Dana Lancar Dana Tidak Lancar BebanBelanja Operasi Perencanaan dan Penganggaran

c. Perpustakaan; d. Skripsi; e. Matrikulasi; f. Sumbangan Sukarela. Sedangkan Pendapatan Non Akademik terdiri dari: a. Pendapatan Jasa Manajemen Fee Institusional Fee; b. Pendapatan Bandwidth Internet; c. Pendapatan Sewa; d. Pendapatan Usaha.

4. Dana Lancar

Merupakan dana tersedia untuk operasi Universitas yang sepenuhnya berada dalam kendali Universitas.

5. Dana Tidak Lancar

Dana tidak lancar merupakan dana yang tidak digunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari dan telah dirancang untuk suatu penggunaan tertentu. Dana ini diklasifikasikan menjadi 62 a. Dana Sumbangan; : b. Dana Hibah; c. Dana Zakat 62 Ibid, hal 6 Universitas Sumatera Utara Termasuk dalam dana ini adalah pemberian dari perorangan, badan, dan Pemerintah, berupa sumbangan, bantuan, hibah dan zakat yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi dana.

6. BebanBelanja Operasi

Belanja Operasi terdiri atas 63 a. Beban gaji dan honor; : b. BebanBelanja Barang; c. Beban Pemeliharaan; d. Beban Perjalanan Dinas; e. Beban Belanja Modal; f. Beban Lainnya.

7. Satuan Akuntansi

Satuan Akuntansi merupakan unit-unit pertanggungjawaban akuntansi pada masing-masing unit. Dasar penyusunan Laporan Keuangan Universitas menggunakan basis akrual artinya standar akuntansi pemerintah yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBNAPBD 64 63 Ibid, hal 6 yang dimodifikasi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Semua ketentuan dalam 64 Pasal 1 ayat 8 PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Universitas Sumatera Utara Standar Akuntansi Keuangan berlaku untuk pelaporan keuangan Universitas kecuali sesuai dengan spesifik dinyatakan lain. Laporan Keuangan Universitas menggunakan format yang ditetapkan pada PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. Bentuk Laporan Keuangan sebelumnya menggunakan format Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintah. Prosedur pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN yaitu semua penerimaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN disimpan atau disetorkan ke kas Negara KPPN, sedangkan penerimaan yang bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBD Pemerintah KabupatenKota, Dana Masyarakat bersumber dari SPP mahasiswa dan lain- lain, serta usahapenjualan jasa universitas dan lain-lain disetorkan ke Rekening Universitas, dan dimanfaatkan menurut keperluannya dengan mengacu kepada anggaran yang telah disahkan. Pimpinan Universitas menetapkan alokasi, batas alokasi anggaran misalnya bagian pembiayaan honorarium, kegiatan administrasi pemeliharaan, pengembangan staf dan lain-lain. 65 Dengan demikian perguruan tinggi memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh di dalam mengelola keuangannya, baik pemasukan dan pengeluaran yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga sumber keuangan tidak hanya didasarkan kepada anggaran pendidikan dari pemerintah. Dengan kata lain, diperbolehkan berusaha secara mandiri untuk mencari biaya 65 Laporan Tahunan USU, Op. Cit, hal 15 Universitas Sumatera Utara operasional agar proses belajar mengajar di kampus tersebut dapat terus berlangsung. Perguruan Tinggi BHMN memiliki otonomi dalam pengelolaan kekayaan sumber dana, yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan akuntabilitas. Pada PTN biasa, pengelolaan dana diatur secara sentralistik melalui rambu-rambu, yang ditetapkan melalui suprastruktur pusat serta penetapan sumber-sumber dana secara kaku Otonomi pada PTN biasa ini terbatas pada kewenangan menerima, menyimpan dan menggunakan dana yang berasal dari masyarakat. 66 Otonomi pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN dimulai dari penyusunan rencana anggaran bersama dengan Senat Akademik dan disetujui oleh Majelis Wali Amanat MWA, dengan mengacu kepada prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai alat pengendali yang efektif dalam kegiatan pengelolaan dana. Melalui prinsip akuntabilitas Perguruan Tinggi BHMN dapat menjelaskan kepada masyarakat stakeholders tentang penerimaan dan pengeluaran dana yang dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan akademik, baik program maupun layanan akademik. 67 Dengan demikian, pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN memerlukan model pengelolaan yang lebih tepat, akurat dan informatif, agar dapat mengelola dana yang jumlahnya terbatas menjadi lebih efektif dan efisien serta senantiasa mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Suatu model pengelolaan dana 66 http:www.bergaul.compagesnewforumposts.php?topic=1557 Diakses Tgl 16 Juni 2012. 67 Ibid Universitas Sumatera Utara yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan, khususnya pada aspek-aspek penting seperti pengalokasian atau pembebanan, sehingga dapat mewujudkan tuntutan masyarakat tentang pengelolaan dana secara efektif dan efisien dalam mewujudukan akuntabilitas pengelolaan dana di lingkungan perguruan tinggi.

C. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sesudah

Terbitnya PP NO. 66 Tahun 2010. Berdasarkan ketentuan Pasal 220B Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 disebutkan bahwa pengelolaan keuangan Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga, menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Penyesuaian tata kelola keuangan tersebut diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. 68 Badan Layanan Umum menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi keuangan badan layanan umum harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Demikian pula akuntansi dan laporan keuangan badan layanan umum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, badan layanan umum dapat menerapkan standar 68 Pasal 220B Ayat 3 PP No. 66 Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan menteri keuangan. Berarti, penggunaan standar akuntansi industri spesifik tidak boleh digunakan secara langsung oleh Badan Layanan Umum, karena dapat dibatalkan atau batal demi hukum diakibatkan tidak ada persetujuan menteri keuangan 69 1. seluruh pendapatan dan belanja BLU; . DIPA Badan Layanan Umum sekurang-kurangnya memuat: 2. proyeksi arus kas; 3. jumlah dan kualitas barang danatau jasa yang dihasilkan; 4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN; 5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif. Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan menjadi lampiran dari contractual performance agreement yang ditandatangani oleh menteripimpinan lembaga dengan pimpinan BLU yang bersangkutan dan sekaligus menjadi dasar penarikan dana. 70 Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP pada Badan Layanan Umum mengikuti pedoman sebagai berikut 71 1. Pada BLU Penuh : Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP 69 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 363 70 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012 71 www.pkblu.perbendaharaan.go.id diakses tgl 2 Juli 2012 Universitas Sumatera Utara dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya. 2. Pada BLU Bertahap Satuan kerja berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat digunakan langsung adalah sebesar persentase yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan satker yang menerapkan PK-BLU yang bersangkutan. Satuan kerja berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak digunakan langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya. PNBP yang telah disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih antara PNBP yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah digunakan langsung. Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU Satuan kerja BLU mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara langsung dengan Universitas Sumatera Utara menyampaikan Standar Pelayanan Minimum SPM Pengesahan kepada KPPN setiap triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab SPTJ yang ditandatangani oleh pimpinan BLU. Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan SP2D sebagai pengesahan penggunaan dana PNBP. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBNAPBD diberlakukan sebagai pendapatan Badan Layanan Umum. Penerimaan yang dimaksud adalah penerimaan berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian Negaralembagapemerintah daerah, bukan dari kegiatan pembiayaan APBNAPBD. Demikian pula pendapatan yang bersumber dari hasil kerjasama Badan Layanan Umum dengan pihak lain danatau hasil usaha lainnya merupakan pendapatan bagi Badan Layanan Umum yang dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran RBA. Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari jasa kepada masyarakat dan hibah tidak terkait dengan layanan yang diperoleh dari masyarakat atau dari badan lain, merupakan pendapatan operasional. Pendapatan tersebut dilaporkan sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak PNBP kementerianlembaga. 72 Belanja Badan Layanan Umum terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan sumber struktur biaya yang tertuang dalam Rencana Bisnis Anggarran RBA defenitif, yang pengelolaannya bersifat fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. Pengertian fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam 72 Ibid, hal 363 Universitas Sumatera Utara ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA sehingga kalau belanja melampaui ambang batas RBA, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari menteri keuangan untuk Badan Layanan Umum. Selanjutnya dalam hal terjadi kekurangan anggaran, dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBNAPBD kepada Menteri KeuanganPejabat Pengelola Keuangan Daerah PPKD melalui menteripimpinan lembaga kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya. 73 Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat 1 PP No, 23 Tahun 2005, Badan Layanan Umum tidak melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas izin Menteri Keuangangubernurbupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya. 74 Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan Badan Layanan Umum dan bukan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP. Sebagai pedoman investasi yang akan dilakukan diperlukan persyaratan administratif, serta prosedur baku tentang jenis-jenis investasi jangka Demikian pula investasi jangka pendek hanya diperbolehkan untuk investasi dengan resiko rendah, tidak untuk investasi jangka menengah, atau jangka panjang yang mempunyai resiko tinggi, termasuk di dalamnya investasi portofolio. 73 Ibid, hal 364 74 Penjelasan Pasal 19 Ayat 1 PP No. 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung pendirian perusahaan. Jika BLU mendirikanmembeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangangubernurwalikota sesuai dengan kewenangannya. Universitas Sumatera Utara pendek, menengah , dan jangka panjang dalam bentuk peraturan menteri keuangan. 75 Dalam hal pengelolaan barang badan layanan umum, maka siklus pengadaan atau siklus logistik dalam bentuk barang danatau jasa pada umumnya dimulai dari perencanaanpenganggaran, pengadaan, pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan yang disertai pertangunggjawaban. Pengaturan siklus pengadaan ini perlu diatur dalam bentuk peraturan menteripimpinan lembaga mengingat setiap menteripimpinan lembaga sesuai dengan fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri. Pengadaan barangjasa oleh Badan Layanan Umum dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. Efisiensi yang berarti ketepatgunaan dan kedayagunaan. Ekonomis berarti harga bersaing dengan kualitas yang sama. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. 76 Kewenangan pengadaan barangjasa tersebut diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan 77 Pada Status Badan Layanan Umum secara penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang . 75 Ibid, hal 365 76 Pasal 20 ayat 1 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 77 Pasal 20 ayat 2 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Universitas Sumatera Utara berlaku bagi pengadaan BarangJasa Pemerintah bila terdapat alasan efektivitas danatau efisiensi. Fleksibillitas diberikan terhadap pengadaan barang dan jasa yang sumber dananya berasal dari: 78 1. Jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat; 2. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain; 3. Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain; dan atau 4. Hasil usaha lainnya Fleksibilitas tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barangjasa yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip transparansi, adiltidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat. Untuk pengadaan barangjasa yang sumber dananya berasal dari hibah terikat mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah atau mengikuti ketentuan pengadaan barangjasa yang berlaku bagi BLU sepanjang disetujui oleh pemberi hibah. Badan layanan umum tidak dapat mengalihkan danatau menghapus asset tetap, kecuali atas persetujuan menteri keuangan. Kewenangan pengalihan danatau penghapusan asset tetap dilakukan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekalipun asset tetap badan layanan umum dapat dialihkan atau dihapuskan, tetapi 78 Presentation BHMN-2, Penggunaan PNBP dan Status Pendapatan Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus BHMN Universitas Sumatera Utara pelaksanannya sulit dilakukan karena harus terikat pada jenjang nilai dan jenis barang serta tidak boleh melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 79 Sedangkan laporan keuangan badan layanan umum setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaranlaporan operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan mengenai kinerja, laporan- laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh badan layanan umum dikonsolidasikan dalam laporan keuangan badan layanan umum. 80 Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan secara berkala yaitu setiap triwulan kepada menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara untuk dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara. Laporan keuangan badan layanan umum disampaikan kepada Menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara kepada menteri keuangan paling lambat 1 satu bulan setelah periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan badan layanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara. Penggabungan laporan keuangan badan layanan umum pada laporan keuangan kementerian Negara, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara dilakukan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Laporan pertanggungjawaban keuangan badan layanan 79 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 175 80 Ibid, hal 177 Universitas Sumatera Utara umum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 81 Badan layanan umum sebagai instansi pemerintah yang diperkenanakan menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum, diperuntukkan agar dapat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, operasional kinerja badan layanan umum harus selalu ditingkatkan dan merupakan tanggung jawab pimpinan badan layanan umum. Tanggung jawab terhadap kinerja operasioanal badan layanan umum berada pada pimpinan badan layanan umum yang diukur berdasarkan tolok ukur yang ditetapkan dalam rencana bisnis dan anggaran. 82 Pimpinan badan layanan umum mengikhtisarkan dan melaporkan kinerja operasional badan layanan umum secara terintegrasi dengan laporan keuangan badan layanan umum. Pengintegrasian itu bertujuan agar kinerja operasional badan layanan umum dapat diketahui menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara kemudian kepada menteri keuangan. Tata cara penyusunan ikhtisar kinerja operasional dan pengintegrasiannya dengan laporan keuangan didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaporan keuangan dan kinerja. 81 Ibid, hal 178 82 Ibid, hal 178 Universitas Sumatera Utara Dari uraian diatas dapat dilihat perbandingan sistem pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN sebelum dan sesudah terbitnya PP No. 66 tahun 2010, sebagai berikut: BHMN PP No. 61 Tahun 1999 BLU PP No. 23 Tahun 2005 Status HukumAsas Pasal 5 : Badan Hukumkekayaan negara yang dipisahkan. Pasal 3 : Unit kerja kementerian Negaralembaga Tujuan Pasal 3: Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik danatau professional yang dapat menerapkan, mengembangkan danatau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi danatau kesenian. Mencapai keuggulan kompetitif melalui penerapan prinsip pengelolaan sumber daya sesuai dengan asas pengelolaan yang professional. Pasal 2: Non Profit oriented meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasakan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penarapan praktek bisnis yang sehat Manajemen Pasal 4 : Otonom ala korporasi Pasal 3: • Otonom ala korporasi • Nomenklatur struktur Universitas Sumatera Utara manajemen sesuai dengan Instansi Pengelolaan Keuangan Pasal 19: Tata cara pengelolaan keuangan diatur oleh dan disesuaikan dengan kebutuhan Perguruan Tinggi dengan memperhatikan efisiensi, atonomi dan akuntabilitas. Pasal 10: menyusun rencana bisnis tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian NegaraLembaga Renstra KL atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Sumber Pendanaan Pasal 5: • APBN PMPSubsidi • Hibah • Pendapatan Hasil UsahaJasa Pasal 14: • APBN pendapatan BLU • Hibahterikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain • Pendapatan Hasil usahajasa SDM Pasal 24: Pegawai BHMN Pasal 33 : PNS danatau tenaga professional non PNS Universitas Sumatera Utara

BAB III SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

PERGURUAN TINGGI BHMN DALAM MASA TRANSISI

A. Pertanggungjawaban Keuangan Negara pada Umumnya

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Akuntabilitas yaitu pemenuhan kewajiban pemegang amanah agent untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemberi amanah principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. 83 Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteripimpinan lembagagubernurbupatiwalikota selaku pengguna anggaranpengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBNPeraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaathasil outcome. Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian negaralembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN. 84 83 Penjelasan Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 84 Ibid Universitas Sumatera Utara Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggung jawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal. Akuntabilitas pengelolaan Keuangan Negara adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan uang publik, kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung-jawaban tersebut DPR dan masyarakat luas. 85 Dalam hal pertanggungjawaban keuangan Negara ini, dapat dilihat dari 2 dua pandangan, yaitu sebagai berikut 86 1. Pertanggungjawaban Keuangan Negara horizontal, yaitu pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang diberikan Pemerintah kepada DPR. Hal ini disebabkan sistem ketatanegaraan yang berdasarkan UUD 1945 telah menentukan kedudukan Pemerintah dan DPR sederajat. : 2. Pertanggungjawaban Keuangan Negara Vertikal, yaitu pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh setiap otorisator atau ordonator dari setiap Departemen atau Lembaga Negara nondepartemen 85 www.google. Paparan_taufiqurachman_ruki__bpk1,pdf, Akuntabilitas Pertangunggjawaban Keuangan Instansi Pemerintah, diakses tanggal 6 Juni 2012. 86 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 15 Universitas Sumatera Utara yang menguasai bagian anggaran, termasuk di dalamnya pertanggungjawaban bendaharawan kepada atasannya dan pertanggungjawaban para pemimpin proyek. Pertanggungjawaban keuangan ini pada akhirnya disampaikan kepada Presiden yang diwakili oleh Menteri Keuangan selaku pejabat tertinggi pemegang tunggal keuangan Negara sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 Indische Comptabiliteits Wet ICW 1925. Berdasarkan konsepsi hukum keuangan Negara, pertanggungjawaban keuangan Negara merupakan konsekuensi logis dari kesediaan pemerintah melaksanakan APBN yang disetujui oleh DPR. Dalam tata pengelolaan keuangan Negara atau APBN yang berlaku sampai dengan 2004 adalah ketentuan ICW, di mana pertanggungjawaban keuangan Negara dituangkan kedalam Perhitungan Anggaran Negara. APBN sebagai machtiging dari DPR kepada pemerintah memberikan dasar yang kuat yang berhak menerima pertanggungjawaban keuangan Negara adalah DPR. Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara berada pada pemerintah karena merupakan bagian dari pemerintahan Negara. Hal ini didasarkan bahwa pemerintah berkewajiban memenuhi tugas Negara sebagaimana termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. 87 87 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 81 Universitas Sumatera Utara Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan 88 . Kekuasaan tersebut antara lain sebagai berikut 89 a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan; : b. Dikuasakan kepada menteripimpinan lembaga selaku Pengguna AnggaranPengguna Barang kementerian negaralembaga yang dipimpinnya; c. Diserahkan kepada gubernurbupatiwalikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang- undang. Menteri keuangan sebagai pembantu presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer CFO Pemerintah Republik Indonesia sementara menteripimpinan lembaga adalah Chief Operasional Officer COO untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung 88 Pasal 6 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 89 Pasal 6 ayat 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Universitas Sumatera Utara jawab, terlaksananya mekanisme check and balance, serta untuk mendorong upaya pengingkatan profesionalisme dalam penyelenggaran tugas pemerintahan. 90 Pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab dalam pengelolaan keuangan Negara memerlukan pengawasan dan pemeriksaan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dilakukan oleh suatu lembaga Negara yaitu Badan Pemeriksa Keuangan. Ketika terdapat informasi atas dugaan penyalahgunaan keuangan Negara yang dilakukan oleh pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan keuangan Negara maka wajib dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan merupakan tindakan hukum dalam rangka pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Pelaksanaan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara diupayakan agar pemeriksa yang melakukan maupun pihak-pihak yang diperiksa tetap berpegang pada keterbukaan dan kejujuran. Hal ini dimaksudkan 90 http:pusdiklatwas.bpkp.go.idfilenyanamafile280SAKN_1.pdf diakses Tgl 28 Juni 2012 Universitas Sumatera Utara agar terhindar dari kompromi yang bersifat negatif sehingga menimbulkan kejahatan dalam bentuk melakukan delik korupsi. 91 Terlaksananya pemeriksaan secara benar atau tidak menyimpang sehingga tidak bertentangan dengan hukum keuangan Negara, berarti terjalin kerja sama yang baik untuk melaksanakan hukum keuangan Negara. Keberhasilan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara tergantung pada kesadaran hukum, baik pada pemeriksa maupun yang diperiksa. Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan wajib berpedoman pada ketentuan yang tercakup dalam hukum keuangan Negara. Hal ini bertujuan agar BPK mampu menghasilkan pemeriksaan yang mencerminkan rasa keadilan, kegunaan, atau kepastian hukum sehingga dapat diterima oleh pihak yang diperiksa. Sebenarnya pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK bukan untuk mencari kesalahan terhadap pihak-pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, melainkan untuk mengarahkan bagaimana cara sehingga tidak menimbulkan kerugian keuangan Negara. 92 Ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK meliputi pemeriksaan yang bersifat preventif dan pemeriksaan yang bersifat represif. Kedua bentuk pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamankan keuangan Negara yang berada pada Pemerintah PusatPemerintah Daerah, Bank Indonesia, Lembaga Negara Lainnya, Badan 91 Ibid, hal 80 92 Ibid, hal 91 Universitas Sumatera Utara Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah, Badan Layanan Umum, Badan atau Lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

B. Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Negara Perguruan Tinggi BHMN dalam Masa Transisi

Sesuai dengan perubahan dan tuntutan kemandirian perguruan tinggi, dan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999, maka beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah berubah status dari PTN menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yaitu UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan Universitas Airlangga. Walaupun telah terjadi perubahan status, tanggung jawab perguruan tinggi tidak berubah, sama dengan yang diatur dalam PP No. 60 Tahun 1999 yaitu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dikenal sebagai Tridharma Perguruan Tinggi. Perubahan status hukum pendidikan tinggi terjadi di berbagai Negara, didorong oleh kebutuhan untuk otonomi yang lebih luas. 93 Perubahan global yang berjalan semakin cepat akan membutuhkan sumber daya manusia yang visioner, memiliki kemampuan belajar yang tinggi, adaptif, lenturluwes, kritis, inovatif serta mampu bekerja sama. Karakteristik tersebut akan dapat ditentukan apabila perguruan tinggi diberi hak otonomi karena perguruan tinggi yang demikian akan lebih mudah merancangmenyesuaikan 93 Rencana Strategis USU 2005-2009, hal 5 Universitas Sumatera Utara kurikulum yang sesuai dengan tuntutan pasar serta mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai dengan tuntutan perubahan terhadap universitas yang telah otonom 94 Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi. Berdasarkan ketentuan Pasal 53 Undang-undang Sisdiknas yang mewajibkan penyelenggara danatau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada peserta didik yang bersifat nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Untuk itu dipandang perlu untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tentang badan hukum pendidikan. Tetapi di dalam perjalannya Undang-undang Badan Hukum Pendidikan mengalami polemik, terdapat banyak pro kontra tentang penafsiran badan hukum pendidikan tersebut, sehingga Undang-undang tersebut dibatalkan. . Sejak Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 tentang BHP dibatalkan oleh Makhamah Konstitusi dengan putusan No.11-14-21-126-136PUU-VII2009, maka sejak saat itu Perguruan Tinggi Negeri BHMN mengalami masa transisi dari BHMN menjadi Perguruan Tinggi Pemerintah dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. 95 94 Ibid, hal 5 95 Asas Lex Posteriori derogate lex priori Peraturan Perundang-undangan yang baru mengenyampingkan perturan perundang-undangan yang lama Universitas Sumatera Utara Sebagai payung hukum Perguruan Tinggi Negeri BHMN, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Inilah menjadi dasar masa transisi Perguruan Tinggi Negeri BHMN. Akuntabilitas mencakup eksistensi dari suatu mekanisme baik secara konstitusional maupun keabsahan dalam bentuknya yang meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber- sumber publik dan kinerja perilakunya. Akuntabilitas atau bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program pelayanan publik dan pembangunan program accountability, pembiayaannya fiscal accountability, pelaksanaan, pemantauan dan penilaiannya process accountability, sehingga program tersebut dapat memberikan hasil atau dampak seoptimal mungkin sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan outcome accountability. Dalam rangka akuntanbilitas pengelolaan keuangan Negara menteripimpinan lembagagubernurbupatiwalikota selaku pengguna anggaranpenggunaan barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBNPeraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaathasil outcome. Adapun pimpinan unit organisasi kementerian Negaralembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN, demikian pula Kepala Satuan Universitas Sumatera Utara Kerja Perangkat Daerah tentang APBD, dari segi barang danatau jasa yang disediakan output. Di dalam PP No. 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PP No.17 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dinyatakan bahwa: a Pasal 220 A: penyesuaian Tata Kelola paling lama 3 tahun 28 September 2013 Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan oleh Pemerintah PTP ditetapkan dengan Perpres, pengalihan status Kepegawaian Dosen dan Tenaga Kependidikan. b Pasal 220 B: Pengelolaan Keuangan BLU paling lambat 31 Desember 2012 c Pasal 220 C: Pengangalihan Kekayaan Negara Aset yang Telah Dipisahkan kepada Menteri paling lama 3 tiga tahun. d Pasal 220 H: Peraturan Pemerintah tentang PT BHMN masih tetap berlaku sepanjang dimaknai sebagai fungsi penyelenggaraan Perguruan Tinggi. Jadi dengan demikian dari ketentuan Pasal 220H tersebut menerangkan bahwa penetapan status BHMN masih tetap berlaku selama masa transisi. Hal ini menegaskan bahwa pada saat transisi Perguruan Tinggi BHMN masih mempergunakan Peraturan Pemerintah tentang penetapan sebagai BHMN, sedangkan Pola Pengelolaan Keuangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Universitas Sumatera Utara PK-BLU, hal ini berlaku sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010. Di dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa memberi kesempatan kepada Perguruan Tinggi Negeri berstatus BHMN dengan kekayaan negara yang belum dipisahkan dapat menerapkan Pola Keuangan BLU. Ini berarti PK-BLU hanya dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi Negeri BHMN dengan kekayaan negara yang belum dipisahkan. Penyesuaian penerapan Pengelolaan Keuangan BLU bagi Perguruan Tinggi BHMN diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Tujuh Perguruan Tinggi BHMN, yaitu UI, UGM, IPB, ITB, USU, UPI, dan UNAIR melakukan koordinasi atas usulan Rancangan Peraturan Pemerintah RPP Perubahan Peraturan Pemerintah No.232005 mengenai Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum BLU. 96 Menurut Rektor UGM, Prof.Ir.Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D menuturkan saat ini merupakan situasi yang tepat untuk bisa segera mencari landasan kuat mengenai otonomi PT BHMN, khususnya yang menyangkut SDM dan keuangan. Apalagi sebagaimana amanat mengenai perubahan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan paling akhir diundangkan paling akhir 31 Desember 2012. Upaya untuk mengkoordinasikan perubahan PP No.232005 tersebut juga seiring dengan langkah pemerintah membuat UU Pendidikan Tinggi, dan menilai jika PP No.232005 ini tidak dirubah hal-hal atau beberapa pasalnya yang tidak 96 http:www.ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=3613 diakses tgl 18 Juni 2012 Universitas Sumatera Utara relevan ditakutkan akan menciptakan persoalan baik internal dan eksternal di kemudian hari. 97 Sementara itu Sekretaris 7 Perguruan Tinggi BHMN, Prof.Dr.Ir.Ari Purbayanto mengakui saat ini setidaknya memang tengah fokus mengawal proses penyempurnaan RUU Pendidikan Tinggi serta memberi masukan kepada pemerintah terhadap perubahan PP No.232005 tersebut. Keduanya juga akan banyak membahas mengenai tata organisasi maupun tata kelola keuangan. 98 Pokok perubahan yang diusulkan nantinya sehingga pola BLU sesuai dengan PP No.662010 mengenai pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan khususnya Pasal 58F adalah otonomi sehingga sesuai dengan keadaan PT BHMN. Di dalam penjelasan Pasal 58F ayat 3 PP No. 66 Tahun 2010 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi dalam bidang keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana adalah fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan di bidang pengelolaan keuangan badan layanan umum. Dalam kerangka regulasi keuangan dan perbendaharaan negara, otonomi ini dapat diberikan melalui pendelegasian wewenang yang dimiliki oleh Menteri Keuangan kepada PT BHMN. Berikut ini merupakan matrix Revisi PP Nomor 23 Tahun 2005 yang merupakan Penetapan dan Payung Hukum masa transisi PT BHMN sebagai BLU, yaitu 99 97 : http:www.ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=3613 diakses tgl 18 Juni 2012 98 http:www.ugm.ac.idindex.php?page=rilisartikel=3613 diakses tgl 18 Juni 2012 99 Rapat Harmonisasi tingkat KL, Kemenkumham, tgl 17 Januari 2012. Universitas Sumatera Utara No Draft Lama Draft Baru Sesuai Hasil Harmonisasi 1. Pasal 38 Penyesuian penerapan PPK-BLU bagi UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan Peraturan Pemerintah ini diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desembe 2012. ayat 1 Dengan Peraturan Pemerintah ini, a. Universitas Indonesia; b. Universitas Gadjah Mada; c. Institut Teknologi Bandung; d. Institut Pertanian Bogor; e. Universitas Sumatera Utara; f. Universitas Pendidikan Indonesia; g. Universitas Airlangga. Ditetapkan sebagai instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU dengan status BLU secara penuh. ayat 2 Penyesuaian penerapan PPK-BLU bagi UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan Peraturan Pemerintah ini diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Penjelasan Penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud pada ayat ini, antara lain meliputi tarif layanan, standar biaya, serta perencanaan dan penganggaran penyusunan RBA dan RKA KL. Tarif layanan dan standar biaya existing masih tetap berlaku sampai dengan 31 Desember 2012. : Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan RKAT UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan Universitas Sumatera Utara UNAIR tahun 2012 dan 2013 dipergunakan sebagai pengganti RBA dalam penyusunan RKA KL tahun 2012 dan 2013. Tarif layanan dan standar biaya existing masih dapat dipergunakan dalam penyusunan RKA KL tahun 2012 dan 2013. 2. Pasal 38A ayat 1 Pengalihan seluruh kekayaan pada UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian. ayat 1 Tetap Penjelasan: Tetap ayat 2 Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian. Penjelasan: Yang dimaksud dengan kerjasama ayat 2 Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian dan ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya paling lambat Universitas Sumatera Utara dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap. tanggal 28 September 2013. Penjelasan: Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap. ayat 3 Dalam rangka penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, perjanjian seabagaimana dimaksud pada ayat 2 perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya. Dihapus digabung dengan ayat 2 ayat 4 Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan Penjelasan: Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara ayat 3 Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Penjelasan: Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan: a. Aset tetap menjadi barang milik Universitas Sumatera Utara lain pengalihan; a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan b. Kekayaan lainnya. Negara; dan b. Kekayaan lainnya. Hasil kesimpulan rapat harmonisasi Rancangan Peraturan Pemerintah perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 antara lain sebagai berikut 100 1. Pendelegasian kewenangan penetapan tarif kepada Menteri TeknisPimpinan BLU akan diatur dalam pedoman umum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; : 2. Payung hukum mengenai masa transisi Perguruan Tinggi BHMN untuk tahun 2012 dan 2013 dapat diakomodasi, yaitu: a. Untuk tahun 2012, perencanaan dan penganggaran, tarif, dan standar biaya menggunakan ketentuan yang berlaku pada Perguruan Tinggi BHMN saat ini existing; b. Perguruan Tinggi BHMN menggunakan RKAT 2013 sebagai dasar penyusunan RKA KL 2013, dengan menggunakan tarif dan standar biaya existing. 100 Ibid Universitas Sumatera Utara 3. Pengaturan mengenai penetapan 7 Perguruan Tinggi BHMN menjadi satuan kerja BLU dijadikan satu pasal dengan pengaturan mengenai penyesuaian penerapan PPK-BLU Pasal 37A lama dan 38 lama digabung menjadi Pasal 38 ayat 1 dan ayat 2 baru 4. Pencantuman kerangka waktu yang jelas bagi penyesuaian kerjasama yang telah dilakukan Perguruan Tinggi BHMN sebelum ditetapkan menjadi satuan kerja BLU; 5. Draft Rancangan Peraturan Pemerintah Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 akan diperbaiki sesuai dengan hasil rapat di atas dan dilakukan rapat harmonisasi kembali oleh Kemenkumham. Masa transisi pengalihan aset Perguruan Tinggi BHMN, dapat kita lihat dari matrix berikut: Draft Awal Draft Baru Pasal 38 A RPP No. 23 Tahun 2005 ayat 2 Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya ayat 2 Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya Universitas Sumatera Utara perjanjian. Penjelasan : Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap perjanjian dan ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya paling lambat tanggal 28 September 2013. Penjelasan : Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap. ayat 3 Dalam rangka penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya. Dihapus Digabung dengan ayat 2 ayat 4 Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan ayat 3 Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan Universitas Sumatera Utara Peraturan Menteri Keuangan. Penjelasan: Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan; a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan b. Kekayaan lainnya. Peraturan Menteri Keuangan. Penjelasan: Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan: a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan b. Kekayaan lainnya. Pengalihan Kekayaan 7 Perguruan Tinggi BHMN menjadi kekayaan negara yang tidak dipisahkan harus selesai tanggal 28 September 2013 serta pendelegasian kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut mengenai pengalihan kekayaan. Kewenangan pengalihan dan penghapusan asset tetap dilakukan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Memperhatikan ketentuan Pasal 220A PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dinyatakan bahwa penyesuaian tata kelola paling lambat 3 tiga tahun. Hal ini berarti bahwa penyesuaian tata kelola keuangan Perguruan Tinggi BHMN paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum ini dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintah. Pasal 220C dijelaskan bahwa Perguruan Tinggi BHMN yang telah memperoleh pemisahan kekayaan Negara harus dikembalikan kepada Negara melalui Menteri dalam jangka waktu paling lama 3 tiga tahun. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN

A. Pembentukan Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum pada prinsipnya adalah Enterprising the government yang merupakan paradigma baru yang menjadi jiwa pengelolaan keuangan sektor publik. Pembentukan badan layanan umum harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan pembentukan badan layanan umum apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif yang dirinci sebagai berikut 101 1. Persyaratan Substantif terpenuhi ketika instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan; : a. Penyediaan barang dan jasa layanan umum; b. Pengelolaan wilayahkawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum, danatau; c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi danatau pelayanan kepada masyarakat. 101 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 157 Universitas Sumatera Utara 2. Persyaratan Teknis terpenuhi apabila; a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui badan layanan umum sebagaimana direkomendasikan oleh menteri, pimpinan lembaga non kementerian, atau lembaga Negara sesuai dengan kewenangannya; dan b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan badan layanan umum. 3. Persyaratan Administratif terpenuhi apabila; a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; b. Pola tata kelola; c. Rencana strategis bisnis; d. Laporan keuangan pokok; e. Standar pelayanan minimum; dan f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. Dokumen yang terkait dengan persyaratan administratif disampaikan kepada Menteri, pimpinan lembaga non kementerian, atau lembaga Negara untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan. Universitas Sumatera Utara Pemberian persetujuan penetapan dari menteri keuangan ketika badan layanan umum setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sebenarnya menteri keuangan tidak mutlak harus memberikan persetujuan penetapan badan layanan umum tatkala persyaratan itu tidak terpenuhi yang diajukan oleh instansi yang berkepentingan. Instansi pemerintah yang telah memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif diusulkan oleh menteri, pimpinan lembaga non kementerian, atau lembaga Negara dapat diusulkan kepada menteri keuangan agar menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Kemudian berdasarkan usul itu, menteri keuangan melakukan penelitian terhadap persyaratan tersebut, apakah telah terpenuhi atau tidak terpenuhi. Dalam jangka waktu paling lama 3 tiga bulan sejak diterima usulan itu, menteri keuangan menerbitkan keputusan penetapan atau penolakan terhadap usulan penetapan badan layanan umum. 102 Ketika terpenuhi persyaratan yang telah ditentukan, menteri keuangan menetapkan instansi pemerintah itu untuk menerapkan atau menyelenggarakan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Pola pengelolaan keuangan badan layanan umum adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bagsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan Negara pada umumnya. 102 Ibid, hal 159 Universitas Sumatera Utara

B. Standar dan Tarif Layanan Umum

Standar pelayanan merupakan bagian tak terpisahkan dari instansi Pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Standar pelayanan yang digunakan adalah standar pelayanan minimum yang ditetapkan oleh Menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara sesuai dengan kewenangannya. Selain itu, standar pelayanan umum dapat pula diusulkan oleh instansi pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Standar pelayanan minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh badan layanan umum kepada masyarakat. Standar pelayanan minimum bertujuan untuk memberikan batasan layanan minimum yang seharusnya dipenuhi oleh Pemerintah. Agar standar pelayanan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, standar layanan umum seyogyanya memenuhi persyaratan specific, measurable, attainable, reliabe, and timely SMART, yaitu: 1. Fokus pada jenis layanan; 2. Dapat diukur; 3. Dapat dicapai; 4. Relevan dan dapat diandalkan; dan 5. Tepat waktu. Universitas Sumatera Utara Standar pelayanan minimum, baik yang ditetapkan oleh menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara maupun yang diusulkan sendiri oleh instansi pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerintah dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sementara itu, kualitas layanan meliputi teknis layanan, proses layanan, tata cara, dan waktu tunggu untuk mendapatkan layanan. Kriteria kualitas layanan di atas, tidak boleh dikesampingkan oleh instansi pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum, ketika tidak terpenuhi maka pola pengelolaan keuangan badan layanan umum dapat dicabut oleh menteri keuangan. 103 Konsekuensi dari standar pelayanan minimum dari instansi pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum, badan layanan umum dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang danatau jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang danatau jasa layanan yang diberikan itu ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per inverstasi dana. Tarif layanan itu, termasuk imbalan hasil retum yang wajar dari investasi dana, bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. Tarif layanan yang ditetapkan, merupakan usulan yang memperoleh persetujuan dari menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara tempat badan layanan umum itu bernaung. Hal itu berarti badan 103 Ibid, hal 162-163 Universitas Sumatera Utara layanan umum berhak menerapkan tarif layanan itu kepada masyarakat yang membutuhkan layanan minimum. Sebaliknya, tarif layanan yang memperoleh penolakan dari menteri, pimpinan lembaga nonkementerian, atau pimpinan lembaga Negara, berarti tidak boleh diberlakukan. Pemberlakuan tarif layanan yang tertolak, berarti melakukan perbuatan atau pelanggaran hukum berupa penipuan oleh badan layanan umum kepada masyarakat. Tarif layanan yang diberlakukan oleh badan layanan umum dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan badan layanan umum yang bersangkutan. Dalam upaya penerapan tarif layanan, menteri keuangan dibantu oleh suatu tim penilai dengan nara sumber yang berasal dari sektor terkait. Hal ini dimaksudkan agar keputusan menteri keuangan mengenai penetapan tarif layanan suatu badan layanan umum dapat memberikan rasa keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum kepada pengguna layanan. Tarif layanan yang memperoleh persetujuan dari menteri, pimpinan lembaga non kementerian, atau lembaga Negara, sebelum diberlakukan harus ditetapkan oleh menteri keuangan. Penetapan menteri keuangan mengenai tarif layanan bagi suatu badan layanan umum ditetapkan dalam bentuk surat keputusan. Namun, untuk menetapkan tarif layanan, terlebih dahulu harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut 104 a. Kontinuitas dan pengembangan layanan; : b. Daya beli masyarakat; 104 Ibid, hal 164 Universitas Sumatera Utara c. Asas keadilan dan kepatutan; dan d. Kompetisi yang sehat. Pertimbangan faktor-faktor di atas, diharapkan agar tarif layanan itu tidak memberatkan sehingga masyarakat dapat memberikan penilaian positif bagi penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Penilaian positif dari masyarakat, berarti kelangsungan keberadaan badan layanan umum untuk melakukan pelayanan secara berkesinambungan. Sebenarnya, badan layanan umum tidak boleh mengabaikan faktor-faktor yang telah ditentukan dalam menetapkan tarif layanan, karena boleh berdampak negatif terhadap masyarakat maupun pelayanan yang akan diberikan.

C. Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN

Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberikan landasan yang penting bagi orientasi baru tersebut di Indonesia. Selanjutnya, Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di lingkungan instansi pemerintah. Dalam pasal 68 dan pasal 69 Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2004 disebutkan bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat, termasuk pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh Universitas, dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan Universitas Sumatera Utara menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Instansi demikian, dengan sebutan umum sebagai Badan Layanan Umum, diharapkan menjadi implementasi konkrit dari sistem penerapan manajemen keuangan berbasis kinerja. Dengan pengelolaan keuangan dalam pola BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barangjasa. Seiring dengan itu, perlu sistem kendali ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.

1. Perencanaan dan Penganggaran

Setiap badan layanan umum diwajibkan membuat suatu perencanaan yang berkaitan dengan aktivitas yang akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan itu merupakan barometer bagi badan layanan umum kedepan, sehingga dapat terukur sejauhmana keberhasilan atau kegagalan yang dialami dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Sebenarnya, keberadaan suatu perencanaan bagi badan layanan umum memiliki arti yang sangat mendalam, khususnya keterkaitan dengan hukum keuangan Negara agar tidak terlanggar. Badan layanan umum menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis yang telah ditetapkan oleh kementerian Negara. Setelah itu, badan layanan umum menyusun rencana bisnis dan anggaran tahunan dengan mengacu kepada rencana strategis bisnis tersebut. Rencana bisnis dan anggaran memuat antara lain 105 a. Kondisi kinerja badan layanan umum tahun berjalan; : 105 Muhammad Djafar Saidi, Op. Cit, hal 166 Universitas Sumatera Utara b. Asumsi makro dan mikro; c. Target kinerja output yang terukur d. Analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat; e. Perkiraan harga; f. Anggaran; dan g. Prognosa laporan keuangan Setelah penyusunan rencana bisnis dan anggaran, badan layanan umum mengajukannya kepada menteri untuk dibahas sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran kementerian Negara. Rencana bisnis dan anggaran itu disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan. Dalam pembahasannya daapt disetujui atau ditolak dengan alasan- alasan yang menjadi dasar persetujuan atau penolakan itu. Ketika memperoleh persetujuan dari menteri, rencana bisnis dan anggaran badan layanan umum merupakan bagian tak terpisahkan dengan rencana kegiatan dan anggaran kementerian. Setelah itu, menteri keuangan mengkaji kembali standar biaya dan anggaran badan layanan umum dalam rangka pemrosesan rencana kerja dan anggaran kementerian sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan peetapan anggaran Negara. Badan layanan umum menggunakan anggaran Negara yang telah ditetapkan sebagai dasar penyesuaian terhadap rencana bisnis dan anggaran menjadi anggaran bisnis dan anggaran yang bersifat definitif. 106 106 Ibid, hal 167 Universitas Sumatera Utara

2. Pendapatan dan Belanja