Tipe Resiko Pengertian Kepuasan Pelanggan

17 menjadi bahan pertimbangan. Dalam konteks perilaku konsuman para peneliti berusaha memberi gambaran bahwa konsumen menghadapi kesulitan dalam mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakannya dan konsumen jarang dapat mempertimbangkan beberapa konsekuensi ini dengan tingkat kepastian yang tinggi. Konsumen dihadapkan pada beberapa tipe resiko yang berbeda dalam keputusan pembeliannya.

2.2.3.2. Tipe Resiko

Assael 1998 mengidenti fikasi terdapat lima tipe resiko yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian, yaitu : 1 financial risk atau resiko financial merupakan suatu fungsi dari biaya produk relatif terhadap pendapatan konsumen yang bisa dibelanjakan; 2 sosial risk atau resiko sosial mempunyai arti bahwa suatu pembelian mungkin tidak memenuhi standar referensi group tertentu; 3 performance risk atau resiko kinerja terkait dengan kemungkinan suatu produk gagal dalam menjalankan fungsinya atau adanya kemungkinan produk yang dibeli tidak dapat dioperasikan secara teknis karena rusak misalnya, Psychologycal Risk atau resiko psikologi, yaitu adanya kemungkinan bahwa produk yang dibeli tidak sesuai dengan citra dirinya. Resiko ini terkait dengan resiko kinerja, yaitu terjadinya kegagalan kinerja suatu produk. 2.2.4. Kepuasan Pelanggan

2.2.4.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata ‘kepuasan’ atau satisfaction berasal dari bahasa latin ‘satis’ artinya cukup baik, memadai dan ‘facio’ melakukan atau membuat, sehingga secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’. Namun, ditinjau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 18 dari perspektif perilaku konsumen, istilah ‘kepuasan pelanggan’ lantas menjadi sesuatu yang kompleks. Bahkan, sebenarnya sampai saat ini belum dicapai kesepakatan mengenai konsep kepuasan pelanggan. Tjiptono, 2000:89 Tjiptono 2000:89 mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. Tjiptono 2000:89 juga menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Menurut Tjiptono 2000:90, merumuskan kepuasan konsumen sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa setelah perolehan dan pemakainnya. Dengan kata lain, kepuasan konsumen merupakan penilaian evaluatif purna beli yang dihasilkan dari seleksi pembelian yang spesifik. Dengan semakin banyaknya produsen yang menawarkan produk dan jasa, maka konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak. Dengan demikian kekuatan tawar-menawar kosumen semakin besar. Hak-hak kosumenpun mulai mendapatkan perhatian besar, terutama aspek keamanan dalam pemakaian barang atau jasa tertentu. Menurut Fornell dkk, 1996 kepuasan pelanggan mempunyai tiga anteseden, yaitu kualitas yang dirasakan, nilai yang dirasakan, dan harapan pelanggan. Kualitas yang dirasakan maupun harapan pelanggan keduanya dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan secara langsung maupun tidak langsung melalui nilai yang dirasakan. Sedangkan kepuasan pelanggan yang terbentuk akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 19 berpengaruh negatif terhadap komplain pelanggan dan berpengaruh positif terhadap kesetiaan pelanggan Manopo, 2008:128. Tse dan Wilton 1988 mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau beberapa norma kinerja lain dan kinerja aktual produk sebagaimana dirasakan setelah pemakaiannya. Menurut Oliver 1993 kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidakpuasan harapan sebagai perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan keyakinan pelanggan sebelum membeli dan keyakinan dikonfirmasi keyakinan pelanggan sesudah membeli dibandingkan harapannya. Sedangkan menurut Kotler dan Keller 2006, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan kinerja hasil suatu produk dengan harapan-harapannya. Jadi seorang konsumen mempersepsikan kualitas produk atau jasa yang dibeli melebihi kebutuhan, keinginan dan harapannya maka kepuasan konsumen dikatakan tinggi. diskonfirmasi positif. Jika seorang konsumen mempersepsikan bahwa kualitas produk atau jasa tidak memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapannya maka kepuasan konsumen dikatakan rendah diskonformasi negatif. Jika kinerja sesuai harapan, maka diskonfirmasi akan sama dengan nol konfirmasi sehingga konsumen tidak merasa puas ataupun kecewa. Menurut Oh dan Parks 1997 kepuasan konsumen adalah suatu perasaan emosional dalam merespon terhadap konfiormasi atau diskonfirmasi, selanjutnya melibatkan dinamika konitif, afektif, dinamika psikologis, dan fisiologis yang tidak terungkap lainnya yang bersifat ekstensif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 20 2.2.4.2. Konsep Pengukuran Kepuasan Menurut Kotler 2000 dalam Alma 2002:232 ada beberapa cara mengukur kepuasan pelanggan: 1. Complaint and Suggestion System Sistem Keluhan dan Saran Banyak perusahaan yang berhubungan dengan langganan membutuhkan kotak saran dan menerima keluhan-keluhan yang dialami oleh pelanggan. Ada juga perusahaan yang memberi amplop yang telah ditulis alamat perusahaan untuk digunakan menyampaikan saran keluhan serta kritik setelah mereka sampai di tempat tujuan. Saran-saran tersebut dapat juga disampaikan melalui kartu komentar, customer hot line. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan masukan kepada perusahaan yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan cepat tanggap terhadap kritik dan saran tersebut. 2. Customer Satisfaction Surveys Survei Kepuasan Pelanggan Tingkat kepuasan yang disampaikan oleh konsumen tidak bisa disimpulkan secara umum untuk mengukur kepuasan konsumen pada umumnya. Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan melalui survei, pos, atau wawancara pribadi. Atau ada perusahaan mengirimkan angket ke orang-orang tertentu. 3. Ghost Shoping Pembeli Bayangan Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang-orang tertentu sebagai pembeli ke perusahaan lain untuk ke perusahaannya sendiri. Pembeli-pembeli misteri ini melaporkan keunggulan dan kelemahan pegawai yang melayaninya. Mereka juga melaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebagai bahan mengambil keputusan oleh manajemen. Bukan saja orang-orang lain yang disewa untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber 21 menjadi pembeli bayangan tetapi juga manajer sendiri juga harus turun ke lapangan. Pengalaman manajer ini sangat penting karena data dan informasi yang diperoleh langsung dialami sendiri. 4. Lost Customer Analisys Analisis Pelanggan Beralih Perusahaan-perusahaan yang kehilangan langganan mencoba menghubungi langganan tersebut. Mereka diusahakan untuk mengungkapkan mengapa mereka berhenti dan pindah ke perusahaan lain, adakah suatu masalah yang terjadi dan tidak bisa diatasi. Dari kontak semacam ini sendiri agar tidak lagi langganan yang lari dengan cara meningkatkan kepuasan mereka.

2.2.4.3. Konsep Kepuasan Pelanggan