BAB IV PERAN DAN TANGGUNG JAWAB PPATK SEBAGAI
FINANCIAL INTELIGENCE UNIT DALAM PEMBERANTASAN PRAKTIK
PENCUCIAN UANG DALAM SISTEM PERBANKAN INDONESIA
C. Peran PPATK dalam Sistem Perbankan Indonesia
Melihat bahwa ancaman terhadap sistem keuangan dan perekonomian nasional pada gilirannya akan menjalar kepada sistem sosial dan keamanan
nasional, maka “safeguard” atau “protection” regulatif terhadap eksistensi lembaga keuangan merupakan harga mati. Dalam kaitan ini, maka keberadaan
lembaga khusus semacam Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK yang dibentuk dengan Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang dengan misi utama mencegah dan memberantas kejahatan pencucian uang, sudah seharusnya memiliki makna penting di dalam
upaya mencegah penyalahgunaan lembaga keuangan.
122
Kondisi praktik pencucian uang di Indonesia sudah sangat meresahkan negara, dan sering pula gagal menyelamatkan aset hasil korupsi karena menggunakan
sarana perbankan. Berdasarkan catatan PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tindak pidana pencucian uang yang berasal dari korupsi
merupakan yang tertinggi. Data hingga Maret 2010, tindak pidana dalam Laporan Keuangan Transaksi Mencurigakan LKTM yang tertinggi ada korupsi, sebesar 42
122
Peran PPATK mencegah lembaga keuangan http:yunushusein.files.wordpress.com
, diakses terakhir tanggal 22 Juni 2012.
92
Universitas Sumatera Utara
persen dari 2.442 atau sebanyak 1.030. Kemudian baru Penipuan sebanyak 571 23, 38 persen, Pemalsuan Dokumen sebanyak 162 6,63 persen, Kejahatan Perbankan
sebanyak 136 5,57 persen, dan Tindak Pidana lain sebanyak 375 15,36 persen sisanya tidak terindentifikasi sebanyak 168 6,88 persen.
123
Secara umum ada beberapa alasan mengapa money laundering diperangi dan dinyatakan sebagai tindak pidana :
124
Pertama, pengaruh money laundering pada sistem keuangan dan ekonomi diyakini berdampak negatif bagi perekonomian dunia. Hal ini dapat dilihat dari
tidak efektifnya penggunaan sumber daya dan dana yang banyak digunakan untuk kegiatan yang tidak sah dan kurang dimanfaatkan secara optimal, misalnya
melakukan ”steril investment” dalam bentuk properti atau permata yang mewah dan mahal, tetapi sumbangannya untuk pertumbuhan ekonomi sangat sedikit.
Fluktuasi yang tajam pada nilai tukar dan suku bunga juga merupakan bagian dari akibat negatif dari pencucian uang. Dengan berbagai dampak negatif itu diyakini,
bahwa money laundering dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia. Kedua, dengan ditetapkannya money laundering sebagai tindak pidana
akan lebih memudahkan bagi aparat penegak hukum untuk menyita hasil tindak pidana yang kadangkala sulit untuk disita, misalnya aset yang susah dilacak atau
sudah dipindahtangankan kepada pihak ketiga. Oengan cara ini pelarian uang hasil tindak pidana dapat dicegah. Oengan demikian pemberantasan tindak pidana
sudah beralih orientasinya dari “menindak pelakunya” ke arah menyita “hasil
123
Pembangunan rezim anti money Laundering, http:yunushusein.files.wordpress.com
, Hasil Wawancara Dengan Ketua PPATK, diakses terakhir tanggal 21 agustus 2012
124
Yunus Husein, Peran Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK Dalam Mencegah Penyalahgunaan Lembaga Keuangan, Makalah disampaikan pacta “Seminar
tentang Lembaga Keuangan dalam Pemulihan Perekonomian Nasional” di Hotel Indonesia, Jakarta, pada tanggal 26 Maret 2003. Hal 5.
Universitas Sumatera Utara
tindak pidana”. Di banyak negara dengan menyatakan money laundering sebagai tindak pidana merupakan dasar bagi penegak hukum untuk mempidanakan pihak
ketiga yang dianggap menghambat upaya penegakan hukum.
125
Ketiga, dengan dinyatakan money laundering sebagai tindak pidana dan dengan adanya sistem pelaporan transaksi dalam jumlah tertentu dan transaksi
yang mencurigakan, maka hal ini lebih memudahkan bagi para penegak hukum untuk menyelidiki kasus pidana sampai kepada tokoh-tokoh yang ada
dibelakangnya. Tokoh-tokoh ini sulit dilacak dan ditangkap karena pada umumnya mereka tidak kelihatan pada pelaksanaan suatu tindak pidana, tetapi
banyak menikmati hasil-hasil tindak pidana tersebut.
126
PPATK, sebagai lembaga independen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden menyadari bahwa posisi penting sistem keuangan dalam
menciptakan stabilitas sistem perekonomian khususnya dalam bidang perbankan. Oleh karena itu sistem keuangan perlu diamankan terhadap kemungkinan
gangguan yang diakibatkan oleh aktivitas kejahatan money laundering. Dalam kaitan ini, sistem perbankan merupakan channel yang paling dominan digunakan
dalam kejahatan pencucian uang mengingat perbankan merupakan lembaga keuangan yang paling banyak menawarkan instrumen keuangan.
Sebagaimana diketahui, pemanfaatan bank dalam kejahatan pencucian uang dapat berupa :
127
125
Ibid
126
Ibid
127
Yunus Husein, PPATK: Tugas, Wewenang Dan Peranannya Dalam Memberantas tindak Pidana Pencucian Uang
http:yunushusein.files.wordpress.com , diakses terakhir tanggal 22
Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
1. Menyimpan uang hasil kejahatan dengan nama palsu atau dalam safe deposit
box; 2.
Menyimpan uang di bank dalam bentuk depositotabunganrekeninggiro dengan berlindung di balik ketentuan mengenai rahasia bank dan karena tidak
adanya ketentuan yang mewajibkan bank untuk meneliti darimana dana yang oleh penyimpannya diletakkan pada bank dalam suatu transaksi;
3. Menukar pecahan uang hasil ilegal dengan pecahan lainnya yang lebih besar
atau kecil; 4.
Bank yang bersangkutan dapat diminta untuk memberikan kredit kepada nasabah pemilik simpanan dengan jaminan uang yang disimpan pada bank
yang bersangkutan; 5.
Menggunakan fasilitas transfer atau EFT; 6.
Melakukan transaksi ekspor impor fiktif dengan menggunakan sarana LC dengan memalsukan dokumen-dokumen yang dilakukan bekerjasama dengan
oknum pejabat terkait; dan 7.
Pendirianpemanfaatan bank gelap.
Rekomendasi Committee on Banking Regulation and Supervisory Practices
mengenai prinsip-prinsip pedoman dalam menghadapi permasalahan money laundering
adalah :
128
128
Yunus Husein, Peran Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK Dalam Mencegah Penyalahgunaan Lembaga Keuangan, Makalah disampaikan pacta “Seminar
tentang Lembaga Keuangan dalam Pemulihan Perekonomian Nasional” di Hotel Indonesia, Jakarta, pada tanggal 26 Maret 2003. Hal 8.
Universitas Sumatera Utara
1. Semua bank sebaiknya menciptakan prosedur yang efektif dalam memperoleh
identitas yang benar atas nasabah baru; 2.
Manajemen bank sebaiknya menjamin bahwa kegiatan bisnis yang dilakukannya didasarkan pada standar etika yang tinggi;
3. Peraturan perundang-undangan yang mengatur transaksi keuangan benar-
benar dijalankan; 4.
Bank-bank bekerjasama secara penuh dengan pihak yang berwenang dalam bidang penegakan hukum, sampai batas-batas maksimal yang diijinkan oleh
ketentuan-ketentuan kerahasiaan nasabah yang ada di masing-masing negara; 5.
Bank-bank mempunyai kebijakan yang konsisten dalam hal pelaporan dan mengkomunikasikan kebijakan tersebut ke seluruh karyawannya yaitu dengan
melakukan pelatihan staf, pengembangan prosedur spesifik dalam pengidentifikasian nasabah, penyimpangan internal, dan pengembangan
prosedur audit internal.
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Principles atau yang sekarang disebut Costumer Due Dilligence dengan dikeluarkannya
Peraturan Bank Indonesia No. 11 28 PBI2009 tentang penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme bagi bank umum
dimaksudkan dapat mendorong terselenggaranya prinsip kehati-hatian dalam rangka mengurangi risiko usaha yang dihadapi bank dalam menjalankan kegiatan
usaha yaitu resiko operasional, resiko hukum, terkonsentrasinya suatu transaksi, dan resiko reputasi. Prinsip Mengenal Nasabah merupakan salah satu upaya untuk
mencegah agar sistem perbankan tidak digunakan sebagai sarana kejahatan
Universitas Sumatera Utara
pencucian uang, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan. Bank Indonesia mewajibkan bank untuk menerapkan Prinsip
Mengenal Nasabah yang terdiri dari kebijakan dan prosedur penerimaan dan identifikasi nasabah, pemantauan rekening nasabah serta kebijakan dan prosedur
manajemen risiko. Melalui kebijakan ini, bank diharapkan dapat mengenali profil nasabah maupun karakteristik setiap transaksi nasabah sehingga pada gilirannya
Bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan suspicious transactions
. Peran PPATK dalam sistem Perbankan antara lain :
129
1. Mencegahan dan memberantas tidak pidana pencucian uang yang terjadi di
dalam sistem Perbankan, dengan cara : a.
meminta dan mendapatkan data dan informasi dari perbankan yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi;
b. menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan;
c. mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang
dengan perbankan; d.
memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang;
e. mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum
internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;
129
UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Universitas Sumatera Utara
f. menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang
kepada pihak perbankan; dan g.
menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang.
2. Mengawasi kepatuhan Pihak Pelapor, yang dilakukan antara lain :
a. menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan;
b. menetapkan kategori Pengguna Jasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana Pencucian Uang; c.
melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d.
menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Pihak Pelapor;
e. memberikan peringatan kepada Pihak Pelapor yang melanggar kewajiban
pelaporan; f.
merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha Pihak Pelapor; dan
g. menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali Pengguna Jasa bagi
Pihak Pelapor yang tidak memiliki Lembaga Pengawas dan Pengatur.
3. Menganalisis dan memeriksa laporan dan informasi transaksi keuangan yang
berindikasi tindak pidana pencucian uang danatau tindak pidana lain yang diterima dari perbankan, dengan cara :
a. meminta dan menerima laporan dan informasi dari perbankan;
Universitas Sumatera Utara
b. meminta informasi kepada perbankan berdasarkan pengembangan hasil
analisis PPATK; c.
meminta informasi kepada perbankan berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri;
d. meneruskan informasi danatau hasil analisis kepada instansi peminta, baik
di dalam maupun di luar negeri; e.
menerima laporan danatau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana Pencucian Uang;
f. meminta keterangan kepada perbankan dan pihak lain yang terkait dengan
dugaan tindak pidana Pencucian Uang; g.
merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik danatau
dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
h. meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh
atau sebagian Transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan hasil tindak pidana;
i. meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana Pencucian Uang;
j. mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.
Universitas Sumatera Utara
Terbongkarnya beberapa kasus mafia hukum yang terkait dengan korupsi di Ditjen Pajak dan pencucian uang - meski berawal dari laporan Komjen Susno
Duadji - sebenarnya terjadi atas adanya laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK.
130
Kasus Gayus Tambunan sebagai contoh pengungkapan kejahatan yang bermula dari laporan PPATK ke kepolisian bahwa terdapat Rp28 miliar dalam
rekening Gayus. Demikian juga dengan kasus Bahasyim Assifie yang dimulai dari adanya laporan PPATK terhadap rekening istri dan anaknya. Dengan demikian
peran PPATK sangatlah penting untuk pengungkapan kejahatan keuangan seperti korupsi, perbankan, pajak, illegal logging,narkotika. Langkahnya melalui analisis
atas transaksi yang mencurigakan yang ada dalam rekening perbankan atau dalam penyedia jasa keuangan lain seperti pasar modal, asuransi, money changer dan
lain-lain.
131
D. Tanggung Jawab PPATK dalam Sistem Perbankan Indonesia