h. Volatility risk, salah satu faktor yang mempengaruhi risiko ini adalah
ekspektasi terhadap tingkat bunga yang berubah-ubah. Risiko dalam perubahan volatilitas akan mempengaruhi harga obligasi secara
berlawanan disebut dengan risiko volatilitas.
i. Risk risk, banyak risiko yang tidak dimengerti atau dipahami manajer
keuangan sehingga risk risk diartikan sebagai ketidaktahuan risiko dari sekuritas.
5. Peringkat Obligasi
Kelayakan kredit dari instrumen utang yang diperdagangkan secara publik sering kali dinilai berdasarkan peringkat kredit yang diberikan oleh badan
pemeringkat obligasi. PT Pefindo merupakan salah satu lembaga pemeringkat yang memberikan penilaian objektif, independen, terpercaya terhadap surat utang
yang ditawarkan kepada masyarakat melalui peringkat risiko surat utang Setiawan dan Shanti, 2009:77.
PT. Pefindo atau PT Pemeringkat Efek Indonesia, didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993 melalui inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal
BAPEPAM dan Bank Indonesia. Pada tanggal 31 Agustus 1994, PEFINDO mendapatkan izin usaha dari BAPEPAM dengan nomor 39PM-PI1994 dan
menjadi salah satu lembaga penunjang pasar modal di Indonesia. Tugas utama PT Pefindo yaitu menyediakan peringkat atas risiko kredit dengan objektif,
independen, dan dapat dipertanggungjawabkan atas penerbitan surat hutaang yang diperdagangkan kepada masyarakat luas.
Universitas Sumatera Utara
Peringkat obligasi credit ratings merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi
para investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuannya dalam membayar bunga dan pelunasan harga pokok pinjaman secara tepat waktu. Peringkat obligasi
perusahaan corporate bond rating diharapkan dapat memberikan investor petunjuk tentang kualitas investasi obligasi yang mereka minati.
Peringkat rating merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan emiten dan kemungkinan apa yang ia bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang
dimiliki, sehingga dapat dikatakan bahwa rating mencoba mengukur risiko default, yaitu keadaan dimana emiten atau peminjam dana tidak mampu
memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi peringkat obligasi, semakin menunjukkan bahwa obligasi tersebut terhindar dari risiko default.
Menurut Brigham dan Houston 2006:373, peringkat obligasi didasarkan pada faktor-faktor kualitatif maupun kuantitatif, yang beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut : a.
Berbagai macam rasio, termasuk rasio utang dan rasio kelipatan pembayaran bunga. Semakin baik rasionya, maka semakin tinggi
peringkatnya.
b. Provisi-provisi hipotek. Apakah obligasi dijamin oleh hipotek? Jika ya,
dan jika properti itu memiliki nilai yang tinggi sehubungan dengan jumlah utang yang diobligasikan, maka peringkat obligasi tersebut akan
meningkat.
c. Provisi subordinasi. Apakah obligasi menjadi subordinasi dari utang yang
lainnya? Jika ya, obligasi akan diberi peringkat paling sedikit satu tingkat di bawah peringkat yang seharusnya jika tidak disubordinasikan.
Sebaliknya, suatu obligasi dengan utang lain yang disubordinasikan di bawahnya akan memiliki peringkat yang sedikit lebih tinggi.
d. Provisi penjaminan. Beberapa obligasi dijamin oleh perusahaan-
perusahaan lain. Jika utang sebuah perusahaan yang lemah dijamin oleh perusahaan yang kuat, obligasi akan diberikan peringkat perusahaan yang
kuat.
Universitas Sumatera Utara
e. Dana pelunasan. Apakah obligasi memiliki dana pelunasan untuk
memastikan adanya pembayaran yang sistematis? Faktor ini adalah faktor plus bagi para agen pemeringkat.
f. Jatuh tempo. Jika hal yang lain tetap, obligasi dengan waktu jatuh tempo
yang lebih singkat akan dinilai lebih kecil risikonya jika dibandingkan dengan obligasi yang memiliki waku jatuh tempo yang panjang.
g. Stabilitas. Apakah penjualan dan keuntungan emiten stabil?
h. Regulasi. Apakah emiten berada di bawah regulasi, dan dapatkah iklim
peraturan yang kurang baik membuat posisi ekonomi perusahaan mengalami penurunan?
i. Antitrust. Apakah ada tuntutan antitrust yang masih menggantung
terhadap perusahaan sehingga dapat merusak posisinya. j.
Operasi di luar negeri. Berapa persen penjualan, aktiva, dan laba perusahaan yang berasal dari operasi di luar negeri, dan bagaimana iklim
politik di negara tersebut?
k. Faktor lingkungan hidup. Apakah perusahaan kemungkinan akan
menghadapi pengeluaran yang besar untuk peralatan pengendalian polusi? l.
Tanggung jawab produk. Apakah produk tersebut aman? m.
Tanggung jawab pensiun. Apakah perusahaan memiliki kewajiban pensiun yang belum didanai sehingga dapat menciptakan kemungkinan masalah di
masa depan?
n. Masalah tenaga kerja. Apakah terdapat potensi terjadinya masalah tenaga
kerja di masa depan yang dapat memperlemah posisi perusahaan? o.
Kebijakan akuntansi. Berdasarkan pada evaluasi penebitan obligasi tersebut, badan pemeringkat
memberi pendapat mereka dalam bentuk peringkat huruf, yang dipublikasikan untuk dapat digunakan para investor.
Tabel 2.1 Peringkat Obligasi
Simbol Arti
id
AAA Efek utang jangka panjang dengan peringkat
id
AAA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut
Pengaruh dari memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis,
Universitas Sumatera Utara
dan keuangan terhadap kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut adalah minimal
id
AA
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
AA didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan paling kuat dibanding obligor
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban
finansial atas efek hutang tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.
id
A
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
A didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang kuat dibanding obligor
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban
finansial atas efek hutang tersebut cukup terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.
id
BBB
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
BBB didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang memadai dibanding
obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi
kewajiban finansial atas efek hutang tersebut lebih terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan
dibanding obligor dengan peringkat lebih tinggi.
id
BB Efek hutang dengan peringkat
id
BB didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang agak lemah dibanding obligor
Universitas Sumatera Utara
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban
finansial atas efek hutang tersebut sangat terpengaruh oleh memburuknya perkembangan perekonomian, bisnis, dan keuangan.
id
B
Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
B didukung oleh obligor yang memiliki kemampuan yang lemah dibanding obligor
Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut. Pemburukan kondisi perekonomian, bisnis, dan
keuangan dapat berakibat pada ketidakmampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut.
id
CCC Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
CCC menandakan
terdapat risiko besar bahwa obligor tidak mampu memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang tersebut serta sangat
bergantung pada perbaikan kondisi perekonomian, bisnis serta keuangan.
id
D Efek hutang jangka panjang dengan peringkat
id
D menandakan obligor gagal memenuhi kewajiban finansial atas efek hutang pada
saat jatuh tempo tersebut. Peringkat
id
D ini akan diberikan tanpa
menunggu sampai masa tenggang berakhir, kecuali PEFINDO yakin obligor akan mampu memenuhi kewajibannya dalam masa
tenggang yang ditetapkan. Peringkat
id
D juga dapat diberikan
kepada obligor yang sudah mengajukan pailit atau berhenti berusaha.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeringkatan dari
id
AA sampai dengan
id
B dapat dimodifikasi dengan menambahkan tanda tambah + atau tanda kurang - untuk menunjukkan
kekuatan relative obligor dalam suatu kategori peringkat tertentu. Sumber : PT PEFINDO.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fabozzi 2000:150 Bonds issues that are assigned a rating in the top four categories are reffered
to as investment-grade bonds. Issues that carry a rating below the top four categories are referred to as non-investment-grade bonds, or more popularly
as high yield bonds or junk bonds. Thus, the corporate bond market can be devided into two sectors: the investment-grade and non-investment garde
markets. Menurut Wild et al 2005:239, salah satu badan pemeringkat menggunakan
aturan umum seperti : peringkat AAA untuk obligasi yang memiliki perbandingan aktiva berwujud
bersih dengan nilai utang jangka panjang sebesar 5:1 untuk peringkat AAA, 4:1 untuk peringkat AA, 3-3,5:1 untuk peringkat A, dan 2,5:1 untuk peringkat
BBB. Aturan umum lainnya menyarankan rasio utang jangka panjang terhadap total modal di bawah 25 untuk peringkat AAA, mendekati 30
untuk peringkat AA, mendekati 35 untuk peringkat A, dan mendekati 40 untuk peringkat BBB.
Anggota agen peringkat obligasi secara konsisten menyatakan bahwa tidak ada rumus yang tepat untuk menentukan peringkat obligasi. Kriteria yang
menentukan peringkat tertentu tidak pernah didefenisi dengan tepat. Beberapa badan pemeringkat terkemuka menolak mengungkapkan kombinasi faktor untuk
menetukan peringkat biasanya merupakan keputusan suatu komite karena menghindari perdebatan mengenai keabsahan faktor kualitatif dalam penentuan
peringkat Wild et al, 2005:238.
Universitas Sumatera Utara
6. Keterbatasan Permainan Peringkat