1.5.6. Peran Reproduktif
Selama ini peran reproduktif dikonstruksikan secara sosial dan budaya sebagai tugas dan tanggung jawab perempuan. Dimana pun berada dan dalam
peran apapun, tugas dan tanggung jawab itu tidak boleh ditinggalkan, sehingga tidak jarang perempuan merasa bersalah jika harus keluar meninggalkan pekerjaan
rumah. Di banyak negara dunia ketiga pelabelan laki–laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pekerja reproduktif sangat dominan. Pandangan itu
tidak berubah meskipun beberapa kasus perempuan sebagai pencari nafkah utama dan suami mereka pengangguran Astuti,2005.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran reproduktif adalah peran–peran yang tidak
menghasilkan uang dan biasanya dilakukan di dalam rumah. Misalnya, pengasuhan, pemeliharaan anak, menjamin seluruh anggota keluarga sehat,
menyapu rumah, mencuci pakaian, memasak, bersosialisasi dengan anggota keluarga, dan sebagainya
Marhaeni,2008:74.
1.5.7. Peran Kemasyarakatan
Peran perempuan untuk mengatur dan mengorganisir masyarakat masih jauh dari harapan, seperti masih adanya aktivitas yang teridentifikasi lebih bersifat
dan menjadi bagian dari kerja reproduktif, contohnya dalam kegiatan masyarakat di tingkat RT perempuan kebanyakan ditempatkan menjadi panitia konsumsi,
sekretaris, atau hal lain yang dianggap biasa dan tidak prestisius. Secara sederhana peran kemasyarakatan adalah peran atau aktivitas perempuan yang dilakukan di
tingkat masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama misalnya pelayanan kesehatan di Posyandu, pengelolaan sampah rumah tangga, keikutsertaan dalam
Universitas Sumatera Utara
Musrenbang, menjadi kepala desa, keanggotaan dalam kelompok–kelompok pemberdayaan, keikutsertaan sebagai anggota parpol, dan sebagainya.
Marhaeni,2008:75.
1.5.8. Pengertian Pembangunan
Pembangunan adalah suatu keadaan di mana ada perbaikan. Pembangunan juga dapat diartikan segai sebuah proses yang mengakibatkan
terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas maupun kuantitas dalam berbagai aspek, misalnya aspek ekonomi, social budaya dan sebagainya. Sedangkan
pengertian pembangunan masyarakat dapat didefenisiskan sebagai berikut: 1.
Pembangunan masyarakat adalah seluruh kegiatan pembangunan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara
terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. 2.
Pembangunan masyarakat adalah aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, dimana mereka mampu mengidetifikasi kebutuhan dan
masyaralhnya secara bersama 3.
Pembangunan masyarakat adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan sosial ekonomi masyarakat
dengan meningkatkan partisipasi masyarakat. 4.
Pembangunan masyarakat adalah perpaduan antara pembangunan sosial ekonomi dan pengorganisasian masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
1.5.8. Peran Perempuan Dalam Pembangunan
Setelah kita mempunyai pemahaman yang sama tentang konsep gender, berikut ini akan dibahas peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan
gender. Peranan wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban yang dijalankan oleh wanita pada status atau kedudukan tertentu dalam pembangunan,
baik pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan, baik di dalam keluarga
maupun di dalam masyarakat. Peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, berarti peranan wanita dalam pembangunan sesuai dengan
konsep gender atau peran perempuan sebagaimana telah di bahas di depan, mencakup peran produktif, peran reproduktif, dan peran kemasyarakatan yang
sifatnya dinamis. Dinamis dalam arti, dapat berubah atau diubah sesuai dengan perkembangan keadaan, dapat ditukarkan antara pria dengan wanita dan bisa
berbeda lintas budaya. Pada perkembangannya, pada tahun 2000 telah diterbitkan Instruksi
Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres ini berisi instruksi kepada menteri, bupati
walikota, kepala lembaga pemerintah non departemen untuk : 1.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas, fungsi serta kewenangan masing-
masing
Universitas Sumatera Utara
2. Memperhatikan secara sungguh-sungguh Pedoman Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional 3.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan : a.
Memberikan bantuan teknis kepada instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah dalam pelaksanaan
pengarusutamaan geder b.
Melaporkan hasil pelaksanaan pengarusutamaan gender kepada presiden.
4. Secara bersama-sama atau sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugas
dan fungsi, serta kewenangan masing-masing, menetapkan ketentuan lebih lanjut diperlukan bagi pelaksanaan Instruksi Presiden ini.
Menurut Sennet Cabb 1972 dan Conway 1979 dalam jurnal kajian politik dan masalah pembangunan oleh Aris Munandar, ketidakberdayaan
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ketiadaan jaminan ekonomi, ketiadaan pengalaman dalam arena politik, ketiadaan akses terhadap informasi,
ketiadaan dukungan finansial, ketiadaan pelatihan-pelatihan, dan adanya ketegangan fisik maupun emosional.
Apabila dilakukan analisis tentang hambatan dan kendala yang dihadapi perempuan untuk lebih aktif di dunia kerja, menurut Sri Mulyani I Sumarton,
dijelaskan bahwa hambatan dan kendala tersebut dapat dikelompokkan sebagai: 1.
Hambatan bersifat ekternal antara lain masalah tata nilai sosio-kultural masyarakat yang memang belum memiliki kesadaran gender yang
memadai sehingga laki-laki selalu memiliki peluang dan kesempatan lebih
Universitas Sumatera Utara
luas daripada perempuan. Ideologi patriarki merupakan salah satu penyebab tetapi bukanlah satu-satunya.
2. Hambatan bersifat internal yang datang dari kaum perempuan sendiri
antara lain kesiapan, kesediaan, kemauan, dan konsistensi dalam perjuangan sehingga dapat diakui dan dihargai pihak lain. Pemberian
peluang dengan kelonggaran tidak bisa dipertahankan dalam jangka panjang ke depan. Perempuan harus mempersiapkan diri sesuai dengan
potensi yang dimiliki apakah akan berkarir di profesional, politik, atau administrator di berbagai lembaga.
3. Hambatan dari sistem pemerintahan antara lain dari peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Persepsi penting yang perlu diinformasikan dan di bangun untuk mengupayakan peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan atau
berperspektif gender, dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita di dalam
pembangunan bukan untuk menyaingi atau menggeser posisi laki-laki, tetapi lebih diarahkan untuk membangun kemitraan yang setara dan seimbang delam berbagai
bidang kehidupan baik domestik maupun publik. Dalam proses pembangunan kenyataannya wanita sebagai sumber daya insani masih mendapat perbedaan
perlakuan diskriminasi. Terutama, jika wanita bergerak di sektor publik dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada pula ketimpangan gender yang
dialami oleh pria. Untuk mewujudkan kemitra sejajaran yang harmonis antara pria dengan wanita tersebut, perlu didukung oleh perilaku saling menghargai atau
Universitas Sumatera Utara
saling menghormati, saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan saling pengertian antara pria dengan wanita. Dengan demikian, tidak ada pihak-
pihak pria atau wanita yang merasa dirugikan dan pembangunan akan menjadi lebih sukses.
1.6. Defenisi Konsep