Sistem Pengelolaan SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN

Sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 tersebut, UU No. 17 Tahun 2003 menjabarkannya ke dalam asas-asas umum yang telah lama dikenal dalam pengelolaan kekayaan Negara, seperti asas universalitas, asas kesatuan dan spesialitas, maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices penerapan kaidah-kaidah yang baik dalam pengelolaan keuangan Negara, antara lain: akuntabilitas berorientasi pada hasil artinya keuangan Negara dapat dipertanggungjawabkan dengan orientasi pada hasil atau dampak dari kegiatan yang telah direncakan tersebut, profesionalitas yaitu pengelolaan keuangan Negara dilakukan secara profesional, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara artinya pengelolaan keuangan negara dilakukan secara terbuka, dalam arti proses pengangaran, pelaksanaan dan pertanggungjawaban diketahui atau diawasi oleh rakyat dalam hal ini DPR, dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri artinya pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara diperiksa oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri sebagai mandat dari rakyat yang diatur dalam undang-undang. 50

B. Sistem Pengelolaan

Keuangan Perguruan Tinggi BHMN SebelumTerbitnya PP NO. 66 Tahun 2010 Badan Hukum Milik Negara BHMN adalah salah satu bentuk badan hukum di Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan 50 Sony Sumarsono, Manajemen Keuangan Pemerintahan, Yogyakarta Graha Ilmu:2010 hal 43 Universitas Sumatera Utara khusus dalam rangka “privatisasi” 51 Kesiapan untuk melaksanakan pengelolaan perguruan tinggi secara otonom tersebut ditunjukkan melalui evaluasi diri yang menyeluruh baik dalam aspek program akademik, sumberdaya manusia SDM, sarana-prasarana, maupun keuangan. Namun, pemberian otonomi tidak berarti pemerintah melepaskan diri dari tanggung jawab di bidang pendidikan. lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski berstatus badan usaha. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 1999 ini Pemerintah membuka kemungkinan secara selektif kepada Perguruan Tinggi Negeri yang dinilai sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang mencukupi untuk dapat memiliki kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk diubah status hukumnya menjadi Badan Hukum Milik Negara BHMN yang dapat berperan sebagai kekuatan moral dalam proses pembangunan masyarakat madani yang lebih demokratis dan mampu bersaing secara global. Perguruan Tinggi Negeri berstatus BHMN tetap menjadi aset negara yang berharga untuk memperbaiki citra bangsa. Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, keberadaan Perguruan Tinggi Negeri sebagai BHMN telah memenuhi persyaratan yuridis formal. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1653 KUHPerdata yang menentukan badan hukum dapat didirikan atau diakui oleh Pemerintah. Tidak ada suatu ketentuan hukum positif yang mengharuskan pendirian suatu badan hukum dengan undang-undang. Hukum positif Indonesia menggunakan sistem terbuka, di mana pendirian suatu 51 Privatisasi, dalam literatur ekonomi, artinya adalah pengalihan kepemilikan pemerintah atas suatu perusahaan kepada swasta. Hanya pengelolaannya didelegasikan oleh Pemerintah kepada suatu board of trustees yang mewakili Pemerintah dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara badan hukum dapat dilakukan dengan undang-undang, peraturan pemerintah, bahkan dengan keputusan presiden sekalipun, atau dengan konstruksi hukum perdata. 52 Ada 4 alasan mengapa pendirian Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum Milik Negara dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu 53 1. Pasal 1653 KUHPerdata tidak menetapkan secara spesifik jenis peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar pendirian suatu badan hukum yang diadakan oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah bebas memilih jenis landasan hukum yang akan dijadikan dasar hukum mendirikan suatu badan hukum yang tentu didasarkan pada pertimbangan subjektif yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap cukup alasan untuk memilih jenis peraturan perundang- undangan tertentu. : 2. Meskipun tidak ada suatu ketentuan yang pasti, setiap pemisahan kekayaan Negara harus dilakukan dengan peraturan pemerintah sehingga peraturan pemerintah bagi penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai BHMN merupakan landasan hukum bagi pemisahan kekayaan Negara dan penempatannya sebagai kekayaan awal BHMN. 3. Kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri BHMN merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan, dimana sebagian kekayaan Negara yang merupakan harta kekayaan tidak bergerak berupa tanah, tidak dapat 52 Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 131 53 Ibid, hal 131-132 Universitas Sumatera Utara dipindahtangankan oleh Perguruan Tinggi Negeri BHMN kepada pihak ketiga, hubungan kepemilikan kekayaan awal tetap berada pada Negara. 4. Karena penetapan instellingswet Perguruan Tinggi Negeri BHMN dilakukan dengan suatu ketentuan publik, yaitu peraturan pemerintah, eksistentsi Perguruan Tinggi Negeri BHMN tidak lagi memerlukan pengesahan lagi dari Departemen Hukum dan HAM RI yang merupakan bagian integral dari organisasi kekuasaan umum atau pemerintah. Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara merupakan bentuk perguruan tinggi yang memiliki lima prinsip utama dalam penyelenggaraannya, yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan evaluasi. Kelima prinsip tersebut akhirnya menjadi paradigma baru bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Terutama dari segi akuntabilitas, dimana Badan Hukum Milik Negara harus memberikan laporan tahunan berupa: 1 Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan arus kas dan laporan perubahan aktiva bersih. 2 Laporan akademik berupa penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang meliputi keadaan, kinerja, serta hasil-hasil yang telah dicapai universitas. 3 Laporan ketenagakerjaan universitas yang meliputi keadaan, kinerja, dan kemajuan yang telah dicapai. Universitas Sumatera Utara Laporan tahunan tersebut disampaikan kepada Majelis Wali Amanat sebagai lembaga tertinggi dalam Perguruan tinggi berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara. Berdasarkan Pasal 9 butir f PP No. 61 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Majelis Wali Amanat bersama-sama dengan pimpinan Universitas menyusun dan menyampaikan Laporan Tahunan kepada Menteri Pendidikan. Laporan Tahunan yang dimaksud mencakup 3 tiga aspek yaitu 54 1. Laporan Manajemen, yang meliputi Manajemen perencanaan program dan anggaran, Manajemen keuangan dan akuntabilitas, Manajemen kinerja staf akademik, Majamen proses pembelajaran, Manajemen MutuPenjaminan Mutu, Manajemen pengelolaan penelitian, Manajemen pengelolaan keterlibatan dengan masyarakat, Manajemen asset serta pengadaan barang dan jasa, Manajemen sistem informasi, Manajemen revenue generating activities dan Manajemen external relation; : 2. Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan; 3. Laporan Akademik yang meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat. Pembahasan yang dilakukan pada ketiga aspek di atas dikaitkan dengan tata pamong governance pada seluruh unit fungsional penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi termasuk sistem pendukungnya yang dikembangkan. 54 Laporan Tahunan USU Perguruan Tinggi BHMN T.A 2010, hal 1 Universitas Sumatera Utara Selain aspek tata pamong, laporan ini juga membahas secara rinci kelengkapan struktur, peraturan organisasi, kinerja fungsiunit manajemen dan unit pendukung. Dalam perencanaan program dan penganggaran masih mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dimana dalam penyusunan anggaran wajib mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja 55 Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang akuntabel dan transparan yang mampu memberikan pencitraan publik yang baik. Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menyajikan dan mengungkapkan secara penuh aktivitas Universitas termasuk unit-unit di dalamnya dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan oleh para penyumbang, kreditur, donator dan pihak lain serta untuk mempertannggungjawabkannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip- prinsip akuntabilitas dan transparansi, untuk itu laporan keuangan Universitas harus dapat: . 1. Memberikan informasi mengenai; a. Jumlah dan sifat aset, kewajiban dan ekuitas dana Universitas; b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat ekuitas dana; c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya alam suatu periode dan hubungan antara keduanya; 55 Ibid, hal 7 Universitas Sumatera Utara d. Cara Universitas mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi suatu pinjaamn dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditas. 2. Menunjukkan akuntabilitas kegiatan Universitas dengan cara mempertanggungjawabkan melalui laporan keuangan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; 3. Mewujudkan transparansi dalam pelaporan keuangan Universitas dengan menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat. 4. Menyediakan informasi keuangan yang serta memudahkan pengendalian yang efisien dan efektif kekayaan, kewajiban dan asset bersih. Sebagai organisasi yang bersifat nirlaba, penyusunan laporan keuangan didasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 45 56 yang meliputi Laporan posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Tujuan masing-masing laporan tersebut adalah 57

1. Laporan Posisi Keuangan