Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa waktu pembasahan tablet yang tidak menggunakan primogel atau krospovidon pada formula 4 47,86 detik
memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tablet yang primogel dan krospovidon pada formula 1 18,01 detik, formula 2 22,43 detik, formula 3
16 detik, formula 7 37,43 detik, formula 8 37 detik, formula 10 16,87 detik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran superdisintegran dapat
menghasilkan waktu pembasahan yang lebih cepat.
3.2.5 Uji rasio absorpsi air
Pada Tabel 3 di atas dan Gambar 9 dapat dilihat bahwa rasio absorpsi air tablet dari semua formula, yaitu F1 sebesar 51,05; F2 sebesar 49,90; F3
sebesar 89,63; F4 sebesar 34,05; F7 sebesar 59,18; F8 sebesar 71,90; F10 sebesar 65,92. Orally Disintegrating Tablet ODT dirancang supaya
mempunyai disolusi atau disintegrasi yang cepat, sehingga tablet umumnya mempunyai porositas yang tinggi untuk menjamin absorpsi air yang cepat ke
dalam tablet Fu, 2004. Hasil rasio absorpsi air dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Diagram batang rasio absorpsi air
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Formula 1 Formula 2
Formula 3 Formula 4
Formula 7 Formula 8 Formula 10
R a
sio
Jenis formula
Diagram Rasio Absoprsi Air
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 9 diatas dapat diketahui bahwa rasio absorpsi air untuk tablet yang hanya menggunakan Avicel Ph102 pada formula 4 34,05 lebih kecil
dibandingkan dengan tablet yang menggunakan campuran Avicel Ph102 dengan Primogel dan Krospovidon pada F1 51,05, F2 49,90, F3 89,63, F7
59,18, F8 71,90, F10 65,92. Berdasarkan data rasio absorpsi air tablet maka diperoleh persamaan :
Y = 0,25A + 0,13B – 0,01C + 0,01AB + 0,02AC + 2,30BC + 5,07ABC Y = Rasio Absorpsi Air tablet
A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan bagian B = jumlah Primogel yang digunakan bagian
C = jumlah Krospovidon yang digunakan bagian Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Avicel Ph102 0,25 berpengaruh
sangat besar terhadap persentase Rasio Absorpsi Air tablet jika dibandingkan Primogel 0,13 dan Krospovidon 0,01. Sehingga semakin tinggi konsentrasi
Avicel Ph102 maka akan dihasilkan persentase rasio absoprsi air akan meningkat yang Contour plot Rasio Absorpsi Air dapat dilihat pada Gambar 9.1.
Gambar 9.1. Contour plot rasio absorpsi air dari berbagai formula dengan metode
cetak langsung
Universitas Sumatera Utara
3.2.6 Penentuan kurva serapan dan linearitas kurva kalibrasi domperidon dalam larutan HCl 0.1 N
3.2.6.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum
Menurut Moffat 2005, domperidon memberikan serapan maksimum dalam pelarut asam pada panjang gelombang 286 nm. Dari hasil penentuan
panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang gelombang maksimum yang sama dengan literatur yaitu 285 nm. Gambar kurva dan data serapan
domperidon baku pembanding dapat dilihat pada Gambar 10.
a
b
Gambar 10. Kurva a dan data serapan b domperidon baku pembanding
konsentrasi 20 gml dalam pelarut HCl 0.1 N
Universitas Sumatera Utara
3.2.6.2 Hasil penentuan linearitas kurva kalibrasi dalam HCl 0,1 N
Penentuan linearitas kurva kalibrasi domperidon dalam pelarut HCl 0,1 N dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 – 25,00 µgml. Dari hasil perhitungan
koefisien korelasi diperoleh r = 0,99, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil perhitungan diperoleh
persamaan regresi Y = 0,02839 X + 0,002292. Gambar kurva kalibrasi domperidon baku pembanding dapat dilihat Gambar 11.
Gambar 11. Kurva kalibrasi domperidon baku pembanding dalam pelarut HCl
0.1 N pada panjang gelombang maksimum 286 nm
3.2.7 Penentuan kadar domperidon dalam tablet
Dari hasil penentuan kadar domperidon dalam tablet ODT untuk formula I sebesar 99,96 ± 1,33; formula 2 sebesar 100,15 ± 0,81; formula 3 sebesar
100,74 ± 0,59; formula 4 sebesar 100,98 ± 1,38; formula 7 sebesar 101,47 ± 1,23; formula 8 sebesar 101,04 ± 0,92; formula 10 sebesar 101,13 ± 0,61.
Ternyata kadar yang diperoleh ini memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia 1995, yaitu tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari
110.
R = 0.999
Universitas Sumatera Utara
3.2.8 Keseragaman kandungan