belajar dengan baik. Ada faktor yang mempengaruhi hasil belajrnya seperti pengaruh lingkungan yang buruk dan tidak ada kesempatan karena sibuk
bekerja. 5
Faktor motivasi sosial Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua yang selalu mendorong anak
untuk rajin belajar, motivasi dari orang lain, seperti dari tetangga, sanak- saudara, teman-teman sekolah, dan teman sepermainan. Pada umumnya,
motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, bahkan tidak dengan sadar yang dapat berpengaruh pada motivasi siswa untuk belajar.
Dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga pada akhirnya dapat
menentukan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2.1.2. Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kela
23
Pengertian pembelajaran dari beberapa ahli antara lain : a.
Menurut Darsono, pembelajaran merupakan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang
sedang dipelajari Hamdani, 2011: 23. b.
Menurut Sardiman, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar dalam diri anak didik.
Djamarah, 2010: 324. c.
Menurut Rombepajung, pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman,
atau pengajaran Thobroni, 2011: 18. Berdasarkan
pengertian tentang
pembelajaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses interaksi siswa dengan guru
untuk memperoleh suatu keterampilan, ilmu dan pengetahuan dengan menyediakan lingkungan, memanipulasi sumber-sumber belajar dalam diri siswa
agar memperoleh hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang melalui pelajaran, pengalaman atau pengajaran
. 2.1.2.1. Teori Perkembangan Kognitif Anak
Piaget dalam Thobroni 2011: 96, berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif yang dilalui siswa.
Tahapan tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motor, tahap pra-operasional, tahap opersional konkret, dan tahap operasional formal.
a. Tahap sensori motor
Pada tahap sensori motor 0-2 tahun, seorang anak belajar mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang
bermakna. b.
Tahap pra-operasional Pada tahap pra-operasional 2-7 tahun, seorang anak masih sangat dipengaruhi
oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan
sesuatu secara konsisten. c.
Tahap opersional konkret Pada tahap operasional konkret 7-11 tahun, seorang anak dapat membuat
kesimpulan dari sesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara
bersama-sama misalnya, antara bentuk dan ukuran. d.
Tahap operasional formal Pada tahap operasional formal 11 tahun ke atas, kegiatan kognitif seseorang
tidak mesti menggunakan benda nyata. Pada tahap ini, kemampuan menalar secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berpikir secara
deduktif. Pada tahap ini pula,seorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari situasi secara bersama-sama.
Berdasarkan teori kognitif tersebut dapat diketahui bahwa peserta didik usia SD berada pada tahap operasional konkret 7-11 tahun, oleh karena itu
dalam pembelajaran haruslah disesuaikan dengan menggunakan benda-benda
konkret yaitu media dalam pembelajaran karena bahan materi IPS penuh dengan konsep-konsep yang bersifat abstrak. Menurut Hamalik, dalam Hamdani 2011:
244 media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dapat lebih efektif dan bermakna
dengan menggunakan media karena siswa dapat memahami konsep-konsep yang diberikan oleh guru dengan mudah. Dalam penelitian ini, pembelajaran IPS pada
siswa kelas IV akan dilakukan menggunakan model discovery learning dengan media audio visual.
2.1.3. Kualitas Pembelajaran