Analisis Pengaruh ROE, Growth, dan Working Capital terhadap Overvalued Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) Tahun 2013
Lampiran 1
Data Keuangan ROE, Growth, dan Working Capital Perusahaan Manufaktur 2013 di BEI
NO PERUSAHAAN OVER/UNDER GROWTH ROE WORKING
CAPITAL
Ln Working
Capital
1 AISA 1 0.14 0.14 1048280 13.86
2 ALDO 1 0.15 0.16 45102717928 24.53
3 ALMI 1 0.30 0.39 107964788543 25.41
4 ARNA 1 0.16 0.31 93325070983 25.26
5 AMFG 1 0.11 0.12 1506156 14.23
6 ASII 1 0.12 0.21 17213 9.75
7 AUTO 1 0.05 0.11 2368205 14.68
8 CEKA 0 0.06 0.12 328084142774 26.52
9 CPIN 1 0.17 0.25 6497852 15.69
10 CTBN 1 0.05 0.25 87255097 18.28
11 DLTA 1 0.11 0.40 589120262 20.19
12 DPNS 0 0.27 0.30 150678751590 25.74
13 DVLA 1 0.09 0.14 698510652 20.36
14 EKAD 0 0.14 0.17 130685823094 25.60
15 ETWA 1 0.01 0.01 26914761438 24.02
16 GGRM 1 0.10 0.15 14509881 16.49
17 GJTL 1 0.01 0.02 3879618 15.17
18 HMSP 1 0.07 0.76 9124040 16.03
19 ICBP 1 0.10 0.17 6625132 15.71
20 IGAR 0 0.01 0.15 185199337379 25.94
21 IKBI 1 0.03 0.03 39977096 17.50
22 IMAS 1 0.10 0.10 917400582236 27.54
23 INAI 0 0.03 0.04 103793212259 25.37
24 INDF 1 0.04 0.09 12993188 16.38
25 INDR 0 0.004 0.005 36513933 17.41
26 INDS 0 0.05 0.08 804791559762 27.41
27 INKP 1 0.95 0.96 562625 13.24
28 INRU 0 0.29 0.30 27674 10.23
29 INTP 1 0.07 0.22 14106159 16.46
30 ISSP 0 0.10 0.10 906819 13.72
31 JPFA 1 0.10 0.12 4643121 15.35
32 KAEF 1 0.10 0.13 1064491455983 27.69
33 KBLI 0 0.06 0.08 521463366806 26.98
34 KIAS 0 0.03 0.04 600200047287 27.12
35 KLBF 1 0.13 0.23 4856729427795 29.21
36 LION 1 0.11 0.16 365092370101 26.62
37 LMSH 0 0.11 0.13 87966040415 25.20
(2)
39 MBTO 1 0.03 0.36 340076177403 26.55
40 MERK 1 0.34 0.34 440419337 19.90
41 MLBI 1 0.01 1.19 16290 9.70
42 MYOR 1 0.22 0.27 3798418959199 28.97
43 ROTI 1 0.18 0.20 43683614095 24.50
44 SCCO 1 0.10 0.30 411259373717 26.74
45 SKLT 0 0.06 0.08 12338358618 23.24
46 SMBR 1 0.10 0.13 1913010101 21.37
47 SMCB 1 0.03 0.11 1176999 13.98
48 SMGR 1 0.13 0.24 4674479833 22.27
49 SMSM 1 0.11 0.33 547104718206 27.03
50 SRIL 1 0.11 0.13 109810760843 25.42
51 TCID 1 0.07 0.13 532184702746 27.00
52 TOTO 1 0.13 0.23 593303685136 27.11
53 TRIS 1 0.12 0.17 195098808296 26.00
54 TRST 0 0.01 0.02 149383423748 25.73
55 TSPC 1 0.07 0.16 2643649893411 28.60
56 ULTJ 1 0.14 0.16 931716602130 27.56
57 UNVR 1 0.01 1.26 2556503 14.75
58 VOKS 1 -0.01 0.65 179092594748 25.91
(3)
Lampiran 2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation Variance Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std.
Error Statistic Statistic Statistic Std.
Error Statistic Std. Error Over/Under 59 1 0 1 .76 .056 .429 .184 -1.268 .311 -.408 .613 Growth 59 .95 .00 .95 .1163 .01743 .13391 .018 4.414 .311 25.974 .613 ROE 59 1.3 .0 1.3 .238 .0328 .2522 .064 2.690 .311 7.749 .613 LnWC 59 19.51 9.70 29.21 21.5677 .75237 5.77905 33.397 -.484 .311 -1.208 .613 Valid N
(listwise)
(4)
Lampiran 3
Uji Hosmer dan Lemeshow
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
(5)
LAMPIRAN 4
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
(6)
LAMPIRAN 5
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 51.584a .199 .299
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
(7)
LAMPIRAN 6
Classification Tablea
Observed
Predicted Over/Under
Percentage Correct
0 1
Step 1 Over/Under 0 4 10 28.6
1 2 43 95.6
Overall Percentage 79.7
(8)
LAMPIRAN 7
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Growth -14.864 11.644 1.630 1 .202 .000
ROE 50.502 10.281 89.345 1 .046 8.018E8
LnWC -.086 .068 1.607 1 .205 .918
Constant 1.484 1.612 .847 1 .357 4.411
(9)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja, Edisi I. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Ginting, Putra Sugihen. 2013. Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Gordon, Myron J. 1962. The Investment, Financing, and Valuating of the Corporation, Homewood, IL: R. D. Irwin
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.
Halim, Yulianti. 2007. Pengaruh Return On Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Horne, Van dan Wachowicz, Jr. 1997. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan, Terjemahan Oleh Heru Sutojo SE, Msc, Edisi Ke-9 Jilid I. Salemba Empat, Jakarta.
Jogiyanto, Hartono. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Cetakan Ke-3. Erlangga, Jakarta.
Lubis, Ade Fatma. 2006. Pasar Modal. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Lubis, Ade Fatma, Arifin Akhmad, dan Firman Syarif. 2007. Aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solution) Untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. USU Press. Medan.
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman, 2005. Ekonometrika Pendekatan Populer dan Praktis untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, Jakarta.
Parahita. 2008. Bagaimana Cara Menetukan Harga Wajar Saham.
(10)
Pratisto, Arif. 2009. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Purba, P. 2002. Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi I, Cetakan Pertama. USU Press, Medan.
Sandora, Titik. 2010. Pengaruh Quick Ratio, Banking Ratio, dan Return On Equity Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencenaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Ke-5. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Situmorang, M. Paulus. 2008. Pengantar Pasar Modal. Mitra Wicana Media, Jakarta.
Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses Masalah dan Dasar Kebijakan, Cetakan Ke-3. Kencana, Jakarta.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Cetakan Pertama. BPFE, Yogyakarta.
_______.2010. Portofolio dan Investasi, Cetakan Pertama. Kanisius, Yogyakarta. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0
CCgQFjACahUKEwjWkZ-R8tfIAhXQwo4KHUm0Dpw&url=https%3A%2F%2Fid.wikipedia.org%2Fwiki
%2FManufaktur&usg=AFQjCNH4ztR3Zsm4z3f1SPnkTm8-mqW9NQ&sig2=6HDU546bcNJ88MBrp0n45g&bvm=bv.105841590,d.c2E&cad =rja
http://repository.usu.ac.id
(11)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Mudrajat Kuncoro (2009), penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian.
3.2
Batasan Operasional
Penelitian ini memiliki batasan masalah karena cakupan penelitian tidak terlalu luas. Pada penelitian ini sampel yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Penelitian ini membahas tentang pengaruh ROE, growth, dan working capital pada nilai harga wajar saham.
3.3
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.3.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang diukur dengan ROE, tingkat estimasi pertumbuhan yang diukur dengan growth, dan working capital yang diukur dengan selisih current asset dan current liabilities.
(12)
3.3.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen”. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah overvalued didapat dari perbandingan antara harga pasar dan harga wajar yang dinilai menggunakan metode Gordon Growth Model.
3.3.2.1 Penilaian overvalued saham
Salah satu pendekatan dalam menentukan harga wajar saham adalah dengan menggunakan Gordon Growth Model. Gordon (1962), mangasumsikan bahwa deviden meningkat pada tingkat yang konsisten untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Penyederhanaan faktor dari asumsi constant growth sebagai berikut :
��= D1
r−g
Vo = fair value
D1 = dividen yang diharapkan r = required rate on equity g = dividend growth rate
setelah menghitung V0, langkah selanjutnya adalah membandingkan V0 terhadap harga pasar. Dengan hasil penelitian sebagai berikut :
Overvalued jika V0 < harga pasar Undervalued jika V0 > harga pasar
(13)
3.3.2.2 ROE (Return On Equity)
Menurut Tandelilin (2010), rasio ROE bisa dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas perusahaan. Secara matematis, rumus untuk menghitung ROE adalah sebagai berikut :
��� =Laba bersih setelah bunga dan pajak Jumlah modal sendiri
3.3.2.3 Growth
Estimasi pertumbuhan dapat diukur sebagai berikut menurut Erianda dkk (dalam Hendrata):
g = (1-DPO) x ROE
dimana : ���= ������� ����ℎ���
������� ����ℎ���
3.3.2.4 Working Capital
Horne (1997), menyatakan bahwa modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut :
WC = Current Asset – Current Liabilities
3.4
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang terdaftar di BEI. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling, dimana sampel yang dipilih dengan cermat dan relevan.
(14)
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI dengan syarat sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013.
2. Perusahaan manufaktur yang memiliki data keuangan lengkap tahun 2013.
3. Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada laporan keuangannya pada tahun 2013
Setelah proses seleksi pada tabel 3.1 berdasarkan kriteria diatas, maka perusahaan sampel penelitian terdiri dari 59 perusahaan (tabel 3.1).
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
No Kriteria Jumlah
Pelanggaran Kriteria
Akumulasi 1 Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2013 - 128 2 Perusahaan manufaktur yang memiliki data
keuangan lengkap tahun 2013
27 107
3 Perusahaan manufaktur yang menggunakan rupiah dalam laporan keuangannya
30 77
4 Perusahaan yang tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangannya tahun 2013
18 59
3.5
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan untuk tahun 2013. Data mengenai variabel yang mempengaruhi
(15)
penilaian saham diperoleh dalam laporan laba rugi neraca, dan informasi saham dari laporan keuangan. Data-data tersebut diperoleh dari situs resmi BEI yaitu
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi, yaitu mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder yang terkait dengan lingkup penelitian ini.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yaitu :
a. Tahap pertama, dilakukan melalui studi pustaka yakni pengumpulan data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti.
b. Tahap kedua, dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder melalui fasilitas internet dengan mengakses situs–situs resmi yang berisi ringkasan kinerja perusahaan di sektor manufaktur yang yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia tahun 2013.
3.6
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Peneliti menggunakan uji statistik deskriptif dan regresi logistik untuk menganalisis data. Semua pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 17.
(16)
3.6.1 Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menceritakan/menjabarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan untuk berlaku umum/generalisasi.
3.6.2 Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik/biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik (Hosmer dan Lemshow, 1989). Variabel yang dikotomik/biner adalah variabel yang hanya mempunyai dua kategori saja, yaitu kategori yang menyatakan kejadian sukses (Y=1) dan kategori yang menyatakan kejadian gagal (Y=0). Dimana dalam hal ini adalah Overvalued = 1 dan Undervalued = 0
Asumsi-asumsi dalam regresi logistik:
• Tidak mengasumsikan hubungan linier antar variabel dependen dan independen
• Variabel dependen harus bersifat dikotomi (2 variabel)
• Variabel independen tidak harus memiliki keragaman yang sama antar kelompok variabel
• Kategori dalam variabel independen harus terpisah satu sama lain atau bersifat eksklusif
• Sampel yang diperlukan dalam jumlah relative besar, minimum dibutuhkan hingga 50 data untuk sebuah variabel predictor (bebas).
(17)
Setelah melihat dari asumsi-asumsi regresi logistik diatas, maka model yang digunakan adalah fungsi logistik :
E(y|x)
=
��0+�1�1+�2�2+�3�3
1+ ��0+�1�1+�2�2+�3�3
E(y|x) = p
p =
��0+�1�1+�2�2+�3�3
1+ ��0+�1�1+�2�2+�3�3
p(
1 +
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3) =
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3p + p
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3=
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3p =
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3−
p
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3p = (1-p)
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3p 1−p
=
�
�0+�1�1+�2�2+�3�3
Sehingga jika dilakukan operasi ln, maka hasilnya adalah:
ln
(
p1−p
)
= β
0+ β
1x
1+ β
2x
2+ β
3x
3fungsi tersebut diatas berbentuk logistik dan linear. Sehingga persamaan diatas juga dapat diselesaikan dengan regresi linear.
Keterangan: p = Fungsi logistik ß0 = Konstanta
ß1 ß2 ß3 = Koefisien regresi
X1 = ROE
X2 =Growth
X3 = Working Capital
e = Error Term ln = Logaritma Natural
(18)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial Belanda atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
• 14 Desember 1912, didirikan pasar modal di Batavia (Jakarta) oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Vereniging Voor de Effectenhandel (bursa efek) dengan 13 anggota bursa yang aktif.
• 11 Januari 1925, kota Surabaya resmi menyelenggarakan perdagangan efek.
(19)
• 1 Agustus 1925, dibuka bursa efek di Semarang.
• 10 Mei 1940, kegiatan perdagangan efek di Jakarta, Surabaya, dan Semarang ditutup karena isu politik akibat Perang Dunia II.
• Pada 1950 obligasi Republik Indonesia diterbitkan oleh pemerintah sebagai tanda mulai aktifnya kembali pasar modal Indonesia.
• 1 September 1951, diterbitkan Undang-Undang Darurat No. 13 menyatakan pasar modal Indonesia aktif kembali.
• 30 Juni 1952, bursa efek Indonesia dibuka kembali di Jakarta, penyelenggaraannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) yang terdiri atas tiga bank Negara dengan beberapa pialang efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
• Pada 1958, pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nasional No. 86 Tahun 1958.
• 1958-1976, pertumbuhan bursa efek di Indonesia diselenggarakan oleh PPUE mengalami kemunduran akibat situasi politik dan suramnya suasana dibidang moneter.
• Pada tahun 1960, Instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda tentang larangan bagi bursa efek Indonesia untuk memperdagangkan semua efek perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia.
• 26 Juli 1968, dengan Surat Keputusan Direksi BI (pada saat itu masih bernama BNI Unit I) No.4/16 Kep. Dir. Dibentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan Modal (PUM) yang bertugas untuk mengumpulkan data dan
(20)
memberikan usul kepada gubernur bank sentral untuk mengembangkan pasar modal di Indonesia.
• Pada tahun 1970, Tim Persiapan PUM dibubarkan dan sekaligus dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep-02/MK/IV/1970, didirikan Tim Pasar Uang dan Modal yang diketuai oleh gubernur bank sentral .
• 13 Januari, dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.25/MK/IV/1/1970 Tim Pasar Uang dan Modal dibubarkan dan dibentuk Badan Pembina Pasar Uang dan Modal (Bapepum).
• 10 Agustus 1977, berdasarkan Keppres No. 52 Tahun 1976 pasar modal di Indonesia diaktifkan kembali.
• 1977-1987, perkembangan pasar modal relatif kurang memberi hasil seperti yang diharapkan akibat dari prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham, campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham dipasar perdana, dan lain sebagainya.
• Tahun 1987, ditandai dengan hadirnya PAKDES 1987 yaitu penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi.
• Pada tahun 1988, ditandai dengan hadirnya PAKTO 1988 yang pada hakekatnya ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. PAKTO 1988 berisikan LLL (Legal Lending Limit) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. PAKDES 1988 membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
(21)
• 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
• 13 Juli 1992, swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
• 22 Mei 1995: Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
• 10 November 1995, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan pada Januari 1996.
• Pada 1995, Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. • Pertengahan 1997, Indonesia terlular krisis moneter dari Tahiland
menyebabkan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dari Rp 2000-an menjadi diatas Rp 10.000-an dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah mencapai diatas 700-an anjlok menjadi 200-an.
• Pada 2000, sistem perdagangan tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
• Pada 2002, BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
• Januari 2008, realisasi penggabungan (merger) dua bursa yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ). Lahirlah nama baru yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI).
(22)
4.2
Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur
Didalam Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa jenis sektor perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor barang konsumsi.
a. Sektor Industri Dasar dan Kimia
Perusahaan yang termasuk dalam kategori ini adalah perusahaan yang memproduksi semen, keramik, porselen, kaca, logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu dan pengolahnya, pulp dan kertas. Perusahaan yang masuk dalam sektor ini pada tahun 2013 adalah: 1. INTP (PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk)
2. SMBR (PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk) 3. SMCB (PT. Holcim Indonesia Tbk)
4. SMGR (PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk) 5. AMFG (PT. Asahimas Flat Glass Tbk) 6. ARNA (PT. Arwana Citramulia Tbk) 7. CTBN (PT. Citra Turbindo Tbk)
8. KIAS (PT. Keramika Indoneia Asosiasi Tbk) 9. TOTO (PT. Surya Toto Indonesia Tbk)
10. ALMI (PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk) 11. INAI (PT. Indal Aluminium Industry Tbk) 12. INKP (PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk) 13. INRU (PT. Toba Pulp Lestari Tbk)
(23)
15. LION (PT. Lion Metal Works Tbk) 16. LMSH (PT. Lionmesh Prima Tbk) 17. DPNS (PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk) 18. EKAD (PT. Ekadharma International Tbk) 19. ETWA (PT. Eterindo Wahanatama Tbk) 20. IGAR (PT. Champion Pacific Indonesia Tbk) 21. TRST (PT. Trias Sentosa Tbk)
22. CPIN (PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk) 23. JPFA (PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk) 24. MAIN (PT. Malindo Feedmill Tbk)
25. ALDO (PT. Alkindo Naratama Tbk) b. Sektor Aneka Industri
Dalam sektor aneka industri, perusahaan yang masuk dalam kategori sektor aneka industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang mesin dan alat berat, otomotif dan komponen, tekstil dan garment, alas kaki, kabel, dan elektronika. Perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori ini pada tahun 2013 adalah:
1. ASII (PT. Astra International Tbk) 2. AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk) 3. GJTL (PT. Gajah Tunggal Tbk) 4. IKBI (PT. Sumi Indo Kabel Tbk)
5. IMAS (PT. Indo Mobil Sukses International Tbk) 6. INDR (PT. Indo Rama Synthetic Tbk)
(24)
7. INDS (PT. Indospring Tbk)
8. SMSM (PT. Selamat Sempurna Tbk) 9. SRIL (PT. Sri Rejeki Isman Tbk) 10. TRIS (PT. Trisula Inetrnational Tbk) 11. KBLI (PT. KMI Wire and Cable Tbk)
12. SCCO (PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk) 13. VOKS (PT. Voksel Electric Tbk)
c. Sektor Barang Konsumsi
Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam sektor barang konsumsi adalah perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, dan peralatan rumah tangga. Perusahaan yang masuk dalam sektor barang konsumsi pada tahun 2013 adalah :
1. AISA (PT. Tiga Pilar Sejahtera)
2. CEKA (PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk) 3. DLTA (PT. Delta Djakarta Tbk)
4. ICBP (PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk) 5. INDF (PT. Indofood Sukses Makmur Tbk) 6. MLBI (PT. Multi Bintang Indonesia Tbk) 7. MYOR (PT Mayora Indah Tbk)
8. ROTI (PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk) 9. SKLT (PT. Sekar Laut Tbk)
(25)
11. GGRM (PT. Gudang Garam Tbk) 12. HMSP (PT. HM Sampoerna Tbk) 13. WIIM (PT. Wismilak Inti Makmur Tbk) 14. DVLA (PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk) 15. KAEF (PT. Kimia Farma (Persero) Tbk) 16. KLBF (PT. Kalbe Farma Tbk)
17. MERK (PT. Merck Tbk)
18. TSPC (PT. Tempo Scan Pacific Tbk)
4.3
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Statisti deskriptif umumnya digunakan memberikan informasi mengenai variabel penelitian yang utama. Statistik deskriptif meliputi nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan deviasi standar dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ROE, Growth, dan Working Capital. Berdasarkan hasil pengolahan data, deskripsi statistik dari data penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif
ROE Growth Working Capital
Mean 0.238 0.1163 21.5677
Minimum 0.01 0.01 9.7
Maximum 1.3 0.95 29.21
Std. Deviasi 0.2522 0.13391 5.77905
Obsevations 59 59 59
(26)
Hasil analisis deskriptif diatas menunjukkan bahwa jumlah observasi penellitian ini berjumlah 59, dan penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik. Regresi logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data dikotomik/biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik.
a. Statistik deskriptif variabel ROE (Return On Equity).
Berdasarkan Tabel 4.1 ditunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) Return On Equity (ROE) perusahaan manufaktur adalah 0.238 dengan standar deviasi sebesar 0.2522. Nilai ROE minimum sebesar 0.01 dimiliki oleh perusahaan PT. Eterindo Wahanatama Tbk. Sedangkan nilai ROE maksimum sebesar 1.3 dimiliki oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. Nilai rata-rata ROE yang lebih kecil dari nilai standar deviasinya memiliki arti bahwa penyimpangan datanya besar sehingga data tersebar.
b. Statistik deskriptif variabel Growth
Berdasarkan tabel 4.1 ditunjukkan bahwa nilai rata-rata Growth perusahaan manufaktur adalah sebesar 0.1163 dengan standar deviasinya sebesar 0.13391. Nilai Growth minimum 0.01 dimiliki oleh PT. Indal Aluminium Industry Tbk. Dan nilai Growth maksimum sebesar 0.95 dimiliki oleh PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Nilai rata-rata Growth yang lebih kecil dari nilai standar deviasinya memiliki arti bahwa penyimpangan datanya besar sehingga datanya tersebar.
(27)
c. Statistik deskriptif variabel Working Capital
Berdasarkan Tabel 4.1 ditunjukkan bahwa nilai rata-rata Working Capital perusahaan manufaktur adalah sebesar 21.5677 dengan standar deviasinya sebesar 5.77905. Nilai Working Capital minimum 9.7 dimiliki oleh PT. Astra International Tbk . Nilai Working Capital maksimum 29.21 dimiliki oleh PT. Kalbe Farma Tbk . Nilai rata-rata Working Capital yang lebih besar dari standar deviasinya memiliki arti bahwa penyimpangan datanya kecil sehingga datanya tidak tersebar.
4.4
Hasil Uji Ketepatan Model Regresi Logistik
Untuk menilai ketepatan model regresi logistik dalam penelitian ini diukur dengan nilai Chi Kuadrat dengan uji Hosmer dan Lemeshow. Uji ketepatan model regresi logistik dengan uji Hosmer dan Lemeshow diperoleh nilai Chi Kuadrat 4.639 dengan level signifikansi sebesar 0.795, angka tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik dengan variabel dependen overvalued saham adalah sesuai dengan data sehingga layak digunakan untuk analisis selanjutnya. Adapun hasil uji ketepatan model dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
(28)
4.5
Uji Serempak
Untuk menguji pengaruh ROE, Growth dan Working Capital secara serempak berpengaruh pada overvalued saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia digunakan statistik G (G test). Dimana statistik ini berdistribusi Chi Kuadrat dengan derajat bebas p atau G~������2 . Jika G >������2 ; α= 0.05,: tingkat signifikansi 95%, maka H0 ditolak dan jika G < ������2 α= 0.05: tingkat signifikansi 95%, maka H0 diterima. Hasil pengujian hipotesis
secara serempak dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 51.584a .199 .299
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Hasil pengujian hipotesis secara serempak diperlihatkan pada tabel 4.3 diperoleh nilai statistik G (-2 Log likelihood) sebesar 51.584 dengan
menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% atau α = 0.05, maka dari tabel Chi
Kuadrat diperoleh nilai ������2 (df = 58) sebesar 79.0819. Oleh sebab itu, dengan membandingkan nilai statistik G (-2 Log likelihood) dengan nilai ������2 maka statistik G atau -2 Log likelihood (51.584) < ������2 (79.0819). Keputusannya adalah H0 diterima dan Ha ditolak, artinya secara serempak variabel ROE, Growth
dan Working Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu overvalued saham.
(29)
4.6
Uji Parsial
Untuk menguji pengaruh variabel ROE, Growth dan Working Capital secara parsial terhadap variabel overvalued saham digunakan statistik Wald (Wald test). Di mana, statistik ini berdistribusi Chi Kuadrat dengan derajat bebas 58 atau secara simbolis Wj~�532 . Jika Wj > ��2,�; α = 0.05, maka H0 ditolak dan jika Wj < ��2,�; α = 0.05, maka H0 diterima. Nilai statistik Wald dari setiap variabel
independen akan dibandingkan dengan nilai ����� �2 dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95% atau α = 0.05 (0.05/2 = 0.025), maka diperoleh nilai ������2 sebesar 80.2976 . Hasil pengujian hipotesis secara parsial terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Growth -14.864 11.644 1.630 1 .202 .000
ROE 50.502 10.281 89.345 1 .046 8.018E8
LnWC -.086 .068 1.607 1 .205 .918
Constant 1.484 1.612 .847 1 .357 4.411
a. Variable(s) entered on step 1: Growth, ROE, LnWC.
a. Uji Parsial Variabel ROE
Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROE (X1) dengan nilai slope atau koefisien 50.502 memiliki nilai statistik
Wald (89.345) > nilai ������2 (80.2976) maka keputusannya adalah menerima Ha dan menolak H0. Hal ini berarti bahwa variabel ROE (X1) berpengaruh
(30)
b. Uji Parsial Variabel Growth
Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel Growth (X2) dengan nilai slope -14.864 memiliki nilai statistik Wald (1.670) <
niali ������2 (80.2976) maka keputusannya adalah menerima H0 dan Ha ditolak.
Hal ini berarti variabel Growth (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap overvalued saham.
c. Uji Parsial Variabel Working Capital
Berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial yang terdapat pada tabel diatas menunjukan bahwa variabel Working Capital (X3) dengan nilai slope
-0.086 memiliki nilai statistik Wald sebesar (1.607) < ������2 (80.2976) maka keputusannya adalah menerima H0 dan menolak Ha. Hal ini berarti bahwa
variabel Working Capital (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap overvalued saham.
4.7
Hasil Estimasi Regresi Logistik
Dengan menggunakan program SPSS, dilakukan regresi logistik yang bertujuan untuk mengukur hubungan fungsi antara satu variabel dependen yang berjenis kualitatif dikotomi dengan variabel-variabel independen. Variabel independen bbisa berupa kualitatif maupun kuantitatif, dapat berupa ordinal maupun interval (Arif Pratisto: 2009).
(31)
Tabel 4.5 Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 59 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 59 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 59 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Hasil diatas menunjukkan bahwa jumlah data yang diproses adalah sebanyak 59 data, dengan missing cases nihil artinya adalah semua data valid dan tidak ada data yang tidak diproses.
Tabel 4.6 Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 51.584a .199 .299
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Dari tabel diatas ditunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.299. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yaitu Growth, Working Capital, dan ROE dapat menjelaskan kemungkinan harga saham undervalued atau Overvalued sebesar 29,9 %.
(32)
Tabel 4.7 Classification Tablea
Observed
Predicted Over/Under
Percentage Correct
0 1
Step 1 Over/Under 0 4 10 28.6
1 2 43 95.6
Overall Percentage 79.7
a. The cut value is .500
Dari tabel diatas, dapat disimpulkn bahwa:
• Baris pertama adalah saham yang mengalami undervalued yaitu sebesar 14 (4+10). Dari 14 data tersebut diprediksi 4 saham mengalami undervalued dan 8 data mengalami overvalued. Artinya ketepatan prediksi sebesar 28.6 %.
• Baris kedua adalah saham yang mengalami overvalued yaitu sebesar 45 (2+43). Dari 45 data tersebut diprediksi 2 saham mengalami undervalued dan 43 data mengalami overvalued. Ketepatan prediksi adalah sebesar 95.6 %. Secara keseluruhan ketepatan prediksi sebesar 79.7%.
Tabel 4.8 Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Growth -14.864 11.644 1.630 1 .202 .000
ROE 50.502 10.281 89.345 1 .046 8.018E8
LnWC -.086 .068 1.607 1 .205 .918
Constant 1.484 1.612 .847 1 .357 4.411
(33)
Hasil dari tabel ini berguna untuk membuat persamaan, dimana diketahui :
β0 = 1.484 β1 = 50.502 β2 = -14.864 β3 = -0.086
maka:
ln
(
p1−p
)
= β
0+ β
1x
1+ β
2x
2+ β
3x
3ln
(
p1−p
)
= 1.484 + 50.502 ROE + -14.864 Growth + -0.086
Working Capital
• ROEROE memiliki pengaruh yang positif terhadap overvalued dengan koefisien 50.502. Hal ini berarti bahwa bila terjadi kenaikan 1 satuan (cateris paribus) pada ROE, maka overvalued mengalami peningkatan sebesar 50.502. Hasil pengujian pada tabel variables in equation menunjukkan bahwa ROE berpengaruh signifikan terhadap overvalue, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari ROE sebesar 0.046 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROE dapat digunakan untuk memprediksi overvalued.
• Growth
Growth memiliki pengaruh negatif terhadap overvalued saham dengan koefisien -14.864. Hal ini berarti bahwa bila terjadi kenaikan 1 satuan (cateris paribus) pada growth, maka overvalued akan mengalami penurunan sebesar -14.864. Hasil pengujian pada tabel diatas menunjukkan bahwa growth tidak berpengaruh signifikan terhadap overvalued saham sebesar 0.202 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel growth tidak dapat digunakan untuk
(34)
memprediksi overvalued saham. Hal ini bisa disebabkan oleh karena tingkat pertumbuhan deviden dari saham tersebut tidak terjadi perubahan yang signifikan sehingga investor tidak tertarik membeli saham tersebut.
• Working Capital
Working capital memiliki pengaruh yang positif terhadap overvalued saham dengan koefisien -0.086. Hal ini berarti bahwa bila terjadi kenaikan 1 satuan (cateris paribus) pada working capital, maka overvalued akan mengalami penurunan sebesar -0.086. Hasil pengujian pada tabel variables in equation menunjukkan bahwa working capital tidak berpengaruh signifikan terhadap overvalued saham yaitu sebesar 0.205 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel working capital tidak dapat digunakan untuk memprediksi overvalued saham.
(35)
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROE (Return On Equity) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap overvalued saham. Sehingga bisa digunakan dalam memprediksi overvalued saham.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Growth secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap overvalued saham. Sehingga tidak bisa digunakan dalam memprediksi overvalued saham.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Working Capital secara parsial berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap overvalued saham. Sehingga tidak bisa digunakan dalam memprediksi overvalued saham.
(36)
5.2
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran atau masukan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengamatan terhadap seluruh perusahaan yang tergabung dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan periode yang lebih panjang.
2. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk melakukan analisis terhadap overvalued saham dengan menggunakan rasio keuangan lainnya serta menambahkan faktor-faktor eksternal lainnya yang berada di luar rasio keuangan seperti resiko pasar, tingkat bunga, tingkat inflasi, dan sebagainya. Maka akan dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi overvalued saham.
(37)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Umumnya jenis saham yang dikenal adalah saham biasa (common stock). Namun saham sendiri dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock), dan saham preferen (preferred stock) (Sandora, 2010).
2.2
Penilaian Saham
Penilaian saham (valuation) adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk suatu saham (Parahita, 2008). Harga saham atau nilai saham merupakan nilai sekarang dari aliran kas dimasa mendatang. Harga saham atau nilai saham dapat ditentukan berdasarkan nilai buku (book value), nilai pasar
(38)
(market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku (book value) merupakan nilai yang tertera dalam neraca yang dihitung dengan cara membagi total seluruh ekuitas atau modal sendiri dengan jumlah lembar saham yang beredar (outstanding shares). Harga pasar atau nilai pasar merupakan harga jual saham di pasar. Sedangkan nilai intrinsic atau sering disebut dengan nilai teoritis adalah harga yang ditentukan setelah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi saham.
Tujuan utama analisis intrinsik adalah untuk mengetahui harga sesungguhnya dari suatu saham pada periode tertentu dengan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental keuangan suatu perusahaan sehingga diketahui sekuritas tersebut apakah undervalued, overvalued, ataupun wajar. Sekuritas yang ternyata undervalued berarti pasar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya harus tinggi. Artinya nilai sekuritas lebih tinggi daripada harga jualnya.
Perseorangan atau perusahaan yang menjual saham pada waktu undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi investor yang menjual saham pada saat overvalued akan menderita kerugian (capital loss). Tujuan utama analisa harga saham adalah untuk memilih saham yang overvalued dan undervalued. Jika saham undervalued nilai pasar saham berada dibawah nilai wajarnya atau nilai wajar berada diatas harga pasar saham. Saham yang undervalued sebaiknya dibeli atau ditahan oleh investor karena harganya akan naik mendekati harga wajarnya. Saham yang overvalued berarti nilai wajar saham
(39)
berada dibawah harga pasar saham atau harga pasar saham berada diatas harga saham. Saham yang overvalued sebaiknya tidak dibeli atau di cut loss.
2.3 Teori Gordon Growth
Salah satu pendekatan dalam menentukan haraga wajar saham adalah dengan menggunakan model Gordon Growth (Gordon Growth Model). Gordon (1962), mengasumsikan bahwa dividen meningkat pada tingkat yang konsisten untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Penyederhanaan faktor dari asumsi constant growth sebagai berikut :
��= D1
r−g Vo = fair value
D1 = dividen yang diharapkan r = required rate on equity g = dividend growth rate
Model penelitian harga saham yang banyak dikembangkan oleh para analis telah membantu para investor dalam menentukan keputusan investasi yang akan diambil. Model penilaian harga saham yang tertua dan dianggap sebagai salah satu yang termudah untuk diaplikasikan adalah model pertumbuhan Gordon dengan cara mendiskontokan dividen (Gordon Growth Model). Valuasi harga saham dengan menggunakan arus kas berupa dividen sangat cocok untuk perusahaan yang telah stabil. Hasil dari valuasi tersebut dapat digunakan para investor untuk pengambilan keputusan investasi.
(40)
2.4 Teori Ekspektasi
Sukirno (2006), menjelaskan bahwa ada 2 asumsi yang menjadi dasar teori ekspektasi rasional (rational expectations). Pertama, teori ini menganggap bahwa semua pelaku kegiatan ekonomi bertindak secara rasional, mengetahui seluk beluk kegiatan ekonomi dan mempunyai informasi yang lengkap mengenai peristiwa-peristiwa dalam perekonomian. Keadaan yang berlaku di masa depan dapat diramalkan, selanjutnya dengan pemikiran rasional dapat menentukan reaksi terbaik terhadap perubahan yang diramalkan akan berlaku. Akibat dari asumsi ini, teori ekspektasi rasional mengembangkan analisis berdasarkan prinsip-prinsip yang terdapat dalam teori mikroekonomi yang juga bertitik tolak dari anggapan bahwa pembeli, produsen, dan pemilik faktor produksi bertindak secara rasional dalam menjalankan kegiatannya. Asumsi kedua adalah semua jenis pasar beroperasi secara efisien dan dapat dengan cepat membuat penyesuaian-penyesuaian ke arah perubahan yang berlaku. Asumsi kedua ini sesuai dengan pendapat ahli-ahli ekonomi klasik, dan merupakan salah satu alasan yang menyebabkan teori ini dinamakan new classical economics. Menurut asumsi kedua, tingkat harga dan tingkat upah dapat dengan mudah mengalami perubahan. Kekurangan penawaran barang akan menaikkan harga, dan kelebihan penawaran mengakibatkan harga turun. Buruh yang berkelebihan akan menurunkan upah, sebaliknya kekurangan buruh akan menaikkan upah mereka. Semua pasar bersifat persaingan sempurna, dan informasi yang lengkap akan diketahui oleh semua pelaku kegiatan ekonomi di berbagai pasar.
(41)
2.5
Rasio Keuangan
a.
Return On Equity
Return On Equity (ROE) adalah salah satu alat utama investor yang paling sering digunakan dalam menilai suatu saham. Menurut Tandelilin (2010), rasio ROE bisa dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah ekuitas (modal sendiri) perusahaan. Return On Equity merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian atas investasi oleh pemegang saham biasa. ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
��� =Laba bersih setelah bunga dan pajak
Jumlah modal sendiri Keterangan : ROE = Return On Equity
Semakin tinggi nilai ROE menunjukkan semakin meningkatnya profitabilitas atau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri.
b.
Growth
Salah satu bagian penting bagi seorang analis atau investor dalam melakukan valuasi saham adalah menentukan tingkat pertumbuhan yang dipergunakan sebagai dasar untuk memproyeksikan revenue dan earning. Estimasi pertumbuhan digunakan untuk menjaga agar pertumbuhan deviden yang diterima sesuai dengan estimasi. Estimasi pertumbuhan sangat sensitif, karena jika salah dalam mengestimasi pertumbuhan harga wajar saham tersebut, maka akan tidak sesuai atau jauh dari harga pasar. Estimasi pertumbuhan dapat diukur sebagai berikut :
(42)
g = (1-DPO) x ROE Dimana:
DPO= �������� ����ℎ���
������� ����ℎ���
g = growth
DPO = Deviden Pay Out Ratio ROE = Return On Equity c.
Working Capital
Purba (2002) mengatakan apabila perusahaan dapat mengelola dengan optimal kas, piutang dagang, dan persediaan maka perusahaan tersebut dapat memaksimalkan kemampuan (maximize profitability) sekaligus menjaga likuiditas dengan baik serta mengurangi resiko bisnis (reducing business risk).
Weston dan Brigham dalam sawir (2005), menyatakan working capital adalah investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan.
Kolb (dalam Sawir, 2005), menyatakan working capital adalah investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek atau lancar, termasuk didalamnya kas, sekuritas, piutang, persediaan, dan dalam beberapa perusahaan, dibayar di muka.
Ada dua pengertian working capital yaitu:
1. Gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar.
2. Net working capital adalah kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar.
(43)
Ahmad (1999) menjelaskan bahwa working capital memiliki dua fungsi yaitu : 1. Menopang kegiatan produksi dan penjualan atau sebagai jabatan saat
pengeluaran pembelian persediaan dengan penjualan dan penerimaan kembali hasil jual.
2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.
2.6
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian sebelum-sebelumnya beberapa peneliti menggunakan berbagai metode analisis untuk menghitung kewajaran dari harga saham. Seperti yang ditulis oleh Muhammad Abdillah Triono yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan real option, menyimpulkan bahwa secara serempak variabel asset, hutang, tenor, implied volalitas, suku bunga antar bank dan public berpengaruh signifikan terhadap peluang kecenderungan overvalue atau undervalue harga saham perdana dengan metode real option di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial variabel asset, tenor, dan implied volalitas lebih menentukan dalam memprediksi peluang kecenderungan overvalue atau undervalue harga saham. Untuk penjelasan yang lebih jelas, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(44)
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Dependen Independen
1 Overvalue Aset
Undervalue Hutang Tenor
Implied volalitas
Metode Real Option JIBOR Publik M. Andi Abdillah Triono Analisis Peluang Kecenderungan
overvalue atau
undervalue
Harga Saham
Metode Deskriptif Kuantitatif
Hasil uji secara serempak variabel aset, hutang, tenor, implied volalitas, suku bunga antar bank dan publik berpengaruh signifikan terhadap peluang kecenderungan overvalue atau undervalue harga saham perdana dengan metode real option. Sedangkan secara parsial, variabel aset, tenor, dan implied volalitas berpengaruh lebih dominan secara positif daripada variabel hutang, publik, dan JIBOR. kesimpulannya adalah dengan metode real option variabel aset, tenor, dan implied volalitas lebih menentukan dalam memprediksi kecenderungan overvalue atau undervalue harga saham perdana pada Bursa Efek Indonesia.
Hasil
No Peneliti Judul Variabel Metode
Analisis
(45)
Dependen Independen
2 Harga Saham ROA
ROE EPS
3 Harga Saham DER
ROE CR Analisis Regresi Berganda Hasil Chrystine A. Sidabutar Pengaruh Current
Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER),
dan Return On
Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Metode Deskriptif Kuantitatif
Secara parsial, CR, DER, dan
ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham sedangkan secara
serempak, variabel CR, DER,
dan ROE berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Nova Sari Simanjorang Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Metode Deskriptif Kuantitatif
Secara simultan, hasil
penelitian menunjukkan
bahwa variabel ROA, ROE, dan
EPS mempunyai pengaruh
terhadap harga saham.
Sedangkan secara parsial,
variabel ROA dan ROE
ditemukan berpengaruh
signifikan terhadap harga
sama pada tingkat
kepercayaan 95%.
No Peneliti Judul Variabel Metode Analisis
Sumber : Jurnal-jurnal penelitian terdahulu
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak dalam hal periode tahun penelitian, metode pemilihan sampel, teknik analisis data dan variabel yang digunakan.
(46)
2.7 Kerangka Konseptual
Menghitung harga wajar saham relatif mudah yaitu dengan mendiskontokan (discounting) dividen ke nilai sekarang (present value) dengan required rate of return selama periode waktu yang tak terhingga (infinite). Dalam melakukan perhitungan menggunakan metode Gordon Growth Model akan menghasilkan harga wajar saham. Selanjutnya harga wajar atau nilai intrinsik tersebut dibandingkan dengan harga pasar pada saat itu sehingga diketahui kondisi harga saham saat itu apakah undervalued atau overvalued. Kondisi tersebut dilihat apabila harga pasar lebih besar daripada harga wajar maka saham tersebut dinilai overvalued. Sementara ketika harga pasar lebih kecil dari harga wajar maka saham tersebut dinilai undervalued. Informasi tersebut sangat berguna bagi para investor sebelum melakukan keputusan investasi.
2.7.1 Pengaruh return on equity terhadap overvalued
Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan (Ginting 2013). Menurut teori ekspektasi apabila perusahaan itu memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, maka investor akan bersedia membayar saham tersebut dengan harga yang lebih tinggi. Karena investor berharap jika membeli saham tersebut akan mendapat keuntungan yang tinggi. Permintaan saham yang menjadi tinggi tersebut memberikan pengaruh
(47)
terhadap penilaian harga wajar saham tersebut sehingga menjadi overvalued.
2.7.2 Pengaruh growth terhadap overvalued
Estimasi pertumbuhan sangat sensitif, karena jika salah mengestimasi pertumbuhan harga wajar saham tersebut maka tidak akan sesuai atau jauh dari harga pasar. Menurut teori ekspektasi semakin tinggi tingkat estimasi pertumbuhan deviden dari saham tersebut maka membuat harga saham tersebut menjadi tinggi sehingga cenderung overvalued. Karena semakin tinggi tingkat estimasi pertumbuhan deviden dari perusahaan atau saham tersebut maka akan membuat investor menjadi tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut. Tingginya minat investor membuat permintaan semakin tinggi sehingga harga saham tersebut semakin tinggi atau overvalued.
2.7.3 Pengaruh working capital terhadap overvalued
Horne (1997), menyatakan bahwa modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Untuk itu menurut teori ekspektasi maka semakin tinggi working capital atau modal kerja dari suatu perusahaan membuat penilaian harga wajar saham cenderung overvalued. Karena hasil dari penjualan
(48)
saham bisa digunakan sebagai modal kerja untuk operasional perusahaan selanjutnya. Sehingga ketika perusahaan tersebut bisa mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan menjual saham tersebut dengan harga yang tinggi, membuat harga saham tersebut cenderung overvalued. Dengan demikian semakin tinggi modal kerja dari perusahaan tersebut maka membuat harga wajar tersebut menjadi overvalued.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Return on equity berpengaruh positif terhadap overvalued saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013.
2. Growth berpengaruh positif terhadap overvalued saham perusahaan manufaktur yang tercatat dalam BEI tahun 2013.
3. Working capital berpengaruh positif terhadap overvalued saham perusahaan manufaktur yang tercatat dalam BEI tahun 2013.
Working Capital Growth
ROE
Overvalued
atau
(49)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peranan pasar modal dari tahun ke tahun menjadi semakin besar dan sentral dalam setiap negara. Seperti halnya pasar pada umumnya dimana pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli, begitu juga dengan pasar modal. Fungsi dari pasar modal bagi sebuah perusahaan adalah untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Menurut Paulus (2008) financial market merupakan sarana pengerahan dana atau tempat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang mengalami kekurangan dana dan terbentuk untuk memudahkan pertukaran uang antara penabung dan peminjam.
Tandelilin (2001) mengatakan bahwa sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, hal penting yang harus selalu di pertimbangkan, yaitu berapa besar resiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar resiko, maka akan semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Perkembangan satu atau lebih perusahaan akan terlebih dahulu diteliti dan di analisis oleh para investor untuk menetukan apakah perusahaan tersebut layak untuk mengelola dana yang akan diberikan dan mampu memberikan keuntungan yang setimpal. Salah satu aspek yang dinilai investor adalah kinerja perusahaan. Ukuran kinerja perusahaan yang paling lama dan paling banyak digunakan adalah kinerja
(50)
keuangan, diukur melalui laporan keuangan perusahaan (Halim 2007). Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil pencapaian suatu perusahaan. Dalam melakukan investasi, seorang investor tentu akan menanamkan modalnya pada perusahaan dengan kinerja yang baik. Investasi dalam bentuk saham memerlukan informasi yang akurat, sehingga investor tidak terjebak dalam kondisi yang merugikan. Investasi di bursa efek merupakan jenis investasi dengan resiko relatif tinggi meskipun menjanjikan keuntungan yang relatif besar.
Return On Equity merupakan rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen dan saham biasa) atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi ROE akan semakin baik, ROE merupakan indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dan penting untuk diperhatikan investor untuk menilai sejauh mana investasi yang akan dilakukannya di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkannya. Tingginya minat investor untuk berinvestasi diperusahaaan dengan ROE yang tinggi pada gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik. Dalam menetukan keputusan investasi terhadap sebuah perusahaan, sangat penting bagi calon investor untuk mengetahui kondisi perusahaan. Investor harus melakukan evaluasi dan analisis terhadap faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga investor dapat memperkecil kerugian yang timbul seminimal mungkin dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan.
(51)
Ada beberapa nilai yang berhubungan dengan saham, seperti nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai wajar (fair value) atau biasanya disebut dengan nilai intrinsik (intrinsic value). Menurut Jogiyanto (2003) memahami ketiga konsep nilai tersebut merupakan hal yang perlu dan berguna, karena dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang bertumbuh (growth) dan yang murah (undervalued). Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah, tepat nilainya atau yang mahal. Nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari perusahaan. Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga murah (undervalued), karena investor membayar saham tersebut lebih kecil dari yang seharusnya dibayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga yang mahal (overvalued).
Terdapat beberapa cara untuk melakukan analisa atau penilaian saham. Analis dapat menggunakan salah satu model sesuai dengan keberadaan pasar tertentu. Tetapi, dalam pasar efisien harga yang ada di pasar dan harga yang dianalisis adalah sama. Sebab harga saham merefleksikan informasi yang ada di pasar modal. Dengan tujuan agar investor berminat terhadap saham tersebut, analis saham menganjurkan permintaan dan penawaran saham sesuai dengan harapan investor. Investor bisa menanam modal atau menarik modal sesuai dengan kondisi pasar modal. Analis saham mempunyai misi untuk membuat investor menginvestasikan dalam saham yang wajar.
(52)
Working capital dalam perusahaan memiliki peran vital guna kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan modal kerja yang harus terus menerus ada untuk menopang kegiatan dan operasional usaha. Disamping itu, working capital menentukan posisi likuiditas serta kontinuitas perusahaan. Kebutuhan working capital untuk setiap perusahaan berbeda-beda, karena berbedanya bentuk dan jenis usaha yang dijalankan. Penentuan jumlah working capital harus diperhitungkan secara cermat, agar dalam prakteknya tidak menghambat kegiatan usaha dan perusahaan juga perlu memikirkan bagaimana mengelola working capital secara efektif dan efisien.
Working capital pada dasarnya adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005). Dalam perusahaan, working capital ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan antara lain dipergunakan untuk keperluan sehari-hari seperti: pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar rekening listrik, dan pembayaran lainnya. Working capital yang lebih kecil dari kebutuhan akan menimbulkan kerugian atau kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba. Sebaliknya working capital yang jumlahnya terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana (Purba, 2002). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka saya mengambil judul “Analisis Pengaruh Return On Equity, Growth, dan Working Capital Terhadap Overvalued Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Tahun 2013”.
(53)
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pokok permasalahan saya ambil adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana ROE mempengaruhi penilaian overvalued saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2013?
2. Bagaimana Growth mempengaruhi penilaian overvalued saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2013?
3. Bagaimana Working Capital mempengaruhi penilaian overvalued saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2013?
1.3
Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap penilaian overvalued
saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh Growth terhadap penilaian overvalued
saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2013. 3. Untuk mengetahui pengaruh Working Capital terhadap penilaian
overvalued saham pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2013.
(54)
1.4
Manfaat Penelitian
Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada investor sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi
2. Menjadi sumber referensi dan sebagai bahan teori untuk dipergunakan oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan.
(55)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ROE, GROWTH, DAN WORKING CAPITAL TERHADAP OVERVALUED SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ROE, Growth, dan Working Capital terhadap overvalued saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2013.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dengan tahun penelitian tahun 2013. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah ROE, Growth, dan Working Capital.
Metode yang digunakan dalam estimasi adalah estimasi dengan regresi logistik dan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggukana program SPSS.
Hasil estimasi dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap overvalued saham sedangkan Growth dan Working Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap overvalued saham dengan tingkat signifikansi 5%.
(56)
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT OF ROE, GROWTH, AND WORKING CAPITAL STOCK OF OVERVALUED MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI
2013
This research aimed to analyze the effect of ROE, Growth and Working Capital toward manufacturing that was listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in 2013. The design of research used a causal associative research design. The sample in this study amounted to 59 companies engaged in the manufacturing sector by the year 2013. The type of data in this research is secondary data
obtained from BEI website i.e.
is the share price, while the independent variables used are ROE, Growth, and Working Capital.
The methods used in estimation are estimation by the logistic regression and analysis tools for processing data by using SPSS program. The result of estimation by using the logistic showed that the ROE significant on the stock overvalued, while the Working Capital and Growth was not significant and effect
on α 5% to shares overvalued manufacturing company in BEI. Key Words: ROE, Growth, Working Capital, Logistic Regression.
(57)
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH ROE, GROWTH DAN WORKING
CAPITAL TERHADAP OVERVALUED SAHAM PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013
OLEH
ROMMEL R RAJAGUKGUK
100501059
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(58)
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH ROE, GROWTH, DAN WORKING CAPITAL TERHADAP OVERVALUED SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2015
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ROE, Growth, dan Working Capital terhadap overvalued saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada tahun 2013.
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian asosiatif kausal. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 59 perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dengan tahun penelitian tahun 2013. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website BEI yaitu
sedangkan variabel independen yang digunakan adalah ROE, Growth, dan Working Capital.
Metode yang digunakan dalam estimasi adalah estimasi dengan regresi logistik dan menggunakan alat analisis untuk mengolah data yaitu dengan menggukana program SPSS.
Hasil estimasi dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap overvalued saham sedangkan Growth dan Working Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap overvalued saham dengan tingkat signifikansi 5%.
(59)
ABSTRACT
ANALYSIS OF EFFECT OF ROE, GROWTH, AND WORKING CAPITAL STOCK OF OVERVALUED MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI
2013
This research aimed to analyze the effect of ROE, Growth and Working Capital toward manufacturing that was listed in BEI (Indonesia Stock Exchange) in 2013. The design of research used a causal associative research design. The sample in this study amounted to 59 companies engaged in the manufacturing sector by the year 2013. The type of data in this research is secondary data
obtained from BEI website i.e.
is the share price, while the independent variables used are ROE, Growth, and Working Capital.
The methods used in estimation are estimation by the logistic regression and analysis tools for processing data by using SPSS program. The result of estimation by using the logistic showed that the ROE significant on the stock overvalued, while the Working Capital and Growth was not significant and effect
on α 5% to shares overvalued manufacturing company in BEI. Key Words: ROE, Growth, Working Capital, Logistic Regression.
(60)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, pertolongan dan perlindungan-Nya yg begitu besar dalam menjalani masa perkuliahan hingga tahap penyusunan dan penyelesaian skripsi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini diberikan judul “Analisis Pengaruh ROE, Growth, dan Working Capital terhadap Overvalued Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) Tahun 2013”. Penulisan skripsi ini didasari oleh ketertarikan terhadap bagaimana pengaruh rasio keuangan terhadap penjualan saham dan harga saham perusahaan manufaktur, serta sebagai salah satu unsur penting dalam pemenuhan nilai-nilai tugas dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:
1. Ayahanda tercinta Manahan Rajagukguk dan Ibunda tersayang Delilah Sihombing serta adik-adik penulis yaitu Romi Rajagukguk, Ropindo Rajagukguk, dan Silvia Rajagukguk yang terus mendukung dan memberi semangat dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
(61)
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 dan
Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai dosen wali yang telah memberikan bimbingan semasa perkuliahan.
5. Ibu Dra. Raina Linda Sari M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan masukan, saran, dan bimbingan yang baik kepada penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. 6. Bapak Syarief Fauzie SE, Ak, M.Ak dan Bapak Haroni Doli Hamoraon SE,
M.Si selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan saran, petunjuk dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman di Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 dan pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
(62)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, November 2015 Penulis
NIM :100501059 Rommel R Rajagukguk
(63)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...………... i
ABSTRACT …….………... ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. . x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 5
1.3 Tujuan Penelitian ………. 5
1.4 Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal ……….……….. 7
2.2 Penilaian Saham ……….. 7
2.3 Teori Gordon Growth ………. 9
2.4 Teori Ekspektasi ……….. 10
2.5 Rasio Keuangan ……….. 11
2.6 Penelitian Terdahulu ……… 13
2.7 Kerangka Konseptual ……… .. 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 19
3.2 Batasan Operasional ……….... 19
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 19 3.4 Populasi dan Sampel ………... 22
3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ………. 23
3.6 Metode Analisis ……….. 24
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia ……… 27
4.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur ... 31
4.3 Analisis Statistik Deskriptif ………... 34
4.4 Hasil Uji Ketepatan Model Regresi Logistik. 36 4.5 Uji Serempak………. 37
4.6 Uji Parsial ………. 38
(64)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………... 44
5.2 Saran ………. 45
DAFTAR PUSTAKA ……….. 46
(65)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ……….. 14
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ………... 23
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ………. 34
4.2 Hosmer and Lemeshow Test .……….. 36
4.3 Model Summary .………. 37
4.4 Variables in the Equation .………... 38
4.5 Case Processing Summary ………. 40
4.6 Model Summary ………. 40
4.7 Classification Table ……… 41
(66)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(67)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Keuangan ROE, Growth, dan Working Capital Perusahaan Manufaktur
2013 di BEI ………. 48
2 Statistik Deskriptif ……….. 50
3 Uji Hosmer dan Lemeshow .……… 51
4 Case Processing Summary ……… . 52
5 Model Summary ………. 53
6 Classification Table ……… 54
(1)
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan penulis. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, November 2015 Penulis
NIM :100501059 Rommel R Rajagukguk
(2)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...………... i
ABSTRACT …….………... ii
KATA PENGANTAR ……… iii
DAFTAR ISI ……….. vi
DAFTAR TABEL ……….. viii
DAFTAR GAMBAR ………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………. . x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 5
1.3 Tujuan Penelitian ………. 5
1.4 Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pasar Modal ……….……….. 7
2.2 Penilaian Saham ……….. 7
2.3 Teori Gordon Growth ………. 9
2.4 Teori Ekspektasi ……….. 10
2.5 Rasio Keuangan ……….. 11
2.6 Penelitian Terdahulu ……… 13
2.7 Kerangka Konseptual ……… .. 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ……… 19
3.2 Batasan Operasional ……….... 19
3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 19 3.4 Populasi dan Sampel ………... 22
3.5 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ………. 23
3.6 Metode Analisis ……….. 24
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia ……… 27
4.2 Gambaran Umum Perusahaan Manufaktur ... 31
4.3 Analisis Statistik Deskriptif ………... 34
4.4 Hasil Uji Ketepatan Model Regresi Logistik. 36 4.5 Uji Serempak………. 37
4.6 Uji Parsial ………. 38
(3)
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ………... 44
5.2 Saran ………. 45
DAFTAR PUSTAKA ……….. 46
(4)
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ……….. 14
3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria ………... 23
4.1 Hasil Statistik Deskriptif ………. 34
4.2 Hosmer and Lemeshow Test .……….. 36
4.3 Model Summary .………. 37
4.4 Variables in the Equation .………... 38
4.5 Case Processing Summary ………. 40
4.6 Model Summary ………. 40
4.7 Classification Table ……… 41
(5)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
(6)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Data Keuangan ROE, Growth, dan Working Capital Perusahaan Manufaktur
2013 di BEI ………. 48
2 Statistik Deskriptif ……….. 50
3 Uji Hosmer dan Lemeshow .……… 51
4 Case Processing Summary ……… . 52
5 Model Summary ………. 53
6 Classification Table ……… 54