spontan. Walaupun hanya sebagai sisipan kecil, namun kehadirannya dapat mengundang gelak tawa pembaca. Penggambaran komik dengan karakter
Chibi chibi character dengan proporsi layaknya anak-anak membawa kesan sederhana, imut, dan lucu. Penggambaran komik dengan karakter Chibi chibi
character sangat berbeda dengan penggambaran komik-komik wayang sebelumya yang ada di Indonesia selama ini. Hal inilah yang menurut penulis
secara tidak langsung akan menambah daya tarik komik Banjaran Gatotkaca. Pendidikan karakter anak dengan media komik Banjaran Gatotkaca ini
sekaligus diharapkan dapat mensukseskan program pelestarian kebudayan wayang. Proses pelestarian ini dapat dilakukan dengan cara pengenalan secara
bertahap dimulai dari tokoh wayang Gatotkaca. Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat kembali kesenian wayang sebagai tema proyek studi, melalui
tokoh Gatotkaca dalam media komik sebagai alternatif media pendidikan karakter bagi anak.
1.2. Alasan Pemilihan Jenis karya
Penulis memilih jenis karya ilustrasi buku komik sebagai proyek studi karena beberapa hal: Pertama, komik adalah karya seni yang sangat dekat
dengan anak-anak dibanding karya seni yang lain. Semua anak pernah membaca atau suka membaca komik, entah komik yang berbentuk buku atau
hanya komik strip dalam majalah atau surat kabar. Menurut pengamat komik Donny Anggoro dalam Koendoro, 2007: 143, komik merupakan pintu kita
untuk membaca buku, nyaris masa kecil setiap anak diawali dengan komik. Kurangnya budaya gemar membaca di Indonesia, komik dapat dijadikan solusi
untuk menanamkan kebudayaan membaca bagi anak sejak dini karena anak- anak pada umumnya menyukai membaca komik.
Kedua, komik merupakan media komunikasi yang populer, sebagai bentuk dari kebudayaan populer pop culture. Istilah populer mengacu pada
fakta bahwa komik sebagai produk yang beredar massal, mudah dimengerti dan diterima segala lapisan masyarakat dan karena sifatnya yang diproduksi
massal, tentu jauh lebih murah dibandingkan karya seni lain yang bersifat eksklusif seperti lukisan, patung dan sebagainya. Kepopuleran inilah yang
membuat komik diterima di segala lapisan masyarakat Ajidarma 2011: 25. Oleh karena itu, penulis menggunakan media komik sebagai sarana pendidikan
karakter bagi anak. Ketiga, komik dapat digunakan sebagai media berkomunikasi karena
dalam komik terdapat sebuah pesan cerita yang harus disampaikan kepada pembaca agar memperoleh pemahaman akan suatu hal. Pesan yang
disampaikan melalui perpaduan gambar dan tulisan dalam panel. Dibanding karya seni lain, pesan yang ada dalam komik lebih mudah dimengerti pembaca
karena disampaikan dengan media gambar sebagai ilustrasi yang diikuti teks tulisan sebagai penjelas. Selain itu, pesan yang dibawa media komik
berdurasi lebih panjang banyak dibanding karya seni lain karena dalam komik terdapat banyak panel yang berisikan gambar dan teks yang mengandung
pesan. Penggunaan gambar dalam komik berfungsi sebagai penarik perhatian bagi anak-anak, karena pada umumnya anak-anak menyukai gambar sehingga
pesan yang ingin disampaikan dalam komik akan lebih efektif dan mudah diterima oleh anak-anak McCloud, 2008: 3
Keempat, berdasarkan pengamatan penulis beberapa dekade ini komik Indonesia bagaikan mati suri, tidak banyak komik-komik baru bermunculan.
Menurut Suroto 2011, selama lebih dari 35 tahun 1975 – sekarang komik
Indonesia mengalami kemerosotan. Periode kemerosotan komik Indonesia dimulai dari dominasi komik asing di industri komik Indonesia, khususnya
komik-komik terjemahan Amerika, Eropa dilanjutkan komik Jepang. Oleh karena itu, dalam proyek studi ini, penulis berusaha menampilkan karya
berbentuk ilustrasi buku komik dalam cerita pewayangan “Banjaran
Gatotkaca” yang belum pernah ada dengan karakter gambar yang “fresh”, yang menjadi salah satu usaha penulis demi meramaikan kembali dunia perkomikan
nasional. Kelima, penulis lebih menguasai teknik menggambar komik dalam
karakter chibi sehingga dalam pembuatan karya akan lebih serius dibandingkan dengan pembuatan karya ilustrasi dengan teknik yang lain. Teknik yang
digunakan penulis adalah teknik pewarnaan monokrom hitam – putih dengan
alat drawing pen dan spidol. Keenam, penulis merasa sangat akrab dengan karakter tokoh Gatotkaca
dalam cerita pewayangan. Sejak penulis berusia 10 tahun, kisah-kisah kepahlawanan dunia wayang sudah sangat akrab di kehidupan penulis.
Didorong kegemaran ayah penulis terhadap kesenian wayang yang sering menceritakan kisah-kisah kepahlawanan dalam dunia wayang, selalu mengajak
penulis menyaksikan pertunjukan wayang dan memberikan buku-buku kisah pewayangan Baratayudha dan Ramayana terhadap penulis sejak kecil. Hal
inilah yang selalu menginspirasi penulis dalam membuat karya-karya seni rupa, termasuk dalam hal ini penulis terinspirasi mengaktualisasikan cerita
wayang tokoh Gatotkaca dalam sebuah komik.
1.3.
Tujuan Pembuatan Proyek Studi
Tujuan pembuatan Proyek Studi “Komik Banjaran Gatotkaca dalam
Chibi Character sebagai Sarana Pendidikan Karakter Bagi Anak ” adalah
sebagai berikut : 1.3.1.
Menuangkan ide dan kreativitas penulis ke dalam karya Komik Banjaran Gatotkaca dalam Chibi Character yang dapat digunakan
sebagai sarana pendidikan karakter bagi anak. 1.3.2.
Menghasilkan karya komik, berbentuk desain buku komik comic book berukuran A4 dengan jumlah halaman berkisar 70-an halaman.
1.4.
Manfaat Pembuatan Proyek Studi
Manfaat pembuatan proyek studi ini antara lain sebagai berikut: 1.4.1.
Hasil proyek studi ini diharapkan dapat memberikan media alternatif untuk mewujudkanmembentuk karakter anak
1.4.2. Hasil proyek studi diharapkan dapat digunakan sebagai desain komik
yang nantinya dapat diterbitkan.
11
BAB 2 KONSEP BERKARYA