).

Dalam penggunaan media (khususnya media komunikasi) untuk pewartaan iman (termasuk dalam PAK) instruksi Pastoral Aetatis Novae (oleh dewan kepausan untuk komunikasi sosial pada tanggal 18 Maret 1992) menyatakan bahwa segala bentuk media dipergunakan untuk: melayani perkembangan pribadi manusia, melayani dialog dengan dunia, mengabdi jemaat manusia dan kemajuan, persatuan Gerejani dan melayani suatu evangelisasi baru.

3. Media Film dalam Pembelajaran PAK a. Pengertian media film

Banyak pengertian yang dirumuskan mengenai film. Namun rumusan-rumusan terdahulu mengenai film sebatas gambar yang direkam atau disimpan dalam pita seluloid. Film yang dimaksud disini adalah film sebagai media pendidikan yang melukiskan cerita, kisah dan lain-lain yang sering digunakan guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Batmomolin & Hermawan (2003: 64) berpendapat sebagai berikut:

Film merupakan sarana komunikasi massa yang perencanaan dan produksinya dibuat melalui suatu proses yang matang dan panjang. Setiap bagiannya harus mampu mengungkapkan secara tepat pesan yang hendak disampaikan kepada publik. Pesan-pesan verbal disampaikan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V penulis akan memaparkan kesimpulan dan saran dari keseluruhan permasalahan skripsi ini, kesimpulan lebih berkaitan dengan rangkuman dari hasil penelitian dan pembahasannya, juga merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan sebelumnya. Sedangkan saran akan mengemukakan usulan yang berkaitan dengan pengembangan Pendidikan Agama Katolik di masa mendatang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan media film dalam pebelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Media film adalah alat bantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan penggabungan unsur audio (suara) dan visual (gambar) yang memiliki alur cerita serta pesan-pesan yang disampaikan melalui keseluruhan komponen dalam sebuah film yang dapat ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik atau lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean dari media film sebesar 39,57 yang menunjukkan bahwa media film yang digunakan saat proses pembelajaran PAK relevan dengan materi pembelajaran, tujuan pembelajaran dan psikologi perkembangan anak serta mesia film sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pada sub variabel relevan dengan materi pembelajaran nilai rata-rata (mean) sebesar 35,7282 dan pada sub variabel frekuensi penggunaan


(2)

109  

media film dalam proses belajar mengajar di kelas nilai mean sebesar 3,8477. Dari data tersebut disimpulkan bahwa penggunaan media film dalam proses belajar mengajar di SMP Stella Duce 2 tinggi.

2. Minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik

Minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK adalah kecenderungan yang bersifat tetap dalam mengikuti proses pembelajaran, yang ditandai dengan adanya rasa tertarik, perhatian dan rasa senang ketika mengikuti proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta memiliki minat belajar yang cukup tinggi. Dari tabel data deskriptif diperoleh bahwa minat belajar siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dalam pembelajaran PAK memiliki (mean) sebesar 74,59. Minat belajar siswa ditandai dengan rasa senang dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada sub variabel senang dalam mengikuti proses pembelajaran diperoleh nilai mean sebesar 24,9417 dan pada sub variabel tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran diperoleh niali mean sebesar 49,6505.

3. Hasil penelitian

Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0,05) yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas yaitu media film terhadap variabel terikat yaitu minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK. Dari


(3)

hasil uji regresi diperoleh bahwa media film berpengaruh terhadap minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK. Pengaruh tersebut dinyatakan dalam nilai sebesar 0,316 atau 31,6% yang merupakan hasil perhitungan regresi data media film sebagai variabel X dan minat belajar siswa dalam pembelajaran PAK sebagai variabel Y. rumus persamaan regresinya yaitu Y = 28,773 + 1,158 X. Artinya setiap penambahan nilai media film sebesar 1 poin, maka nilai minat belajar siswa pada 28,773 + 1,158.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna dalam meningkatkan minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta:

1. Bagi Sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Melihat bahwa media film ternyata memiliki pengaruh terhadap minat belajar siswa, maka diharapkan agar pihak sekolah memfasilitasi dengan baik sarana-sarana yang menunjang penggunaan media film ini.

2. Bagi Guru

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa minat belajar siswa kelas VIII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta masuk dalam kategori sangat berminat dalam mengikuti proses pembelajaran PAK, maka dengan demikian guru dapat mempertahankan dan meningkatkan penggunaan media yang digunakan dalam mengajar khususnya penggunaan media film sehingga siswa semakin berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.


(4)

111  

3. Bagi Mahasiswa-mahasiswi IPPAK

Sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik dan Ketekis, pemanfaatan media yang tepat dalam mengajar dan berkatekese menjadi salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa calon guru Pendidikan Agama Katolik, diharapkan mampu terlibat aktif dalam mencari dan menemukan media yang kreatif dan sesuai dengan subyek yang dilayani. Serta mampu untuk menggembangkan media film yang terbukti memliki pengaruh terhadap minat belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adhi Prasetyo Nugroho. https://adhitoge.wordpress.com/2013/09/01/pengertian-film/. accesed on June 24, 2015.

Arief S. Sadiman dkk. (2009). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembagan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Azhar Arsyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada. Batmomolin, Lukas & Hermawan, Fransisca. (2003). Budaya Media: Bagaimana

Pesona Media Elektronik Memperdaya Anda. Flores: Nusa Indah.

Dapiyanta, F.X. (1992). Proses Pembelajaran dalam Rangka PAK. Dalam Setyakarjana. Kateketik Pendidikan Dasar. (hh. 137-143). STFK Pradnyawidya, Yogyakarta.

Duwi Priyatno. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Hurlock, Elizabeth. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Konsili Vatikan II. (1992). Inter Mirifica (Di antara yang Mengagumkan) (R. Hardawiryana, SJ, Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan pada Desember 1963). Kristianto, Yoseph. (2007). Memanfaatkan dan Mengembangkan Media dalam

Rangka Mengupayakan Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang Inovatif dan Kontekstual. Handout Mata Kuliah Strategi Pembelajaran untuk Mahasiswa Semester III, Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Lastiko Runtuwene. Media Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik. http://sulut.kemenag.go.id/file/file/Katolik/pkzd1363205843.pdf.accessed on August 9, 2015.

Maman Sutarman & Lalu, Yosef. (2004). Bahan untuk Penataran: Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Katolik. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.

Muhibbin Syah. (1997). Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Presiden Republik Indonesia. (1992). Undang-undang Republik Indonesia No. 8 tahun 1992 tentang Perfilman. Disahkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 1992 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sahrundi, Gabriel. (2008). Pengaruh Penggunaan Media Audiovisual terhadap Minat Siswa-siswi untuk Mengikuti Pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Panghudi Luhur Van Lith Muntilan. Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.


(6)

113   

Setyakarjana. (1990). Pelajaran Agama Katolik di Sekolah dalam Rangka Pendidikan Iman. Dalam Setyakarjana. Kateketik Pendidikan Dasar. (hh. 8-13). STFK Pradnyawidya, Yogyakarta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Research (Jilid 1). Yogyakarta: Andi Offset. Syaiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif: Suatu

Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Uyanto, Stanislaus. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha ilmu.

Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.

Yudhi Munadi. (2010). Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.

Zul Asri. https://www.youtube.com/watch?v=Whb6nt4CNHM. accessed on October 26, 2015. Video tentang uji homogenitas dengan program SPSS.