Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP Nomor 53 tahun 2010(Studi pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi)

(1)

PENERAPAN DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERDASARKAN PP NOMOR 53 TAHUN 2010

(Studi di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

110921011 SRI DEWI MANIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : SRI DEWI MANIK

Nim : 110921011

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP Nomor 53 tahun 2010

(Studi pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi)

Medan, 2013 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Arlina,SH.M.Hum Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

NIP: 196106191987011002 NIP:196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP: 196805261992031002


(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Sri Dewi Manik

Nim : 110921011

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP Nomor 53 tahun 2010 (Studi pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi)

Yang dilaksanakan pada: Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : ( )

Anggota I : ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia_Nya sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar Sarjana (S-1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam proses penyelesaian Skripsi ini, namun penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Tapi dengan dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul: “Penerapan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil berdasarkan PP Nomor 53 Tahun 2010 (Studi di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi)”.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang sedalam-dalamnya, terutama kepada Suami saya (Wahyu Daniel Sagala) yang dengan setia memberikan dukungan dan kasih sayang yang tiada henti, juga materi yang tidak akan pernah terbalaskan sampai kapan pun juga.

Secara khusus ungkapan terima kasih dan rasa hormat juga Saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu, membimbing dan mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, M,Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.


(5)

3. Arlina,SH.M.Hum selaku Dosen Pembimbing. 4. Hatta Ridho,S.Sos,MSP sebagai Dosen Penguji. 5. Ibu Prof. Erika Revida, M.S, selaku Dosen Wali.

6. Bapak Julius Gurning,S.Sos,M.Si, selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi

7. Bapak Amister Lumbangaol, SE Selaku Asisten administrasi Umum Kabupaten Dairi 8. Kepada seluruh Dosen Administrasi Negara terima kasih atas ilmu pengetahuan yang

diberikan kepada saya.

9. Kepada seluruh pegawai kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi, Terima kasih atas bantuannya.

10.Kepada Sahabat-sahabat Saya seluruh teman teman Ekstensi Adm Negara 2011, Terima kasih atas semangat dan doa nya, Jadilah Sarjana yang sukses.

11.Kepada seluruh staf Adm.Negara k’ Mega, k’ Dian dan staf lainnya terima kasih atas bantuannya.

12.Kepada seluruh keluarga dan teman-teman yang tidak tersebutkan namanya satu persatu, Saya ucapkan terima kasih atas dukungannya.

Seperti kata pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Demikian pula dengan skripsi ini pasti banyak kekurangan atau kesalahan. Oleh karena itu, Saya mohon maaf atas segalanya, dan menerima koreksi serta saran-saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2013


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

ABSTRAK ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Kerangka Teori ... 8

1.5.1 Penerapan Disiplin ... 8

1.5.1.1. Defenisi Penerapan Disiplin ... 8

1.5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin ... 10

1.5.1.3 Beberapa Pedoman dalam Pendisplinan ... 13

1.5.1.4 Pengertian pegawai Negeri Sipil ... 13

1.5.1.5 Disiplin Bagi Pegawai Negeri ... 14

1.5.2 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ... 15

1.5.2.1 Kewajiban dan larangan bagi PNS menurut PP No. 53 Tahun 2010 .. 15

1.5.2.2 Hukuman Disiplin berdasarkan PP 53 tahun 2010 ... 18

1.6 Defenisi Konsep ... 25

1.7 Sistematika Penulisan ... 26

BAB II METODE PENELITIAN ... 27

2.1 Bentuk Penelitian ... 27

2.2 Lokasi Penelitian ... 27


(7)

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

2.5 Teknik Analisa Data ... 29

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 30

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Dairi ... 30

3.1.1 Sejarah Singkat Pembentukan Kabupaten Dairi ... 30

3.2 Visi Misi Kabupaten Dairi ... 44

BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN ... 49

4.1 Karakteristik Responden ... 49

4.2 Penyajian Data tentang Penerapan Disiplin kerja Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ... 50

BAB V ANALISA DATA ... 58

5.1 Kualitas Penerpan Disiplin ... 59

5.2 Sikap Disiplin Pegawai ... 60

5.3 Tindakan terhadap Pelanggaran Disiplin ... 61

BAB VI PENUTUP ... 63

6.1 Kesimpulan ... 63

6.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... vi LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran II : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran III : Undangan Seminar Proposal

Lampiran IV : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran VI : Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran VII : Surat Izin Penelitian

Lampiran VIII : Surat Persetujuan Penelitian dari BKPPD Kabupaten Dairi Lampiran IX : Daftar Pertanyaan Wawancara


(9)

ABSTRAK

Penerapan Disiplin Kerja Pegawai negeri Sipil berdasarkan PP Nomor 53 Tahun 2010

(Studi di kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi) Jl. S.M Raja No. 127 Sidikalang

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Sri Dewi Manik

NIM : 110921011

Departemen : IImu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina,SH.M.Hum

Peran sumberdaya aparatur menjadi unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan. Peran tersebut dimainkan oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam hal ini dibutuhka Pegawai Negeri Sipil yang handal Profesional dalam bekerja dan sikap disiplin yang tinggi, dalam hal ini Disiplin merupakn salah satu tonggak keberhasilan dalam pencapaian tujuan Organisasi dengan disiplin yang diterapkan dalam suatu organisasi terutama organisasi Pemerintahan diharapkan mengahasilkan Pegawai Negeri Sipil yang Profesional sesuai dengan harapan masyarakat dalam melayani kepentingan Publik, agar citra buruk Pegawai Negeri yang kurang disiplin dapat dihapus. Pengaturan tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah diatur dalam Peraturan pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang memuat tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil yaitu kewajiban, larangan dan sangsi terhadap Pegawai Negeri Sipil.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 studi pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi Jalan Sisinga Manga Raja Nomor 127 Sidikalang Kabupaten Dairi.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara secara mendalam kepada informan, dan studi kepustakaan. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah 5 orang informan kunci, dan 10 orang informan biasa atau Pegawai Negeri Sipil di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa pegawai kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi sudah mulai menerapkan Disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas sehari hari sesuai dengan Tugas Pokok dan fungsi masing-masing, dan para pimpinan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi mendukung dan mengawasi penerapan disiplin tersebut sehingga Pegawai Negeri Sipil di Kantor ini pada umumnya telah memahami dan melaksanakan disiplin berdasarkan Peraturan pemeintah Nomor 53 Tahun 2010 dengan baik. Kata Kunci : Disipin sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010


(10)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Dalam konteks administrasi Negara, peran sumberdaya aparatur menjadi unsur yang sangat vital bagi berlangsungnya kehidupan pemerintahan dan pembangunan. Peran tersebut dimainkan oleh Pegawai Negeri Sipil, yang dalam pemerintahan seringkali disebut sebagai “mesin birokrasi”. Sorotan utama terhadap terciptanya good governance dan mengenai perlunya diciptakan cleangovernment menjadikan peran Pegawai negeri Sipil harus menjadi pusat perhatian karena memiliki fungsi yang sangat strategis.

Kebutuhan akan reformasi menuju terciptanya Pegawai Negeri Sipil yang efektif dan efisien semakin dirasakan sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi sebagai hasil dari pembangunan dan akibat perubahan eksternal pada tingkat regional dan global. Kecenderungan umum pertumbuhan disegala bidang juga melahirkan tuntutan mengenai perlunya pegawai Negeri Sipil yang lebih professional, disiplin, terampil, terbuka dan berorientasi pelayanan kepada masyarakat.

Namun demikian, pada saat ini penilaian terhadap aparatur Negara, khususnya Pegawai Negeri Sipil, masih memperlihatkan fenomena yang tidak menggembirakan. Disiplin kerja merupakan modal yang penting dan harus dimiliki oleh aparatur Negara ( PNS) sebab menyangkut pemberian pelayanan publik. Namun ironisnya, kualitas etos kerja dan disiplin kerja aparat/PNS secara umum masih tergolong rendah ini disebabkan banyaknya permasalahan yang dihadapi para PNS. Permasalahan tersebut antara lain kesalahan penempatan dan ketidakjelasan jalur karier yang ditempuh namun pemerintahan terus berusaha melakukan reformasi birokrasi ditubuh PNS.

Wajah buruk yang diperlihatkan Pegawai Negeri Sipil (birokrasi) Indonesia sangat menonjol dimata masyarakat adalah penyelewengan internal, misalnya inefisiensi,


(11)

pengambilan keputusan yang berbelit-belit, prosedur pelayanan yang sangat panjang, koordinasi antar instansi yang masih lemah dan sebagainya. Sebagai sebuah ilustrasinya dapat digambarkan bahwa Pegawai Negeri Sipil belum berfungsi secara maksimal sebagai penggerak pembangunan dan melayani masyarakat, bahkan sering dirasakan menjadi beban dalam penyelenggaraan program-program pemerintahan dan pembangunan.

Kemampuan Pegawai Negeri Sipil masih sangat terbatas dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat . kinerja birokrasi identik dengan ketidakefisienan dan “high-cost economy”. Hal ini ditengarai dengan tingginya angka ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) di bidang manufaktur yang menunjukkan rata-rata 5,59, dimana untuk menghasilkan output satu satuan dibutuhkan 5 komponen input.(Sofian Effendi. 2003 : 9)

Pegawai Negeri Sipil juga masih terlihat jauh dari sikap “abdi masyarakat” dalam memberikan pelayanan publik yang menjadi tugas mereka. Sebagai gambaran, berdasarkan penelitian terhadap aparat/birokrasi pemerintah daerah, kemampuan pelayanan publik yang dilakukan ternyata hanya mencapai 43,98 persen. Namun untuk tugas-tugas birokrasi yang mencerminkan kekuasaan atau wewenang pemerintah (yaitu pengaturan dan pengawasan ), seperti pemberian ijin, pelaksanaan aturan, dan pengawasan kegiatan masyarakat paling sedikit mencapai 75 persen ( Sasono, 2001 : 56).

Sementara itu, menurut laporan Global Competetitiveness Report dari World Economic

Forum, menyebutkan : “Rangking kemampuan daya saing Indonesia pada tahun 2006 berada

pada peringkat 51 dan tahun 2007 justru kembali menurun kepada peringkat 54. Studi dari Booz-Allen & Hamilton menemukan fakta bahwa Indonesia merupakan Negara dengan tingkat good governance paling rendah di antara Negara-negara tetangganya. Indeks good governance Indonesia adalah 2,8 sedangkan singapura 8,9; Malaysia 7,7; Thailand 4,8; dan Filipina 3,47 “. (Nugroho, 2008 : 35)


(12)

Disebutkan juga dalam laporan itu bahwa kemampuan manajemen birorkrasi menempati urutan ke 42 dari 48 negara dan kemampuan daya saing terhadap Negara-negara lain menempati urutan ke 41 dari 48 negara. Bahkan, sebelumnya diungkapkan oleh Der Spiegel, Transparancy International, Economic Intelligent Unit, JETRO yang menganggap bahwa justru birokrasilah yang menjadi pangkal bagi hambatan (liabilitas) terhadap kemampuan daya saing Indonesia di tingkat global. (Taufik dalam miftah, 2002 : 96)

Sebagaimana dikemukakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam sambutannya pada workshop Best Practices Reformasi Birokrasi Dalam Rangka Percepatan pembangunan Daerah, tanggal 25 April 2007, di solo Bahwa: “pegawai Negeri Sipil harus dapat memberikan Pelayanan yang lebih berkualitas, dalam arti pelayanan dapar diperoleh secara mudah, cepat, tepat sasaran dan terjangkau dari segi biaya oleh seluruh lapisan dan kelompok masyarakat tanpa adanya diskriminasi dan lokasi penyelenggaraan pelayanan”. Kualitas pelayanan kepada masyarakat juga merupakan salah satu mandat dari pemerintah kepada aparaturnya.

Sebagai salah satu institusi Pemerintah Daerah Kabupaten Dairi yaitu kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi perlu mewujudkan peran pelayanan yang optimal sesuai dengan harapan masyarakat pengguna (user) atau yang berkepentingan. Pelayanan yang berkualitas (pelayanan Prima) dapat menunjukkan adanya kinerja yang optimal, baik kinerja pegawai maupun kinerja organisasinya. Berkaitan dengan tingkat pelayanan kepegawaian dan kinerja terdapat beberapa hal yang belum memenuhi target atau terealisasi dengan baik. Sekretariat daerah dituntut untuk menonjolkan citra yang baik di mata masyarakat, terutama keberadaan dan kondisi yang melekat pada setiap pegawainya. Sebagai pegawai yang melayani masyarakat harus mampu menjalankan peran dan fungsinya secara professional.

Tindakan bersifat populis seperti sidak yang sering dilakukan di Sekretariat daerah dan Instansi lainnya di Pemerintah Kabupaten Dairi, belum menjamin penertiban para PNS


(13)

yang sering mangkir/pulang kantor sebelum waktunya bisa berjalan efektif, karena setelah sidak selesai, ternyata banyak mereka yang kembali mangkir dari tugasnya. Sehingga masalah penegakan disiplin PNS kini sudah saatnya patut mendapat perhatian yang lebih serius.

Profesionalitas pegawai dalam menjalankan peran dan fungsinya menuntut adanya disiplin dalam segala hal sebagai prasyarat tercapainya tujuan organisasi. Kondisi tersebut akan dapat terwujud apabila setiap diri pegawai mematuhi semua peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan organisasi serta disiplin yang tinggi terhadap kepatuhan untuk melaksanakannya. Dalam konteks ini, disiplin merupakan instrumen untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berarti bahwa disiplin menjadi prasyarat bagi terwujudnya tujuan dari organisasi (instansi-instansi pemerintah). Pada kenyataannya dilapangan memperlihatkan bahwa masih banyak pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai pada umumnya.

Uraian-uraian di atas menjadi gambaran atau fenomena yang selama ini berlangsung di lingkup aparatur Negara, dan masih relevan untuk menggambarkan keadaannya pada saat ini. Oleh karena itu, perlu diupayakan pengaturan atau pengelolaan terhadap aparatur/birokrasi, baik di tingkat Pusat maupun tingkat daerah dengan suatu bentuk manajemen yang baik. Pengelolaan aparatur Negara (khususnya Pegawai Negeri Sipil) sebenarnya telah diatur dalam undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang peubahan atas Undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Undang-undang nomor 43 tahun 1999 pada intinya memuat manajemen pegawai Negeri Sipil (MPNS), di mana didalamnya mencakup penetapan norma, standar, prosedur, formasi, pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil< pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban dan kedudukan hukum. Disinilah arti pentingnya penerapan manajemen yang baik dalam bidang kepegawaian untuk mewujudkan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil untuk mendukung kinerja pemerintah. Masalah di atas


(14)

menjadi hal yang paling penting untuk diperhatian dalam kaitannya dengan peran pelayanan yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil. Untuk itu, pegawai Negeri Sipil harus memiliki kinerja yang tinggi agar anggapan buruk yang selama ini melekat pada aparatur Negara dapat dihindari.

Kinerja Pegawai Negeri Sipil ditunjukkan dengan usaha-usaha mereka dalam melaksanakan dan menghasilkan output-output yang berkenaan dengan tugas dan pekerjaannya. Dengan demikian, pembinaan terhadap Pegawai Negeri Sipil harus terus dikembangkan harus terus dikembangkan sesuai dengan dinamika organisasi dan lingkungan strategisnya. Berkenaan dengan pembinaan Pegawai negeri Sipil tersebut, maka setiap diri Pegawai Negeri Sipil semestinya mematuhi peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan organiasasinya, serta adanya disiplin yang tinggi terhadap kepatuhan untuk melaksanakannya. Dengan kata lain, disiplin merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya pemerintah dan pembangunan yang berhasilguna dan berdayaguna. Terkait dengan disiplin Pegawai Negeri Sipil, ketentuannya telah diatur dalam peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam peraturan ini diatur secara jelas mengenai kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada pegawai Negeri Sipil yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina pegawai Negeri Sipil yang telah terbukti melakukan pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi serta memperbaiki diri pada masa mendatang.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 diharapkan dapat mewujudkan Pegawai negeri Sipil yang handal, professional, dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance).


(15)

Disisi lain, penerapan peraturan tersebut juga diharapkan dapat menjamin terpeliharanya tta tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong Pegawai negeri Sipil untuk lebih produktif berdasarkan system karier dan system prestasi kerja.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian mengenai bagaimana penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 diharapkan dapat mewujudkan Pegawai Negeri Sipil yang handal, professional, dan bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik

(good governance).

Disisi lain, penerapan peraturan tersebut juga diharapkan dapat menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat mendorong Pegawai Negeri Sipil untuk lebih produktif berdasarkan system karier dan system prestasi kerja.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian mengenai bagaimana penerapan Disiplin kerja Pegawai Negeri sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010. Dalam hal ini, sebagai upaya untuk mempermudah dan memperlancar penulisan, maka penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pelaksanaan penerapan disiplin kerja bagi pegawai negeri sipil berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 di lingkungan kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan bagaimana penerapan disiplin kerja terhadap PNS di lingkungan kantor Sekretariat Daerah kabupaten Dairi

2. Untuk mengetahui apakah penerapan disiplin kerja pegawai negeri di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 53 tahun 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat:

1. Bagi Penulis memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan keilmuan, khususnya dalam pengembangan atau peningkatan disiplin dan profesionalisme Pegawai Negeri Sipil, serta membuka cakrawala baru dalam memperkaya penelitian di bidang kebijakan politik.

2. Untuk orang lain secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak yang berkompeten dalam upaya meningkatkan disiplin dan kinerja Pegawai Negeri Sipil dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga dalam menentukan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pegawai dan organisasi, serta relevan dengan perkembangan atau dinamika lingkungan strategis organisasi publik .

3. Bagi Departemen Adminstrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi


(17)

ragam penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang telah dilakukan oleh peneliti.

1.5Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyiapkan suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah:

1.5.1 Penerapan Disiplin

1.5.1.1. Defenisi Penerapan Disiplin

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. (http://internetsebagaisumber belajar.blogspot.com/2010/07/pengertian-penerapan. Html)

Berbicara masalah disiplin berkaitan dengan unsur perilaku, sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk mengetahui pelaskanaan disiplin kerja pegawai yang dilaksanakan oleh pegawai pada kantor sekretariat daerah pada kantor sekretariat daerah kabupaten Dairi maka diperlukan arah dan dasar berfikir yang jelas dalam penelitian. Oleh karena itu penulis mengambil beberapa konsep teori atau pendapat-pendapat yang telah dirumuskan oleh para ahli yang dianggap mempunyai relevansinya tentang disiplin sesuai dengan masalah penelitian seperti yang dikemukakan dibawah ini.

Disiplin adalah sikap ketersediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya, adapun yang dimaksud dengan


(18)

disiplin ialah “ketaatan dalam menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, pemerintah atau peraturan yang berlaku “(Victor M. Situmorang dan Jusuf Juhir 1994:153)

Sementara itu soegeng Prijodarminto dalam bukunya “Disiplin Kiat Menuju Sukses” terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban (Soegeng Prijodarminto 1994:25)

Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang sudah lazim dilaksanakan. Akan tetapi disiplin dapat mendorong manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan secara sadar diyakini manfaatnya. Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap segala peraturan dan ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan sebagai kesungguhan dalam bertindak dan berperilaku.

Sementara itu Sinungan Muchdarsyah mendefenisikan disiplin secara berbeda-beda. Dari sejumlah pendapat disiplin dapat disarikan ke dalam beberapa pengertian sebagai berikut:

1. Kata disiplin dilihat dari segi (terminologis) berasal dari kata latin “discipline” yang berarti pengajaran, latihan dan sebagainya (berawal dari kata discipulus yaitu seorang yang belajar). Jadi secara etimologis terdapat hubungan pengertian antara discipline dengan disciple (inggris yang berarti murid, pengikut yang setia, ajaran atau larian). 2. Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, watak, atau ketertiban dan

efisiensi.

3. Kepatuhan atau ketaatan (Obedience) terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat.

4. Penghukuman (punishment) yang dilakukan melalui koreksi dan latihan untuk mencapai perilaku yang dikendalikan (controlbehavior). (Muchdarsyah, sinungan 2000:146) Disiplin yang dating dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan


(19)

atas kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan. Disiplin ini merupakan disiplin yang sangat diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan perintah atau teguran langsung. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin ini tidak memerlukan perintah yang dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman hukuman.

Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena sanksi atau hukuman, sehingga disiplin dianggap alat untuk menuntut pelaksanaan tanggung jawab. Bertitik tolak dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari pembentukan disiplin dapat dilaksanakan melalui dua cara, yaitu melalui pengembangan disiplin pribadi atau pengembangan disiplin yang datang dari individu serta melalui penerapan tindakan disiplin yang ketat, artinya bagi seorang pegawai yang indisipliner akan dikenai hukuman atau sanksi sesuai dengan tingkatan kesalahan.

Jadi, penerapan disiplin merupakan suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma-norma yang berlaku di sekitarnya.

1.5.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin

Dalam setiap organisasi atau instansi baik swasta maupun pemerintahan pada dasarnya mengharapkan pegawai-pegawai yang mempunyai disiplin yang tinggi dalam menyelenggarkan tugas-tugas kedinasan. Dengan kedisiplinan tersebut pegawai diharapkan mempunyai kerja yang baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

Disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku. Pembentukan perilaku jika dilihat dari formula ( Kurt Lewin 1992 : 17) adalah interaksi antara factor kepribadian dan factor lingkungan (situasional).


(20)

1. Faktor kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah sistem nilai yang dianut. Sistem nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung disiplin yang diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan sebagai kerangka acuan bagi penerapan disiplin ditempat kerja. System nilai akan terlihat dari sikap seseorang,sikap diharapkan akan tercermin dalam perilaku.

Perubahan sikap dalam perilaku terdapat tiga tingkatan menurut Kelman (Brigham, 1994) :

1. Disiplin karena kepatuhan

Kepatuhan terhadap aturan-aturan yang didasarkan atas dasar perasaan takut. Disiplin kerja dalam tingkat ini dilakukan semata untuk mendapat reaksi positif dari pimpinan atau atasan yang memiliki wewenang. Sebaliknya, jika pengawas tidak ada ditempat disiplin kerja tidak nampak.

2. Disiplin karena identifikasi

Kepatuhan aturan yang didasarkan pada indentifikasi adalah adanya perasaan kekaguman atau penghargaan pada pimpinan. Pemimpin yang karismatik adalah figure yang dihormati, dihargai, dan sebagai pusat indentifikasi. Karyawan ayang menunjukkan disiplin terhadap aturan-aturan organisasi bukan disebabkan karena menghormati aturan tersebut tetapi lebih disebabkan keseganan pada atasannya. Karyawan merasa tidak enak jika tidak menaati peraturan. Penghormatan dan penghargaan karyawan pada pemimpin dapat disebabkan karena kualitas kepribadian yang baik atau mempunyai kualiats professional yang tinggi


(21)

dibidangnya. Jika pusat indentifikasi ini tidak ada, maka disiplin kerja akan menurun, pelanggaran meningkat frekuensinya.

3. Disiplin Karena internalisasi

Disiplin kerja dalam tingkat ini terjadi karena karyawan mempunyai nilai system pribadi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kedisplinan. Dalam taraf ini, orang dikategorikan telah mempunyai disiplin diri.

2. Faktor lingkungan

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin yang merupakan agen pengubah perlu memperhatikan prinsip-prinsip, konsisten, adil bersikap positif dan terbuka.

Konsisten adalah memberlakukan peraturan secara konsisten dari waktu ke waktu. Sekali aturan yang disepakati dilanggar maka rusaklah system aturan tersebut. Adil dalam hal ini adalah memperlakukan seluruh pegawai dengan tidak mebeda-bedakan.

Selain faktor kepemimpinan, gaji kesejahteraan dan system penghargaan lainnya merupakan factor yang tidak dapat dilupakan. Pada awal program pembangunan salah satu upaya meningkatkan citra pemerintah yang bersih dan berwibawa, adalah meningkatkan gaji dan kesejahteraan yang kurang kecil bagi pegawai negeri, maka sulit bagai pegawai negeri akan memberikan layanan yang baik pada masyarakat


(22)

1.5.1.3. Beberapa Pedoman dalam Pendisiplinan.

Hedjrachmandan Husnan (1994 : 261) mengemukakan bahwa dalam pendisiplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut:

1. Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi

Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak orang , hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur (meskipun memang bersalah) akibatnya bisa menimbulkan rasa dendam.

2. Pendisiplinan harus bersifat membangun

Memberikan teguran hendaklah disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalahan yang sama

3. Pendisiplinan harus dilaksanakan melalui pimpinan

Hal itu berarti bahwa kedisplinan dari pimpinan maka akan berpengaruh terhadap bawahan atau sebagai contoh kepada bawahan.

4. Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan sedang absen.

5. Setelah pendisiplinan sikap pemimpin haruslah wajar 1.5.1.4 Pengertian pegawai Negeri Sipil

Pengertian mengenai pegawai negeri dapat diperoleh dari undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian di dalam ketentuan pasal 1 yang memberikan batasan sebagai berikut: “Pegawai negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan undang-undang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lain yang dirtetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut


(23)

peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Tidak ditemukan batasan mengenai apa yang dimaksud denga pegawai negeri sipil, undang-undang nomor 8 tahun 1974 hanya memberikan pengelompokan bahwa pegawai negera sepadan dengan anggota ABRI. Dengan demikian baik PNS maupun ABRI mempunyai persamaan yaitu bahwa keduanya merupakan pegawai Negara disamping itu terdapat pula kesamaan lainnya yaitu bahwa keduanya merupakan aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakarat yang berbeda hanyalah didalam hal pembinaannya dibedakan karena mempunyai tugas yang berbeda

Peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 sejak tanggal diundangkan 6 juni 2010, berdasarkan pasal1 (1) undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian dijelaskan bahwa “ pegawai negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-udnangan yang berlaku”. Pegawai negeri sipil daerah adalah pegawai pegawai negeri daerah provinsi/kabupaten/kota yang gajinya dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada pemerintah daerah atau dipekerjakan diluar instansi induknya.

1.5.1.5. Disiplin bagi pegawai negeri.

Dalam rangka untuk mencapai tujuan nasional ditemukan adanya pegawai negeri sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat yang penuh dengan ketaatan kepada Negara yang berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutu dan sadar akan tanggung jawab untuk menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan untuk membina negeri, maka diperlukan adanya peraturan yang memuat pokok-pokok kewajiban, larang dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati

Bagi seorang pegawai negeri sipil kedisplinan harus menjadi acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi membutuhkan aparatur yang


(24)

bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam mengerjakan tugas. Sikap dan perilaku seorang PNS dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS dilingkungannya dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana kerja berjalan harmonis. Namun kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh dari kata sempurna, masih banyak PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dengan berbagai cara.

Peraturan disiplin pegawia negeri sipil adalah peraturan ayang mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiabn tidak ditaati atau larangan dilarang oleh PNS peraturan disiplin pegawia negeri sipil diatur dalam peraturan pemerintah nomor 30 tahun 1980 yang telah diubah dengan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena melanggar peraturan disiplin pegawai negeri sipil dalma peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang peraturan pegawai negeri sipil pada pasal 7 memuat tingkat dan hukuman disiplin

1.5.2. Peraturan Pemerintahan Nomor 53 tahun 2010

1.5.2.1. Kewajiban dan larangan bagi PNS menurut PP No 53 tahun 2010 Setiap PNS wajib

1. Mengucapkan sumpah/janji PNS 2. Mengucapkan sumpah/janji jabatan

3. Setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila,UUD 1945,Negara kesatuan, Republik Indoensia dan Pemerintahan

4. Mentaati segala ketentuan peraturan perudang-udangan

5. Melaksanaan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian, keadaran dan tanggung jawab


(25)

7. Mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/ atau golongan

8. Memegang rahasia yang menurut sifatnya atau menurut perintah yang harus dirahasiakan

9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan Negara 10.Melaporkan dengan segera pada atasannya, apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahayakan atau merugikan Negara atau pemerintah terutama dibidang keamanan, keuangan dan material

11.Masuk kerja dan menaati ketentuan kerja.

12.Mencapai sasaran kerja pegawia yang ditetapkan.

13.Menggunakan dan amemelihara barang-barang milik Negara dengan sebaik-baiknya 14.Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat

15.Membimbing bawahan dalam melaskanakan tugas

16.Memberikan kesempatan pada bawahan dalam mengembangkan karier. 17.Menaati peraturan kedianasan yang ditetapkan oelh pejabat yang berwenang

Sedangkan larangan bagi PNS sebagaimana diatur dalam pasal 4 adalah sebagai berikut: 1. Menyalahgunakan wewenang

2. Menjadi perantara untuk mendapat keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

3. Tanpa ijin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasioanl

4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing


(26)

5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik Negara secara tidak sah

6. Melakukan kegaiatan bersama dengan atasan teman sejawat, bawahan atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, secara langsung atau tidak langsung merugikan Negara

7. Memberi atau menyanggupi akan memberikan sesuatu kepada siapapun baik secara langsung tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan.

8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan dengan jabatan/atau pekerjaannya.

9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya

10.Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak-pihak yang dilayani

11.Menghalangi berjalannya tugas kedinasan

12.Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, DPR, DPD, atau DPRD;

13.Memberikan dukungan kepada calon anggota DPRD atau calon kepala daerah dengan cara memberikan suatu dukungan disertai fotocopy KTP atau surat keterangan Tanda Penduduk sesuai dengan peraturan perundang-undangan;


(27)

1.5.2.2 Hukuman Disiplin berdasarkan PP 53 tahun 2010

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang udangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan PNS yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.

Bentuk Hukuman Disiplin a. Hukuman disiplin ringan; b. Hukuman disiplin sedang; c. Hukuman disiplin berat; Jenis Hukuman disiplin

1. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari: a. Teguran lisan;

b. Teguran tertulis; dan

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis 2. Jenis hukuman disiplin terdiri dari:

a. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 hari (satu) tahun; b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1(satu) tahun PP 30 :

a. Penundaan KGB paling lama 1 tahun

b. Penurunan gaji 1 x KGB paling lama 1 tahun c. Penundaan KP paling lama 1 tahun


(28)

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun; b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah; c. Pembebasan dari jabatan

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS

Jenis hukuman Disiplin untuk ketentuan jam kerja A. Hukuman Disiplin Ringan

1. Teguran lisan : tidak masuk selama 5 hari kerja

2. Teguran Tertulis : tidak masuk selama 6 sampai dengan 10 hari kerja

3. Pernyataan tidak puas secara tertulis : tidak masuk selama 11 sampai dengan 15 hari kerja

B. Hukuman Disiplin Sedang (pasal 9)

1. Penundaan KGB selama 1 (satu) tahun : tidak masuk selama 16 sampai dengan 20 hari kerja

2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun : tidak masuk selama 21 sampai 25 hari kerja

3. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun : tidak masuk 26 sampai 30 hari kerja.

C. Hukuman Disiplin Berat (pasal 10)

1. Penurunan Pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun : tidak masuk selama 31 sampai dengan 35 hari kerja

2. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah : tidak masuk selama 36 sampai dengan 40 hari kerja

3. Pembebasan dari jabatan struktural atau JFT : tidak masuk selama 41 sampai dengan 45 hari kerja


(29)

4. Pemberhentian dengan hormat dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat : tidak masuk selama 46 hari kerja atau lebih. Keterlambatan masuk kerja dan/atau pulang cepat dihitung secara kumulatif dan dikonversi 7.5 (tujuh setengah) jam sama dengan 1 (satu) hari tidak masuk kerja. Jenis Hukuman Disiplin Untuk pelanggaran kampanye

1. Ikut serta sebagai pelaskana kampanye

2. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS 3. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

4. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara; Hukuman Disiplin Sedang:

1. Memberikan dukungan kepada capres/cawapres, DPR, DPD, atau DPRD, dengan menjadi pelaksana/peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS, sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;

2. Memberikan dukungan kepada capres/cawapres dengan mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepad PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

3. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPD atau calon Kepala/wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan yang disertai fotocopy Kartu tanda penduduk atau surat keterangan tanda penduduk sesuai perundang-undangan;

4. Memberikan dukungan kepad calon Kepala/wakil kepada daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon kepala /wakil kepala daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarah kepada berpihakan terhadap


(30)

pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat. Hukuman disiplin berat :

1. Memberikan dukungan kepada calon presiden/wakil presiden, DPR,DPD atau DPRD dengan menjadi peserta dg menggunakan fasilitas Negara; 2. Memberikan dukungan kepada capres/cawapres dengan cara membuat

keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama mas akampanye;

3. Memberikan dukungan kepada calon kepala Daerah/wakil kepala daerah dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye dan/atau membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye.

1.5.2.3 Pejabat yang berwenang member hukuman A. BUPATI (pasal 20 ayat 1)

Menetapkan penjatuhan Hukuman Disiplin bagi PNS Daerah:

1. Sekretaris Daerah untuk semua jenis Hukuman Disiplin tingkat ringan, sedang dan Berat

2. JFT pada jenjang Utama untuk semua jenis HD tingkat ringan, sedang dan berat

3. JFU pada golru IV/d dan IV/e semua jenis HD tingkat ringan, sedang dan berat huruf a, huruf d, dan huruf e

4. Pejabat struktural eselon II dan JFT jenjang Madya (IV/c dan penyelia (III/c dan III/d) untuk semua jenis HD tingkat ringan, sedang dan berat


(31)

5. JFU golru IV/a s.d IV/c untuk jenis HD tingkat ringan, sedang dan berat huruf a, huruf d dan huruf e ;

6. Pejabat struktural eselon III kebawah dan JFT jenjang muda dan penyelia kebawah untuk semua jenis HD tingkat sedang dan berat

7. JFU golru III/d kebawah untuk jenis HD tingkat ringan, sedang dan berat huruf a, huruf d dan huruf e;

B. SEKRETARIS DAERAH (pasal 20 ayat2) Menetapkan penjatuhan HD bagi PNSD

1. Pejabat strukutural eselon II dilingkungannya, untuk jenis HD tingkat ringan; 2. Pejabat struktural eselon II, JFT jenjang Muda ( III/c dan III/d kesehatan) dan

penyelia (III/c dan III/d, untuk semua jenis HD ringan

3. Pejabat struktural eselon IV, JFT jenjang pertama (gol IIIa atau III/b non guru) dan pelaksana lanjutan ( III/a kesehatan) dan JFU golru II/c, s.d III/b unutk jenis HD tingkat sedang huruf a dan b;

4. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan dilingkungannya yang menduduki jabatan struktural eselon III dan JFU golru III/c dan III/d, untuk semua jenis HD ringan

a. PEJABAT ESELON II

Menetapkan penjatuhan HD bagi PNSD

1. Pejabat struktural eselon III, JFT jenjang Muda ( III/c dan III/d kesehatan ) dan penyelia ( III/c dan III/d, untuk jenis hukuman ringan

2. Pejabat struktural eselon IV, JFT jenjang pertama dan pelaksana lanjutan, dan JFU golru II/c s.d III/d, untuk jenis hukuman disiplin sedang huruf dan b


(32)

D. PEJABAT ESELON III

Menetapkan penjatuhan HD bagi PNSD

1. Pejabat struktural eselon IV, JFT jenjang pelaksana (II/a sd II/d) dan pelaksana lanjutan

( III/a kesehatan), dan JFU golru II/c s.d III/b, untuk jenis hukuman disiplin ringan; dan

2. Pejabat eselon V, JFT jenjang pelaskana dan pelaksana pemula,dan JFU golru II/a dan II/b, untuk jenis HD sedang huruf a dan huruf b;

E. PEJABAT ESELON IV

Menetapkan penjatuhan HD bagi PNSD

1. Pejabat struktural eselon V, JFT jenjang pelaksana ( III/a sd II/d) dan pelaksana pemula ( II/a), dan JFU golru II/a dan II/b, untuk jenis HD ringan 2. JFU golru I/a s.d I/d, untuk hd tingkat sedang huruf a dan huruf b;

Sangsi terhadap pejabat yang tidak melakukan hukuman sanski kepada PNS yang melanggar hukuman disiplin adalah : pasal 21

1. Atasan pejabat tersebut menjatuhkan sanski kepada PNS yang ,melanggar hukuman disiplin

2. Atasan pejabat juga wajib menjatuhkan hukuman disiplin kepada pejabat yang berwenang menghukum.

3. Hukuman disiplin bagi pejabat yang tidak menjatuhkan sanski = hukuman disiplin bagi PNS yang melanggar.

Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum, maka kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin menjadi kewenangan pejabat yang lebih


(33)

tinggi. (pasal 21). Hukuman proses pemberian sanski administrasi disiplin atau PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin dapat dilakukan dengan 3 tahap yaitu:

1. Proses pemanggilan 2. Proses pemeriksaan

3. Proses penjatuhan hukuman

Setiap pelanggaran yang dilakukan terjadi karena kurangnya kesadaran akan pentingnya kedisplinan itu sendiri. Karena itulah perlu diadakan briefing atau pertemuan setiap bulannya dimana pimpinan dapat selalu memberikan motivasi kepada para pegawainya agar mereka memiliki kedisplinan dan semangat kerja yang tinggi. Pemberian sanski administrasi akan menimbulkan dan memberikan efek jera kepada PNS tersebut dimana akan timbul kekhawatiran adanya sanski lebih lanjut yang lebih berat. Hal ini seperti yang tercantum dalam pasal 11 peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil dimana dijelaskan bahwa

‘kepada pegawai negeri sipil yang pernah dijatuhi hukuman disiplin yang

kemudian melakukan pelanggaran disiplin yang sifatnya sama, terhdapanya dijatuhi

hukuman disiplin yang lebih berat dari hukuman disiplin terakhir yang pernah

dijatuhkan kepadanya”.

Sanksi administrasi disiplin PNS yang diberikan didasarkan pada teori di atas dimana dapat dijelaskan bahwa seseorang pada dasarnya harus dipaksa dan dirubah perilakunya bahkan diberikan sanksi agar berhasil. Dengan adanya sanksi administrasi tersebut diharapkan dpat merubah perilaku pegawai yang melakukan tindakan indispliner. Sanski yang diberikan pada akhirnya berusaha untuk mewujudkan aparatur Negara yang bersih dan berwibawa.


(34)

1.6Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang ,enjadi pusat perhatian ilmu sosail (Singarimbun, 1997 : 33). Untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas mengenai variable-variabel yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu :

1. Disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya, adapun yang dimaksud dengan disiplin ialah “ ketaatan, kepatuhan, dalam menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.

2. Penerapan disiplin merupakan suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dengan sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaatis egala norma-norma yang berlaku disekitarnya.

3. Pegawai negeri sipil adalah warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan dalam negeri atau diserahi tugas Negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undnagan yang berlaku.

4. Peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh PNS.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin adalah interaksi antara factor kepribadian dan factor lingkungan (situasional).


(35)

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik pengolahan analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berupa gambaran atau karakteristik lokasi penelitian yang relevan dengan topic penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi hasil-hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melakukan penelitian. BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan dan memuat saran-saran yang dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian tersebut.


(36)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Bentuk penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut usman ( 2009 : 4 ) penelitian dengan metode deskriptif bermaksud membuat penyandaran secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Sedangkan menurut nawawi ( 2003 : 63 ) penelitian deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta yang tampak sebagaimana adanya.

Penelitian merupakan suatu cara untuk meneliti dan mengkaji suatu fenomena dengan menggunakan metode ilmiah dan aturan-aturan yang berlaku. Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau bersifat actual, kemudian menggambarkan fakta-fakta masalah yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan rasional yang akurat.

2.2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi ,Jalan Sisingamangaraja No. 127 Sidikalang.

2.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendrarso (Usman 2009: 56) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang


(37)

diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan.

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membahas generalisasi penelitian, oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak ada populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan berbagai informasi yang diperlukan ( Suyanto, 2005 : 171 ).

Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Sekretaris Daerah Kabuapten Dairi sedangkan yang menjadi informan utama adalah asisten administrasi umum, kepala bagian organisasi dan tata laksana, sebagian dari pegawai pada bagian-bagian yang ada dilingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data dan informasi penulis mempergunakan teknik sebagai berikut: 1. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke tempat

penelitian untuk mencari dan mengetahui data yang lengkap serta data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Teknik dilakukan dalam bentuk:

a. Wawancara yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang


(38)

berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Pengamatan atau observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian yaitu pegawai Kantor Sekretariat daerah Kabupaten Dairi.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder yang diperoleh penulis dalam penelitian ini adalah mengenai sejarah Pembentukan Kabupaten Dairi, Struktur Organisasi serta penjabaran tugas dan fungsi pegawai Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi.

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh dilapangan dari para informan kunci. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Tujuan analisis data kualititaf yaitu :

1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, dan

2. Menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan suatu proses fenomena sosial (bungin, 2007 : 153 ).

Analisa kualitatif adalah analisa terhadap data-data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar penelitian dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi dari interview, observasi, kepustakaan dan dokumentasi serta analisa terhadap masalah yang dikemukakan dilapangan untuk menciptakan suatu gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian dan menarik suatu kesimpulan


(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1. Gambaran Kabupaten Dairi

3.1.1 Sejarah singkat Pembentukan Kabupaten Dairi a. Sebelum penjajahan Belanda

Pemerintahan di Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan belanda, walaupun saat ini belum dikenal sebutan wilayah / daerah otonomi, tetapi kehadirian sebuah pemerintahan pada jaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap raja – raja adat. Pemerintahan masa itu dikendalikan oleh raja ekuten / takal aur / kampung / suak dan pertaki sebagai raja – raja adat merangkap sebagai kepala pemerintahan.

Adapun struktur pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut :

a. Raja ekuten, sebagai pemimpin satu wilayah ( suak ) atau yang terdiri dari beberapa suku / kuta / kampong. Raja ekuten disebut juga takal aur , yang merupakan kepala negeri

b. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampong setingkat dibawah raja ekuten.

c. Sulang silima, sebagai pembantu pertaki pada setiap kuta ( kampong ) yang terdi ri dari : 1. Perisang – isang

2. Perekur – ekur 3. Pertulantengah 4. Perpunca ndiadep 5. Perbetekken.

Menurut literature sejarah bahwa wilayah Dairi dahulu sangat luas dan pernah jaya dimasa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi pemerintahan tersebut diatas, maka wilayah Dairi dibagi atas 5 wilayah ( Suak / aur ) yaitu :


(40)

1. Suak / aur SIMSIM. Meliputi wilayah : Salak, Kerajaan, Siempat rube, Sitelu tali urang jehe, Sitelu tali urang julu dan Manik;

2. Suak / aur PEGAGAN dan KARO KAMPUNG, meliputi wilayah : Silalahi, Paropo, Tongging, Pegagan jehe dan Tanah pinem;

3. Suak / aur KEPPAS, meliputi wilayah : Sitelu nempu Silima pungga – pungga, Lae luhung dan Parbuluan;

4. Suak / aur BOANG, meliputi wilayah : Simpang kanan, Simpang kiri, Lipat kajang belenggen, Gelombang runding dan Singkil ( saat ini wilayah aceh );

5. Suak / aur SIENEMKODEN / KLASEN, meliputi wilayah : Sienem kodeng, manduamas dan barus.

b. Masa penjajahan Belanda

Pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, sejarah mencatat bahwa raja Sisingamangaraja XII semasa hidupnya cukup lama berjuang di daerah Dairi, karena wilayah Bakkara dan wilayah toba pada umumnya telah dibakar habis dan dikuasai oleh Belanda. Kondisi tersebut tidak memungkinkan lagi untuk bertahan dan meneruskan perjuangannya, sehingga beliau hijrah ke Dairi, beliau wafat pada tanggal 17 juni 1907 di Ambalo Sienem Koden yang ditembak atas perintah komandan battalion marsuse Belanda, Kapten Cristofel.

Pada masa penjajahan belanda yang terkenal dengan politik devide et impera maka nilai – nilai, pola dan struktur pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat dengan mengacu pada system dan pembagian wilayah kerajaan Belanda, maka Dairi saat ini ditetapkan pada suatu onder afdeling yang dipimpin seoarang Controleur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh seorang demang dari penduduk pribumi / bumi putra. Kedua pejabat tersebut dinamai controleur der Dairi landen dan demang der Dairi landen.

Pemerintah Dairi landen adalah sebagai dari wilayah pemerintahan Afdeling Batak Landen yang dipimpin asisten residen batak landen yang berpusat di Tarutung. Sitem ini


(41)

berlaku sejak dimulainya perjuangan pahlawan raja Sisingamangaraja XII dan berlaku juga sampai penyerahan Belanda atas penduduk Nippon ( jepang ) pada tahun 1942.

Selama penjajahan Belanda inilah daerah dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, Karen politik penjajahan Kolonial Belanda yang membatasi serta menutup hubungan dengan wilayah – wilayah Dairi lainnya yaitu :

1. Tongging, menjadi wilayah tanah karo ;

2. Manduamas dan barus, menjadi wilayah tapanuli tengan; 3. Sienemkoden ( parlilitan ), menjadi wilayah tapanuli utara;

4. Simpang kanan, simpang kiri, lipat kajang, gelombang, runding dan singkil menjadi wilayah aceh.

Setelah Kolonial Belanda menguasai daerah Dairi, maka untuk kelancaran pemerintahan hindia Belanda membagi onder afdeling Dairi menjadi 3 ( tiga ) onder districk, yaitu :

1. Onder districk van pakpak, meliputi 7 kenegrian yakni : 1.1. kenegrian sitelu nempu ;

1.2. kenegrian siempat nempu hulu; 1.3. kenegrian siempat nempu;

1.4. kenegrian silima pungga – pungga; 1.5. kenegrian pegagan hulu;

1.6. kenegrian parbuluan; 1.7. kenegrian silalahi / paropo;

2. Onder districk van simsim, meliputi 6 ( enam ) kengrian yakni : 2.1. kenegrian kerajaan;

2.2. kenegrian siempat rube; 2.3. kenegrian mahalamajanggut;


(42)

2.4. kenegrian sitelu tali urang jehe; 2.5. kenegrian salak;

2.6. kenegrian ulu merah dan salak pananggalan;

3. Onder districk van karo kampong, meliputi 5 ( lima ) kenegrian yakni : 3.1. kenegrian lingga ( tiga lingga ) ;

3.2. kenegrian tanah pinem; 3.3. kenegrian pegagan hilir;

3.4. kenegrian juhar kedupan manik; 3.5. kenegrian lau juhar.

c. Masa pemerintahan penduduk Jepang

Setelah jatuhnya hindia belanda atas pendudukan dai Nippon, maka pemerintan Belanda digantikan militerisme Jepang. Secara umum pemerintahan bala tentara Jepang membagi wilayah Indonesia dalam 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Daerah yang meliputi jawa, berada dibawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Jakarta;

2. Daerah yang meliputi pulau sumatera, berada dibawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan ditebing tinggi;

3. Daerah-daerah selebihnya berada dibawah kekuasaan angkatan laut yang berkedudukan di Makasar.

Pada masa itu pemerintahan jepang didairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan sidikalang sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti dan para pemuda dipaksa masuk heiho dan giugun untuk bertempur melawan militer sekutu


(43)

Pada masa pemerintahan Jepang pada dasarnya tidak terdapat perubahan prinsipil dalam susunan pemerintahan di Dairi. Karena tidak berubah susunan/struktur pemerintahan di Dairi, tetapi mengganti jabatan lama, antara lain yaitu :

Demang diganti menjadi guntyo

Asisten demang diganti menjadi kuku guntyi Kepala negeri diganti menjadi bun danyto Kepala kampong diganti menjadi kuntyo

Hal yang menarik dalam pengaturan tingkat pemerintahan pada masa penjajahan jepang adalah wilayah/daerah provinsi dihapus dan wilayah keresidenan tingkatan yang tertinggi. Nama wilayah juga diganti dengan bahasa jepang yaitu :

Keresidenan, diganti menjadi syuu dan residen disebut syuu-co Kabupaten, diganti menjadi cen dan bupati disebut ken-co Kewedanaan, diganti menjadi gun dan wedana disebut gun-co Kecamatan diganti menjadi son dan camat disebut son-co d. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah kemerdekaan diproklamasikan tanggal 17 agustus 1945, maka pasal 1 UUD 1945 menghendaki dibentuknya undang-undang yang mengatur tentang pemerintahan daerah, sehingga sebelum undang-undang tersebut dibentuk oleh panitia persiapan kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal 19 agustus 1945 menetapkan daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan) provinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang gubernur. Daerah provinsi dibagi dalam keresidenan yang dikepalai seorang residen. Gubernur dan residen dibantu oleh komite nasional daerah.

1. Berlakunya undang-undang Nomor 1 tahun 1945

Mengingat keadaan pada masa tersebut Belanda masih ingin menjajah kembali di Indonesia, sementara undang-undang belum dibentuk, maka dikeluarkannyalah maklumat


(44)

wakil presiden no. X tanggal 16 oktober 1945 tentang pemberian kekuasaan legislatif kepada komite nasional Indonesia pusat, untuk mempertegas kedudukannya yang pada waktu itu dianggap sebagai dewan perwakilan rakyat. Sehubungan dengan dikeluarkannya maklumat wakil presiden no. X tersebut maka kedudukan komite nasional besar diatas pun perlu ditegaskan. Untuk keperluan inilah maka dikeluarkanlah undang-undang no. 1 tahun 1945 tentang kedudukan komite nasional daerah.

Sesuai dengan undang-undang no 1 tahun 1945, maka di dairi dibentuk komite nasional daerah untuk mengatur pemerintah dalam mengisi kemerdekaan dengan susunan kemerdekaan sebagai berikut:

Ketua umum : Jonathan ompu tording Sitohang Ketua I : Djauli Manik

Ketua II : Noeh Hasibuan Ketua III : Raja Elias ujung Sekretaris I : Tengku lahuami

Sekretaris II : Dr. Gindomuhammad arifin Bendahara I : Mula Batubara

Bendahara II : St. Stepanus Sianturi

Untuk melengkapi dan menampun aspirasi rakyat Dairi, dipilih pula anggota komisi sebanyak 35 orang yang tersebar di daerah dairi dan setiap kewedanaan dibentuk pula pembantu komite nasional daerah.

Tugas utama dari komite daerah adalah : 1. mempersiapkan pemilihan dewan negeri; 2. Menyelesaikan pemilihan kepala kampong; 3. membentuj pemerintahan dan badan perjuangan. 2. Masa Agresi Militer I


(45)

Pada masa agresi militer I yakni tanggal 6 juli 1947 Belanda telah menguasai Sumatera Timur sehingga masyarakat Dairi yang berada disana mengungsi kembali ke Dairi. Unruk menyelenggarakan pemerintahan serta menghadapi perang melawan agresi Belanda, maka residen Tapanuli saat itu Dr. ferdidand lumban tobing, selaku gubernur militer Sumatera Timur dan Tapanuli, menetapkan residenan Tapanuli menjadi 4 (empat) Kabupaten yaitu :

1. Kabupaten Dairi;

2. Kabupaten Toba Samosir; 3. Kabupaten Humbang; 4. Kabupaten Silindung;

Berdasarkan surat residence Tapanuli nomor 1256191.12 September 1947, maka ditetapkanlah PAULUS MANURUNG sebagai Kepala Daerah tk. II pertama di kabupaten Dairi yang berkedudukan di Sidikalang, terhitung mulai tanggal 1 oktober 1947 (catatan : hari bersejarah ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dan masyarakat kelak di kukuhkan sebagai hari jadi kabupaten Dairi, melalui keputusan DPRD kab. Dati II Dairi Nomor4/K-DPRD/1997 tgl 26 april 1977).

Kabupaten Dairi saat itu dibagi menjadi tiga (3) kewedanaan yaitu: 1. Kewedanaan Sidikalang, dipimpin oleh J. O.T Sitohang

Kewedanaan Sidikalang dibagi atas dua (2) kecamatan : a. Kecamatan Sidikalang, dipimpin oleh Tahir Tanjung

b. Kecamatan Sumbul dipimpin oleh, Mangaraja Lumbantobing 2. Kewedanaan Simsim, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha.

Kewedanaan Simsim dibagi atas 2 (dua) kecamatan yaitu : Kecamatan Kerajaan, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha Kecamatan Salak, dipimpin oleh poli Karpus panggabean


(46)

3. Kewedanaan karo Kampung dipimpin oleh Gading Barklomeus Pinem Kewedanaan Karo Kampung, dibagi atas dua (2) Kecamatan yaitu: a. Kecamatan Tigalingga, dipimpin oleh Ngapid Dapid Tarigan b. Kecamatan Tanah Pinem, dipimpin oleh Johannes Pinem 2. Masa Agresi Militer II

Pada Masa Agresi Militer II Belanda, maka hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda, demikian juga halnya di Dairi bahwa pada tanggal 23 desember 1948 Belanda telah berhasil menduduki kota Sidikalang dan Tigalingga, sehingga saat itu kepala Daerah Tk. II dairi, Paulus manurung menyerah sedangkan sebagian besar masyarakat serta pegawai pemerintah mengungsi dari kota Sidikalang untuk menghindari serangan Belanda. Untuk menyusun strategi melawan Agresi Belanda, maka mayor Slamat Ginting selaku komandan sector III sub teritorium VII memanggil gading barklomeus pinem dan J.S Meliala ke Kampung Jandi Tanah Karo. Berdasarkan surat perintah komandan sector III sub teritorium VII tgl 11 januari 1949 Nomor 2/PM/1949 diangkatlah G.B Pinem sebagai kepala pemerintahan Militer di Dairi dan J.S Meliana sebagai Sekretaris.

Untuk lebih menyempurnakan pemerintahan militer menghadapi Agresi Belanda maka Dairi dimekarkan dari 6 (enam) kecamatan menjadi 12 (dua belas) Kecamatan.

Menjelang penyerahan (baca : pengakuan) kedaulatan wilayah Indonesia oleh belanda, maka Pemerintah Militer di Dairi kembali ke Pemerintahan Sipil. Sebagai kepala Pemerintahan dairi adalah Raja Kisaran Massy Maha yang kemudian digantikan oleh Jonathan Ompu Tording Sitohang pada tgl 10 Desember 1949. Pada masa tersebut wilayah kecamatan di kabupaten Dairi diciutkan dari 12 (dua belas) Kecamatan menjadi * (delapan) Kecamatan, yaitu :

1. Kecamatan Sidikalang, ibukotanya Sidikalang dipimpin oleh Asisten Wedana, M. Bakkara 2. Kecamatan sumbul, ibukotanya sumbul dipimpin oleh Wedana, Bonipasius simangunsong


(47)

3. Kecamatan salah, ibukotanya salak dipimpin oleh Asisiten wedana, Poli Karpus Panggabean

4. Kecamatan kerajaan, ibukotanya sukaramai dipimpin oleh Asisiten Wedana, Wal mantas Habeahan

5. Kecamatan tigalingga, ibukotanya tigalingga, dipimpin oleh Asisten Wedana, Gayur Silaen 6. Kecamatan Tanah Pinem, ibukotanya Kuta Buluh dipimpin oleh Asisten wedana, Ngapid david Tarigan

7. Kecamatan Silima pungga-pungga,ibukotanya parongil dipimpin oelh Asisten Wedana Alex Sitorus

8. Kecamatan Siempat Nempu, Ibukotanya Buntu Raja dipimpin oleh Asisten Wedana, Urbanus Rajagukguk;

Setelah situasi dan kondisi kembali normal dari perfolakan Agresi militer dengan adanya pengakuan kedaulatan, maka sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-undang pokok tentang pemerintahan Daerah yang sebenarnya telah mulai berlaku sejak diumumkan pada tanggal 1 april 1950, kabupaten dairi menjadi bagian dari wilayah hukum kabupaten Tapanuli Utara. Akan tetapi berhubung proses pemulihan pemerintah RI akan terjadi, K.M. Maha dipanggil Residen Tapanuli ke sibolga dan tidak kembali lagi melaksanakan tugas sebagai Kepala Pemerintahan militer kabupaten Dairi, sehingga J.O.T. Sitohang diangkat menjadi kepala Daerah Tk. II Dairi.

3. Masa Pemberontakan PRRI

Kemudian peristiwa penting terjadi pada tahun 1958, karena timbulnya peristiwa pemberontakan PRRI yang mengakibatkan terputusnya hubungan antara Sidikalang (Dairi) dengan tarutung sebagai ibukotanya Tapanuli Utara, atas kondisi rawan tersebut , maka untuk menjaga kepakuman pemerintahan oleh Gubernur KDH tingkat I Sumatera Utara dengan suratnya nomor. 656/UPS/1958 Tgl 28 Agustus 1958 mengambil kebijakan penting dalam


(48)

pemerintahan dengan menetapkan Daerah Dairi menjadi Wilayah Administratif yaitu: Coordinator schaap, yang secara langsung berurusan dengan propinsi sumatera utara. Untuk mengisi Coordinator schaap pemerintahan di Dairi dihunjuk sebagai pimpinan adalah Nasib Nasution (pati pad akantor Gubernur Sumatera Utara), dan tidak begitu lama diangkatlah Djauli Manik sebagai Koordinator schaap pemerintahan dairi.

4. Perjuangan Pembentukan Daerah Otonom

Sejak tahun 1958, aspirasi masyarakat Dairi untuk memperjuangkan daerahnya sebagai kabupaten yang otonom tetap tumbuh berkembang dengan mengutus pertama Tokoh masyarakat ke Jakarta untuk menyampaikan hasrat dan maksud agar disetujui. Aspirasi dan tuntutan tersebut terus berkembang sampai tahun 1964 dan saat itu Tokoh masyarakat, mengantar Dairi Solin, dkk diutus dan berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkannnya di Departemen Dalam Negeri. Akhirnya pertimbangan persetujuan pemerintah pusat cg. Menteri Dalam Negeri saat itu Sanusi Hardjadinata yang pada tahun itu menyetujui Daerah Otonom kabupaten yang terpisah dari kabupaten tapanuli Utara.

Dalam situasi tersebut dikeluarkan Undang-undang darurat yaitu Peraturan Pemerintahpengganti Undang-undang (PERPU) Nomor 4 tahun 1964 tanggal 13 Februari 1964 tentang pembentukan kabupaten daerah tingkat II Dairi yang berlaku surut sejak tanggal 1 januari 1964. Untuk mempersiapkan pembentukan DPRD Dairi dan pemilihan Bupati yang Defenitif, maka diangkatlah Rambio Muda Aritonang sebagai pejabat Bupati KDH dairi.setelah beliau selesai menyusun Anggota DPRD sebanyak 20 orang, dilanjutkan dengan pemilihan Bupati. Saat itu terpilihlah mayor Raja Nembah maha, yang memperoleh suara terbanyak menjadi bupati KDH Tingkat II dairi dan Wal Mantas Habeahan terpilih sebagai Sekretaris Daerah.

Kemudian oleh pemerintah Pusat dan DPR RI, ditetapkanlah undang-undang Nomor 15 tahun 1964 tentang pembentukan kabupaten Daerah Tingkat II Dairi. (sebagai Penetapan


(49)

Peraturan pengganti undang-undang nomor 4 tahun 1964). Peresmian Kabupaten Daerah tingkat otonom dilakukan oelh gubernur Sumatera utara pada tanggal 2 Mei 1964 bertempat di gedung nasional Sidikalang.

Berdasarkan undang-undang Nomor 15 tahun 1964 tentang pembentukan kabupaten daerah tingkat II dairi, yang berlaku surat mulai tanggal 1 januari 1964, maka wilayah kabupaten dairi pada saat pembentukannya terdiri dari 8 ( delapan ) kecamatan yaitu :

1. kecamatan sidikalang, ibukotanya sidikalang; 2. kecamatan sumbul, ibukotanya sumbul; 3. kecamatan Tigalingga, ibukotanya tigalingga; 4. kecamatan tanah Pinem, ibukotanya, Kutabuluh; 5. Kecamatan Salak , ibukotanya Salak;

6. kecamatan Kerajaan, ibukotanya sukarame;

7. kecamatan silima pungga-pungga, ibukotanya parongil 8. kecamatan siempat nempu, ibukotanya Bunturaja;

Perubahan struktur pemerintahan setelah penyerahan kedaulatan republik Indonesia serta pemulihan keamanan bahwa kecamatan tetap 8 (delapan) , kewedanan dihapus, kenegerian dan kampong berjalan sebagaimana mestinya.

5. berlakunya undang-undang nomor 5 tahun 197 4

Pada masa berlakunya undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, maka telah ditetapkan dalam pasal T5 bahwa pembentukan, Nama, Batas, Sebutan, Ibukota wilayah adminstratif (termasuk kecamatan) diatur dengan peraturan pemerintah. Proses pembentukan Kecamatan diatur dengan peraturan Menteri Dalam Negeri nmor 138-210 tahun 1982 tgl 3 maret 1982 tentang cara pembentukan kecamatan dan perwakilan kecamatan dan perwakilan kecamatan maupun surat edaran mendagri nomor


(50)

138/2603/PUOD tanggal 7 juli 1981, perihal: prosedur penyelesaian masalah pembentukan wilayah kecamatan.

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk , meningkatkan kegiatan pembangunan dan semakin bertambahnya volume tugas pemerintahan, maka wilayah kabupaten dairi dari delapan (8) kecamatan agar dibentuk 4 (empat) perwakilan kecamatan baru sebagai pemekaran dari 4 (empat) kecamatan yaitu:

1. perwakilan kecamatan parbuluan Hilir dengan ibukotanya sigalingging, sebagai pemekaran dari kecamatan sidikalang

2. perwakilan kecamatan pegagan hilir dengan ibukotanya tigabaru, sebagai pemekaran dari kecamatan tigalingga;

3. perwakilan kecamatan siempat nempu hulu dengan ibukotanya silumboyah, sebagai pemekaran dari kecamatan siempat nempu.

4. perwakilan kecamatan siempat nempun hilir ibukotanya sop butar, sebagai dengan pemekaran dari kecamatan siempat nempu.

Sesuai dengan surat persetujuan menteri dalam negeri nomor 138/579/PUOD tanggal 7 februari 1985 perihal pembentukan perwakilan kecamatan di rpovinsi daerah tingkat I Sumatera utara, maka ditetapkanlah keputusan Gubernur kepala daerah tingkat I sumatera utara nomor 138/1373/K/THN 1985 tanggal 25 maret 1985 tentang pembentukan kabupaten daerah tingkat II dairi. Peresmian 4 (empat) perwakilan kecamatan tersebut dilaksanakan tanggal 25 mei 1985 oleh pembantu gubernur sumatera utara wilayah II yang dipusatkan di sigalingging ibukota perwakilan kecamatan parbuluan.

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan di wilayah kecamatan/perwakilan kecamatan, maka dibentuklah 2 (dua) kantor pembantu Bupati KDH Tk. II Dairi berdasarkan keputusan dalam negeri no. 136.22-310 tanggal 9 april 1985 tentang pembentukan wilayah


(51)

kerja pembantu Bupati KDH tk. II Dairi dalam wilayah provinsi Dati I sumatera utara dan keputusan Gubernur KDH Tk.II dairi wilayah I dan II

Adapun pembagian wilayah pembantu KDH tk II saat itu adalah sbb: A. wilayah yang berpusat di sumbul, terdiri, terdiri dari:

1. kecamatan sidikalang; 2. kecamatan sumbul; 3. kecamatan salak; 4. kecamatan kerajaan;

5. perw. Kecamatan parbuluan;

B. wilayah yang berpusat di tigalingga terdiri dari: 1. kecamatan tigalingga;

2. kecamatan tanah pinem;

3. kecamatan silima pungga-pungga; 4. kecamatan siempat nempu;

5. perw. Kecamatan siempat nempu hulu; 6. perw. Kecamatan siempat nempu hilir; 7. perw. Kecamatan pegagan hilir;

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 50 tahun 1991 tanggal 7 september tahun 1991, maka perwakilan kecamatan parbuluan dipisahkan dan ditingkatkan statusnya menjadi kecamatan yang defenitif dan diresmikan oleh Gubernur KDH Tk. I sumatera utara tgl 30 oktober 1991.

Kemudian berdasarkan peraturan pemerintah nomor 35 tahun 1992, tgl 13 juli 1992, maka perwakilan kecamatan siempat nempu hilir, siempat nempu hulu dan pegagan hilir ditetapkan menjadi kecamatan defenitif dan diresmikan secara terpusat oelh gubernur KDH


(52)

TK. I sumatera utara pada tanggal 19 oktober 1992 di kecamatan pagaran, kabupaten tapanuli utara.

6. Berlakunya undang-undang nomor 22 tahun 1999

Setelah pemberlakuan undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,maka sesuai ketentuan pasal 66 ayat (6) bahwa pembentukan kecamatan ditetapkan dsengan peraturan daerah.

Dengan mempedomani keputusan menteri dalam negeri nomor 4 tahun 2000 tentang pedoman pembentukan kecamatan, maka menyikapi aspirasi masyarakat yang telah lama tumbuh dan berkembang di kecamatan silima pungga-pungga dan kecamatan salak dibentuklah 2 (dua) kecamatan baru di kabupaten Dairi yaitu kecamatan lae parira, sebagai pemekaran dari kecamatan silima pungga-pungga dan kecamatan sitellu tali urang jehe, sebagai pemekaran dari kecamatan salak, kedua kecamatan ini ditetapkan berdasarkan peraturan daerah nomor 33 tahun 2000 tentang pembentukan kecamatan lae parira dan kecamatan sitellku tali urang jehe.

Mengawali berlakunya otonomi daerah kabupaten dairi telah diresmikan secara defenitif pembentukan 2 (dua) kecamatan baru tersebut yaitu kecamatan lae parira yang diresmikan Bupati dairi pada tanggal 13 pebruari 2001 di lae parira ( ibukota kecamatanlae parira) dan ekcamatan sitellu Tali urang jehe, yang diresmikan pada tanggal 15 pebruari 2001 di sibande ( ibukota kecamatan sitellu tali urang jehe)

Selanjutnya berdasarkan peraturan daerah kabupaten dairi nomor 15 tahun 2002 tentang pembentukan kecamatan berampu dan kecamatan gunung sitember, maka bupati dairi meresmikan kecamatan gunung sitember, tanggal 11 maret 2003 di desa gunung sitember (ibukota kecamatan). Dan meresmikan kecamatan berampu pada tanggal 10 april 2003 di desa berampu (ibukota kecamatan).


(53)

3.2 Visi Misi Pemerintah Kabupaten Dairi VISI :

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kabupaten dairi melalui pengembangan agribisnis yang berdaya saing.

MISI :

1. Meningkatnya kualitas sumberdaya manusia; 2. Memberikan pelayanan yang berkualitas;

3. Meningkatkan kualitas dan peran serta pemerintah, masyarakat dan dunia usaha untuk mengembangkan potensi daerah dalam pembangunan;

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas serta mengoptimalkan prasaranan dan sarana daerah;

5. Menciptakan dan memelihara suasana kondusif.

Visi Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi

Visi Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi yang ditetapkan adalah: "TERWUJUDNYA AKSELERASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN MELALUI KOORDINASI PERUMUSAN KEBIJAKAN DAN PELAYANAN ADMINISTRASI YANG EFISIEN DAN EFEKTIF". Untuk tidak menimbulkan asumsi dan perbedaan penafsiran, perlu dijelaskan makna dan hakekat yang terkandung dalam visi dimaksud sebagai berikut :

A. Akselerasi Penyelenggaraan Pemerintahan

Akselerasi penyelenggaraan pemerintahan adalah keseluruhan proses percepatan penyelenggaraan pemerintahan terkait pelaksanaan tugas dan tanggung jawab aparatur sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Akselerasi penyelenggaraan pemerintahan


(54)

dapat dicapai apabila sumber daya manusia aparatur memiliki kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan dan tanggung jawab yang diembannya dengan memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai faktor dan kekuatan yang tersedia atau dimiliki organisasi. Akselerasi (percepatan) penyelenggaraan pemerintahan ditandai dengan :

1. Tersedianya SDM aparatur yang tanggap, inovatif dan mempunyai kapasitas dalam pelayanan administrasi publik.

2. Tersedianya manajemen pemerintahan yang simpel, ramping dan berdaya saing 3. Terciptanya evektivitas kerja aparatur.

4. Terciptanya produktivitas kerja aparatur yang tinggi.

5. Terciptanya sistem pengawasan internal yang efisien dan efektif dalam rangka mencegah kebocoran dan pelanggaran.

6. Terciptanya iklim kerja yang sehat, saling mendukung dan menunjang antar bagian dalam pelaksanaan tugas.

B. Koordinasi

Koordinasi dalam penyelenggaran pemerintahan adalah dengan penerapan pola hubungan kerjasama antar unit kerja dalam organisasi untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga tercipta suatu synergisme, harmonisasi dan sinkronisasi tugas guna menghindari tumpang tindih dan pemborosan sumber-sumber daya yang tersedia.

Dalam pelaksanaannya hubungan koordinasi ini dapat dilaksanakan dalam bentuk koordinasi diagonal, horizontal dan vertikal yang disesuaikan dengan kondisi dan eselonisasi yang dianut dalam sistem dan manajemen pemerintahan. Koordinasi penyelenggaran pemerintahan ditandai dengan beberapa hal, diantaranya meliputi :


(55)

1. Terciptanya pola hubungan yang baik antar masing-masing bagian pada Sekretariat Daerah.

2. Terciptanya pembagian beban kerja yang merata dan tidak berat sebelah, dan terhindarinya tumpang tindih program / kegiatan.

3. Terjadinya hubungan komunikasi yang harmonis antar unit kerja perangkat daerah. 4. Terciptanya hubungan yang saling mendukung antar pimpinan unit kerja dan antara

pimpinan dengan yang dipimpin yang didasari oleh komitmen bersama atau kesamaan tujuan.

C. Perumusan Kebijakan

Perumusan kebijakan disini adalah keseluruhan proses untuk merumuskan dan menciptakan berbagai ketentuan yang sifatnya mengatur dan mengikat secara internal maupun eksternal dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan kebijakan dilaksanakan dalam bentuk pembahasan secara berjenjang, analisis situasi dan kondisi yang berkembang, pembahasan terhadap hasil dan dampak yang mungkin akan terjadi, pengajuan konsep (draft) keputusan dan penetapan yang akan ditempuh oleh pimpinan sampai dengan lahirnya sebuah keputusan. Peran unit organisasi yang ada pada Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi adalah merupakan peran dan fungsi sentral untuk mengolah, mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan yang akan ditempuh dan ditetapkan oleh pimpinan sebagai sebuah keputusan final.

Perumusan kebijakan yang ideal dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik, ditandai dengan beberapa hal, antara lain:

1. Terciptanya mekanisme standarisasi pengolahan, perumusan dan penetapan kebijakan yang akan ditetapkan sebagaisebuah keputusan.


(1)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan mengambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan selama ini serta memberikan saran sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian ini.

1.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No.53 Tahun 2010 di Lingkungan Sekretariat Daerah kabupaten Dairi telah dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari tingkat kedisiplinan Para Pegawai negeri Sipil di kantor tersebut dalam melaksankan tugas-tugas sehari-harinya.

2. Para Pegawai Negeri Sipil di Kantor Sekretariat daerah Kabupaten dairi secara umum telah mengerti dan memahami Peraturan Disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010.

3. Penerapan disiplin di Sekretariat daerah digerakkan oleh para pimpinan sehingga para staf menerapkan disiplin dengan pengawasan penuh dari para pimpinan, sehingga penerapan disiplin dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan peningkatan disiplin semakin baik.


(2)

B. Saran-saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Pejabat di Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi, hendaknya semakin berusaha untuk meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi dengan cara lebih aktif menerapkan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Berdasarkan PP No.53 Tahun 2010.

2. Bagi Pegawai Negeri Sipil, hendaknya lebih memahami makna dari penerapan PP No.53 tahun 2010, sehingga para pegawai harus tepat dalam mentatati peraturan kepegawain yang berlaku.

3. Bagi peneliti selanjutnya, untuk lebih memantapkan hasil penelitian ini. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan populasi yang lebih luas dan melibatkan faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekretariat Daerah kabupaten Dairi serta dengan menggunakan metode pengumpulan data lainnya, misalnya metode quisioner sehingga akan diperoleh data yang lebih kompleks.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rozali. 1986. Hukum Kepegawaian. Jakarta : CV Rajawali.

B. Sarwokodan S. Retno. 1976. Pokok-pokok Metodologi Penelitian. Semarang :Fakultas IlmuPendidikan IKIP Semarang.

Bungin, H.M. Burhan.2007.Penelitian Kualitatif. Jakarta PT. Rineka Cipta J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Kurt Lewin, Dictionary of Contemporary English, kelman, England,1992

Mahfud MD, konstitusi dan hukum dalam kontroversiisu, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan :Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta :Penerbit UI.

Nawawi, H.Hadari, 2003. Perencanaan SDM untuk profit yang kompetitif. Yokyakarta : Gajah Mada University Press.

Nugroho, D.Riant dan Tri Hanurita S.2008. Tantangan Indonesia Solusi Pembangunan Politik Negara Berkembang. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Media Muchdarsyah, Sinungan. 2000. Produktivitas Apa dan Bagaimana TUN, Jakarta. Bumi

Aksara

Prijodarminto Soegeng. 1994. Disiplin kiat menuju Sukse, Bandung : PT Pradnya Paramita. --- 1992. Sengketa Kepegawaian Sebagai Bagian dari Sengketa TUN.Jakarta

:Pradnya Paramita.

Sasono, Hambatan Institusional dalam Menciptakan Birokrasi di Era Globalisasi”, dalam Miftah Thoha dan Agus Dharma (ed.), Menyoal Birokrasi Publik, (Jakarta: Balai Pustaka,2001

Singarimbun, Masri. 1997.Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES

Sofian Efendi, Kebijakan Pembinaan Organisasi Pelayanan Publik, pada PJP II: PercikanPemikiran, (Mimeo, 2003)


(4)

Victor M.Situmorang dan Jusuf Juhir. 1994. Aspek Hukum Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah . Jakarta : PT.Rineka Cipta

Sumber Lain

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang nomor 43 tahun 1999

Undang-undang nomor 8 tahun 1974

Peraturan Pemerintah No 53 Tahun 2010

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003

Situs Internet

http://internetsebagaisumber belajar.blogspot.com/2010/07/pengertian-penerapan. Html)


(5)

1. Apakah menurut Bapak Penerapan disiplin di Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi ini telah dilaksanakan dengan baik?

DAFTAR WAWANCARA

Hari/Tanggal : Senin/ 06 Mei 2013

Jam : 09.30

Responden : Bapak Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi

Materi : “ Penerapan Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil berdasaskan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 ( Studi Pada Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi”

KUALITAS PENERAPAN DISIPLIN69

2. Menurut Bapak Apakah penerapan disiplin telah terlaksana di lingkungan Sekretariat Daerah kabupaten Dairi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010? 3. Apa langkah – langkah yang dilaksanakan oleh Bapak dalam menindaklanjuti

penerapan PP Nomor 53 tahun 2010 di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Dairi?

SIKAP DISIPLIN PEGAWAI

4. Apakah menurut Bapak para pegawai telah mengetahui dan memahami Peraturan disiplin yang tertera pada PP 53 Tahun 2010?

5. Menurut Bapak apakah setiap Pegawai telah menerapkan disiplin tersebut dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembankan kepadanya?

6. Menurut Bapak apakah dengan diterapkannya PP 53 Tahun 2010 disiplin bagi setiap Pegawai semakin meningkat?

7. Menurut Bapak apakah setiap pegawai telah memiliki prinsip-prinsip untuk mentaati peraturan disiplin dengan baik?


(6)

11.Apakah bapak sering melakukan tindakan populis seperti sidak di lingkungan Setda Kabupaten Dairi?

12.Setelah dilaksanakan sidak apakah masih banyak pegawai yang tidak berada ruangan kerja masing-masing apa saat jam kerja?

TINDAKAN TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PEGAWAI

13.Apakah selama ini sejak berlakunya PP Nomor 53 tahun 2010 telah ada tindakan yang dilakuakn terhadap pegawai yang melanggar aturan tersebut ?

14.Apa yang pernah dilakukan terhadap pegawai yang melanggar peraturan disiplin ? 15.Apakah sudah ada pegawai yang diberi sangsi hukuman disiplin?

16.Sampai saat ini jenis hukuman disiplin seperti apa yang sudah pernah dilakukan terhadap PNS yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin di Kantor ini Pak?

17.Apa yang Bapak lakukan apabila masih banyak pegawai yang melanggar disiplin kerja yang telah diterapkan?