Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembiayaan merupakan salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan. Dikatakan penting karena fungsi inilah yang melakukan usaha untuk mendapatkan dana. Baik perusahaan besar maupun kecil membutuhkan dana untuk menjalankan kegiatan usahanya. Dana yang dibutuhkan bisa diperoleh baik melalui pembiayaan dari dalam perusahaan internal financing maupun pembiayaan dari luar perusahaan eksternal financing. Sumber pembiayaan modal internal adalah berupa pemanfaatan laba yang ditahan retained earning, yaitu laba yang tidak dibagikan sebagai dividen. Sumber pembiayaan eksternal diperoleh perusahaan dengan melakukan pinjaman kepada pihak lain atau menjual sahamnya atau pun obligasi kepada masyarakat di pasar modal. Pasar modal adalah pasar dari beberapa instrumen keuangan jangka panjang diperjualbelikan. Pasar modal merupakan salah satu perantara yang menghubungkan para investor dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana. Bagi investor, kegiatan investasi ini bertujuan untuk meningkatkan kekayaan dirinya. Salah satu instrumen pasar modal yang diperjualbelikan adalah obligasi. Obligasi adalah surat tanda utang dimana peminjam dana setuju untuk membayar bunga dan pokok pinjaman, pada tanggal jatuh tempo kepada pemegang obligasi tersebut. Obligasi diterbitkan oleh perusahaan untuk Universitas Sumatera Utara memenuhi kegiatan pendanaan perusahaan, untuk mengembangkan usaha dan melunasi hutang yang akan jatuh tempo. Emisi obligasi merupakan cara yang lebih fleksibel bila dibandingkan dengan emisi saham, karena emisi obligasi posisi kepemilikan perusahaan adalah tetap Setiawan dan Shanti, 2009. Selama tahun 2007 kinerja yang cukup mengesankan terjadi di pasar primer dan sekunder surat utang. Jumlah perusahaan yang melakukan emisi obligasi korporasi meningkat dari hanya 14 perusahaan di tahun 2006 menjadi 39 perusahaan di tahun 2007, dengan nilai emisi obligasi meningkat hampir tiga kali lipat dari Rp11,45 triliun di tahun 2006 menjadi Rp31,37 triliun. Selama tahun 2008, dimana terjadi resesi ekonomi global, Bapepam-LK mencatat 34 penawaran umum obligasi yang dilakukan oleh emiten. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 12,8 dari tahun lalu yang berjumlah 39 penawaran umum. Penawaran umum obligasi juga mengalami penurunan nilai dibandingkan tahun sebelumna sebesar 55,05 dengan nilai total penawaran obligasi pada tahun 2008 sebesar Rp 14.100.000.000.000. Perkembangan ini akan membuat investor memiliki lebih banyak pilihan dalam menginvetasikan dananya dalam bentuk obligasi. Investor yang melakukan investasi dengan membeli obligasi perusahaan tentunya mengharapkan return atas investasi mereka. Return tersebut berupa: 1. Capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih lebih pergerakan harga obligasi pada saat membeli dan menjual. 2. Pembayaran kupon atau bunga, yaitu keuntungan yang diperoleh dari pembayaran bunga yang dilakukan emiten. Universitas Sumatera Utara Seorang investor yang ingin berinvestasi dalam obligasi, seharusnya memperhatikan credit rating atau peringkat obligasi bond rating. Peringkat obligasi memberikan informasi dan memberikan signal tentang probabilitas kegagalan utang suatu perusahaan default. Perubahan kondisi fundamental dan kinerja perusahaan yang tertuang dalam laporan keuangan perusahaan akan mempengaruhi baik atau buruknya peringkat obligasi yang diterbitkan Setiawan dan Shanti, 2009. Berdasarkan peringkatnya, obligasi dibagi menjadi dua kategori yaitu investment grade dan non-investment grade atau speculative grade atau dikenal pula dengan junk bond. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten dalam membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman. Peringkat obligasi juga akan mempengaruhi return obligasi yang diharapkan oleh investor. Hal ini terjadi karena pada umumnya, semakin baik peringkat obligasi yang diperdagangkan maka return yang diberikan obligasi tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin buruk peringkat obligasi maka semakin tinggi return yang akan diberikan obligasi tersebut kepada bondholders. Investor dapat menggunakan jasa credit rating agency yang memberikan jasa penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi tentang peringkat obligasi. Perusahaan pemeringkat obligasi menggunakan basis pemeringkatan mereka kebanyakan dari analisis tren dan tingkat rasio keuangan perusahaan penerbit Bodie et al, 2006:38. Di Indonesia, lembaga pemeringkat sekuritas utang adalah PT. PEFINDO Pemeringkat Efek Indonesia, PT. Kasnic Credit Rating Indonesia, dan PT Fitch Ratings Indonesia. Universitas Sumatera Utara Bapepam Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan setiap obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia diperingkat oleh lembaga pemeringkat. Obligasi dianalisis dengan menggunakan peringkat obligasi bond rating, yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajibannya di masa depan Adel, 2004. Peringkat obligasi ini sangat berguna bagi calon investor yang ingin menanamkan dananya dalam bentuk obligasi, baik itu calon investor konservatif lebih menyukai pendapatan tetap maupun investor agresif berusaha mencari capital gain, sehingga investor akan mengetahui return yang akan diperoleh beserta risiko yang harus ditanggung. Beberapa literatur menyatakan pemeringkatan obligasi yang dilakukan oleh agen pemeringkat obligasi tidak selalu akurat. Sebagai contoh, agen pemeringkat telah kecolongan oleh penurunan Enron secara drastis. Enron mengumumkan kepailitannya pada hari Minggu di bulan Desember 2001, dan hari Jumat sebelumnya obligasi Enron masih memiliki peringkat layak investasi, contoh lainnya adalah WorldCom yang menjual obligasi dengan peringkat investasi senilai 11,8 miliar, setahun kemudian WorldCom mengajukan pailit dan seluruh pemegang obligasinya merugi lebih dari 80 atas investasi mereka. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis rasio keuangan yang diduga berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Penelitian ini bersifat replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Karim Amrullah 2007. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

18 426 121

PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 14 94

Dampak Rasio Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 8

PENGARUH MANAJEMEN LABA, RASIO KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN (STUDI KASUS PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 24

ANALISIS PENGARUH KEUANGAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI Analisis Pengaruh Faktor Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2014.

1 4 17

PENGARUH MEKANISME GOODCORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 31

PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN UKURAN PERUSAHAAN (SIZE) TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 – 2015.

0 4 105

ANALISIS DETERMINAN PREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 103

KEMAMPUAN RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERINGKAT OBLIGASI PERUSAHAAN NON JASA KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 111

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Non Keuangan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 2 22