dagangan. Kemungkinan masih adanya praktek dalam masyarakat yang berakibat timbulnya ketimpangan gender belum dapat diungkap secara tuntas karena data
gender masih sangat terbatas. Oleh karena itu, guna memperbaiki kondisi ketimpangan menuju
kesetaraan dan keadilan gender maka Kantor Pemberdayaan Perempuan melakukan Kegiatan Sosialisasi Kesetaraan dan Keadilan Gender terhadap ibu–
ibu anggota Kelompok Kerja Pemberdayaan Perempuan yang ada di beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai.
Kegiatan Sosialisasi tersebut dilakukan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender diperlukan upaya yang lebih besar untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai persepsi gender mereka., sehingga berbagai ketimpangan sebagai akibat dari masalah structural serta nilai dan norma sosial
budaya dapat diatasi Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2005.
1.5.2. Peran Ganda Perempuan dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sapatari dan Holzner dalam Marhaeni 2008 mengungkapkan bahwa
sebuah pekerjaan masih dianggap berharga apabila dibayarkan dengan upah hal ini berarti ada anggapan bahwa pekerjaan perempuan yang didominasi
pengasuhan tidak masuk kedalam kategori tersebut karena hanya dalam lingkup rumah tangga. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh para aktivis
perempuan mengungkapkan bahwa perempuan pada umumnya mempunyai aktivitas sehari–hari hari sebagai berikut. Bangun tidur pukul 04.00, lalu
Universitas Sumatera Utara
merapikan tempat tidur, menyiapkan minuman pagi, menyapu halaman rumah, menyiapkan sarapan pagi, pergi berbelanja, memasak, mencuci pakaian,
mengambil air dan bahan bakar, mengerjakan pekerjaan di sawah atau lading. Semua kegiatan tersebut memakan waktu antara 12-16 jam per hari.
Menurut Marhaeni, 2008:71 contoh peran yang dilakukan oleh perempuan seperti yang dijelaskan di atas ternyata belum tampak dalam statistik
nasional, karena sebagian besar masyarakat kita menganggap pekerjaan tersebut tidak membawa upah atau dilakukan di dalam rumah. Pekerjaan wanita selama ini
umumnya terbatas pada sektor rumah tangga sektor domestik, walaupun kini wanita mulai menyentuh pekerjaan di sektor publik, jenis pekerjaan inipun
merupakan perpanjangan dari pekerjaan lainnya yang lebih banyak memerlukan keahlian manual. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri,
ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan.
Yusuf 2007 mengungkapkan bahwa kemajuan ekonomi dan globalisasi membuat pasar kerja semakin kompleks. Dampak lain dari kemajuan tersebut,
terlihat dari makin membaiknya status serta lowongan kerja bagi wanita. Walaupun angka partisipasi angkatan kerja wanita meningkat, namun tidak sedikit
wanita yang bekerja penggal waktu part time atau bekerja di sektor informal. Hal ini berkaitan erat dengan peran ganda wanita sebagai ibu yang bertanggung
jawab atas urusan rumah tangga termasuk membesarkan anak, serta sebagai pekerja perempuan.
Partisipasi wanita saat bukan sekedar menuntut persamaan hak, tetapi juga ketidakadilan yang menimpa kaum wanita akan memunculkan
Universitas Sumatera Utara
persepsi bahwa wanita dilahirkan untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih terbatas jumlahnya dengan status pekerjaan rendah dengan imbalan yang rendah
pula.
1.5.3. Peran Produktif