Elektroforesis gel agarosa PCR dan RTPCR Polymerase Chain Reaction and Reverse Transcriptase-

81 A 260 =nilai absorban RNA pada panjang gelombang 260nm, 40µgml= nilai faktor konversi 1 unit absorban pada 260 nm sebanding dengan 40µg RNA per ml, fp=faktor pengenceran Wilson dan Walker 2000.

c. Elektroforesis gel agarosa

Komposisi gel agarosa 1 : agarose 1 gram, TAE 1X Tris-acetate-EDTA ditambahkan sampai volume 100 ml, Etidium Bromida EtBr 5 µl. Elektroforesis Running gel dilakukan dengan tegangan 90 Volt selama 1 jam. Setelah selesai, gel divisualisasi pada lampu ultraviolet UV dan difoto dengan kamera Polaroid.

d. PCR dan RTPCR Polymerase Chain Reaction and Reverse Transcriptase-

PCR Reaksi RT PCR terdiri atas dua tahap, yaitu sintesis cDNA complementary DNA dan PCR dalam satu tabung dengan menggunakan primer spesifik gen yang diinginkan. Primer yang digunakan dalam reaksi adalah sebagai berikut: Primer lov B R : 5’-CTTGCCCTAAACGGGAGAGT-3’R : antisense primer Primer lov B F : 5’-AGGGAGCCATGTTGGACTT-3’ F : sense primer Primer lov B merupakan primer spesifik gen yang dapat meningkatkan sensitivitas dengan mengarahkan seluruh aktifitas enzim RT untuk mentranskripsi balik hanya RNA tertentu saja. Program RT-PCR dilakukan pada suhu 50°C selama 30 menit untuk sintesis cDNA. Pengaturan suhu dan siklus PCR dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: Satu siklus pre denaturasi 96 °C, 4 menit, satu siklus denaturasi 96 °C, 30 detik, 40 siklus penempelan annealing 55°C, 30 detik, 1 siklus pemanjangan elongasi 72 °C, 2 menit, dan 1 siklus pemanjangan tambahan 72°C ,7 menit. e. Pengukuran intensitas ekspresi gen penghasil lovastatin dengan CS Analyzer Foto hasil elektroforesis gel agarosa diinput ke dalam komputer, kemudian dilakukan penghitungan intensitas ekspresi gen lovastatin gen lov B menggunakan program CS Analyzer. 82 Hasil dan Pembahasan Ekspresi Gen Yang Bertanggung Jawab pada Biosintesis Lovastatin Analisis ekspresi gen yang bertanggung jawab pada biosintesis lovastatin difokuskan pada gen lovB, karena gen lovB diketahui bertanggung jawab terhadap enzim lovastatin nonketida sintase LNKS yang menentukan tahap akhir perubahan ketida menjadi lovastatin. Analisis ekspresi gen lovB dilakukan dengan mengisolasi fragmen pembawa pesan yang terkandung di dalam gen lov B yakni mRNA untuk dianalisis kemurnian, konsentrasi serta dilakukan amplifikasi RT-PCR untuk dipelajari intensitas ekspresi gennya. Mengingat isolasi mRNA sangat sulit dan sensitif, maka isolasi dilakukan terhadap total RNA. Total RNA mengandung fragmen-fragmen tRNA RNA transfer, rRNA RNA ribosom, dan mRNA messenger RNA. Hasil uji tingkat kemurnian RNA yang diisolasi dari strain M. purpureus JmbA H410 3 , AID H210 3 , TOS H610 4 yang menghasilkan kadar lovastatin tinggi setelah ko-kultur dengan E. burtonii, dari strain M. purpureus kontrol JmbA, AID, dan TOS dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Tingkat kemurnian total RNA A 260nm A 280nm dari strain M. purpureus yang diisolasi dari angkak hasil fermentasi ko-kultur dengan E . burtonii Sampel Absorbansi Rasio A260nm A280nm A 260nm280nm TOS kontrol TOS H610 4 JmbA kontrol JmbA H410 3 AID kontrol AID H210 4 0,137 0,465 0,167 0,133 0,242 0,255 0,075 0,246 0,091 0,064 0,135 0,149 1,9 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 83 Pada Tabel 6.1 isolasi RNA dilakukan menggunakan kapang yang masih muda 3-4 hari, dimana fase pertumbuhan kapang berada pada fase logaritmik seperti yang telah diamati sebelumnya pada pengamatan kurva pertumbuhan strain- strain M. purpureus Gambar 14. Pada fase pertumbuhan logaritmik, umumnya ditemukan asam nukleat terutama RNA dalam jumlah yang cukup banyak. Umur kapang yang sudah tua 7-10 hari, tidak cocok untuk tujuan isolasi RNA, karena sudah terjadi pigmentasi yang mengakibatkan berkurangnya kandungan asam nukleat Handayani 2006. Total RNA yang diperoleh dari semua strain yang dianalisis mempunyai rasio A 260nm A 280nm sebesar 2,1 kecuali strain TOS kontrol yang mempunyai nilai sebesar 1,9 Tabel 6.1. Total RNA hasil isolasi tersebut merupakan RNA yang sudah murni dan tidak terkontaminasi oleh fragmen protein maupun DNA. Sambrook et al. 1989 menyatakan bahwa RNA yang murni mempunyai rasio serapan pada absorbansi 260280 lebih dari 1,8. Kemurnian total RNA diperlukan berkaitan dengan analisis konsentrasi, .amplifikasi dan intensitas ekspresi gen diharapkan benar-benar menggambarkan ekspresi dari gen yang bertanggung jawab pada produksi lovastatin bukan dari komponen-komponen lain.yang tidak bertanggung jawab pada produksi lovastatin . Hasil pengukuran konsentrasi total RNA yang diisolasi dari strain M. purpureus ko-kultur dengan E. burtonii disertai kontrol disajikan pada Tabel 6.2. Semua isolat yang diisolasi dari angkak setelah fermentasi ko-kultur dengan E. burtonii , menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dari kontrolnya, dan tertinggi ditunjukkan oleh isolat TOS H610 4 . Konsentrasi total RNA strain TOS H610 4 yaitu strain TOS hasil ko-kultur dengan penambahan E. burtonii pada penambahan hari ke 6 dengan konsentrasi 10 4 menunjukkan konsentrasi RNA tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan kontrol. Konsentrasi yang ditunjukkan oleh TOS H610 4 ini sesuai dengan kadar lovastatin yang diproduksi oleh strain TOS H610 4 2,19 sebagai pengaruh dari ko-kultur dengan E. burtonii yang mengalami peningkatan dibanding kontrol 0,8. Demikian juga untuk strain AID H210 4 dan JMBA H410 3 memiliki konsentrasi total 84 RNA sekitar dua kali lebih tinggi dibanding kontrol. Konsentrasi total RNA dengan produksi lovastatin yang tinggi pada strain TOS H610 4 kemungkinan berkaitan dengan hal-hal berikut. Total RNA didalamnya terkandung fragmen mRNA atau messenger RNA yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau informasi dalam sebuah gen untuk disampaikan kepada mesin pembuat protein atau enzim. Tiap-tiap mRNA dipergunakan sebagai cetakan untuk membentuk molekul yang sesuai. Dengan semakin banyak jumlah mRNA ditunjukkan dengan konsentrasi total RNA yang tinggi, maka akan semakin banyak pula molekul yang sesuai yang akan diproduksi Murray et al, 2003. Tabel 6.2 Pengaruh ko-kultur M. purpureus dengan E. burtonii terhadap konsentrasi total RNA Sampel Konsentrasi total RNA µgml TOS kontrol TOS H610 4 JMBA kontrol JMBA H410 3 AID kontrol AID H210 4 668 1860 548 968 532 1020 Konsentrasi total RNA pada Tabel 6.2 memperkuat hasil elektroforesis RNA yang diisolasi dari strain M. purpureus Gambar 6.1. Konsentrasi total RNA tertinggi oleh strain TOS H610 4 , dan pada Gambar 6.1 strain tersebut juga menunjukkan pita yang paling tebal. Soedarmadji 1996 melaporkan bahwa tebal tipisnya pita yang terbentuk dari pita protein menunjukkan kandungan atau banyaknya protein yang mempunyai berat molekul yang sama yang berada pada posisi pita yang sama. 85 Gambar 6.1 Hasil isolasi total RNA strain M. purpureus ko-kultur dengan E. burtonii MK : marker Sharp DNA Ladder Marker, 1: JmbA, 2: JmbA H410 3 , 3: AID, 4: AID H210 3 , 5: TOS H610 4 , 6: TOS Hal ini sejalan dengan prinsip pergerakan molekul bermuatan, yakni molekul bermuatan dapat bergerak bebas dibawah pengaruh medan listrik, molekul dengan muatan dan ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau berdekatan. Visualisasi hasil isolasi total RNA strain-strain M. purpureus JmbA, JmbA H410 3 , AID, AID H210 3 , TOS H610 4 , dan sampel TOS , pada gel agarosa, memperlihatkan pita-pita yang cukup jelas . Pita - pita yang terbentuk merupakan hasil pergerakan migrasi RNA dari kutub negatif ke kutub positif pada gel agarosa yang disebabkan oleh adanya efek elektroendosmosis. Proses ini disebabkan karena terjadinya ionisasi kelompok asam biasanya sulfat yang menempel pada matriks polisakarida dari gel agarosa. Elektroforesis hasil amplifikasi cDNA pada gel agarosa disajikan pada Gambar 6.2. Primer yang digunakan dalam reaksi PCR dan RT-PCR Polymerase Chain Reaction and Reverse Transcriptase- PCR adalah primer lov B. Sampel satu sampai dengan enam menunjukkan ekspresi gen lov B yakni gen penghasil lovastatin pada M. purpureus strain JmbA 1, JmbA H410 3 2, AID 3, AID H210 3 4, TOS5, TOS H610 4 6. Ekspresi gen lov B yang ditunjukkan berukuran 200 pb pasang basa. Mk 1 2 3 4 5 6 86 Gambar 6.2 Pola ekspresi gen lov B pada M. purpureus hasil ko-kultur menggunakan E. burtonii. Mk: marker Sharp DNA Ladder Marker , 100 bp, CRBC, 1: JmbA k, 2: JmbA H410 3 , 3: AID k, 4: AID H210 3 , 5: TOSk, 6: TOS H610 4 Untuk mengetahui intensitas ekspresi gen lov B strain M. purpureus ko- kultur dengan khamir E. burtonii, dilakukan analisis menggunakan CS analyser terhadap produk hasil RT-PCR. Data intensitas ekspresi gen tersebut disajikan pada Tabel 6.3 dan elektrogram analisis pita pada elektroforesis hasil amplifikasi cDNA pada gel agarosa disajikan pada Gambar 6.3. Tabel 6.3 Intensitas ekspresi gen lov B strain M. purpureus ko-kultur dengan E. burtonii PEAK NO INTENSITAS KADAR LOVASTATIN Lane No. 1 JmbA k 3537 0,37 Lane No. 2 JmbA H410 3 5994 0,98 Lane No. 3 AID k 5940 0,17 Lane No. 4 AID H210 3 9531 1,17 Lane No. 5 TOS H610 4 11691 2,19 Lane No. 6 TOS k 8910 0,8 Intensitas ekspresi gen penghasil lovastatin tertinggi dihasilkan sampel TOS H610 4 : 11691 kemudian diikuti sampel AID H210 3 : 9531, TOS k: 8910, JmbA 300 200 100 Mk 1 2 3 4 5 6 6 bp 87 H410 3 : 5994, AID k: 5940 , dan JmbA k: 3537. Sifat fenotipik M. purpureus TOS H610 4 hasil ko-kultur menggunakan E. burtonii berkaitan produksi lovastatin tinggi, sejalan dengan sifat genotipik ditunjukkan dengan tingginya intensitas ekspresi gen penghasil lovastatin. Intensitas ekspresi gen penghasil lovastatin yang tinggi pada sampel TOS H610 4 hasil ko-kultur berkaitan erat dengan peran amilase yang dihasilkan oleh E. burtonii . Amilase akan memecah substrat karbohidrat menjadi unit-unit glukosa. Glukosa merupakan sumber karbon dan dapat mendorong komplek regulasi pada ekspresi gen dan aktivitas enzim untuk mensitesa poliketida Hajjay et al, 2001. Semakin banyak glukosa yang terbentuk, dorongan terhadap komplek regulasi pada ekspresi gen dan aktivitas enzim untuk mensitesa poliketika lovastatin akan semakin banyak pula, sehingga lovastatin yang disintesapun akan semakin banyak. Glukosa yang terbentuk dari aktivitas amilase, berperan sebagai signal bagi DNA untuk mentransfer informasi genetik kepada RNA transkripsi yang merupakan tahap awal proses ekspresi gen. Proses transkripsi merupakan proses pembentukan rantai poliribonukleotida dari berbagai monoribonukleotida dengan melibatkan ruas DNA sebagai model cetakannya dan dipandu oleh enzim transkriptase sebagai katalisator. Transkriptase adalah polimerase RNA yang khusus berperanan dalam proses transkripsi. Runtunan basa pada utasan RNA ditentukan oleh runtunan basa yang terdapat pada suatu utas DNA model cetakan. Polemerase RNA akan membaca basa- basa yang terdapat pada ruas DNA, dan untuk setiap basa tersebut akan dicari padanan ribonukleotida yang kemudian akan dirangkaikan menjadi rantai RNA. Tahap selanjutnya adalah proses translasi yaitu penterjemahan informasi genetik yang terdapat pada RNA ke dalam polipeptida yang dapat berupa ensim lovastatin nonketida sintase LNKS yang menentukan tahap akhir perubahan ketida menjadi lovastatin. 88 Gambar 6.3 Elektrogram analisis pita pada elektroforesis hasil amplifikasi cDNA pada gel agarosa strain-strain M. purpureus ko-kultur dengan E. burtonii 89 SIMPULAN Ko-kultur strain M. purpureus dengan E. burtonii untuk tujuan meningkatkan kadar lovastatin, mempengaruhi ekspresi gen penghasil lovastatin gen lov B. Isolasi terhadap total RNA strain-strain M. purpureus hasil ko-kultur dengan E. burtonii menghasilkan tingkat kemurnian yang baik ditunjukkan rasio absorbansi A 260nm A 280nm lebih dari 1,8. Total RNA tertinggi diperoleh dari gen M. purpureus strain TOS H6104 dengan konsentrasi tiga kali lipat lebih tinggi dibanding kontrol. Espresi gen lov B tertinggi juga dihasilkan gen M. purpureus strain TOS H610 4 : 11691 kemudian diikuti strain-strain AID H210 3 : 9531, TOS k: 8910, JmbA H410 3 : 5994, AID k : 5940 , dan JmbA k: 3537. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sifat fenotipik M. purpureus TOS H610 4 hasil ko-kultur menggunakan E. burtonii untuk produksi lovastatin tinggi, sejalan dengan sifat genotipiknya yang ditunjukkan dengan tingginya intensitas ekspresi gen penghasil lovastatin. DAFTAR PUSTAKA Astuti, S. 2004 . Seleksi isolat Monascus purpureus penghasil lovastatin dan analisis kadarnya, Program Studi Biokimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA, IPB, Bogor Alberts AW, J Chen, G Kuron, V Hunt, J Huff, C Hoffman. 1980. Mevinolin : A. highly potent competitive inhibitor of hydroxymethyl glutaryl coenzyme A reductase and cholesterol lowering agent. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America , 777, 3957-3961. Banerjee R, G Mukherjee, and KC Patra. 2005. Microbial transformation of tannin-rich substrate to gallic acid through co-culture method. Bioresource Technology , 968, 949-953. 90 Chiu CH, NiKH Guu, YK TM Pan. 2006 . Production of red mold rice using a modified Nagata type Koji marker. Applied Microbiology and Biotechnology, 732 , 297-304. Chomenzynski P. and N Sacchi. 1987. Single step methods of RNA isolation by acid guanidium thiocyanate-phenol-chloroform extraction. Anal Biochem, 162: 156-159. Danuri H. 2008. Optimizing angkak pigment and lovastatin production by Monascus purpureus. Hayati Journal of Bioscience, June, p 61-66. Hames BD., NM. Hooper . 2000. Biochemistry Instant Notes. School of biochemistry and molecular biology, university of leeds, UK. Handayani WR. 2006 . Penurunan ekspresi gen pho85 sel apoptosis Saccharomyces cerevisiae oleh ekstrak air daun ciplukan 33NHR dan Geobacillus sp. 22a. Bogor. Hajjaj H, P Niedberger, P Duboc. 2001. Lovastatin biosynthesis by Aspergillus terreus in chemically defined medium. Applied and Environmental Microbiology, 676, 2596-2604. Kohama Y, S Matsumoto, T Mimura, N Tanabe, A Inada, T Nakanishi, T.

1987. Isolation and identification of hypotensive principles in red-mold rice.

Dokumen yang terkait

Toksisitas dan Imunogenisitas Pigmen Angkak yang diproduksi dari Kapang Monascus purpureus pada Substrat Limbah Cair Tapioka

0 9 172

Produksi Konsentrat dan Bubuk Pigmen Angkak darl Monascus purpureus serta Stabilitasnya selama Penyimpanan

0 11 8

Produksi Pigmen Angkak oleh Monascus

1 14 8

Peningkatan Kadar Lovastatin Angkak oleh monascus purpureus Ko-Kultur dengan Endomycopsis Burtonii

0 4 16

Peningkatan intensitas pigmen dan kadar lovastatin angkak oleh Monascus purpureus ko-kultur dengan khamir amilolitik indigenus

1 5 325

Pengaruh berbagai jenis beras terhadap Aktivitas antimikrobia pada angkak Oleh monascus purpureus

1 6 44

PENGARUH PEMBERIAN AIR SEDUHAN BERAS YANG DIFERMENTASI OLEH Monascus Purpureus (ANGKAK) TERHADAP Pengaruh Pemberian Air Seduhan Beras Yang Difermentasi Oleh Monascus Purpureus (Angkak) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Serum Pada Tikus Putih.

0 1 14

PENGARUH PEMBERIAN AIR SEDUHAN BERAS YANG DIFERMENTASI OLEH Monascus Purpureus (ANGKAK) TERHADAP Pengaruh Pemberian Air Seduhan Beras Yang Difermentasi Oleh Monascus Purpureus (Angkak) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Serum Pada Tikus Putih.

0 1 13

PENGARUH JENIS SUBSTRAT UMBI-UMBIAN DALAM PRODUKSI PIGMEN ANGKAK MENGGUNAKAN Monascus purpureus.

0 3 12

PENINGKATAN PRODUKSI PIGMEN MERAH ANGKAK TINGGI LOVASTATIN MENGGUNAKAN KO-KULTUR Monascus purpureus DAN Saccharomyces cerevisiae Increased Production of Red Pigment Angkak High Lovastatin Using Co-cultures of Monascus purpureus and Saccharomyces cerevisia

0 0 11