Teori Umum Pasar Teori Penetapan Harga Aset Teori Arbitrase Harga Arbitrage Pricing Theory

persentase dalam jumlah produksi Y bergantung pada pertumbuhan faktor- faktor produksi dan kemajuan teknologi, yang diasumsikan sudah baku. Jadi, teori kuantitas uang menyatakan bahwa Bank Sentral, yang mengawasi jumlah uang beredar, memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika Bank Sentral mempertahankan jumlah uang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika Bank Sentral meningkatkan jumlah uang beredar dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat Mankiw, 2003. Hal ini sesuai dengan pendapat Milton Friedman yang menyatakan bahwa inflasi selalu dan senantiasa merupakan fenomena moneter.

2.2.4 Teori Umum Pasar

Harga dalam suatu pasar merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran dari produk yang ditawarkan oleh pasar. Perubahan harga ataupun perubahan volume produk berubah-ubah sesuai perubahan permintaan dan atau penawaran. Apabila volume produk mengalami peningkatan yang menunjukkan bahwa terjadi perluasan pasar, maka tingkat harga akan mengalami peningkatan.

2.2.5 Teori Penetapan Harga Aset

Teori penetapan harga asset Capital Asset Pricing Models dicetuskan oleh Professor William Sharpe, John Lintner, Jack Teynor, dan John Mossin pada awal tahun 1960an. CAPM menunjukkan tingkat pengembalian return asset yang diharapkan pada suatu asset beresiko merupakan fungsi dari tiga faktor, antara lain : tingkat keuntungan bebas resiko, tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko rata-rata, dan volatilitas tingkat pengembalian return asset beresiko tersebut terhadap tingkat keuntungan pasar. Asumsinya investor akan menetapkan harga expected return berdasarkan benchmark risk free rate ditambah premium yang besarnya proporsional terhadap resiko yang melekat pada setiap asset. Dengan demikian tingkat pengembalian dan pengembalian yang diharapkan sesuai dengan prinsip ‘semakin tinggi resiko, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh’. Asumsi lain dari teori ini adalah setiap pelaku atau investor rasional yaitu memaksimalkan pendapatan yang akan didapat dengan meminimalkan resiko. Pasar keuangan yang bercirikan struktur pasar bebas juga sebagai salah satu asumsi teori ini sehingga harga dan kuantitas merupakan hasil keseimbangan permintaan dan penawaran berdasarkan mekanisme the invisible hand Munzir, 2002.

2.2.6 Teori Arbitrase Harga Arbitrage Pricing Theory

Teori arbitrase harga merupakan model alternatif untuk penentuan harag asset yang dikembangkan oleh Stephen Ross. Asumsi utama teori ini adalah setiap pelaku atau investor memiliki peluang untuk meningkatkan return tanpa meningkatkan resiko. Berdasarkan teori, ekspektasi return saham sama dengan tingkat bunga bebas risiko ditambah risiko premium k yang didasarkan pada sensitivitas saham terhadap k faktor. Hal ini dijabarkan dalam persamaan berikut ini : r i = r f + l – r f b i1 + 2 – r f b i2 + ... + k – r f b ik 2.7 dimana r i merupakan rate of return sekuritas i; b i disebut sensitivitas sekuritas i terhadap faktor leading factor; l sama dengan ekspektasi return yang memiliki unit sensitivitas terhadap faktor. Penelitian selanjutnya Chen, Roll, dan Ross mengidentifikasi faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pertumbuhan produksi industri; tingkat inflasi; selisih antara tingkat bunga jangka panjang dan pendek; dan selisih antara obligasi berperingkat tinggi dan rendah. Tiga faktor terakhir juga menjadi faktor yang dikemukan oleh Berry, Burmeister, dan Mc Elroy. Akan tetapi mereka juga menambahkan tingkat pertumbuhan penjualan agregat dalam perekonomian dan rate of return SP 500 sebagai faktor yang dihargai sebagai pembentuk harga. Solomon Brothers menyatakan bahwa ada lima faktor yang disebut model faktor fundamental. Kelima faktor ini antara lain tingkat inflasi; tingkat pertumbuhan produk nasional bruto GNP, tingkat bunga, tingkat perubahan harga minyak, dan tingkat perubahan pengeluaran biaya pendapatan negara.

2.3 Penelitian terdahulu