Transaksi Keuangan Yang Mencurigakan

Bank dilarang untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif. Bank wajib melakukan pertemuan langsung face to face dengan calon Nasabah pada awal melakukan hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas calon Nasabah. Bank wajib mewaspadai transaksi atau hubungan usaha dengan Nasabah yang berasal atau terkait dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF. 112

K. Transaksi Keuangan Yang Mencurigakan

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang UU PP-TPPU didalam Pasal 1 angka 5 mengenai pengertian transaksi keuangan mencurigakan, yaitu : a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan; b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau 112 Pasal 11 PBI Nomor: 11 28 PBI2009 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang Dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum. Universitas Sumatera Utara d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. Istilah transaksi yang mencurigakan digunakan pertama sekali oleh FATF Dalam prakteknya tiap-tiap negara dapat menggunakan istilah yang berbeda. Istilah yang digunakan tidak hanya transaksi yang mencurigakan tetapi juga dengan istilah lainnya seperti transaksi yang menyimpang dari kebiasaan”. 113 Pengertian transaksi keuangan yang mencurigakan menurut pasal 64 ayat 1, 2, dan ayat 3 dirumuskan sebagai berikut: 1 PPATK melakukan pemeriksaan terhadap Transaksi Keuangan Mencurigakan terkait dengan adanya indikasi tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain. 2 Dalam hal ditemukan adanya indikasi tindak pidana Pencucian Uang atau tindak pidana lain, PPATK menyerahkan Hasil Pemeriksaan kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. 3 Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, penyidik melakukan koordinasi dengan PPATK. Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang diatas, juga bersifat unsur-unsur transaksi keuangan mencurigakan. Transaksi telah memenuhi salah satu dari point pengertian transaksi keuangan yang mencurigakan diatas, maka 113 Yunus Hussein, Menyoal Cuci Uang, 21 Januari 2011, http:www.tabloid- ombudsman.comartikel.php?idb=563noedisi=0, pada hari selasa diakses tanggal 22 Februari 2011 Universitas Sumatera Utara Penyedia Jasa Keuangan wajib menetapkan sebagai transaksi keuangan yang mencurigakan dan melaporkannya kepada PPATK. Penyampaian laporan kedua transaksi ini memiliki masa waktu. Menurut Undang-Undang TPPU untuk laporan transaksi keuangan mencurigakan dilakukan paling lambat 5 lima hari kerja dari saat diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan oleh Penyedia Jasa Keuangan. Masa pelaporan itu harus, bersifat cepat dan segara supaya dengan cepat dan segera pula dilakukan pelacakan. Sang pelaku mencurigakan akan bisa melakukan kesempatan cukup untuk mngaburkan diri jika peristiwa tersebut tidak sesegera mungkin dilaporkan. Kemudian mengenai laporan transaksi keuangan yang bersifat tunai dalam jumlah komulatif lima ratus juta rupiah keatas atau valuta asing dengan nilai setara masa waktu penyampainan laporan tersebut dilakukan sejak tanggal transaksi dilakukan. 114 Rasa khawatir dari pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan yang bersangkutan untuk memperoleh sanksi, baik dari atasannya atau dari PPATK maupun otoritas penegak hukum apabila tidak melapor, karena mungkin saja menurut pertimbangannya transaksi tersebut bukan tergolong transaksi keuangan yang mencurigakan, sedangkan menurut atasannya termasuk keuangan yang mencurigakan yang wajib dilaporkan. 115 Akibat dari rasa khawatir yang demikian tersebut, dapat menimbulkan sikap dari pejabat atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan yang bersangkutan untuk 114 Ibid 115 Sutan Remy Sjahdeini, Op., Cit, hal 270 Universitas Sumatera Utara sebanyak mungkin melaporkan transaksi keuangan yang ditanganinya. Apabila sikap ini yang diambil, maka tidak mustahil akan banyak transaksi keuangan yang dilaporkan. Apabila Penyedia Jasa Keuangan tidak melaporkan transaksi yang diwajibkan, tugas pokok PPATK yaitu melakukan analisis sudah tentu tidak dapat dilaksanakan. Walaupun PPATK telah menerima banyak laporan dari PJK, namun tidak ada koordinasi ataupun kerjasama dengan institusi lain baik didalam maupun diluar negeri yang memiliki informasi terkait dengan laporan tersebut, maka basil analisis PPATK kurang berkualitas dan pada akhirnya aparat penegak hukum juga tidak akan optimal dalam memproses lebih lanjut. 116 Penyedia Jasa Keuangan yang dengan senagaja tidak menyampaikan laporan kepada PPATK dikenakan sanski pidana sebagaimana diatur dalam pasal 23 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010, yaitu pidana denda paling sedikit Rp. 500.000.000,- lima ratus Juta Rupiah. Pelaksanaan pelaporan transaksi yang diwajibkan, pihak pelapor memiliki kekhawatiran dan tanggung jawab hukum dan juga kekhawatiran keselamatan baik sebagai pribadi diri sendiri maupun sebagai lembaga Penyedia Jasa Keuangan. Untuk menjamin bagi pelapor dan saksi dalam memberikan kesaksian disidang pengadilan, mereka perlu mendapat perlindungan khusus antara lain: 1 Penyedia Jasa Keuangan, pejabat serta pegawainya tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana atas pelaksanaan kewajiban pelaporan. 116 Andry Mahyar, Op. Cit., hal. 71. Universitas Sumatera Utara 2 Sumber keterangan dan laporan transaksi keuangan mencurigakan wajib dirahasiakan dalam persidangan di pengadilan. 3 PPATK, penyidik, penuntut umum atau hakim wajib merahasiakan identitas pelapor. 4 Pelapor dan saksi atas suatu tindak pidana pencucian uang wajib diberikan perlindungan khusus oleh negara. 5 Pelapor dan saksi tidak dapat dituntut baik secara pidana maupun perdata atas pelaporan atau kesaksian yang diberikannya. 117

L. Sistem Pelaporan dalam Mekanisme PPATK