4. Pengeringan Briket yang dihasilkan setelah pengempaan masih mengandung air yang
cukup tinggi sekitar 50. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam alat pengering seperti kiln, oven, atau
penjemuran dengan menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah sebesar 60
C selama 24 jam dengan menggunakan oven. Tujuan pengerinagn adalah agar arang menjadi kering dan kadar airnya dapat disesuaikan
dengan ketentuan kadar air briket arang yang berlaku.
2.2.4 Keuntungan dan Kelemahan Briket
Bahan bakar briket arang cocok digunakan oleh pedagang atau pengusaha yang memerlukan pembakaran terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama. Briket pemakaiannya dengan menggunakan tungku kompor sekam, keuntungan-keuntungan briket menurut Adan 1998 antara lain, biayanya lebih
murah dibandingkan dengan minyak atau arang kayu, briket arang memiliki masa bakar yang jauh lebih lama, penggunaan briket relatif lebih aman, briket mudah
disimpan dan dipindah-pindahkan, tidak perlu berkali-kali mengipasi atau menambah dengan bahan bakar yang baru. Kelemahan briket menurut
Prawiroadmodjo dan Armando 2005 adalah walaupun panas sekali, tetapi pijar api tidak mudah terlihat serta tidak dapat dimatikan dengan cepat.
2. 3 Sludge
Menurut Hammer 1977 dalam Hastutik 2006 sludge Gambar 1 merupakan limbah padat pabrik kertas yang terdiri dari padatan 90 dan air 10
yang didapat dari proses pengendapan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
Universitas Sumatera Utara
IPAL. Selain itu limbah padat kertas juga menghasilkan sludge sekunder yang merupakan hasil sampingan dari biological aeration pengendapan air limbah
yakni dengan penambahan mikroorganisme untuk menetralisir bahan kimia yang terkandung pada air limbah sebelum dialirkan, sludge sekunder tersusun dari
bahan baku pulp yang mengandung mikroorganisme sebagai efek dari biological aeration, limbah padat kertas juga menghasilkan pith yang berupa bahan dari
proses depething plant yaitu pemisahan secara mekanik bahan baku pulp yaitu bahan serat dan bahan bukan serat.
Gambar 1 Sludge.
Selama ini buangan sludge merupakan masalah yang besar bagi industri kertas pada umumnya. Adanya sludge membuat perusahaan mengeluarkan biaya
yang lebih untuk memasukkannya ke dalam landfill. Sludge juga selama ini digunakan bagi perusahaan sebagai bahan bakar, tetapi dengan membakar sludge
sebagai bahan bakar bukan pilihan yang ekonomis karena nilai kalor yang dihasilkan dari sludge yang masih basah sangatlah kecil. Untuk membuat bahan
bakar haruslah dikeluarkan air hingga 60 dan ini membutuhkan energi yang cukup besar Cathie dan Guest, 1991.
Di Indonesia produksi limbah padat sludge cukuplah berlimpah. Hal ini merupakan potensi yang besar bila dijadikan sebagai bahan bakar alternatif.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh P.T. Pindo Deli Pulp dan Kertas menghasilkan 1.000 hingga 1.500 tonbulan sludge kertas yang dikumpulkan pada Belt Press, sludge ini akan dibuat
sebagai bahan bakar boiler. Sludge kering memiliki nilai kalor 2.000 kkalkg, sehingga sebanyak 89 ton sludge kering sama nilainya dengan 223 ton sludge
basah kandungan air dalam lumpur 60 P.T. Pindo Deli Pulp dan Kertas, 2006. Dengan pemanfaatan limbah padat tersebut berarti memanfaatkan energi
yang ada pada bahan tersebut sekaligus mencegah pencemaran lingkungan hidup.
2. 4 Perekat Tapioka