2008. Menurut Polit Beck 2012 Studi fenomenologi memiliki percakapan yang mendalam sehingga melibatkan sejumlah kecil partisipan antara 10
partisipan atau lebih. Menurut Kuzel 1999 merekomendasikan jumlah partisipan untuk kelompok homogen sebesar sebesar 6 sampai 8 partisipan.
Jumlah partisipan dalam penelitian ini hingga mencapai saturasi data adalah 12 partisipan. Saturasi data yang terjadi pada penelitian ini adalah
informasi yang ditemukan mengalami pengulangan repetitive secara isinya dan mempunyai makna yang sama dengan partisipan-partisipan sebelumnya, sehingga
tidak ada informasi baru yang dapat diambil melalui pengumpulan data lebih lanjut Polit Beck, 2008
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan setelah memperoleh surat ijin penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Pimpinan
RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data pasien pasca amputasi dari data rekam medis,
berupa : nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal amputasi, dan penyebab amputasi.
3.4.1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam indepth interview. Wawancara mendalam dipilih dalam
penelitian ini untuk mengeksplorasi secara mendalam pengalaman partisipan terkait mekanisme koping klien pasca amputasi tungkai bawah. Waktu wawancara
ditetapkan 60-90 menit. Penetapan wawancara yang cukup lama didasarkan pada
Universitas Sumatera Utara
informasi yang digali dan mencakup informasi secara keseluruhan serta makna subjektif partisipan. Peneliti membebaskan partisipan untuk mengungkapkan
pengalamannya atas pertanyaan yang diajukan selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi yang alamiah sesuai dengan
pengalaman partisipan Creswell, 1998 dan Mahmoodishan, 2010. 1.
Pilot study Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti
melakukan pilot study pada 1 partisipan yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik wawancara setelah itu, hasil wawancara dari pilot study dibuat
dalam bentuk transkrip selanjutnya dikonsultasikan kepada pembimbing dan setelah mendapat persetujuan dari pembimbing kemudian peneliti melanjutkan
wawancara kepada partisipan berikutnya. 2.
Prolonged engagement Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pendekatan prolonged
engagement kepada klien pasca amputasi tungkai bawah. Pendekatan prolonged Engagement dilakukan peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan
saling percaya antara peneliti dan partisipan sekaligus tahap pengenalan situasi dan kondisi klien pasca amputasi tungkai bawah. Pada tahap ini peneliti
memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan pengumpulan data yang akan dilakukan terhadap partisipan.
Setelah itu peneliti memberikan informed consent untuk mendapatkan persetujuan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Kemudian jika partisipan
bersedia untuk menjadi partisipan dilanjutkan dengan membuat kontrak waktu dan
Universitas Sumatera Utara
tempat untuk wawancara. Semua wawancara dilakukan ditempat yang tenang, nyaman, dirumah partisipan dan menjaga privasi partisipan. Peneliti melakukan
wawancara dirumah partisipan. Peneliti meminta izin terlebih dahulu untuk merekam percakapan selama wawancara berlangsung.
Pertanyaan yang diajukan selama wawancara berdasarkan panduan wawancara yang telah ada. Pertanyaan awal yang diajukan kepada partisipan
adalah “bagaimana riwayat sampai terjadi amputasi?”. Kemudian peneliti melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik
probing. Teknik probing yang dilakukan selama wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan seperti : “Apakah bapakibu bisa menceritakan
lebih jelas dan lengkap?, bisakah bapakibu memberikan contoh?, seperti apa perasaan bapakibu menjalaninya?”. Peneliti menggunakan teknik diam sebagai
cara untuk memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mengingat kembali dan menceritakan pengalamannya. Peneliti juga berupaya untuk tidak
mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan partisipan mengungkapkan pengalamannya secara bebas terhadap pertanyaan yang diajukan selama proses
wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi alamiah yang sesuai dengan pengalaman partisipan.
3.4.2. Alat pengumpulan data
Dalam penelitian ini, instrumen utama dalam mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Peneliti memposisikan diri seolah-olah menjadi bagian dari
fenomena yang diamati. Dalam penelitian ini, saat menggali data peneliti mengabaikan segala asumsi pribadi terkait fenomena yang diteliti,
Universitas Sumatera Utara
mengesampingkan pengetahuan dan pemahaman pribadinya, serta berusaha sepenuhnya untuk memposisikan diri sebagai partisipan dan memandang segala
sesuatu dari perspektif partisipan Polit Beck, 2008 ; Denzin Lincoln, 2009. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan kuisioner DASS yang
sudah baku tentang stres dengan 14 item pernyataan yang akan diisi oleh partisipan dan dibantu oleh peneliti. Untuk panduan wawancara yang peneliti
gunakan adalah panduan wawancara semi terstruktur yang berasal dari konsep mekanisme koping pasca amputasi, strategi fisik, strategi yang berorientasi
terhadap masalah, strategi kognitif dan strategi sosial dari partisipan. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum
diajukan kepada partisipan terlebih dahulu dilakukan Content Validity dengan tiga expert. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menilai relevansi dari setiap item
dengan ukuran yang diinginkan. Panduan wawancara telah dilakukan content validity dengan 3 expert yaitu
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep, Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, Resmi Masdelina Siregar, S.Kep, Ns. Hasil Content Validity Index CVI untuk
panduan wawancara adalah 0,91 nilai CVI 0,8 hal ini bermakna bahwa panduan wawancara memiliki isi yang valid.
Menurut Polit Beck, 2008 Field Note atau catatan lapangan juga merupakan alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Field note merupakan
catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
Universitas Sumatera Utara
Catatan lapangan berupa dokumentasi respon non verbal selama proses wawancara berlangsung.
Menurut Denzim Lincoln 2009 pada field note peneliti harus benar- benar menyadari karakter field note yang dihasilkannya. Field note menjadi
penting sebagai metode untuk mengkaji pengalaman pribadi, terlebih ketika peneliti menyadari pentingnya pola hubungannya dengan partisipan. Karakter
dasar pola hubungan ini sangat menentukan bentuk field note yang digunakan. Bentuknya akan sangat berbeda ketika kita mengambil jarak dengan partisipan
atau sebaliknya jika kita terlibat aktif dengan partisipan sebagai mitra. Hasil catatan lapangan pada penelitian ini berisi tanggal, waktu, situasi tempat, deskripsi
atau gambaran partisipan, serta respon non verbal partisipan selama proses wawancara.
Alat perekam suara juga merupakan alat yang dibutuhkan dalam pengumpulan data, dimana peneliti akan menggunakan alat perekam suara untuk
merekam wawancara peneliti dengan partisipan. Selama melakukan pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan bersama partisipan, peneliti akan
merekam semua hasil wawancara tersebut dengan menggunakan alat voice recorder. Alat bantu lainnya yang peneliti gunakan adalah kertas dan pulpen
untuk mencatat hal-hal penting terkait kata-kata kunci dan kejadian yang penting.
3.5. Variabel dan Defenisi Operasional