4. Pada suhu 500-1000 C merupakan tahap pemurnian arang atau peningkatan
kadar karbon.
2.2 Briket Arang
Menurut Pari 2003 briket arang adalah arang yang diolah lebih lanjut menjadi bentuk briket penampilan yang khusus dan lebih menarik yang dapat
digunakan untuk keperluan sehari-hari. Pembuatan briket arang dari limbah industri pengolahan kayu dengan cara penambahan perekat tapioka, di mana
bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak kempa dingin dengan sistem hidraulik manual selanjutnya dikeringkan.
Beberapa briket seperti briket dari serbuk gergaji dan sekam serta kotoran ternak merupakan briket yang tanpa pengarangan. Sifat fisik dari briket ini tidak
kompak, tidak keras, dan tidak padat Prawiroadmodjo dan Armando, 2005.
2.2.1 Jenis dan Sifat Briket Arang
Menurut Sukandarrumidi 1995 dikenal 2 jenis briket yaitu, tipe Yontan silinder untuk keperluan rumah tangga. Berbentuk silinder dengan garis tengah
150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai lubang-lubang sebanyak 22 lubang dan tipe Egg telor untuk keperluan industri dan rumah tangga. Jenis ini
mempunyai lebar 32-39 mm, panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm. Sukandarrumidi 1995 mengatakan bahwa sifat briket yang baik adalah
tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran, tidak mudah pecah waktu diangkat, mempunyai suhu pembakaran yang tetap ± 350
C dalam jangka waktu yang cukup panjang 8-10 jam, setelah pembakaran masih mempunyai
kekuatan tertentu sehingga mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku masak
Universitas Sumatera Utara
atau dipindahkan ke tempat lain dan gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang tinggi.
2.2.2 Parameter di dalam Pembuatan Briket Arang
Menurut Sukandarrumidi 2006 beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket adalah:
1. Ukuran butir, makin kecil ukuran butir bahan yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan briket, akan makin kuat daya rekat antar butir, apabila telah ditambahkan bahan perekat.
2. Tekanan mesin pencetak, diusahakan agar briket yang dihasilkan kompak,
tidak rapuh dan tidak mudah pecah apabila dipindah-pindah. Di samping itu diusahakan masih terdapat pori-pori yang memungkinkan udara dalam hal ini
oksigen masih ada di dalamnya. Keberadaan oksigen dalam briket sangat penting karena akan mempermudah proses pembakaran.
3. Kandungan air, akan berpengaruh pada nilai kalor yang dihasilkan. Apabila
kandungan airnya tinggi, maka kalori yang dihasilkan briket sebagian kalori akan dipergunakan lebih dahulu untuk menguapkan air yang terdapat dalam
briket. Akibatnya, sebagian kalor yang dihasilkan oleh briket, terpaksa sebagian dipakai untuk menguapkan air. Kalori sisa, baru dapat dimanfaatkan
sebagai penghasil panas, baik dengan cara pemanasan kontak langsung ataupun cara pemanasan kontak tidak langsung.
2.2.3 Pembuatan Briket Arang
Ada beberapa tahap penting yang perlu dilalui di dalam pembuatan arang briket yaitu, pembuatan serbuk arang, pencampuran serbuk arang dengan perekat,
pengempaan, dan pengeringan Suryani, 1986 dalam Rustini, 2004.
Universitas Sumatera Utara
1. Pembuatan Serbuk Arang
Arang harus cukup halus untuk dapat membuat briket yang baik. Ukuran partikel arang yang terlalu besar akan sukar pada waktu dilakukan perekatan,
sehingga mengurangi keteguhan tekanan tekan briket arang yang dihasilkan. Sebaiknya partikel arang mempunyai ukuran 40-60 mesh. Dalam penggunaan
ukuran serbuk arang diperoleh kecenderungan bahwa makin kecil ukuran serbuk makin tinggi pula kerapatan dan keteguhan tekan briket arang.
2. Pencampuran Serbuk Arang dengan Perekat Tujuan pencampuran serbuk arang dengan perekat adalah untuk
memberikan lapisan tipis dari perekat pada permukaan partikel arang. Tahap ini merupakan tahap penting dan menentukan mutu arang briket yang dihasilkan.
Campuran yang dibuat tergantung pada ukuran serbuk arang, macam perekat, jumlah perekat, dan tekanan pengempaan yang dilakukan. Proses perekatan yang
baik ditentukan oleh hasil pencampuran bahan perekat yang dipengaruhi oleh bekerjanya alat pengaduk mixer, komposisi bahan perekat yang tepat dan ukuran
pencampurannya. 3. Pengempaan
Pengempaan pembuatan briket arang dapat dilakukan dengan alat pengepres tipe compression atau extrussion. Tekanan yang diberikan untuk
pembuatan briket arang dibedakan menjadi dua cara, yaitu melampui batas elastisitas bahan baku sehingga struktur sel akan runtuh dan belum melampui
batas elastisitas bahan baku. Pada umumnya, semakin tinggi tekanan yang diberikan akan memberi kecenderungan menghasilkan briket arang dengan
kerapatan dan keteguhan tekan yang semakin tinggi pula.
Universitas Sumatera Utara
4. Pengeringan Briket yang dihasilkan setelah pengempaan masih mengandung air yang
cukup tinggi sekitar 50. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengeringan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam alat pengering seperti kiln, oven, atau
penjemuran dengan menggunakan sinar matahari. Suhu pengeringan yang umum dilakukan adalah sebesar 60
C selama 24 jam dengan menggunakan oven. Tujuan pengerinagn adalah agar arang menjadi kering dan kadar airnya dapat disesuaikan
dengan ketentuan kadar air briket arang yang berlaku.
2.2.4 Keuntungan dan Kelemahan Briket