Pembelajaran Sejarah di SMA
fasilitator yang
menyediakan fasilitas
bagi peserta
didik untuk
mempelajarinya. Pembelajaran menitikberatkan pada cara yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik bukan pada materi yang
dipelajari siswa. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian kurikulum. Dalam proses pembelajaran, guru
mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab
untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada: a
mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, b Memberi fasilitas pencapaian
tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai, c Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian
diri Sanjaya, 2008: 23. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mempelajarinya.
Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan
proses organik dan kontrukstif Suprijono, 2009: 13. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang
tidak sepenuhnya dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan
interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan Trianto, 2009: 17.
Sejarah adalah salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau
berdasarkan metodologi tertentu. Berbicara soal sejarah berarti berbicara tentang rangkaian perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan
manusia di waktu yang lampau dari berbagai aspeknya, kemudian apabila kita berbicara tentang pengajaran sejarah, itu tidak lain berarti membawa
rangkaian perkembangan peristiwa kehidupan manusia itu ke dalam kelas untuk diinformasikan serta disimak oleh murid-murid Widja, 1989 : 95.
Pendidikan sejarah diberikan di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah karena pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan
yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik yang memiliki arti strategis dalam pembentukan
watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air Aman,
2011: 56. Secara substansif, materi sejarah meliputi: a.
Mengandung nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme dan semangat pantang menyerah yang
mendasari proses pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
b. Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa termasuk
peradaban bangsa Indonesia. c.
Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa. d.
Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung
jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Berdasarkan peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006, standar isi pembelajaran sejarah, meliputi:
a. Prinsip dasar ilmu sejarah.
b. Peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia.
c. Perkembangan negara-negara tradisional di Indonesia.
d. Indonesia pada masa penjajahan.
e. Pergerakan kebangsaan.
f. Proklamasi dan perkembangan negara kebangsaan Indonesia. Adapun
tujuan pembelajaran sejarah, antara lain: 1.
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa
kini, masa yang akan datang.
2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan.
3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadapa
peninggalan sejarah sebagai buktiperadaban bangsa Indonesia di masa lampau.
4. Menumbuhkan kemampuan pemahaman pesrta didik terhadap
proses terbentuknya bangsa Indoneisa melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan
datang. 5.
Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah
air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional Aman, 2011: 58.
Tujuan-tujuan tersebut apabila dihubungkan dengan pencapaian Standar Kompetensi Lulusan SKL untuk satuan pendidikan SMA, mata pelajaran
sejarah memiliki posisi yang cukup strategis. Posisi strategis ini mengindikasikan betapa pentingnya pembelajaran sejarah untuk membentuk
karakter dan kemampuan peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas yang selalu berpijak pada pengalaman sejarah untuk menjadikan kehidupan
mendatang yang lebih baik. Dengan mengacu pada tujuan tersebut, maka aplikasi pembelajaran sejarah normatif sebagai sarana pendidikan bangsa akan
tercapai dengan baik dan tujuan pendidikan secara substansional juga akan tercapai Aman, 2011: 59-60.
Pembelajaran sejarah di sekolah mempunyai tujuan yaitu menanamkan semangat kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara serta sadar untuk
menjawab untuk apa dia dilahirkan. Pembelajaran sejarah salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah
merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan
antar bangsa dan negara. Dengan mempelajari sejarah diharapkan siswa akan mempunyai kesadaran bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara
dan dunia sehingga akan berusaha menjadi generasi muda yang lebih bijaksana Kasmadi, 1996: 13.
Pembelajaran sejarah memiliki sasaran tersindiri yang harus dicapai oleh para pengajar, baik itu ditingkat sekolah menengah pertama maupun
sekolah menengah atas. Adapun sasaran pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas antara lain :
1. Meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan
perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. Peradaban modern yang
dicapai saat ini merupakan hasil proses perkembangan yang panjang. Sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mampu
menguraikan proses tersebut.
2. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan
penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama; disamping berbagai karakteristik
lokal, kebanyakan adalah unsur-unsur yang menunjukan kesatuan dasar umat manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini
adalah menekankan kesatuan dasar tersebut. 3.
Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan
setiap bangsa telah menyumbang dengan berbagai cara terhadap peradaban manusia secara keseluruhan. Sumabangan tersebut sudah
seharusnya dipahami dan dihargai. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa.
4. Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan
antar- berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia.
5. Memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat mempelajari
sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara keseluruhan. Kochhar, 2008: 50-51.
Dalam usaha mencapai sasaran pembelajaran sejarah tidak semudah seperti apa yang dibayangkan, hal ini dikarenakan sejarah harus mengikuti
situasi sosial yang berkembang dimasyarakat saat ini. Praktek-praktek pengajaran sejarah saat ini sering dicap sebagai pelajaran hafalan yang
didominasi situasi. Dalam hubungan dengan masalah pembaharuan pengajaran
sejarah, kiranya perlu pertama-tama dicapai pengertian tentang dasar-dasar serta arah dari suatu pembaharuan pengajaran sejarah. Hal ini perlu ditekankan
karena kita sering menyaksikan adanya usaha pembaharuan yang cenderung kurang memperhatikan berbagai aspek dari tujuan suatu pembaharuan.
Pembaharuan suatu pengajaran sejarah tentu bukanlah sekedar mengganti strategi serta metode mengajarnya. Pembaharuan ini tentu juga bukan sekedar
menyediakan lebih banyak waktu atau materi ataupun kelengkapan media pengajaran sejarah, untuk itu perlu kiranya diluruskan berbagai pengertian
dasar dalam rangka pembaharuan sejarah Widya, 1989: 103-104.