Teknik MOP Standar Pelaksanaan Pelayanan MOP

2.6.1 Teknik MOP Standar

1. Celana dibuka baringkan klien dalam posisi terlentang. 2. Daerah kulit skrotum dan bagian lain dalam pangkal paha kiri dan kanan dibersihkan dengan cairan yang tidak merangsang seperti larutan betadine, larutan klorheksidin atau asam pikrat. Bulu yang ada perlu dicukur terlebih dahulu dan sebaiknya dilakukan oleh pasien sendiri. 3. Tutuplah daerah yang telah dibersihkan tersebut dengan kain steril berlubang pada tempat skrotum ditonjolkan keluar. Universitas Sumatera Utara 4. Tepat di linea mediana di atas vas deferens, kulit skrotum diberi anastesi local, lalu jarum diteruskan masuk dan di daerah distal serta proksimal vas deferens dideponir lagi masing-masing 0,5 ml. 5. Kulit skrotum diiris longitudinal 1 sampai 2 cm, tepat di atas vas deferens yang telah ditonjolkan kepermukaan kulit. Universitas Sumatera Utara 6. Setelah kulit dibuka vas deferens di pegang dengan klem kemudian dibersihkan dan dipisahkan sampai tampak vas deferens yang mengkilat seperti mutiara. Perdarahan ditangani dengan cermat, obat anastesi sebaiknya diberikan kembali kedalam fasia vas deferens dan baru kemudian fasia disayat longitudinal sepanjang 0,5 cm. Usahakan tepi sayatan rata hingga memudahkan penjahitan kembali. Selanjutnya vasdferens dan fasianya dipisahkan dengan gunting halus berujung runcing. Universitas Sumatera Utara 7. Jepitlah vas deferens dengan klem pada dua tempat dengan jarak 1-2 cm dan ikat dengan benang kedua ujungnya tapi jangan dipotong dahulu. Tariklah benang yang mengikat kedua ujung vas deferens tersebut untuk melihat jika ada perdarahan yang tersembunyi. Jepitlah hanya pada titik perdarahan jangan terlalu banyak karena dapat menjepit pembuluh darah lain seperti arteri testikularis atau deferensiasilis. 8. Potonglah diantara ke dua ikatan tersebut sepanjang 1 cm gunakan benang sutra atau 1 untuk mengikat vas deferens tersebut, ikatan tidak boleh terlalu longgar tetapi juga jangan terlalu keras karena dapat memotong vas deferens. Universitas Sumatera Utara 9. Untuk mencegah rekanalisasi spontan, interposisi fasia vas deferens dianjurkan. Interposisi fasia vas deferens adalah menjahit kembali fasia yang terluka sedemikian rupa, vas deferens bagian distal sebelah dibenamkan dalam fasia dan vas deferens bagian prolsimal sebelah testis terletak diluar fasia. Universitas Sumatera Utara 10. Lakukan tindakan di atas langkah 6-9 untuk vas deferens kanan dan kiri setelah selesai tutuplah kulit dengan 1-2 jahitan plain catgut, rawat luka operasi dengan baik tutup dengan kasa steril dan diplester. Kemungkinan Penyulit dan Cara Mengatasinya: 1. Perdarahan Apabila perdarahan sedikit, cukuplah dengan pengamatan saja, apabila banyak hendaklah dirujuk segera kefasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. 2. Hematoma Biasanya terjadi bila daerah skrotum diberi beban yang berlebihan, duduk terlalu lama dalam kendaraan dengan jalanan yang rusak dan sebagainya. 3. Infeksi Infeksi pada kulit skrotum cukup diobati dengan prinsip pengobatan luka kulit. Luka basah ditangani dengan kompres zat yang tidak merangsang, dan luka kering ditangani dengan salep antibiotik. 4. Granuloma sperma Dapat terjadi pada ujung vas deferens atau pada epididimis. Gejalanya merupakan benjolan kenyal dengan kadang-kadang terdapat keluhan nyeri, granuloma sperma dapat terjadi 1-2 minggu setelah vasektomi. 5. Antibodi sperma Separuh sampai dua pertiga akseptor vasektomi akan membentuk antibodi terhadap sperma, sampai saat ini tidak pernah terbukti adanya penyulit yang disebabkan adanya antibodi tersebut. Universitas Sumatera Utara 6. Kegagalan MOP Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan pria, tetapi masih mungkin dijumpai suatu kegagalan. 7. MOP dianggap gagal bila terjadi hal berikut: - Pada analisis sperma setelah tiga bulan pasca vasektomi atau setelah 10-12 berhubungan. - Pada ejakulasi dijumpai spermatozoa setelah sebelum azoosperma. - Istri pasangan hamil.

2.6.2. Perawatan dan Pemeriksaan Pasca Bedah MOP