Waktu Penempelan Telur The difference of Type and Water Depth of Attractor Setting on Squid Egg Attachment

Pada Gambar 15 tampak peneliti sedang mengangkat atraktor tipe terbuka. Pengangkatan atraktor dibagi dalam dua tahap pengangkatan yaitu 1 jam 5 pagi hingga jam 6 sore, waktu siang dimana atraktor diangkat pada jam 6 sore, dan 2 jam 6 hingga jam 5 pagi waktu malam dimana atraktor diangkat pada jam 5 pagi. Adanya pembagian waktu dalam penelitian ini yaitu antara periode siang dan malam dimaksud untuk mengetahui waktu induk cumi-cumi menempelkan telurnya. Selama penelitian 62 hari dilakukan pengangkatan atraktor sebanyak 124 kali untuk setiap atraktor dan 2976 kali pengangkatan untuk semua atraktor yang berjumlah 24 buah. Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh 2 orang yang bekerja sebagai tenaga lapangan untuk pengangkatan dan penurunan atraktor. Telur cumi-cumi tidak ditemukan menempel pada atraktor pada periode pengangkatan siang hari pengangkatan jam 6 sore. Telur cumi-cumi ditemukan menempel pada atraktor pada periode pengangkatan malam pengangkatan jam 5 pagi. Dari periode pengangkatan ini diketahui bahwa induk cumi-cumi menempelkan telurnya pada malam hari karena semua telur cumi-cumi yang menempel pada atraktor ditemukan pada saat pengangkatan atraktor pada waktu menjelang pagi.

4.5 Waktu Penetasan Telur Cumi-cumi

Telur cumi-cumi yang dikoleksi dari atraktor selanjutnya dipindahkan ke dalam tempat penetasan yang berada di dalam keramba jaring apung. Telur cumi-cumi ditempatkan pada masing-masing petak berdasarkan waktu serta asal jenis atraktor dan kedalaman pemasangan atraktor tersebut. Cara meletakkan telur cumi- cumi mengikuti petunjuk dari Hamzah 1993, dimana telur cumi-cumi digantung dengan tali nilon berdiameter 5 mm pada kedalaman 50 cm. Pencatatan waktu asal atraktor dimaksudkan untuk memudahkan pemantauan terhadap telur selama masa inkubasi. Pengukuran parameter oseanografi juga dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan pada saat telur cumi-cumi diinkubasi. Telur cumi-cumi yang diinkubasi di dalam keramba jaring apung secara keseluruhan menetas pada hari ke- 28 hingga hari ke-30. Kapsul telur yang telah menetas tampak berlubang dan mengempis. Dari 403 kapsul telur Tabel 4 yang diinkubasi ditemukan 5 kapsul telur rusak dan tidak menetas. Kapsul telur yang rusak tampak masih mengembung dan berwarna gelap namun tidak berisi larva cumi-cumi. Juvenil cumi-cumi tampak berenang berkelompok. Tingkah laku juvenil pada saat makan adalah mengejar dan menangkap mangsa. Setelah mangsa tertangkap juvenil cumi-cumi berenang mundur ke belakang dengan tetap memegang mangsa. Cara penetasan telur cumi- cumi ditampilkan pada Gambar 16. Gambar 16 Cara penetasan telur cumi-cumi di dalam keramba jaring apung. Pada Gambar 16 tampak bahwa telur cumi-cumi digantung di dalam keramba jaring apung. Telur cumi-cumi diupayakan tidak bersentuhan dengan jaring keramba jaring apung untuk menghindari kerusakan kapsul telur pada saat erjadi gerakan air akibat gelombang. Boletzky 1977 menginformasikan bahwa studi tentang perkembangan embrio dilakukan dengan menggunakan telur-telur yang berhasil diperoleh dari laut atau dengan memelihara hewan-hewan dewasa di dalam laboratorium hingga mereka memijah. Kebanyakan studi ini berakhir ketika telur- telur tersebut menetas dan pada saat mereka memiliki organ-organ yang telah berkembang dan dapat digunakan untuk bergerak aktif, mencari makanan, untuk menyembunyikan diri dan untuk melarikan diri. Jalan terbaik untuk menyempurnakan studi tentang perkembangan pasca-embrionik cephalopoda adalah : 1 mengikuti perkembangan embrionik dan 2 memelihara hewan-hewan tersebut