Pengaruh Kompensasi Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PUSKESMAS
KECAMATAN SAWAH BESAR
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
DAVID ADI PRADANA
H24104113
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
(2)
PENGARUH KOMPENSASI TERHADAP DISIPLIN KERJA
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PUSKESMAS
KECAMATAN SAWAH BESAR
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DAVID ADI PRADANA
H24104113
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
(3)
Negeri Sipil Di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat
Nama : David Adi Pradana
NIM : H24104113
Menyetujui Dosen Pembimbing,
( Dra. Siti Rahmawati, M.Pd ) NIP 19591231 198601 2 003
Mengetahui Ketua Departemen,
( Dr. Mukhamad Najib, STP, MM ) NIP 19760623 200604 1 001
(4)
RIWAYAT HIDUP
Bekasi merupakan kota Patriot yang ramah, tentram dan nyaman, tempat dimana penulis dilahirkan pada tanggal 24 September 1989 dari pasangan Issaban Widodo, SE. dan Eviyati. Penulis adalah anak Pertama dari dua bersaudara yang dikenal bersahaja. TK Mandalahayu, SDN. Nusa Indah I, SMP. N. 2 Kota Bekasi, SMA. N. 9 Kota Bekasi merupakan bangku pendidikan sekolah penulis. Di sekolah penulis aktif dalam kegiatan Ekstrakulikuler baik bola volli, ikrom, karate dan pramuka.
Selesai SMA, penulis melanjutkan studinya ke Program Diploma III (D3) Perumahsakitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan 2010. Dengan pengalaman praktek kerja lapangan (Magang) di Rumah Sakit Hermina Selama 3 bulan. Selama masa kuliah di Program Diploma III Perumahsakitan penulis aktif dalam kegiatn ekstrakulikuler bernama SENAT FKUI penulis direkrut bergabung pada bagian Dafis (Dana dan Finansial).
Dirasakan perlu untuk menambah ilmu dan wawasan maka penulis melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi dengan mengambil Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (S1) Departemen Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB). Di kampus IPB Baranangsiang penulis aktif dalam organisasi sebagai anggota manajemen Sumber Daya Manusia Executive of Management (EXOM) periode 2011-2012.
Dalam rangka penyelesaian skripsi dari Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (S1) yang dilakukan penelitian di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat, penulispun bekerja di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat periode 2013 hingga saat ini.
(5)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam karena hanya dengan berkah karunianyalah skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan manajemen Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini berjudul Pengaruh Kompensasi Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat. Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis nantikan. Namun begitu, penulis tetap berharap semoga penulisan skripsi ini akan dapat memberikan manfaat dimasa-masa yang akan datang bagi yang membacannya juga insya allah terhadap penulis sendiri.
Demikian atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk membacannya, penulis ucapkan terima kasih.
Bogor, Mei 2014
Penulis
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam karena hanya dengan berkah karunianyalah skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Mama dan papaku tersayang terima kasih atas pengertiannya, dan selalu memberikan saya semangat dalam hidup, kasih sayang, cinta, dan doa yang tulus sehingga penulis dapat meluangkan waktu untuk mengerjakan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. selaku Pembimbing Materi yang telah membimbing serta mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktunya dalam membimbing untuk pembuatan skripsi ini. 3. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan bapak Nur Hadi Wijaya, STP, MM
sebagai dosen penguji sidang yang telah meluangkan waktunya menjadi penguji sidang serta memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. Mukhamad Najib, STP, MM. Selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB
5. Ibu Lindawati Kartika S.E. MSi yang telah memberikan saran, motivasi, serta pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis
6. Seluruh staff Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat yang telah banyak membantu, memberikan informasi mengenai Puskesmas, Terima kasih semuannya.
7. Terima kasih untuk adiku tersayang Lisa Dwi Widiastuti atas pengertian dan dukunganya selalu.
8. Teman-teman kuliah Program Ekstensi Sarjana Alih Jenis Manajenen IPB kalian semua akan selalu diingat.
9. Terima kasih untuk semua pihak yang telah banyak mendukung dalam pembuatan penulisan skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, Semoga kebaikan kalian akan diberikan balasan oleh Allah SWT, Amien.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sangat jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis nantikan. Penulis tetap berharap semoga penulisan skripsi ini akan dapat memberikan manfaat dimasa-masa yang akan datang bagi yang membacannya juga insya allah terhadap penulis sendiri.
Demikian atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk membacannya, penulis ucapkan terima kasih.
Bogor, Mei 2014
Penulis
(7)
Halaman RINGKASAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 6
1.3. Tujuan Penelitian 6
1.4. Kegunaan Penelitian 7
1.5. Ruang Lingkup Penelitian 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Kompensasi 8
2.2. Disiplin Kerja 12
2.3. Partial Least Square (PLS) 18
2.4. Penelitian Terdahulu 18
BAB III. METODELOGI PENELITIAN 20
3.1. Kerangka Pemikiran 20
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 22
3.3. Jenis Data 22
3.4. Penentuan Sampel 22
3.5. Metode Pengumpulan Data 23
3.6. Metode Pengolahan Data Dan analisis Data 25
(8)
LANJUTAN DAFTAR ISI
Halaman
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32
4.1. Gambaran Umum Instansi 32
4.2. Karakteristik Responden 35
4.3. Persepsi Pegawai Terhadap Kompensasi 39
4.4. Persepsi Pegawai Terhadap Disiplin Kerja 43
4.5. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas Model 52
4.6. Implikasi Manajerial 58
KESIMPULAN DAN SARAN 62
1. Kesimpulan 62
2. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 66
(9)
Tabel Halaman
1. Data jumlah penduduk Jakarta Pusat tahun 2010 1
2. Jumlah Puskesmas Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 2
3. Rekapitulasi Pegawai Puskesmas Kecamatan Sawah Besar menurut pendidikan 3
4. Laporan kunjungan Puskesmas Kecamatan Sawah Besar 3
5. Daftar pelanggaran indisipliner absensi pegawai yang melebihi batas ketentuan maksimum 4
6. Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2011 5
7 Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2012 5 8. Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2013 5
9. Daftar Pegawai indisipliner absensi 5
10. Ketentuan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil 11
12. Skala jabatan untuk pemberian TKD 12
13. Lebar selang Range Spearman 25 14. Perbandingan PLS dengan CBSEM (Ghozali, 2008) 27 15. Hasil crosstabulationanalisis crosstab 38
16. Persepsi pegawai terhadap unsur-unsur kompensasi 39
17. Persepsi pegawai terhadap unsur kompensasi langsung 40
18. Persepsi pegawai terhadap unsur kompensasi tidak langsung 42
19. Persepsi pegawai terhadap indikator disiplin kerja 43
20. Persepsi pegawai terhadap indikator tujuan dan kemampuan 45
21. Persepsi pegawai terhadap indikator teladan pimpinan 46
22. Persepsi pegawai terhadap indikator keadilan 47
23. Persepsi pegawai terhadap indikator waskat 48
24. Persepsi pegawai terhadap indikator sangsi hukuman 49
25. Persepsi pegawai terhadap indikator ketegasan 51
26. Persepsi pegawai terhadap indikator hubungan kemanusiaan 52
(10)
LANJUTAN DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
27. Nilai R-Square 53
28. Tabel crossloading 54
29. Nilai akar AVE 55
30. Nilai loading indikator 56
31. Pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja pegawai 57
(11)
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran 21
2. Pricipal Faktor (Reflektive) 28
3. Pricipal Faktor (Formatif) 28
4. Struktur organisasi Puskesmas Kec. Sawah Besar 35
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 36
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 36
7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 37
8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan 37
9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja 37
10. Model pengukuran awal 53
11. Output Grafis Smart PLS (setelah estimasi ulang) 53
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 67
2. Sebaran Persepsi Responden 69
3. Crosstabs 72
(13)
1.1. Latar Belakang
Setiap manusia memiliki berbagai kebutuhan di dalam hidupnya, salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan. Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual, dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi dalam mempertahankan kesehatannya).
Pedoman UU kesehatan Republik Indonesia No.36 tahun 2009 berlandaskan Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara garis besar berisikan tentang tanggung jawab negara untuk menjamin kesejahteraan rakyatnya dengan cara penyediaan fasilitas kesehatan, peraturan perundangan, serta persamaan hak dan keadilan warga negaranya.
Berdasarkan data jumlah penduduk Perkecamatan Provinsi DKI Jakarta
Kota Administrasi Jakarta Pusat yang diperoleh melalui Badan Pusat Staistik Tahun 2010 yaitu:
Tabel 1. Data jumlah penduduk Jakarta Pusat
Kecamatan
Data penduduk Jakarta Pusat tahun 2010
Laki-laki Perempuan Total penduduk
Kerkecamatan
Tanah Abang 73.689 Jiwa 70.770 Jiwa 144.459 Jiwa
Gambir 39.170 Jiwa 39.252 Jiwa 78.422 Jiwa
Kemayoran 109.072 Jiwa 106.259 Jiwa 215.331 Jiwa
Senen 45.552 Jiwa 45.530 Jiwa 91.082 Jiwa
Johar Baru 58.952 Jiwa 57.336 Jiwa 116.288 Jiwa
Cempaka Putih 43.616 Jiwa 41.234 Jiwa 84.850 Jiwa
Menteng 33.774 Jiwa 34.535 Jiwa 68.309 Jiwa
Sawah Besar 49.793Jiwa 51.008Jiwa 100.801Jiwa
Total Penduduk 453.618 Jiwa 445.924 Jiwa 899.542 Jiwa
Sumber: BPS, 2010
Berdasarkan data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik Tahun 2010, jumlah penduduk Kecamatan Sawah Besar sejumlah 100.801 jiwa
(14)
menempati urutan terbanyak ke empat jumlah penduduknya di Jakarta Pusat. Seiring dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, dibutuhkan adanya Puskesmas ditengah-tengah masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Menurut sumber data dan informasi dari Pusdatin, Kemkes RI pada tahun 2011 dengan jumlah total puskesmas sebanyak 340 Puskesmas yang ada di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 yang dibagi menjadi 52 Puskesmas Perawatan di Kecamatan yang berada di Wilayah Pemda DKI Jakarta dan 288 Puskesmas Non Perawatan di Kelurahan yang berada di Wilayah Pemda DKI Jakarta.
Puskesmas untuk wilayah Kota Adminisrasi Jakarta Pusat terdapat 41 Puskesmas, yang dibagi kedalam Puskesmas Perawatan sebanyak 8 Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Non Perawatan berjumlah 33 Puskesmas Kelurahan. Jumlah puskesmas di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Puskesmas Provinsi DKI Jakarta tahun 2011.
No Kab/ Kota Puskesmas
Kecamatan
Puskesmas Kelurahan
Total
1. Kepulauan Seribu 2 7 9
2. Kodya Jakarta Selatan 14 64 78
3. Kodya Jakarta Timur 14 74 88
4. Kodya Jakarta Pusat 8 33 41
5. Kodya Jakarta Barat 8 67 75
6. Kodya Jakarta Utara 6 43 49
TOTAL 52 288 340
Sumber: Pusdatin Kemkes RI, 2011
Daftar Pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.
(15)
Tabel 3. Rekapitulasi pegawai Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat menurut pendidikan. Tingkat
pendidikan
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan
Sawah Besar
Jumlah Pegawai Honorer Puskesmas Kecamatan
Sawah Besar
S1 22 Pegawai 6 Pegawai
D3 19 Pegawai 16 Pegawai
SLTA 10 Pegawai 9 Pegawai
SLTP 0 Pegawai 3 Pegawai
JUMLAH 51 Pegawai 34 Pegawai
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2013
Data jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat pada tahun 2011, 2012, 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 . Laporan kunjungan Puskesmas Kecamatan Sawah Besar
Bulan
Tahun Jumlah Kunjungan
Pasien
2011 2012 2013
Januari 10.559 10.559 10.883
360.271 Kunjungan Pasien
Febuari 9.510 11.977 11.235
Maret 10.784 11.480 11.908
April 9.760 10.440 10.785
Mei 10.656 10.261 10.908
Juni 9.877 8.997 10.633
Juli 10.034 10.034 10.231
Agustus 8.199 7.358 9.335
September 9.434 8.152 10.791
Oktober 9.076 9.452 10.367
November 8.646 8.237 9.813
Desember 9.699 9.641 10.560
Jumlah 116.234 116.588 127.449
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2013
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima Pegawai Negeri Sipil sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada pemerintah DKI Jakarta. Pemberian kompensasi yang tidak adil akan menimbulkan berbagai masalah yaitu adanya pegawai yang tidak disiplin waktu pada saat jam datang dan jam pulang kerja dengan semaunya sendiri, pekerjaan yang tidak selesai sesuai jadwal kesepakatan bersama. Untuk itu pemerintah harus menerapkan
(16)
kompensasi yang baik karena dapat mempengaruhi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil.
Berdasarkan data absensi pegawai pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 ditemukan masih ada Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Sawah Besar yang melakukan indisipliner absensi melebihi batas ketentuan maksimal yang disyaratkan dengan standar ketentuan maksimum 2.250 menit/tahun tanpa keterangan yang jelas. Tingkat absensi yang tinggi dalam ketetapan peraturan indisipliner tentunya akan mempengaruhi kinerja, baik secara personal maupun secara keseluruhan Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. Pelanggaran kedisiplinan absensi yang melebihi batas ketentuan maksimum yang disyaratkan dengan standar ketentuan maksimum 2.250 menit/ tahun Puskesmas Kecamatan Sawah Besar selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Daftar pelanggaran indisipliner absensi Pegawai Negeri Sipil yang melebihi batas ketentuan maksimum
Bulan
Indisipliner Absensi Pegawai / Orang
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
Januari 0 Orang 0 Orang 0 Orang
Febuari 0 Orang 0 Orang 0 Orang
Maret 0 Orang 0 Orang 0 Orang
April 0 Orang 0 Orang 0 Orang
Mei 0 Orang 0 Orang 0 Orang
Juni 0 Orang 0 Orang 0 Orang
Juli 1 Orang 0 Orang 0 Orang
Agustus 1 Orang 1 Orang 0 Orang
September 4 Orang 0 Orang 0 Orang
Oktober 2 Orang 2 Orang 1 Orang
November 3 Orang 1 Orang
-Desember 2 Orang 1 Orang
-Total 13Orang 5Orang 1 Orang
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar
Dilihat dari adanya data pegawai yang melakukan indisipliner melebihi ketentuan yang disyaratkan dengan standar ketentuan maksimum 2.250 menit/ tahun sebanyak 13 pegawai pada tahun 2011 dari keseluruhan pegawai Negeri sipil berjumlah 51 PNS , dengan adanya persentase melebihi
(17)
yang melakukan indisipliner melebihi batas ketentuan maksimum yaitu . Pada tahun 2013 terdapat 1 Pegawai yang melakukan
indisipliner melebihi batas ketentuan maksimum yaitu .
Tabel 6. Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2011
Pegawai Indisipliner Absensi PNS
Pegawai A Tidak pernah masuk bekerja tanpa alas an yang syah
Pegawai B 5.346 Menit
Pegawai C 2.974 Menit
Pegawai D 3.016 Menit
Pegawai E 2.829 Menit
Pegawai F 2.437 Menit
Pegawai G 2.767 Menit
Pegawai H 2.913 Menit
Pegawai I 3.010 Menit
Pegawai J 3.211 Menit
Pegawai K 2.489 Menit
Pegawai L 2.618 Menit
Pegawai M 2.923 Menit
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2011
Tabel 7. Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2012
Pegawai Indisipliner Absensi PNS
Pegawai A Tidak pernah masuk bekerja tanpa alas an yang syah
Pegawai B 2.430 Menit
Pegawai C 2.312 Menit
Pegawai D 2.426 Menit
Pegawai E 2.747 Menit
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2012
Tabel 8. Pelanggaran indisipliner Pegawai Negeri Sipil tahun 2013
Pegawai Indisipliner Absensi PNS
Pegawai A Tidak pernah masuk bekerja tanpa alasan yang syah Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2013
Tabel 9. Daftar Pegawai indisipliner absensi Tahun
Indisipliner Absensi
Jumlah Golongan II Golongan III Golongan IV
2011 5 Orang 6 Orang 2 Orang 13 Orang
2012 3 Orang 2 Orang 0 Orang 5 Orang
2013 0 Orang 1 Orang 0 Orang 1 Orang
Sumber: Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2013
Adanya Peraturan Gubernur No. 59 Tahun 2013 tentang pemberian TKD untuk peningkatan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas
(18)
Kecamatan Sawah Besar yang semakin membaik dari tahun 2011 sampai tahun 2013 yang pada akhirnya akan memaksimalkan penerimaan kompensasi berupa Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) untuk setiap Pegawai Negeri Sipil Pemda DKI Jakarta khususnya di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. Berdasarkan hal-hal diatas pada Tabel 5 sampai Tabel 9, maka perlu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kedisiplinan pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan data absensi pegawai pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 ditemukan masih ada Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Sawah Besar yang melakukan indisipliner absensi melebihi batas ketentuan maksimal yang disyaratkan dengan standar ketentuan maksimum 2.250 menit/tahun tanpa keterangan yang jelas. Tingkat absensi yang tinggi dalam ketetapan peraturan indisipliner tentunya akan mempengaruhi kinerja, baik secara personal maupun secara keseluruhan Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
1. Bagaimana kompensasi Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat?
2. Bagaimana disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat?
3. Bagaimana pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kompensasi Pegawai Negeri Sipil yang diterapkan di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat. 2. Mengidentifikasi disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas
Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat.
3. Menganalisis pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat.
(19)
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan pada manajemen sumber daya manusia tentang pembinaan disiplin kerja. Bagi Institusi pendidikan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada Peraturan Gubernur No. 59 Tahun 2013 tentang pemberian TKD untuk peningkatan disiplin kerja Pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dengan dasar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 Tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil yang diterapkan di Pemda DKI Jakarta.
(20)
2.1. Kompensasi
Menurut (Sikula, 2012) kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen. Remunerasi adalah suatu hadiah, pembayaran, atau balas jasa untuk jasa yang diberikan). Menurut (Hasibuan, 2012) kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan atas jasa yang berikan kepada perusahaan.
Kompensasi dibedakan menjadi dua yaitu: kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, dan insentif; kompensasi tidak langsung (indirect compensation atau employee welfare) atau kesejahteraan pegawai. Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada pegawai tetap serta mempunyai jaminan yang pasti. insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada pegawai tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar. Upah insentif ini merupakan alat yang digunakan pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No.165 Tahun 2012 Pola pengeluaran Badan Layanan Umum Daerah secara garis besar menyatakan Remunerasi berarti dan memiliki arti penggajian atau total kompensasi yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan dari jasa yang telah dikerjakannya atau imbalan rutin di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dibagikan setiap 3 bulan sekali, remunerasi ini didapatkan dari total retribusi pasien setiap bulan yang setorkan melalui bank DKI Jakarta kemudian dibagikan kembali 60% untuk pegawai dan 40% untuk operasional Puskesmas itu sendiri.
1. Menurut (Hasibuan, 2012) Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain sebagai:
a. Ikatan Kerja Sama b. Kepuasan Kerja, c. Pengadaan Efektif d. Motivasi
(21)
f. Disiplin
g. Pengaruh Serikat Buruh h. Pengaruh Pemerintah 2. Pemberian Kompensasi.
Program kompensasi atau balas jasa umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahaan (Puskesmas), Pegawai, Pemerintah/ Masyarakat. Program kompensasi harus dapat menjawab pertanyaan apa yang mendorong seseorang bekerja dan mengapa ada orang yang bekerja keras, sedangkan orang lain bekerjanya sedang-sedang saja.
Setiap pekerja mempunyai motif dan kebutuhan (needs) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil pekerjaannya. Kebutuhan yang dipuaskan dengan bekerja antara lain sebagai berikut.
a. kebutuhan fisik dan keamanan, menyangkut kebutuhan fisik kepuasan kebutuhan fisik atau biologis seperti makan, minum, tempat tinggal, disamping kebutuhan akan rasa aman dalam menikmatinya.
b. Kebutuhan sosial, karena manusia tergantung satu sama lain maka terdapat berbagai kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan apabila masing-masing individu ditolong atau diakui oleh orang lain.
c. Kebutuhan egoistik, berhubungan dengan keinginan orang untuk bebas, untuk mengerjakan sesuatu sendiri dan untuk puas berhasil menyelesaikannya.
3. Metode kompensasi (balas jasa) dikenal metode tunggal dan metode jamak.
a. Metode Tunggal
Metode tunggal yaitu suatu metode yang penetapan gaji pokok hanya didasarkan atas ijasah terakhir dari pendidikan formal yang dimiliki karyawan.
b. Metode Jamak
Metode jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan hubungan keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang, jadi standar gaji pokok yang pasti tidak ada.
(22)
4. Kebijakan Kompensasi
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, maupun waktu pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan pegawai untuk mencapai kepuasan kerja pegawai serta mendorong serta mendorong terwujudnya sasaran perusahaan/Puskesmas. Kompensasi terdiri dari kompensasi langsung yaitu gaji/insentif dan kompensasi tidak langsung yaitu kesejahteraan karyawan (TKD), jika perbandingan kompensasi ditetapkan sedemikian rupa maka kehadiran pegawai akan lebih baik. 5. Gaji Pokok Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 Dalam PP yang telah ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 11 April 2013 disebutkan, ketentuan gaji pokok baru PNS yang merupakan perubahan ke-15 atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 itu berlaku pada tanggal 1 Januari 2013.
Tabel 10. Ketentuan gaji pokok PNS
Golongan Gaji Pokok PNS (dalam Rupiah)
I/a Sampai I/d 1.323.000,- Sampai dengan 2.777.200,-II/a Sampai II/d 1.714.100,- Sampai dengan 3.238.000,-III/a Sampai III/d 2.186.400,- Sampai dengan 4.066.100,-IV/a Sampai IV/e 2.580.500,- Sampai dengan
5.002.000,-Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 6. TKD di Pemda Provinsi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta adalah kawasan Ibukota yang memiliki tantangan begitu kompleks dari segi kependudukan, tuntutan akan pelayanan publik yang lebih baik, kesehatan, transportasi kota, hingga masalah penanganan sampah. Anggaran yang disiapkan untuk pemberian TKD Rp. 3,5 triliun. Pemberian TKD memberikan dorongan untuk terciptanya disiplin bekerja. Harapannya adalah bahwa anggaran untuk gaji dan tunjangan akan berbasis pada kinerja seraya menghapus bentuk-bentuk honorarium yang kurang jelas pedoman alokasinya. Ketentuan yang melandasi pemberian TKD di provinsi DKI ini adalah Peraturan Gubernur No.215 tahun 2009 yang diterbitkan pada tanggal 30 Desember 2009. Kebijakan mengenai TKD sendiri sebenarnya baru
(23)
mulai disosialisasikan pada bulan Februari 2010 Sesuai dengan Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 215 tahun 2009 tanggal 30 Desember 2009, Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) diberikan berdasarkan jabatan. Berikut peringkat (grade) jabatan yang menjadi dasar besaran tunjangan yang diterima dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Tunjangan fungsional PNS Puskesmas Sawah Besar
Medis
Golongan Jumlah Rupiah
IVd 1.400.000
IVc 1.200.000
IVb 1.200.000
IVa 1.200.000
IIId 750.000
IIIc 750.000
IIIb 325.000
IIIa 325.000
Paramedis
Golongan Jumlah Rupiah
IIId 600.000
IIIc 500.000
IIIb 300.000
IIIa 300.000
IId 240.000
IIc 240.000
Umum IIa-IIIb 185.000
(24)
Tabel 12. Skala jabatan untuk pemberian TKD
Grade Keterangan Tunjangan
18-20 Non Karier
17 Eselon I Rp. 50.000.000
16
15 Eselon II Rp. 28.000.000
14 Rp. 26.000.000
13 Rp. 24.000.000
12 Rp. 22.000.000
11 Eselon III Rp. 11.550.000
10 Rp. 10.550.000
9 Rp. 9.550.000
8 Eselon IV Rp. 6.550.000
7 Rp. 6.200.000
6 Rp. 5.850.000
5 Eselon V Rp. 5.500.000
4-1 Staff Rp. 4.700.000 – 2.900.000
Sumber: Pergub DKI Jakarta No.215/2009
Pemerintah Provinsi Daerah Kusus Ibukota Jakarta menghapus honor dan tunjangan bagi pegawai negeri sipil (PNS) yang ada pada saat ini dan menggantinya dengan Tunjangan Kinerja Daerah (TKD). TKD ini pengganti honor, TPP dan kesra yang dihapus. Selain menertibkan administrasi, TKD juga untuk memacu kinerja, TKD diberikan berdasarkan pada poin kehadiran atau presensi. Selanjutnya setiap poin yang terkumpul digunakan untuk menilai apakah pegawai yang bersangkutan layak untuk diberi tambahan TKD. Pegawai yang mangkir atau pun melebihi ketentuan keterlambatan absensi maksimal sebesar 2.250 menit/ tahun, tidak akan berhak mendapat TKD. Seperti absensi misalnya, memegang bobot paling besar yakni 70 persen dari penilaian kinerja dan 30 persen sisanya adalah penilaian terhadap hasil kerja yang dicapai.
2.2. Disiplin Kerja
Menurut (Ardana, 2012) Disiplin kerja dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya.
(25)
Menurut (PP 53 Tahun 2010) Disiplin kerja pegawai adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. 1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tegaknya disiplin dalam
perkantoran antara lain sebagai berikut:
a. Pemberian tingkat kompensasi yang cukup memadai. b. Adanya perhatian terhadap kesulitan para pegawai. c. Adanya penghargaan pada prestasi.
d. Adanya keragaman peraturan disiplin yang berlaku untuk semua orang. e. Adanya keteladanan pimpinan.
f. Penerapan disiplin yang bersifat mendidik.
g. Adanya keberanian pimpinan untuk menindak yang melanggar disiplin. Secara khusus pembinaan disiplin kerja para pegawai, dengan tujuan antara lain sebagai berikut:
1) Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijaksanaan ketenagakerjaan maupun peraturan kebijakan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis serta melaksanakan perintah atasan.
2) Dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada pihak tertentu yang berkepentingan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya.
3) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa dengan sebaik-baiknya.
4) Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
5) Para pegawai mampu memperoleh tingkat produktifitas yang tinggi sesuai dengan harapan Puskesmas, baik dalam jangka pendek maupun jangka pajang. Peraturan-peraturan PP Nomor 53 tahun 2010 yang berkaitan dengan disiplin kerja di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar antara lain:
(26)
b. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
c. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain.
d. Mentaati semua kewajiban dan larangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di pemda DKI Jakarta. 2. Kedisiplinan
Menurut (Hasibuan, 2012) Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Indikator-indikator Kedisiplinan
Menurut (Hasibuan, 2012) Indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi, diantaranya:
a. Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang ingin dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. jika pekerjaan itu diluar kemampuannya atau jauh dibawah kemampuannya maka kesungguhan dan kedisiplinan pegawai rendah.
b. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya, pimpinan harus memberikan contoh yang baik, berdisiplin baik, serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahanpun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin. c. Keadilan
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai, karena ego dan sifat manusia yang merasa selalu dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa. Dengan keadilan yang
(27)
baik akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula. Keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap Puskesmas supaya kedisiplinan pegawai Puskesmas baik pula.
d. Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan pegawai. Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir di tempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
e. Sangsi Hukuman
Sangsi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai. Dengan sangsi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan – peraturan puskesmas atau perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. f. Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Pemimpin harus berani dan tegas, bertindak untuk menghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sangsi hukuman yang telah ditetapkan.
g. Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu lingkungan kerja. Atasan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertical maupun horizontal diantara semua pegawainya. Terciptanya human realitionship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman.
4. Ketentuan Disiplin Kerja
Ketentuan tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur Dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010. Kewajiban dan larangan bagi Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun
(28)
2010 Bab II bagian kesatu dan kedua pasal 3 dan pasal 4, menurut pasal 3 bab II Bagian kesatu setiap Pegawai Negeri Sipil Wajib:
1) Mengucapkan sumpah/janji PNS
2) Mengucapkan sumpah atau janji jabatan
3) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara kesatuan republik Indonesia dan Pemerintah.
4) Mentaati segala ketentuan perundang undangan.
5) Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian kesadaran dan tanggung jawab.
6) Menjunjung tinggi kehormatan Negara Pemerintah dan Martabat PNS. 7) Mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang dan atau golongan.
8) Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut pemerintah harus dirahasiakan.
9) Bekerja dengan jujur, tertib dan cermat dan bersemangat demi kepentingan Negara.
10) Melaporkan dengan segera kepada atasan apabila mengetahui ada hal yang membahayakan atau merugikan Negara atau Pemerintah, terutama dibidang keamanan, keuangan, materiil.
11) Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja. 12) Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
13) Menggunakan barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya. 14) Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat. 15) Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
16) Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karir sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010, BAB II bagian ke dua pasal 4.
Selain kewajiban dan larangan, peraturan Pemerintah Nomor 53 Mengatur hukuman dengan disiplin kerja, tingkat dan jenis hukuman disiplin kerja tercantum dalam pasal 7 yakni:
(29)
a. Tingkatan hukuman disiplin terdiri dari: 1) Hukuman disiplin ringan.
2) Hukuman disiplin sedang. 3) Hukuman disiplin Berat.
b. Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
1) Teguran Lisan 2) Teguran Tertulis
3) Teguran tidak puas secara tertulis
c. Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun 2) Penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun
3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama satu tahun
d. Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:
1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama tiga tahun.
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah. 3) Pembebasan dari jabatan.
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai negeri sipil.
5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pejabat yang berwenang (Pejabat Pembina Kepegawaian)
menghukum Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindakan indisipliner tercantum dalam bagian keempat Peraturan Pemerintah Tahun 2010, pasal 15 yang berisi:
1. Presiden menetapkan penjatuhan hukuman disiplin bagi PNS yang menduduki jabatan structural eselon I dan jabatan lain yang pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang presiden untuk hukuman untuk jenis hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (4) huruf (b), huruf (c) huruf (d), huruf (e) .
(30)
2. Penjatuhan disiplin sebagai mana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan kepada pejabat pembina kepegawaian
2.3. Partial Least Square (PLS)
Menurut Ghozali, Partial Least Square (PLS) dikembangkan pertama kali oleh wold sebagai metode untuk mengestimasi path model yang menggunakan konstruk laten dengan multiple indicator. Menurut (Wold dalam Ghozali, 2005) menyatakan Partial Least Square (PLS) merupakan metode yang powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus terdistribusi normal multivariate (indikator dengan skala teori, ordinal, interval sampai ratio digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar. Walaupun PLS memungkinkan sebagai bentuk konfirmasi teori, tetapi dapat juga untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara variabel laten. Hal ini lebih difokuskan untuk data dan dengan prosedur estimasi yang terbatas, maka spesifikasi model tidak terlalu berpengaruh terhadap estimasi parameter, dibandingkan dengan CBSEM, PLS juga digunakan untuk masalah serius yaitu in adminisable solution dan faktor indeterminaci.
2.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Harjanto (2003) mengenai hubungan antara persepsi tentang motivasi kerja dan pengawasan pimpinan dengan disiplin kerja pada perusahaan Bati Menur di Bayat, Klaten. Pada hasil penelitian ini ditemukan bahwa motivasi dan pengawasan mempunyai hubungan yang cukup terhadap disiplin kerja. Hal ini ditunjukan dengan nilai r dari kedua peubah berturut turut yaitu 0,68683 dan 0,751236 serta nilai t-hitung untuk motivasi dan pengawasan yang lebih besar dari t-tabel. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa seorang karyawan akan selalu disiplin dalam melaksanakan tugas, jika mendapat pengawasan dan merasa puas dengan perusahaan. Dengan pengawasan dan kepuasan tersebut karyawan akan mematuhi peraturan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dito (2010) berjudul Pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan PT Slamet Langgeng Purbalingga dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Interviening dengan menggunakan
(31)
metode analisis jalur dan analisis linear berganda menunjukan bahwa variabel kompensasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, sehingga apabila kompensasi terhadap karyawan diperhatikan perusahaan akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawannya. Selain itu penelitian tersebut menghasilkan bahwa variabel kompensasi berpengaruh tidak langsung terhadap kinerja melalui motivasi kerja.
Sophia dewi (2006) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Hubungan Sistem Kompensasi dengan Motivasi dan Kinerja Karyawan Departemen produksi PT CRI. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa sistem kompensasi yang diterapkan pada PT CRI Secara umum cukup sesuai dengan harapan karyawan. Karyawan berada pada kondisi termotivasi dan karyawan memiliki kinerja yang tinggi. Setelah dilakukan uji korelasi diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja karyawan tetap dan kontrak. Menerapkan asas adil dalam kompensasi metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis korelasi rank Spearman dengan program SPSS 11.5 forwindows.
Jauhary (2008) tentang Analisis Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan Terhadap Produktivitas Karyawan PT Behaestex Gresik, dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, menyatakan bahwa disiplin kerja telah dilaksanakan oleh karyawan PT Behaestex dengan baik. Hal ini menunjukan bahwa mentaati waktu kerja, melakukan pekerjaan dengan baik dan memenuhi peraturan perusahaan dan norma sosial secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produtifitas kerja karyawan. Mentaati waktu kerja secara parsial.
(32)
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka PemikiranPusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu instansi Pemerintah Daerah yang berada di bawah naungan Dinas Kesehatan, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki tujuan yang akan diwujudkan melalui visi dan misi.
Visi adalah Puskesmas yang bermutu bagi semua lapisan masyarakat.
Misi Puskesmas Kecamatan Sawah Besar adalah Menyelenggarakan dan mempromosikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi bagi semua lapisan masyarakat. Memberdayakan Sumber Daya Manusia secara optimal dan bekerja sesuai standard pemberian pelayanan prima kepada masyarakat. Menggalang kemitraan dengan lintas sektoral dan swasta. Mengembangkan sistem informasi kesehatan yang profesional.
Sumber Daya Manusia merupakan bagian terpenting untuk dapat menerapkan terwujudnya visi dan misi Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, sehingga diperlukan penanganan yang tepat, salah satunya melalui penerapan disiplin kerja pada Pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. Apabila suatu instansi dapat menerapkan kedisiplinan pegawainya dengan baik maka akan meningkatkan tujuan Puskesmas untuk mewujudkan visi dan misi Puskesmas secara efektif dan efesien. Penelitian ini mempelajari mengenai Pengaruh kompensasi pegawai terhadap disiplin kerja pegawai negeri sipil di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar .
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara pegawai Puskesmas diperoleh gambaran pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja pegawai negeri sipil di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Jakarta Pusat. Data absensi pegawai dapat digunakan untuk melihat adanya pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. Data absensi pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran melebihi ketentuan yang disyaratkan yaitu mangkir Absensi maksimal diberikan toleransi oleh Pemerintah Daerah selama 2.250 Menit/ Tahun atau Alpha 5 hari/ Tahun. Jika pegawai negeri sipil melanggar ketentuan absensi melebihi ketentuan yang disyaratkan, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 53
(33)
tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil maka pegawai negeri sipil yang melanggar ketentuan absensi akan menerima hukuman indisipliner yaitu tidak menerima tunjangan kinerja daerah selama tiga bulan.
Penerapan disiplin kerja yang kuat dari para pegawai dibentuklah suatu sistem kompensasi berupa undang-undang Pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) berdasarkan Peraturan Gubernur No. 12/2012 tentang pembayaran Tunjangan Kinerja Daerah dan Peraturan Gubernur No. 59 Tahun 2013 tentang pemberian TKD untuk peningkatan disiplin kerja Pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar yang akan mempengaruhi terciptanya penerapan dalam disiplin kerja pegawai yang lebih baik.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Puskesmas Kecamatan Sawah Besar
Kompensasi Pegawai 1. Langsung
- Gaji Pegawai 2. Tidak langsung
- Tunjangan Kinerja Daerah Tujuan Organisasi Dalam mengelola SDM - PNS
Partial Least Square (PLS)
Disiplin Kerja Pegawai 1. Tujuan Dan Kemampuan 2. Teladan Pimpinan 3. Keadilan 4. Waskat 5. Sangsi Hukuman 6. Ketegasan
7. Hubungan kemanusiaan
Pengaruh Kompensasi terhadap disiplin
kerja Pegawai Negeri Sipil Pengaruh
(34)
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penentuan tempat penelitian ini dilaksanakan secara sengaja (Purposive) di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Sawah Besar yang beralamat di Jl. Dwiwarna 6 Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat. Sedangkan waktu penelitian ini dimulai dari bulan juli tahun 2013 sampai bulan Oktober 2013.
3.3. Jenis Data
Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dilapangan, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu Kepala Puskesmas, Kepala sub bagian Tata Usaha. Wawancara menggunakan kuesioner yang diisi oleh seluruh Pegawai Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat. Data sekunder diperoleh dari hasil studi kepustakaan, arsip data, dan berbagai literature, baik berupa buku yang memuat teori-teori, hasil penelitian terdahulu, serta pencatatan data-data yang sudah ada.
3.4. Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan secara umum sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang mewakili karakteristik populasi
dalam peneltian. Sampel mempunyai cakupan lebih kecil dari pada populasi.
Untuk mendapatkan sampel, maka digunakanlah teknik penggambilan sampel atau sering disebut dengan sampling. Menurut Sugiyono 2011,Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan jika populasi besar dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada pada populasi. Teknik Sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menetukan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik:
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama kepada setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Tekni ini meliputi,Simple randem sampling. Simple Randem Sampling adalah pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan jika anggota populasi bersifat homogen dengan
(35)
pengambilan sampel sebanyak 40 responden PNS Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pengamatan langsung (observasi) ke Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, wawancara dan studi kepustakaan terhadap dokumen dan data-data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat. Metode wawancara yang dilakukan adalah wawancara langsung dan tidak langsung.
Kevalidan dan kesahihan data yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada responden diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
a. Uji Validitas
Menurut (Amir, 2009) Uji Validitas adalah Suatu skala pengukuran dikatakan benar atau valid bila pengukuran atau apa yang diukur tersebut dilakukan sesuai dengan yang seharusnya atau sesuai dengan ketentuan. Rumus Uji Validitas yang digunakan:
R = ………(1)
Keterangan:
n = jumlah reponden
X= skor masing-masing pernyataan dari tiap responden Y= skor total semua pertanyaan dari tiap responden
r = koefisien korelasi
Berdasarkan data dari 30 responden dari kuesioner yang telah diolah melalui Software SPSS 1.6. Pada uji validitas secara keseluruhan hasil dari kuesioner dapat dikatakan valid dengan nilai korelasinya lebih besar dari 0,361 atau p-value lebih kecil dari α 5%.
b. Uji Reliabilitas
Menurut (Amir, 2009) adalah ketetapan skala pengukuran yang digunakan akan menentukan benar dan tepatnya hasil analisis. Reliabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran. Maka
(36)
reliabilitas menunjukan ketepatan skala pengukuran. Ketepatan skala pengukuran dapat dilihat dari konsistensi dan stabilitas ukuran.
Rumus Uji Reliabilitas menggunakan teknik Cronbach:
r11=( ………....(2)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrument k = banyak butir pertanyaan ∑ = jumlah ragam butir
= variabel total
Dengan rumus varian yang digunakan
σ² = ………..………..(3)
Keterangan:
N = Jumlah Responden
X = Skor masing masing pertanyaan
Berdasarkan data dari 30 responden dari kuesioner yang telah diolah melalui Software SPSS 1.6. Pada uji reliabilitas secara keseluruhan hasil dari kuesioner dapat dikatakan reliable dengan nilai alpha cronbach’s 0,918 dari 57 total pertanyaan. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden diperoleh dari pegawai PNS yang akan diolah. Pada uji reliabilitas diperoleh nilai α cronbach lebih besar dari 0,7 untuk semua butir pernyataan. Maka dapat dikatakan reliable.
c. Lebar selang Range Spearman:
Lebar selang = ….………..……..(4)
=
= = 0,8 Keterangan:
X max = Total maksimum nilai pada kuesioner X min = Total minimum nilai pada kuesioner n Range = Skala maksimum
(37)
Tabel 13. Lebar selang Range Spearman
Skala Pernyataan
1 – 1,8 Sangat Tidak Baik
1,85 – 2,6 Tidak Baik
2,65 – 3,4 Cukup Baik
3,45 – 4,2 Baik
4,25 – 5 Sangat Baik
Sumber: Range Spearmen (2008)
3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 1.6 dan Software smartPLS 2.0 Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan rataan skor dan Partial Least Squaredengan bantuan Software SmartPLS 2.0
1. Analisis Deskriptif dengan Rataan Skor
Menurut Sugiyono (2011), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik responden pada penelitian melalui rataan skor. Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden yang berpengaruh terhadap variabel pada penelitian. Pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat.
2. Partial Least Square
Path Modelling Partial Least Squereadalah suatu teknik pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Pada metode Path Modelling Partial Least Squere terdapat dua evaluasi model, yaitu model pengukuran atau outer modeldan model struktural atau inner model.
a. Model Pengukuran atau Outer Model
Outer modeladalah hubungan antar indikator dengan konstruknya. Pada model reflektif, dilakukan tiga pengujian untuk menentukan validitas dan reliabilitas, yaitu convergent validity, discriminant validity
(38)
dan composite reliability. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,50 sampai 0,60 dianggap cukup (Ghozali, 2008). Pada penelitian ini variabel indikator atau manifest dikatakan valid apabila nilai loading diatas 0,50 discriminant validity dari model pengukuran reflektif indicatordinilai berdasarkan cross loadingpengukuran dengan konstruk. Disamping uji validitas dilakukan juga uji reliabilitas konstruk menggunakan composite reliability. Composite reliability digunakan untuk mengukur internal consistency. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability diatas 0,70 dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (Ghozali, 2008).
b. Model Struktural atau Inner model
Inner Model Menggambarkan hubungan antara variabel berdasarkan pada teori subtantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-squere untuk konstruk dependent dan uji-t untuk menentukan signifikansi dari koefisien jalur struktural. Dinyatakan signifikan jika nilai t-value lebih besar dari t-tabel. Nilai t-tabel untuk
tingkat kesalahan 5% adalah 1,96, maka jika nilai t-value lebih besar dari 1,96 maka dinyatakan signifikan. Menilai Model dengan Path Modelling Partial Least Squaredimulai dengan R-square untuk setiap variabel laten dependen. Interpretasinnya sama dengan interpretasi pada regresi. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif. (Ghojali, 2008).
Kelebihan dari Partial Least Squere adalah suatu teknik pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis varian Perbandingan antara PLS dan SEM dapat dilihat di Tabel 14.
(39)
Tabel 14. Perbandingan PLS dengan SEM (Ghozali, 2008).
Kriteria PLS SEM
1. Tujuan Orientasi Prediksi Orientasi Parameter 2. Pendekatan Berdasar Variance Berdasarkan Covariance
3. Asumsi Spesifikasi Prediktor (nonparametric)
Multivariate normal distribution. Independence observation (parameter) 4. Estimasi
parameter
Konsisten sebagai indicator dan sample sizemeningkat
(consistency at large)
Konsisten
5. Score variabel laten
Secara eksplisit di estimasi Indeterminate
6. Hubungan epistemic
Dapat dalam bentuk
reflective maupun formative
indikator
Hanya dengan reflective indicator
7. Implikasi Optimal untuk ketepatan prediksi
Optimal untuk ketepatan parameter
8. Kompleksitas model
Kompleksitas besar (100 konstruk dan 1000 indikator)
Kompleksitas kecil sampei menengah (kurang dari 100 indicator)
9. Besar sampel Kekuatan analisis didasarkan pada porsi dari model yang memiliki jumlah prediktor terbesar. Minimal di rekomendasikan berkisar 30 sampai 100 kasus.
Kekuatan analisis di dasarkan pada model spesifik.
Minimal di rekomendasikan berkisar 200 sampai 800
3. Perbandingan antaraSoft Modelling dan Hard Modelling
Model SEM atau biasa dikenal dengan nama hard modeling. Sedangkan PLS sering disebut soft modeling. Soft memiliki arti tidak mendasarkan pada asumsi alat pengukuran, distribusi data dan jumlah sampel. Pada hard modelingbertujuan untuk menguji hubungan kausalitas antara variabel yang sudah dibangun berdasarkan teori, sedangkan pada soft modeling bertujuan mencari hubungan linear prediktif antar variabel. Hubungan kausalitas tidak sama dengan hubungan prediktif.
4. Variabel Laten dengan Indikator Reflektif dan Indikator Formatif
Pada SEM variabel laten diukur dengan indicator yang bersifat reflektif. Model reflektif mengasumsikan bahwa konstruk atau variabel laten mempengaruhi indikator (arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indicator atau manifest).
(40)
a. Model Indikator Reflektif
Model reflektif ini lebih dikenal dengan sebutan principical factor model dimana covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh konstruk laten atau mencerminkan variasi variasi dari konstruk laten.
Gambar 2. Principal Faktor (Reflektif) (Gozali, 2008)
b. Model Indikator Formatif
Pada model formatif, komposit faktor (variabel laten) dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Sehingga arah hubungan kausalitas dari indikator ke variabel laten. Pada model komposit variabel laten, perubahan pada indikator dihipotesiskan mempengaruhi perubahan dalam konstruk (variabel laten). Model formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk bahwa semua indikator mempengaruhi single konstruk. arah hubungan hubungan mengalir dari indikator ke konstruk laten dan indikator sebagai grup secara bersama sama menentukan konsep atau makna empiris dari konstruk laten. Model formatif berasumsi tidak ada hubungan korelasi antar indikator maka ukuran internal konsistensi reliabilitas (crobach alpha) tidak diperlukan untuk menguji reliabilitas konstruk.
Gambar 3. Principal Faktor (Formatif) (Gozali, 2008) 5. Metode Partial Least Square
Metode PLS ini dapat mengasumsikan bahwa semua ukuran variance adalah variance yang berguna untuk dijelaskan. PLS Memberikan model umum yang meliputi teknik korelasi kanonikal, redundancy analysis,
Principal Factor 1
X1
X3 X2
E1 E2 E3
Principal Fact or 1
X4 E4
E5 E6 X5
(41)
regresi berganda, multivariate analysis of variance (MANOVA) dan principle component analysis. PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least squeres maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala ukuran variabel. 6. Cara kerja Partial Least Square (PLS)
Estimasi parameter yang didapatkan dengan PLS dapat dikatagorikan menjadi tiga. Katagori pertama, weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Katagori kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan blok indikatornya (loading). Katagori ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimasi, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan tahap ketiga menghasilkan estimasi meansdari lokasi (konstanta). 7. Model Spesifikasi dengan PLS
Model analisi jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan:
a) Outer Model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikator atau fariabel manifestnya (measurement model). b) Weigth relation dimana nilai kasus variabel laten dapat di estimasi.
Tanpa kehilangan generalisasi, dapat diasusmsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest variabel diskala zero means dan unit variancesehingga parameter lokasi dapat dihilangkan dalam model. c) Inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten
(structural model). Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan substantive theory.
8. Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural berbasis PLS dengan software:
(42)
1) Model Struktural (inner model) Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
2) Merancang Model Pengukuran (outer model) Perancangan model pengukuran (outer model) dalam PLS sangat penting karena terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.
3) Mengkonstruksi diagram Jalur Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih mudah dipahami, hasil perancangan inner model dan outer model tersebut, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur.
4) Konversi diagram Jalur ke dalam Sistem Persamaan
a. Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifesnya.
b. Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian.
c. Weight relation, estimasi nilai kasus variabel latent. Inner dan outer model memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight 5) Estimasi
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
6)Goodness of Fit
a. Convergent validity: Korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Untuk hal ini loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, pada jumlah indikator per konstruk tidak besar, berkisar antara 3 sampai 7 indikator.
(43)
b. Goodness of Fit Model diukur menggunakan R-squarevariabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan regresi; Q-Square predictive relevance untuk model struktural, megukur seberapa baik nilai onservasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya.
7. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis (β, γ, dan λ) dilakukan dengan metode resampling Bootstrapyang dikembangkan oleh Geisser & Stone. Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t.
(44)
4.1. Gambaran Umum Instansi
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kecamatan Sawah Besar berlokasi di Jl. Dwiwarna no. 6-8, Jakarta Pusat. Luas total lahan Puskesmas Kecamatan adalah 1103 m2 dengan luas lahan terbangun yaitu 1500 m2. Puskesmas Kecamatan Sawah Besar membawahi beberapa Puskesmas dibawahnya yaitu Puskesmas Kelurahan Mangga Dua Selatan terletak di Jalan Mangga Dua Dalam No.1, Puskesmas Kelurahan Pasar Baru Terletak di Jalan Krekot Bunder No. 10 Pasar Baru, Puskesmas Kelurahan Kartini terletak di Jalan Kartini VIII Dalam.
Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki 1 gedung Puskesmas Kecamatan dan 3 gedung Puskesamas Kelurahan, Puskesmas Kecamatan sendiri merupakan gedung berlantai 4 dengan luas tanah 1103 m2 dan luas bangunan 1500 m2.
Lantai 1 (satu) Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dipergunakan untuk Loket Pendaftaran Pasien Pelayanan KIA dan Imunisasi, gudang obat, pelayanan 24 jam dan rumah bersalin, Lantai 2 (dua) Puskesmas Kecamatan Sawah Besar digunakan untuk pelayanan pengobatan gigi, Bp Umum, ruang tindakan, Poli gizi, pelayanan KB, MTBS untuk pengobatan anak usia dibawah lima tahun, MTBM untuk pengobatan anak usia satu sampai dengan dua bulan, Apotek, dan Laboratorium, Lantai 3 ( tiga) Puskesmas Kecamatan Sawah Besar digunakan untuk ruangan Bendahara, Binkesmas, gudang dan Ruang Kesehatan Lingkungan, Lantai 4 (empat) Puskesmas Kecamatan Sawah Besar digunakan untuk ruang Kepala Puskesmas, Kepala Sub. Bag. Tata usaha, Aula.
Struktur Organisasi adalah salah satu hal yang sangat penting dalam organisasi, karena didalam struktur organisasi dapat diketahui dengan jelas hubungan, tugas, fungsi serta peranan masing-masing jabatan. Organisasi Puskesmas Kecamatan diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) No.4 tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas dan Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Susunan organisasi Puskesmas Kecamatan sebagai berikut:
(45)
1. Kepala Puskesmas Kecamatan;
Kepala Puskesmas Kecamatan Sawah Besar bertugas sebagai seorang pemimpin dalam membawahi seluruh pegawai yang berada di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dan seluruh Puskesmas Kelurahan dibawahnya. 2. Kepala Puskesmas Kelurahan;
Kepala Puskesmas Kelurahan bertugas sebagai seorang pemimpin dalam membawahi seluruh pegawai yang berada di Puskesmas Kelurahan.
3. Kepala Sub Bag Tata Usaha;
Kepala Sub Bag Tata Usaha bertanggung jawab terhadap perekrutan pegawai dan pengaturan seluruh pegawai di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar dan Puskesmas Kelurahan dibawahnya.
4. Koordinator Pelayanan Kesehatan; a. Pelayanan medis Umum;
Koordinator pelayanan medis umum bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut;
Koordinator pelayanan kesehatan gigi dan mulut bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatn gigi dan mulut.
c. Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, dan KB;
Koordinator pelayanan kesehatan ibu, anak, dan KB (Keluarga Berencana) bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan ibu, anak, dan KB.
d. Gadar dan Bencana;
Koordinator gadar (Gawat Darurat) dan bencana bertanggung jawab pada pelayanan gadar dan bencana
e. Pelayanan IMS;
Koordinator pelayanan IMS (Infeksi Menular Seksual) bertanggung Jawab terhadap pelayanan IMS di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. f. Pelayanan LJSS;
Koordinator pelayanan LJSS (Layanan Jarum Suntik Steril) bertanggung jawab terhadap pelayanan LJSS di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
(46)
g. Pelayanan VCT
Koordinator pelayanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) bertugas bertanggung jawab terhadap pelayanan VCT di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
h. Pelayanan Kesehatan 24 jam;
Koordinator pelayanan kesehatan 24 jam bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan 24 jam di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar. i. Pelayanan TBC;
Koordinator pelayanan TBC (Tubercolosis) bertanggung jawab terhadap pelayanan TBC di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
j. Pelayanan Rumah Bersalin
Koordinator pelayanan Rumah Bersalin bertanggung jawab terhadap pelayanan Rumah Bersalin di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
5. Koordinator Penunjang
a. Satuan Pelaksana Pelayanan Laboratorium;
Koordinator satuan pelaksana pelayanan laboratorium bertanggung jawab terhadap hasil dari kebenaran hasil pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
b. Satuan Pelaksana Pelayanan Gizi;
Koordinator satuan pelaksana pelayanan gizi bertanggung jawab terhaadap permasalahan tentang penyuluhan kecukupan gizi untuk masyarakat di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
c. Satuan Pelaksana Pelayanan Farmasi;
Koordinator satuan pelaksana pelayanan farmasi bertanggung jawab terhadap obat di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
d. Kesehatan Masyarakat
Koordinator kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap penyuluhan tentang kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Kecamatan Sawah Besar.
(47)
Gambar 4. Struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, 2013
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar Kota Administrasi Jakarta Pusat yang diambil secara acak dengan sampel berjumlah 40 Pegawai Negeri Sipil. Kusioner dalam penelitian ini di tinjau dari segi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jabatan dan lama bekerja. Penelitian ini menggunakan crosstabs. Kegunaan crosstabs atau tabulasi silang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel kategori (nominal atau ordinal). Penelitian ini menggunakan variabel ordinal. Crosstabs pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara identitas responden dengan indikator disiplin kerja. Hasil Crosstabs selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Karakteristik Responden
(48)
Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013 Berdasarkan Gambar 5 Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki Pegawai Negeri Sipil perempuan sebesar 67,50 % dan Pegawai Negeri Sipil laki-laki sebanyak 32,50%.
Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, 2013
Berdasarkan Gambar 6 Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil Tahun 2013 dengan usia kurang dari 30 Tahun sebanyak 27,50%, Pegawai Negeri Sipil usia 31-40 Tahun sebanyak 30,00% dan Pegawai Negeri Sipil usia diatas 40 Tahun sebanyak 42,50%
(49)
Gambar 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir,2013 Berdasarkan Gambar 7 Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil Tahun 2013 dengan pendidikan terakhir SMA sebnyak 10%, D3 sebanyak 35 %, S1 sebanyak 50 %, S2 sebanyak 5%.
Gambar 8. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan, 2013 Berdasarkan Gambar 8 Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil Tahun 2013 bedasarkan Jabatan yaitu Apoteker sebanyak 5%, Bidan sebanyak 7,5%, Dokter Gigi Sebanyak 10%, Dokter Umum Sebanyak 20%, Laboratorium sebanyak 2,5%, Perawat sebanyak 15%, Staff sebanyak 40%.
Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja, 2013 Berdasarkan Gambar 9 Puskesmas Kecamatan Sawah Besar memiliki
jumlah Pegawai Negeri Sipil Tahun 2013 berdasarkan lama bekerja kurang
dari sama dengan 5 Tahun sebanyak 47,50%, 6-10 Tahun sebanyak 10%,
(1)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Jabatan * Tujuan dan Kemampuan
Crosstab
1 1 0 2
2,5% 2,5% ,0% 5,0%
1 2 0 3
2,5% 5,0% ,0% 7,5%
0 2 2 4
,0% 5,0% 5,0% 10,0%
0 5 3 8
,0% 12,5% 7,5% 20,0%
0 1 0 1
,0% 2,5% ,0% 2,5%
1 4 1 6
2,5% 10,0% 2,5% 15,0%
5 6 5 16
12,5% 15,0% 12,5% 40,0%
8 21 11 40
20,0% 52,5% 27,5% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
3 4 5
Tujuan dan Kemampuan
Total
Chi-Square Tests
9,447
a12
,664
13,050
12
,365
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
20 cells (95,2%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.
a.
Jabatan * Teladan Pimpinan
Crosstab
0 1 1 2
,0% 2,5% 2,5% 5,0%
2 1 0 3
5,0% 2,5% ,0% 7,5%
1 3 0 4
2,5% 7,5% ,0% 10,0%
1 7 0 8
2,5% 17,5% ,0% 20,0%
0 1 0 1
,0% 2,5% ,0% 2,5%
2 4 0 6
5,0% 10,0% ,0% 15,0%
3 8 5 16
7,5% 20,0% 12,5% 40,0%
9 25 6 40
22,5% 62,5% 15,0% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
3 4 5
Teladan Pimpinan
Total
Chi-Square Tests
13,806
a12
,313
15,593
12
,211
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
19 cells (90,5%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,15.
(2)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Jabatan * Keadilan
Crosstab
0 0 2 0 2
,0% ,0% 5,0% ,0% 5,0%
0 1 1 1 3
,0% 2,5% 2,5% 2,5% 7,5%
0 1 2 1 4
,0% 2,5% 5,0% 2,5% 10,0%
1 4 2 1 8
2,5% 10,0% 5,0% 2,5% 20,0%
0 0 0 1 1
,0% ,0% ,0% 2,5% 2,5%
0 0 1 5 6
,0% ,0% 2,5% 12,5% 15,0%
1 2 7 6 16
2,5% 5,0% 17,5% 15,0% 40,0%
2 8 15 15 40
5,0% 20,0% 37,5% 37,5% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
2 3 4 5
Keadilan
Total
Chi-Square Tests
18,417
a18
,429
19,653
18
,353
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
26 cells (92,9%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,05.
a.
Jabatan * Waskat
Crosstab
0 0 1 0 1 2
,0% ,0% 2,5% ,0% 2,5% 5,0%
0 0 2 1 0 3
,0% ,0% 5,0% 2,5% ,0% 7,5%
0 1 2 1 0 4
,0% 2,5% 5,0% 2,5% ,0% 10,0%
0 1 5 2 0 8
,0% 2,5% 12,5% 5,0% ,0% 20,0%
0 1 0 0 0 1
,0% 2,5% ,0% ,0% ,0% 2,5%
1 0 2 2 1 6
2,5% ,0% 5,0% 5,0% 2,5% 15,0%
0 1 6 7 2 16
,0% 2,5% 15,0% 17,5% 5,0% 40,0%
1 4 18 13 4 40
2,5% 10,0% 45,0% 32,5% 10,0% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
1 2 3 4 5
Waskat
Total
Chi-Square Tests
24,738
a24
,420
19,712
24
,713
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
33 cells (94,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,03.
(3)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Jabatan * Sangsi Hukuman
Crosstab
0 1 1 2
,0% 2,5% 2,5% 5,0%
2 1 0 3
5,0% 2,5% ,0% 7,5%
1 2 1 4
2,5% 5,0% 2,5% 10,0%
3 5 0 8
7,5% 12,5% ,0% 20,0%
0 1 0 1
,0% 2,5% ,0% 2,5%
1 4 1 6
2,5% 10,0% 2,5% 15,0%
7 6 3 16
17,5% 15,0% 7,5% 40,0%
14 20 6 40
35,0% 50,0% 15,0% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
3 4 5
Sangsi Hukuman
Total
Chi-Square Tests
8,575a 12 ,739
10,594 12 ,564
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
19 cells (90,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15.
a.
Jabatan * Ketegasan
Crosstab
0 1 1 2
,0% 2,5% 2,5% 5,0%
0 2 1 3
,0% 5,0% 2,5% 7,5%
0 0 4 4
,0% ,0% 10,0% 10,0%
1 4 3 8
2,5% 10,0% 7,5% 20,0%
0 0 1 1
,0% ,0% 2,5% 2,5%
0 3 3 6
,0% 7,5% 7,5% 15,0%
1 7 8 16
2,5% 17,5% 20,0% 40,0%
2 17 21 40
5,0% 42,5% 52,5% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
2 3 4
Ketegasan
Total
Chi-Square Tests
7,235
a
12
,842
9,431
12
,666
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
19 cells (90,5%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,05.
(4)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Jabatan * Hubungan Kemanusiaan
Crosstab
0 0 1 1 2
,0% ,0% 2,5% 2,5% 5,0%
0 0 1 2 3
,0% ,0% 2,5% 5,0% 7,5%
0 0 1 3 4
,0% ,0% 2,5% 7,5% 10,0%
0 0 7 1 8
,0% ,0% 17,5% 2,5% 20,0%
0 0 1 0 1
,0% ,0% 2,5% ,0% 2,5%
0 0 1 5 6
,0% ,0% 2,5% 12,5% 15,0%
1 1 8 6 16
2,5% 2,5% 20,0% 15,0% 40,0%
1 1 20 18 40
2,5% 2,5% 50,0% 45,0% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total APOTEKER
BIDAN DOKTER GIGI DOKTER UMUM LABORATORIUM PERAWAT STAFF Jabatan
Total
2 3 4 5
Hubungan Kemanusiaan
Total
Chi-Square Tests
13,361a 18 ,770
14,752 18 ,679
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
26 cells (92,9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,03.
a.
Lama_Bekerja * Tujuan dan Kemampuan
Crosstab
6
11
2
19
15,0%
27,5%
5,0%
47,5%
1
1
2
4
2,5%
2,5%
5,0%
10,0%
1
9
7
17
2,5%
22,5%
17,5%
42,5%
8
21
11
40
20,0%
52,5%
27,5%
100,0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
<= 5 tahun
6 - 10 tahun
> 10 tahun
Lama_Bekerja
Total
3
4
5
Tujuan dan Kemampuan
Total
Chi-Square Tests
7,583
a4
,108
8,500
4
,075
5,961
1
,015
40
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig.
(2-sided)
6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,80.
(5)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Lama_Bekerja * Teladan Pimpinan
Crosstab
6 11 2 19
15,0% 27,5% 5,0% 47,5%
0 2 2 4
,0% 5,0% 5,0% 10,0%
3 12 2 17
7,5% 30,0% 5,0% 42,5%
9 25 6 40
22,5% 62,5% 15,0% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun
> 10 tahun Lama_Bekerja
Total
3 4 5
Teladan Pimpinan
Total
Chi-Square Tests
5,755a 4 ,218
5,382 4 ,250
,597 1 ,440
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,60.
a.
Lama_Bekerja * Keadilan
Crosstab
2 6 8 3 19
5,0% 15,0% 20,0% 7,5% 47,5%
0 1 2 1 4
,0% 2,5% 5,0% 2,5% 10,0%
0 1 5 11 17
,0% 2,5% 12,5% 27,5% 42,5%
2 8 15 15 40
5,0% 20,0% 37,5% 37,5% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun > 10 tahun Lama_Bekerja
Total
2 3 4 5
Keadilan
Total
Chi-Square Tests
11,709a 6 ,069
13,033 6 ,043
10,382 1 ,001
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.
a.
Lama_Bekerja * Waskat
Crosstab
0 1 12 5 1 19
,0% 2,5% 30,0% 12,5% 2,5% 47,5%
0 1 2 1 0 4
,0% 2,5% 5,0% 2,5% ,0% 10,0%
1 2 4 7 3 17
2,5% 5,0% 10,0% 17,5% 7,5% 42,5%
1 4 18 13 4 40
2,5% 10,0% 45,0% 32,5% 10,0% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun > 10 tahun Lama_Bekerja
Total
1 2 3 4 5
Waskat
Total
Chi-Square Tests
8,395a 8 ,396
9,081 8 ,335
,487 1 ,485
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
11 cells (73,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,10.
(6)
Lanjutan Lampiran 3. Crosstabs
Lama_Bekerja * Sangsi Hukuman
Crosstab
9 7 3 19
22,5% 17,5% 7,5% 47,5%
2 1 1 4
5,0% 2,5% 2,5% 10,0%
3 12 2 17
7,5% 30,0% 5,0% 42,5%
14 20 6 40
35,0% 50,0% 15,0% 100,0%
Count % of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun > 10 tahun Lama_Bekerja
Total
3 4 5
Sangsi Hukuman
Total
Chi-Square Tests
5,542a 4 ,236
5,737 4 ,220
1,249 1 ,264
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,60.
a.
Lama_Bekerja * Ketegasan
Crosstab
1 8 10 19
2,5% 20,0% 25,0% 47,5%
0 2 2 4
,0% 5,0% 5,0% 10,0%
1 7 9 17
2,5% 17,5% 22,5% 42,5%
2 17 21 40
5,0% 42,5% 52,5% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun > 10 tahun Lama_Bekerja
Total
2 3 4
Ketegasan
Total
Chi-Square Tests
,295a 4 ,990
,491 4 ,974
,000 1 ,989
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.
a.
Lama_Bekerja * Hubungan Kemanusiaan
Crosstab
1 0 11 7 19
2,5% ,0% 27,5% 17,5% 47,5%
0 1 2 1 4
,0% 2,5% 5,0% 2,5% 10,0%
0 0 7 10 17
,0% ,0% 17,5% 25,0% 42,5%
1 1 20 18 40
2,5% 2,5% 50,0% 45,0% 100,0% Count
% of Total Count % of Total Count % of Total Count % of Total <= 5 tahun
6 - 10 tahun > 10 tahun Lama_Bekerja
Total
2 3 4 5
Hubungan Kemanusiaan
Total
Chi-Square Tests
11,965a 6 ,063
7,983 6 ,239
2,067 1 ,150
40 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,10.