5.1.7 Hubungan antara Sikap dengan Keterlambatan Pelaksanaan
Penyelidikan Epidemiologi DBD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan
keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD
. Hasil ini didasarkan pada uji
fisher’s yang memperoleh p value =
1,000
p value0,05. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Gibson yang mengatakan
bahwa perilaku kerja yang ditunjukkan oleh karyawan sesungguhnya merupakan gambaran atau cerminan sikap individu. Apabila sikap positif sejak awal
dikembangkan oleh individu, maka perilaku kinerja yang timbul akan baik. Dengan perilaku kerja positif, mewujudkan kinerja tinggi adalah suatu pekerjaan
yang mudah. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Herawati 1994, yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara sikap petugas dengan kualitas laporan penyakit DBD p = 0,05. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
terdahulu dikarenakan sikap seseorang dapat dengan mudah berubah karena situasi lingkungan kerja atau situasi tertentu yang membuat seseorang berespon
positif maupun negatif.
5.1.8 Hubungan antara Motivasi dengan Keterlambatan Pelaksanaan
Penyelidikan Epidemiologi DBD
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD
. Hasil ini didasarkan pada uji
fisher’s yang memperoleh p value =
0,008
p value0,05.
Nilai Contingency Coefficient CC variabel motivasi dan
keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD
adalah
0,426
yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan antara ketersediaan tenaga dengan
keterlambatan pelaksanaan penyelidikan epidemiologi DBD
dalam kategori cukup kuat. Rasio Prevalensi RP yang didapatkan sebesar 6,3 yang artinya petugas
dengan motivasi rendah dan sedang mempunyai risiko 6,3 kali lebih besar untuk terlambat dalam melaksanakan PE DBD daripada petugas dengan motivasi tinggi.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Siagian 2004 yang menyebutkan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota
organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga, dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Endang Surani 2008, yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan pelaksana poliklinik kesehatan desa p=0,0001.
Motivasi merupakan hal yang sangat penting bagi seorang pekerja, begitu juga dalam pelaksanaan PE DBD bagi petugas surveilans epidemiologi. Meskipun
dalam melaksanakan PE DBD bukan merupakan tugas pokoknya, namun jika dalam diri petugas terdapat motivasi yang tinggi maka PE DBD dapat terlaksana
dengan baik.
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian