Studi Fenomenologi TINJAUAN PUSTAKA

Wrubel, Benner dan Lazarus 1984 menemukan bahwa latar belakang makna-makna dan perhatian seseorang sebenarnya mengatur apa yang dianggap sebagai penyebab stres dan apa koping yang tersedia dalam istilah pemahaman, ketrampilan, pengetahuan, nilai dan akses. Hal yang terkait pada konsep stres dan koping dalam persfektif fenomenologi adalah peran tubuh, peran situasi, peran dari perhatian pribadi, emosi sebagai makna yang dialami, ketrampilan, dan sumber-sumber umum dan keunikan antara seseorang dan situasi.

2.4. Studi Fenomenologi

Fenomenologi sebagai penelitian adalah metode penelitian yang sepenuhnya penggambarkan pengalaman hidup seseorang dari suatu peristiwa Mapp, 2008, Husserl 2000. Ini menekankan bahwa hanya mereka yang memiliki fenomena yang berpengalaman yang dapat berkomunikasi ke dunia luar Todres dan Holloway, 2004. Metode penelitian kualitatif dimana peneliti mencoba untuk menemukan dan mengeksplorasi pengalaman hidup manusia. Fenomenologi berakar dari ilmu filosofi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidgger, mereka memandang fenomena subjektif dengan keyakinan bahwa kebenaran tentang realita didasarkan pada pengalaman hidup manusia yang penuh makna dan dialami secara sadar. Fenomenologi telah menjadi bidang yang tidak terpisahkan dari penelitian keperawatan karena banyak digunakan untuk mempelajari fenomena penting dalam dunia keperawatan Chamberlain, 2009. Pengalaman manusia dipelajari oleh peneliti untuk mengetahui dan memahami makna dari pengalaman tersebut melalui berbagai cara. Peneliti berusaha mengeksplorasi pengalaman mekanisme koping partisipan melalui Universitas Sumatera Utara pengumpulan data dan peneliti berusaha mengeksplorasi mekanisme koping klien pasca amputasi tungkai bawah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam indepth interview, sedangkan alat pengumpulan data utama adalah peneliti sendiri, dan alat bantu lainnya seperti kuisioner tingkat stres, panduan wawancara, catatan lapangan, dan alat perekam suara Polit Beck, 2008. Menurut Fochtman 2008 dalam Sosha, 2011; Polit Beck, 2008, fenomenologi terdiri dari : a. Fenomenologi deskriptif Jenis penelitian ini difokuskan pada deskripsi pengalaman yang dialami oleh manusia. Husserl 1962 dalam Denzin dan Lincoln, 2009 berpendapat bahwa hubungan antara persepsi dan objek-objeknya tidaklah pasif dan kesadaran manusia secara aktif mengandung objek-objek pengalaman. Menurut Beck 1994, Collaizi 1998, Giorgi 1985, fenomenologist dalam proses analisa data pada fenomenologi deskriptif adalah : Collaizi menganjurkan kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil yang sudah diperoleh peneliti dari partisipan, Giorgi berpendapat bahwa memvalidasi hasil hanya mengandalkan peneliti saja, tidak perlu kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil temuan, sedangkan menurut Van Kaam bahwa kesepakatan hasil analisis data diperoleh dengan menggunakan bantuan dari ahlinya. b. Fenomenologi interpretif-hermeneutik Fenomenologi interpretif-hermeneutik dikembangkan oleh Heidegger pada tahun 1962. Inti dari fenomenologi ini adalah pemahaman dan penafsiran, bukan Universitas Sumatera Utara sekedar deskripsi dari pengalaman manusia tetapi menemukan pemahaman dengan cara masuk kedalam dunia partisipan Sosha, 2012. Menurut Guba Lincoln 1990 dalam Shenton, 2003 bahwa penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan keabsahan data melalui empat kriteria yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PENELITIAN