Minggu ke 2 dan ke 3 dalam waktu penelitian ini berada pada akhir bulan Agustus dan awal bulan September tahun 2005. Informasi ini hampir sama dengan informasi
yang dinyatakan oleh Segawa 1987 bahwa cumi-cumi melakukan pemijahan pada tanggal 27 Juni – 30 Agustus 1987 di Perairan Kominato Jepang dan sekitarnya.
Danakusumah et al. 1995 menginformasikan bahwa musim puncak pemijahan cumi-cumi terjadi pada bulan Juni dan Juli. Berdasarkan informasi ini diketahui
bahwa pada minggu ke empat hingga ke delapan cumi-cumi tidak menempelkan telurnya kemungkinan disebabkan oleh musim pemijahan yang telah lewat.
4.4 Waktu Penempelan Telur
Roper et al. 1984 menyatakan bahwa pada umumnya cumi-cumi ditemukan pada daerah pantai dan paparan benua cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal,
yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada kolom perairan pada malam hari. Dari tingkah laku pergerakan ini
kemungkinan dapat diketahui waktu penempelan telur cumi-cumi bila diuji cobakan dengan waktu pengangkatan atraktor.
Pengangkatan atraktor dilakukan setiap hari selama penelitian dimana dalam sehari dilakukan dua kali pengangkatan atraktor yaitu pada waktu menjelang malam
dan menjelang pagi. Foto pengangkatan atraktor ditampilkan pada Gambar 15.
Gambar 15 Pengangkatan atraktor cumi-cumi.
Pada Gambar 15 tampak peneliti sedang mengangkat atraktor tipe terbuka. Pengangkatan atraktor dibagi dalam dua tahap pengangkatan yaitu 1 jam 5 pagi
hingga jam 6 sore, waktu siang dimana atraktor diangkat pada jam 6 sore, dan 2 jam 6 hingga jam 5 pagi waktu malam dimana atraktor diangkat pada jam 5 pagi.
Adanya pembagian waktu dalam penelitian ini yaitu antara periode siang dan malam dimaksud untuk mengetahui waktu induk cumi-cumi menempelkan telurnya. Selama
penelitian 62 hari dilakukan pengangkatan atraktor sebanyak 124 kali untuk setiap atraktor dan 2976 kali pengangkatan untuk semua atraktor yang berjumlah 24 buah.
Dalam penelitian ini penulis dibantu oleh 2 orang yang bekerja sebagai tenaga lapangan untuk pengangkatan dan penurunan atraktor.
Telur cumi-cumi tidak ditemukan menempel pada atraktor pada periode pengangkatan siang hari pengangkatan jam 6 sore. Telur cumi-cumi ditemukan
menempel pada atraktor pada periode pengangkatan malam pengangkatan jam 5 pagi. Dari periode pengangkatan ini diketahui bahwa induk cumi-cumi
menempelkan telurnya pada malam hari karena semua telur cumi-cumi yang menempel pada atraktor ditemukan pada saat pengangkatan atraktor pada waktu
menjelang pagi.
4.5 Waktu Penetasan Telur Cumi-cumi
Telur cumi-cumi yang dikoleksi dari atraktor selanjutnya dipindahkan ke dalam tempat penetasan yang berada di dalam keramba jaring apung. Telur
cumi-cumi ditempatkan pada masing-masing petak berdasarkan waktu serta asal jenis atraktor dan kedalaman pemasangan atraktor tersebut. Cara meletakkan telur cumi-
cumi mengikuti petunjuk dari Hamzah 1993, dimana telur cumi-cumi digantung dengan tali nilon berdiameter 5 mm pada kedalaman 50 cm. Pencatatan waktu asal
atraktor dimaksudkan untuk memudahkan pemantauan terhadap telur selama masa inkubasi. Pengukuran parameter oseanografi juga dilakukan untuk mengetahui
kondisi lingkungan pada saat telur cumi-cumi diinkubasi. Telur cumi-cumi yang diinkubasi di dalam keramba jaring apung secara keseluruhan menetas pada hari ke-
28 hingga hari ke-30. Kapsul telur yang telah menetas tampak berlubang dan mengempis. Dari 403 kapsul telur Tabel 4 yang diinkubasi ditemukan 5 kapsul
telur rusak dan tidak menetas. Kapsul telur yang rusak tampak masih mengembung dan berwarna gelap namun tidak berisi larva cumi-cumi. Juvenil cumi-cumi tampak
berenang berkelompok. Tingkah laku juvenil pada saat makan adalah mengejar dan menangkap mangsa. Setelah mangsa tertangkap juvenil cumi-cumi berenang
mundur ke belakang dengan tetap memegang mangsa. Cara penetasan telur cumi- cumi ditampilkan pada Gambar 16.
Gambar 16 Cara penetasan telur cumi-cumi di dalam keramba jaring apung.
Pada Gambar 16 tampak bahwa telur cumi-cumi digantung di dalam keramba jaring apung. Telur cumi-cumi diupayakan tidak bersentuhan dengan jaring keramba
jaring apung untuk menghindari kerusakan kapsul telur pada saat erjadi gerakan air akibat gelombang. Boletzky 1977 menginformasikan bahwa studi tentang
perkembangan embrio dilakukan dengan menggunakan telur-telur yang berhasil diperoleh dari laut atau dengan memelihara hewan-hewan dewasa di dalam
laboratorium hingga mereka memijah. Kebanyakan studi ini berakhir ketika telur- telur tersebut menetas dan pada saat mereka memiliki organ-organ yang telah
berkembang dan dapat digunakan untuk bergerak aktif, mencari makanan, untuk menyembunyikan diri dan untuk melarikan diri. Jalan terbaik untuk
menyempurnakan studi tentang perkembangan pasca-embrionik cephalopoda adalah : 1 mengikuti perkembangan embrionik dan 2 memelihara hewan-hewan tersebut
mulai sejak menetas di dalam laboratorium sampai mencapai tahap mendekati dewasa atau sampai dewasa. Metode pemeliharaan telur harus dibakukan dan setiap
kemajuan perkembangan embrionik harus diamati. Perbedaan warna telur cumi- cumi awal dan mendekati saat menetas ditampilkan pada Gambar 17
A B
Keterangan : A = Warna telur cumi-cumi hari pertama B = Warna telur cumi-cumi hari ke-25
Gambar 17 Perbedaan warna telur cumi-cumi awal dan mendekati waktu menetas
Pada Gambar 17 tampak bahwa telur cumi-cumi pada awalnya berwarna putih cerah berubah menjadi gelap pada saat mendekati saat menetas. Ukuran
diamater telur saat mendekati waktu menetas lebih besar dari ukuran diameter awal saat telur diambil dari atraktor. Embrio cephalopoda memiliki bentuk blastula yang
unik dan berbeda dengan molusca lainnya Boletzky 1998. Embrio ini berhasil mengembangkan perlengkapan untuk mengapung yang sangat baik Sophisticated
dari sebuah cangkang yang sederhana Bandel dan Boletzky 1979. Mereka memiliki alat-alat indera yang sempurna serta mata dan statocyst yang sangat mirip
dengan organ-organ analog pada hewan vertebrata Boletzky 1998. Di dalam penelitian ini dicobakan pula pembesaran cumi-cumi yang telah
ditetaskan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan organisme ini relatif cepat. Cumi-cumi hasil pembesaran di dalam keramba jaring apung
ditampilkan pada Gambar 18.
A B
Keterangan : A = anak cumi-cumi berumur 2 hari B = cumi-cumi berumur 3 minggu panjang tubuh 9 hingga 10 cm
Gambar 18 Cumi-cumi hasil pembesaran di dalam keramba jaring apung.
Anak cumi-cumi yang baru menetas Gambar 18 telah memiliki organ yang lengkap. Pada umur 3 minggu telah tampak bintik-bintik warna di bagian dorsal.
Selama pemeliharaan dalam keramba jaring apung, anak cumi-cumi diberi makan udang renik dan anak ikan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan