18
Tahap-tahap dalam mendisain primer 1.
Menentukan Tujuan
Tujuan mendisain primer harus ditetapkan terlebih dulu sebelum melakukan kegiatan-kegiatan berikutnya.
2. Menyiapkan Sekuen Referensi
Pencarian sekuen referensi dapat dilakukan dari database GenBank di situs NCBI. Jumlah sekuen referensi bisa satu, dua atau lebih, s
ebetulnya 1 sekuen sudah bisa dijadikan referensi asalkan yakin bahwa sampel target memiliki kesamaan
spesies atau dengan kata lain secara genetik sangat mirip. Namun jika bisa memperoleh banyak sekuen tentu akan lebih baik agar dapat mendisain primer di
daerah yang benar-benar sama conserved region setelah sekuen tersebut disejajarkan alignment
3. Secara Manual atau dengan bantuan software
.
Pada dasarnya sembarang daerah tertentu pada sekuen referensi dapat dijadikan primer, tanpa perlu bantuan software khusus. Namun cara ini amat berisiko
karena kita tidak mengetahui bagaimana kualitas primer nantinya sebab ada beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam mendisain primer. Beberapa software dapat
digunakan untuk membantu mendisain primer seperti PerlPrimer, Primer3Plus dan sebagainya. Tampilan Primer3Plus
4. Mendisain primer
sangat sederhana, namun kemampuannya sudah teruji dan digunakan oleh banyak peneliti di seluruh dunia.
Langkah-langkah dalam mendisain primer menggunakan software Primer3Plus adalah sebagai berikut:
19
Pada kotak yang tersedia, dimasukkan sekuen referensi yang dipilih, atau dapat mengunggah upload sekuen dari file di komputer.
Primer yang ingin didisain dipilih, sense primer left primer, antisense right primer dan probe untuk hibridisasi internal oligo. Kotak yang ada di bawahnya
dapat diisi jika sudah memiliki kandidat primer.
Beberapa parameter lain dapat ditentukan jika diperlukan seperti excluded region daerah dimana primer tidak boleh menempel di situ, targets primer harus
mengapit daerah tersebut dan included region kedua primer harus berada di dalam daerah ini.
Beberapa opsi yang lebih mendalam dapat ditambahkan pula pada tab General Settings, Advance Settings, Internal Oligo, Penalty Weights dan Sequence Quality.
Namun untuk saat ini dibiarkan dalam pilihan defaultnya.
Jika semua opsi sudah terisi, tombol PICK PRIMERS ditekan untuk memulai
pencarian primer yang terbaik.
Hasil pencarian akan muncul pada halaman selanjutnya. Di sana tertera beberapa hal mengenai primer, yaitu:
20
Primer3Plus akan memberikan beberapa alternatif pasangan primer yang dapat dipilih. Pada gambar di atas terlihat pasangan primer pertama.
Nama Left Primer dan Right Primer
Sekuen kedua primer
Posisi primer pada sekuen referensi, panjang primer, Titik Leleh Tm, GC dan beberapa parameter terkait struktur sekunder yang mungkin terjadi.
Ukuran produk PCR
Menguji spesifisitas primer
Primer yang baru saja didesain harus diuji spesifisitasnya agar yakin bahwa primer- primer tersebut akan mengamplifikasi target yang diinginkan. Pengujian spesifisitas
dapat dilakukan dengan bantuan BLAST di NCBI.
21
Pemilihan primer RT
Ada tiga pilihan primer yang dapat digunakan seperti: oligo dT, random primer atau primer spesifik gen. Beberapa peneliti banyak menggunakan oligo dT
karena bisa mendapatkan salinan cDNA lengkap dari full mRNA, akan tetapi, jika mRNA-nya panjang 4 kb atau tidak memiliki ekor poly A mRNA prokariot,
maka pilihannya adalah random primer. Dengan random primer, ujung 5 ′ gen-gen
yang panjang dapat ditranskripsi balik, tetapi cDNA yang diperoleh mungkin tidak full dari seluruh gen. Biasanya digunakan
Pilihan ketiga adalah primer spesifik gen yang dapat meningkatkan sensitivitas dengan mengarahkan seluruh aktifitas enzim RT untuk mentranskripsi
balik hanya RNA tertentu saja. Jika yang kita lakukan adalah one-step RT PCR, primer spesifik gen digunakan karena primer RT juga nantinya digunakan sebagai
primer reverse pada reaksi PCR-nya. random primer 6-mers, namun apabila
digunakan 8 atau 9-mers dapat meningkatkan ukuran cDNA karena primernya akan terhibridisasi lebih jarang. Aplikasi qPCR quantitative PCR pada gen-gen eukariot,
hasil terbaik bisa diperoleh dengan menggunakan kombinasi random primer panjang dan oligo dT.
Struktur Sekunder RNA
Struktur sekunder ini bisa menjadi masalah dalam transkripsi balik RNA secara utuh. Ibarat menemui jalan buntu, enzim RT dapat berhenti ketika menemui
struktur sekunder pada RNA-nya. Sulit memang memprediksi apakah RNA kita akan memiliki struktur sekunder, tapi biasanya kandungan GC yang tinggi bisa kita jadikan
indikator bahwa RNA akan sulit untuk memisah dan mungkin tidak akan benar-benar menjadi utas tunggal sebelum reaksi. Untuk mengatasinya, bisa dengan melakukan
denaturasi dulu pada suhu 65°C selama 5 menit sebelum reaksi RT agar RNA-nya dalam keadaan rileks.
Pendekatan lainnya adalah dengan menggunakan enzim RT yang dapat bekerja pada suhu yang lebih tinggi dari RT standar. Ada juga enzim RT yang
mampu menembus struktur sekunder RNA meski dilakukan pada suhu RT standar.
22
Menyingkirkan gDNA
Kontaminasi DNA genom gDNA pada RNA merupakan salah satu penyebab terjadinya false positif saat reaksi PCR nantinya. Ada beberapa cara untuk
menyingkirkan gDNA, misalnya pemberian DNase selama proses atau setelah isolasi RNA. Jika sampel RNA diisolasi dari sel eukariot, maka cara terbaik menghindari
kontaminasi gDNA ketika PCR adalah dengan mendesain primer yang menyeberangi intron atau batas intron-exon. Seperti diketahui bahwa mRNA pada eukariot
merupakan hasil transkripsi dari exon pada gDNA tanpa diselingi lagi oleh intron- intron. Dengan cara ini tidak akan terjadi amplifikasi terhadap gDNA atau
setidaknya akan memiliki produk PCR yang berbeda ukurannya. Satu hal yang harus diwaspadai adalah pseudogene, yaitu salinan dari mRNA hasil splicing yang
diinsersikan ke dalam genom. Primer yang didesain hanya untuk mRNA tadi tetap akan mengamplifikasi pseudogene ini. Untuk mRNA prokariot masalah tidak akan
selesai dengan primer yang didesain menyeberangi intron karena gDNA prokariot tidak memiliki intron, sehingga penyingkiran gDNA ini amat krusial untuk
keakuratan pengukuran ekspresi gen. Satu-satunya pilihan adalah reaksi enzimatik selama proses isolasi mRNA seperti yang diuraikan di atas. Harus dipastikan pula
bahwa gDNA benar-benar tidak mengganggu amplifikasi, misalnya dengan buffer- buffer tertentu penghilang sisa-sisa DNA atau dengan mengamplifikasi PCR
langsung RNA hasil isolasi tanpa melalui pros
es
RT PCR
.
Jika amplifikasi PCR tetap terjadi berarti gDNA masih ada di dalamnya
.
SITRININ
Selama proses fermentasi, selain memproduksi pigmen dan lovastatin, Monascus sp juga menghasilkan toksin yang diberi nama sitrinin . Sitrinin
dikategorikan sebagai mikotoksin yang mempunyai aktifitas sebagai hepatoksik, nephrotoksik, dan bakterisidal pada bakteri gram positif. Beberapa jamur yang
mempunyai kemampuan memproduksi sitrinin, antara lain Penicillium P.fellutanum, P. lividum, P. implicatum, P. jenseni, P. citreoviride, P. steckii, P.
23 notatum, P. exposum, P. velutinum, P. camescen, P. viridicatum, P. palitans, P.
claviforme , Aspergillus A. niveus, A. terreus, A. candidus Monascus. Clavariopsis aquatica dan Blennoria sp. Selain diproduksi sejumlah jamur, sitrinin juga dapat
diproduksi dari daun-daunan di Australia Crotalaria crispata.
Karakteristik Fisik dan Kimia Sitrinin
Sitrinin berbentuk kristal, berwarna kukuningan, larut dalam pelarut lemak sedikit larut dalam air, larut dalam NaOH, Na
2
CO
3
atau larutan natrium asetat. Bersifat termolabil dalam asam atau larutan basa, berwarna oranye dalam larutan
basa; coklat dalam FeCl
3
; hijau dengan TiCl
3
, merah anggur dengan H
2
O
2
Sitrinin mempunyai titik cair 178 dan 179 C. Absorpsi ultra violet dalam
etanol 955 adalah 222 ∈ = 4710 nm Cartwright et al., 1949., Hajjaj et al.
yang diikuti dengan NaOH .
Gambar 2.8 Struktur molekul sitrinin Hajjaj 2000
Daya Racun 1. Daya Racun Pada Binatang
Penelitian yang telah dilakukan pada beberapa hewan percobaan menunjukkan adanya kerusakan pada ginjal hewan-hewan tersebut, data dapat dilihat
pada tabel 2.1 .
Dosis yang menunjukkan kemampuan sitrinin dalam membunuh atau menyebabkan kematian dari hewan percobaan LD
50
dapat dilihat pada tabel 2.2.
24 Tabel 2.1 Binatang percobaan, dosis dan pengaruh patologi pemberian sitrinin
Jenis hewan percobaan Dosis mgkg BB
Efek patologi
Kelinci 20-75
20 8 minggu
Pembengkakan ginjal Neukrosis akut
Kerusakan ginjal kronis Depresi
Glukose urea
Tikus 48
14-32 2 hari
2 minggu Neukrosis akut
Kerusakan ginjal kronis
Babi 100
40 2 hari
5-6 minggu Neukrosis akut
Kerusakan ginjal kronis
Sumber: Wiley dan Morehouse 1977
2. Kandungan toksin pada urin Sitrinin yang disuntikkan pada beberapa hewan percobaan menyisakan
residu sitrinin di dalam darah dan urin binatang tersebut. Kelinci yang mendapat suntikan 24-44 mgkg melalui intravenous, intramuskuler atau subkutan, maka dalam
waktu 5 menit darah kelinci tersebut mengandung sitrinin dalam jumlah banyak berkisar antara 33 hingga 67
gml. Sitrinin akan bertahan dalam darah selama 24 jam. Bila diberikan melalui oral, darah kelinci dapat mengandung sitrinin sebanyak
15 sampai 20 gml dalam waktu 3 jam. Sekitar 20 sitrinin diikat plasma darah.
Anjing yang diberi suntikan sitrinin melalui intravenous pada urinnya mengandung sitrinin sebanyak 22 persen setelah 48 jam.
3. Efek biologi lain