Identifikasi Inersia, Stabilitas, Musiman, dan Saling Ketergantungan

selanjutnya hingga tiga periode akan datang t+3. Sementara itu, IHPB bahkan dipengaruhi hingga empat periode sebelumnya. Meskipun nilai AR2 dan AR5 pada IHPB terbukti tidak signifikan. Volume perdagangan saham dan IHPB juga menunjukkan ketergantungan terhadap nilai residual pada periode sebelumnya t-1 hingga tiga periode sebelumnya t-3. Hal ini ditandai dengan adanya MA1, MA2, dan MA3. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG juga menunjukkan ketergantungan terhadap nilai residual pada periode sebelumnya t-1, yang ditandai dengan adanya MA1. Variabel jumlah uang beredar telah terbukti nyata bahwa variabel ini memiliki efek musiman per enam bulan. Jumlah uang beredar JUB pada waktu t dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar pada waktu satu tahun sebelumnya t- 12 . Selain itu, nilai M2 juga dipengaruhi oleh nilai residual dua tahun sebelumnya t-24.

4.2 Identifikasi Inersia, Stabilitas, Musiman, dan Saling Ketergantungan

Persamaan 3.17 pada bab sebelumnya akan menjadi model awal untuk mengidentifikasi adanya inersia, stabilitas, pengaruh musiman stokhastik, dan saling ketergantungan antar variabel. Penelitian ini menggunakan uji F-parsial dalam mengidentifikasi inersia, pengaruh musiman stokhastik, dan saling ketergantungan antar variabel. Sementara itu, stabilitas variabel diuji dengan uji-t. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini antara lain : 1. Inersia H : pengaruh lag terhadap variabelnya sendiri sama dengan nol H 1 : paling tidak ada satu pengaruh lag terhadap variabelnya sendiri tidak sama dengan nol 2. Stabilitas H : jumlah semua pengaruh lag terhadap variabelnya sendiri sama dengan satu H 1 : jumlah semua pengaruh lag terhadap variabelnya sendiri kurang dari satu 3. Musiman Stokhastik H : semua koefisien dummy musiman sama H 1 : paling tidak ada dua koefisien dummy musiman yang tidak sama satu sama lain 4. Saling ketergantungan H : semua pengaruh lag silang cross lag effect suatu variabel terhadap variabel lainnya sama dengan nol. H 1 : paling tidak ada satu pengaruh lag silang cross lag effect tidak sama dengan nol Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan bahwa IHSG dan JUB memiliki nilai F-parsial yang jatuh dalam wilayah tertolak sehingga menolak hipotesis null dan menerima hipotesis alternatif. Hal ini berarti indeks harga saham gabungan IHSG dan jumlah uang beredar JUB memiliki sifat inersia yang tinggi. Inersia menunjukkan kuatnya pergerakan sendiri, yang juga berarti lemahnya variabel lain. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG memiliki inersia yang tinggi karena pengaruh dari persepsi para pelaku dalam melihat harga saham sebelumnya t-1 akan paling mendominasi dalam menentukan harga saham selanjutnya t+1. Para pelaku atau investor menggunakan informasi harga saham sebelumnya P t -1 sebagai dasar pengambilan keputusan rasional untuk membeli atau menjual saham. Perilaku inilah yang kemudian menentukan tingkat harga saham selanjutnya P t +1 . IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh mekanisme struktural di pasar modal. Berdasarkan hasil tersebut, pasar modal mungkin tidak berhubungan dengan sektor riil paling tidak dalam jangka pendek. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral memiliki otoritas penuh dalam mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat. Oleh sebab itulah, jumlah uang beredar JUB memiliki sifat inersia yang tinggi. Tabel 4.2 Uji Inersia, Stabilitas, dan Pengaruh Musiman Stokhastik Variabel IHSG JUB IHPB Vol IPI Own lag effects sama dengan nol F-parsial 6.7361 -9.4761 1.3814 -1.3717 2.6779 F tabel = 3.94 Sum of Lag Effect 0.2948 -0.0443 0.1648 -0.0483 -0.4415 t-statistik 2.9017 -0.4072 1.6331 -0.4374 -5.1209 t tabel = 1.96 Koefisien dummy musiman sama F-parsial 1.3813 6.0120 1.1650 0.7467 2.9902 F tabel = 1.85 Catatan : Nilai F dan t signifikan pada taraf 5 ditandai dengan Sumber : Hasil olahan data – Lampiran 3b Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa hanya indeks harga saham IHSG dan indeks produksi sektor industri IPI yang memiliki jumlah pengaruh lag dari variabel itu sendiri yang secara statistik kurang dari satu. Keduanya konvergen, artinya akan mencapai suatu kestabilan di t tertentu. Meskipun ketiga variabel lainnya memiliki jumlah pengaruh lag dari variabelnya sendiri kurang dari satu, namun tidak dapat dinyatakan signifikan. Hal ini berarti bahwa masih belum cukup bukti apakah volatilitas JUB, IHPB, dan volume perdagangan tersebut konvergen. Ketiga variabel tersebut belum memiliki cukup bukti untuk menyakini bahwa ketiganya akan menuju kedudukan stabil. Berdasarkan tabel di atas, jumlah uang yang beredar JUB dan indeks produksi sektor industri IPI memiliki efek musiman stokastik karena hanya kedua variabel ini yang jatuh dalam wilayah tertolak. Ketiga variabel lainnya memiliki cukup bukti menyatakan bahwa tidak ada efek musiman stokhastik pada volatilitasnya. Uji terakhir yang dilakukan adalah melihat apakah ada ketergantungan antara volatilias variabel-variabel tersebut. Untuk uji ini menggunakan nilai F statistik dengan hipoesis null pengaruh lag variabel lain terhadap variabel tersebut sama dengan nol. Uji ketergantungan antar variabel ini dapat juga disebut uji kausalitas, yaitu melihat apakah antar volatilitas variabel tersebut saling terkait satu sama lain. Tabel 4.3 Uji ketergantungan antar variabel Variabel IHSG M2 IHPB Vol IPI IHSG 6.7361 -9.2401 -0.9167 -1.4282 4.6301 M2 3.4332 -9.4761 1.1499 -1.3640 0.1245 IHPB -0.4273 -9.6923 1.3814 0.4513 3.6341 Vol -0.5962 -8.8149 -0.5991 -1.3717 0.1879 IPI -0.5394 -9.6586 -0.9167 -1.2708 2.6779 Sumber : Hasil data olahan – Lampiran 3b IHSG, volume perdagangan, IHPB dan IPI mempunyai pengaruh terhadap jumlah uang yang beredar JUB periode berikutnya t+1. Sementara itu, guncangan pada jumlah uang yang beredar JUB hanya akan mempengaruhi indeks harga saham. Indeks harga saham di bursa akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar JUB periode berikutnya t+1 dan indeks pengeluaran untuk industri periode berikutnya t+1.

4.3 Analisis Hubungan Jangka Panjang