Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Hipotesis Definisi Konseptual

10 TV Dengan Pe rilaku Hidup Sehat” Studi Pada Ibu Rumah Tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian yang ada di latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah korelasi antara terpaan tayangan program acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV dengan perilaku hidup sehat ibu rumah tangga RT I – III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara terpaan tayangan program acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV dengan prilaku hidup sehat ibu rumah tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Akademis

Penelitian ini dapat menjadi referansi bagi banyak pihak, khususnya bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang ingin melakukan penelitian tentang korelasi antara tayangan program acara televisi terhadap perilaku penontonnya. 11

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dapat digunakan sebagai masukan bagi setiap orang. Khususnya bagi ibu rumah tangga RT I - III RW 01 Kelurahan Krampyangan Kecamatan Bugul Kidul Kota Pasuruan, bahwa menjalankan pola hidup sehat bukanlah aktivitas yang menyulitkan, karena pada saat ini kita dapat mendapat informasi tentang kesehatan dengan cara yang sangat mudah hanya melalui layar televisi lewat program acara kesehatan yang ditayangkan seperti acara Dr. OZ Indonesia di Trans TV.

1.5 Tinjauan Puastaka

1.5.1 Komunikasi Massa 1.5.1.1 Pengertian dan Perkembangan Komunikasi Massa Komunikasi massa dapat diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Rakhmat dalam Winarni, 2003: 6. Perkembangan komunikasi massa telah berlangsung jauh sebelum adanya media elektronik dan media cetak muncul. De Fleur dalam Winarni, 2003:6 sd 8 Membagi perkembangan komunikasi massa dalam beberapa tahapan yaitu: a. Abad penggunaan isyarat dan lambang-lambang Pada massa ini, manusia mengenal cara-cara yang yang masih sangat sederhana dengan menggunakan isyarat atau tanda-tanda, serta lambang- 12 lambang yang diciptakan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Manusia pada saat itu belum dapat berkomunikasi melalui percakapan dengan bahasa, karena belum adanya pengaturan sistem bunyi dan sistem berbahasa. Cara berkomunikasi dilakukan dengan cara gerakan tangan, volume suara atau tanda-tanda yang disepakati untuk kemudian dipertahankan sehingga mampu dijadikan alat mempertukarkan informasi yang berkaitan dengan keperluan mereka. b. Abad berbicara dan penggunaan bahasa Kurang lebih 300.000 tahun sampai dengan 200.000 tahun Sebelum Masehi mulai lahir manusia dengan kemampuan untuk berbicara dan berbahasa secara terbata-bata dalam kelompok masyarakat tertentu HOMOSAPIENS. Namun, penggunaan media berbicara itu belum diubah dalam bentuk perlambangan bahasa.Misal huruf yang mewakili satu konsep bunyi ujaran. c. Abad penggunaan media tulisan Kurang lebih 5000 tahun Sebelum Masehi manusia mulai memasuki abad yang mengenal dan menggunakan media komunikasi tulisan. Hal ini ditandai dengan penemuan beberapa tulisan di beberapa tempat, seperti di Cina, Mesir, dan mesopotamia. Penemuan tersebut berkaitan dengan masa dimana penyampaian pesan menggunakan media gambar, diperkenalkannya sistem bunyi ujaran dalam bentuk perlambangan bahasa serta, diperkenalkannya huruf-huruf yang terdapat pada peradaban Mesir kuno. d. Abad penggunaan media cetakan. 13 Penemuan mesin cetak pertama di kota Mainz, Jerman oleh John Guttenberg pada tahun 1455 dianggap sebagai awal lahirnya istilah komunikasi massa. Karena dengan teknologi yang satu ini manusia akhirnya dapat memperbanyak pesannya kepada khalayak luas dengan mengandalkan salah satu sifat komunikasi massa yakni perbanyakan pesan melalui perbanyakan media. Pada dasawarsa awal abad ke-20, komunikasi massa semakin meluas ketika adanya radio mulai digunakan secara masal. Kemudian disusul dengan televisi pada dekade berikutnya. Pada awal masa adanya televisi sebagai konsumsi publik secara umum, masyarakat di berbagai penjuru dunia merasakan dampak dari media massa yang ada pada saat itu, dengan munculnya pesan-pesan propaganda dari negara-negara yang maju melalui media kepada semua masyarakat yang ada di penjuru dunia. Saat ini, kita memasuki era telekomunikasi dengan digunakannya sistem satelit ruang angkasa dan jaringan komputer.

1.5.1.2 Karakter Komunikasi Massa

Seabagai bentuk komunikasi massa media massa memiliki karakter yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. Publisitas Bahwa media massa adalah produk pesan dan informasi yang disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak, massa; Adanya pesan dan informasi yang menarik tidak akan lepas dari media massa, karena dengan pesan-pesan inilah media massa menjadi sumber dan 14 pencarian informasi bagi masyarakat luas atau khalayak. Semakin menarik isi pesan media massa, semakin banyak khalayak yang menikmatinya serta akan semakin banyak pula pemasukan media massa tersebut dari dana sponsor yang menyokong keuangannya. b. Universalitas Bahwa pesannya bersifat umum dan tidak dibatasai pada tema-tema khusus, berisi segala aspek kehidupan, dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak masyarakat umum; Karakter universalitas dalam media massa menjadikan media massa itu sendiri seolah tidak terbatas ruang dan waktu, karena dengan tidak adanya tema khusus media massa bebas untuk menggali informasi apapun itu tak terkecuali dari benda-benda mati sekalipun. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan manusia tidak terbatas pada sesuatu yang bernyawa, benda mati juga memiliki sisi unik yang mampu di pelajari serta fenomena alam yang muncul tidak henti-hentinya membuat penasaran banyak orang. Masih ada alam semesta yang misterius dan tak terbatas jaraknya, khalayak luas dalam hal ini masih terus menunggu – nunggu penemuan fenomena baru yang ada di luar angkasa yang belum banyak di ketahui oleh manusia. c. Perioditas waktu terbit atau tayangnya bersifat tatap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari. Perioditas membuat media massa memiliki penikmat tersendiri, karena hal inilah yang semakin menambah nilai 15 penasaran dan ingin tahu. Contohnya majalah olahraga khusus sepak bola yang hanya terbit pada hari rabu, menjadikan penikmat majalah tersebut akan menunggu dengan rasa penasaran sampai pada hari rabu selanjutnya untuk dapat menikmati informasi tentang sepak bola. d. Kontinuitas Artinya berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan periode tayang, mengudara atau jadwal tebit serta jadwal yang jelas dan tayangan menarik tak akan lepas dari media massa, karena tanpa ada jadwal tayang atau terbit yang jelas periodenya membuat penikmat media massa akan berpindah untuk menikmati media massa lainnya yang lebih jelas periodenya. Periode tayang ini juga yang menggambarkan nilai profesionalitas media massa tersebut, hal ini dikarenakan masyarakat tidak akan merasa di permainkan jika jadwal tayang atau terbit jelas periode waktunya. e. Aktualitas Berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik. Aktualitas menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu oleh khalayak. Hal ini dikarenakan khalayak tidak ingin tertinggal dalam hal informasi terbaru, jika media massa tidak mempublikasikan hal-hal yang tidak baru dapat membuat penikmatnya bosan dan terkesan monoton karena informasi yang disajikan sudah terlebih dahulu diketahui Soyomukti. 2012:199. 16

1.5.1.3 Efek komunikasi Massa

Rata - rata orang menghabiskan lebih banyak waktu dengan menggunakan media daripada tidak menggunakan media Veronis, Suhler, Stevenson dalam Biagi, 2010:5. Dengan permintaan konsumsi media yang cukup besar, efek timbul akibat perpindahan informasi atau konten media dari komunikator kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena itu efek dapat melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis dari mengkonsumsi media massa. Komunikasi massa diklasifikasikan menjadi efek kognitif cognitive effect, efek afektif affective effect dan efek konatif atau yang sering disebut sebagai efek behavioral Rakhmat, 2003:318. Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Ketika khalayak tidak mengetahui bahwasanya gelaran empat tahunan piala dunia diselenggarakan di negara Brasil, berita pada media cetak atau elektronik mengabarkan hal tersebut. Sehingga khalayak tidak merasa kebingungan tentang kapan dan dimana piala dunia diselenggarakan, bahkan informasi yang diterima akan semakin lengkap dengan pembahasan dari sisi-sisi lain dari penyelenggaraannya. Arus informasi tidak hanya merujuk pada satu hal saja, namun meliputi seluruh aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan, agama, sosial budaya dan sebagainya. Contoh pesan komunikasi melalui media massa yang menimbulkan efek kognitif antara lain: berita, tajuk rencana, acara penerangan, acara pendidikan dan sebagainya. 17 Efek afektif berkaitan dengan perasaan, efek ini diakibatkan karena mengkonsumsi media massa seperti menonton televisi, mendengarkan radio, membaca koran atau majalah, sehingga muncul perasaan tertentu dari khalayak. Efek perasaan yang timbul akibat media massa seperti ketakutan sehingga merinding, lucu sehingga tertawa terbahak - bahak, sedih sehingga mengeluarkan air mata dan lain - lain. Adapula perasaan yang muncul di dalam hati, misalnya: perasaan benci, kesal, kecewa, marah, sinis, gemas, sayang dan sebagainya. Perasaan yang timbul ketika mengkonsumsi sebuah media merupakan dampak yang pasti terjadi, karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak luas baik melalui suara, gambar, tulisan, maupun foto. Contoh media konten media massa yang dapat mempengaruhi khalayak dan menimbulkan efek afektif antara lain: drama film, foto, cerita bergambar, sajak, sandiwara radio, drama televisi dan lain-lain. Efek konatif bersangkutan dengan niat, upaya, tekat, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan. Hubungannya dengan efek behavioral karena efek konatif berbentuk perilaku, sehingga sering terdengar bahwa efek konatif sama dengan efek behavioral. Efek konatif muncul setelah efek kognitif dan efek afektif, artinya efek konatif tidak berdampak secara langsung ketika khalayak mengkonsumsi media massa, melainkan diawali oleh efek kognitif dan efek afektif. 18

1.5.1.4 Televisi Sebagai Media Massa

Televisi sebagai media massa artinya televisi merupakan tontonan umum yang dapat dinikmati oleh semua orang. Khalayak yang menikmati televisi tidak terbatas oleh usia, jadi semua orang baik tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan dapat menikmati tontonan yang ditayangkan oleh televisi. Daya tarik dari televisi sangat kuat, sehingga memiliki pengaruh paling tinggi dibandingkan dengan pengaruh dari radio serta media cetak. Penyampaian dalam televisi itu sendiri merupakan perpaduan antara suara, gambar bergerak, serta warna dan efek pendukung yang muncul secara bersamaan dan saling mengisi dan melengkapi antara satu dengan sama lain. Sehingga khalayak penonton tidak membutuhkan lagi daya imajinasi untuk memahami apa yang sedang ditayangkan didalamnya. Televisi juga dapat dinikmati hanya dari dalam rumah saja tanpa harus kita bepergian, sehingga menonton televisi dapat dilakukan dengan suasana nyaman dan seaman mungkin di rumah dengan berbagai acara hiburan di dalamnya. Selain banyaknya keunggulannya, televisi juga memiliki kelemahan. Pesan yang disampaikan dalam televisi bersifat sepintas saja. Hal ini karena ketika kita telah menonton televisi, belum tentu kita mendapatkan konten yang sama persis dengan apa yang ditonton pada sebelumnya. Karena tayangan dalam televisi akan selalu berubah-ubah dengan sesuatu yang lebih baru dan jarang sekali untuk mengulangi apa yang telah ditayangkan sebelumnya. 19 Banyak alasan yang melatar belakangi seseorang untuk menikmati tayangan yang disajikan oleh televisi sebagai media massa. Adapun alasan mengapa seseorang menonton televisi menurut McQuail 2011: 175 yaitu: a. Pengalihan: Melarikan diri dari rutinitas atau masalah sebagai pelepasan emosi. b. Hubungan personal: Kegunaan sosial, Pertemanan. c. Identitas pribadi: rujukan-sendiri, eksplorasi realitas, penguatan nilai. d. Pengawasan: bentuk pencarian informasi. Televisi sebagai media massa sangat dirasakan fungsinya oleh masyarakat Indonesia beberapa waktu yang lalu yaitu ketika proses kampanye untuk memperebutkan kursi presiden republik Indonesia periode 2014 - 2019. Stasiun televisi pada saat itu beramai-ramai menayangkan berita maupun informasi berupa profil dari kandidat calon presiden mulai dari pendidikan, garis keturunan, dan jenjang karir dari calon presiden. Berita dan informasi meupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa Nurudin, 2007:101. Tak hanya itu, Iklan kampanye yang muncul juga tidak ada henti-hentinya menghiasi layar kaca televisi untuk mengajak masyarakat dari Sabang sampai Merauke memilih salah satu calon presiden. Ketika proses kampanye televisi sebagai media massa sangat dirasakan penting ketika untuk pertama kalinya diadakan dialok serta penyampaian visi dan misi dari setiap calon presiden melalui acara depat kebangsaan. Khalayak luas baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri bisa secara langsung 20 mendengarkan dan mengamati program-program yang akan di laksanakan calon presiden ketika nantinya telah terpilih. Banyak opini-opini yang muncul ketika tayangan dialog, iklan, dan acara debat selesai ditayangkan di televisi. Opini maupun tanggapan dari masyarakat luas yang bermunculan inilah semakin membuat dinamika perpolitikan di Indonesia membuka babak baru dengan televisi sebagai media massa sebagai motor penggeraknya. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia kini menjadi turut aktif dalam dunia politik contohnya seperti banyaknya postingan yang muncul pada blog-blog pribadi setelah menonton calon presiden menyampaikan visi-misi dan ditayangkan di televisi. Hal ini dapat diartikan bahwasanya masyarakat sudah sangat kritis menanggapi tayangan yang muncul dilayar kaca televisi, televisi dapat mengkontruksi aspek kehidupan baik dari sikap sampai dengan tingkah laku.

1.5.1.5 Perilaku Hidup Sehat

Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk mencegah penyakit, perawatan kebersihan diri, dan penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi Sarwono, dalam Sunaryo 2004:19. Artinya, perilaku hidup sehat merupakan tingkah laku atau tindakan yang telah menjadi kebiasaan untuk senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan sehat. 21 Dalam perkembangannya mengenai pembahasan perilaku hidup sehat, Becker dalam Notoatmojo 2005:47 menyebutkan tentang berbagai kegiatan yang dapat digolongkan sebagai perilaku hidup sehat antara lain: a. Makan dengan menu seimbang appropriate diet. Menu seimbang disini adalah pola makan sehari-hari yang memenuhi kebutuhan tubuh baik menurut jumlahnya kuantitas, maupun jenisnya kualitas. b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup. Kegiatan fisik disini tidak harus olah raga. Bagi seseorang yang pekerjaannya sudah memenuhi gerakan-gerakan fisik secara rutin dan teratur, sebenarnya sudah dapat dikategorikan berolah raga secara teratur. c. Tidak merokok dan meminum minuman keras serta menggunakan narkoba. Merokok adalah kebiasaan yang kurang sehat, namun di Indonesia jumlah perokok cenderung meningkat. Hampir 50 pria dewasa di Indonesia adalah perokok. Sedangkan peminum minuman keras dan penggunaan narkoba meskipun masih rendah sekitar 1,0, tetapi semakin meningkat. d. Istirahat yang cukup. Istirahat yang cukup bukan saja berguna untuk memelihara kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Dengan berkembangnya iptek dewasa ini, juga memacu orang untuk meningkatkan kehidupannya, baik dibidang sosial dan ekonomi yang akhirnya mendorong orang bersangkutan untuk bekerja keras tanpa menghiraukan beban fisik dan mentalnya. Istirahat yang cukup adalah kebutuhan dasar menusia untuk mempertahankan kesehatannya. 22 e. Pengendalian dan manajemen stress. Stress adalah bagian dari kehidupan semua orang, tanpa pandang bulu. Semua orang terlepas dari tingkat sosial, ekonomi, jabatan atau kedudukan, dan sebagainya mengalami stress. Stress tidak dapat dihindari oleh siapa saja, namun yang dapat dilakukan adalah mengatasi, mengendalikan atau mengelola stress tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental rohani. f. Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan. Inti dari perilaku ini adalah tindakan atau perilaku seseorang, agar dapat terhindar dari berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan, termasuk perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

1.5.1.6 Masyarakat Perkotaan

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Adapun beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota dalam Fajriati, 2015: 1 sd 2 yaitu : 1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan didesa. 2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. 3. Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan 23 mempunyai batas-batas yang nyata. 4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa. 5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi. 6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu. 7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

1.5.1.7 Teori Stimulus-Organisme-Response S-O-R

Disebutkan dalam Effendi 2003: 254 sd 255 menyebutkan bahwa teori stimulus – organisme – response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi tidaklah mengherankan. Karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia dan jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognitif, afektif, dan konatif. Teori ini menjelaskan pengaruh yang terjadi ketika khalayak atau individu menerima pesan stimulus dari komunikator sebagai akibat dari proses komunikasi. Tingkat pengaruh yang di hasilkan tergantung pada besar kecilnya isi pesan stimulus yang diberikan, serta seberapa perhatian dan pemahaman dari penerima pesan . Hal tersebut dapat digambarkan pada bagan dibawah ini. 24 Tabel 1.1 Bagan Teori S-O-R Gambar diatas menunjukkan perubahan sikap yang bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Seperti yang terlihat pada bagan, terdapat tiga unsur yaitu stimulus S merupakan pesan, organisme O adalah pihak yang menerima pesan receiver, dan respon R adalah akibat atau pengaruh yang terjadi dinyatakan dengan tindakan terhadap pesan setelah proses perhatian, peengertian dan penerimaan yang dilakukan receiver Effendi, 2003:255 sd 256.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara dan perlu pembuktian kebenarannya terhadap permasalahan penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh oleh pengumpulan data Arikunto,2010:110 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha Hipotesis Kerja = Ada korelasi antara terpaan tayangan pada program acara DR. OZ Indonesia di Trans TV terhadap prilaku hidup sehat STIMULUS ORGANISME - PERHATIAN - PENGERTIAN - PENERIMAAN RESPONSE PERUBAHAN SIKAP 25 Ho Hipotesis nol = Tidak ada korelasi antara terpaan tayangan pada program acara DR. OZ Indonesia di Trans TV terhadap prilaku hidup sehat.

1.7 Definisi Konseptual

Bertujuan untuk menyamakan pemahaman terhadap konsep dan permasalahan yang akan diteliti. Sehingga tidak ada kebingungan mengenai pengertian yang dapat menjadikan penelitian tidak terarah dan jauh dari permasalahan yang akan diteliti. a. Terpaan media Terpaan media adalah banyaknya informasi yang diperoleh melalui media, yang meliputi frekuensi, atensi dan durasi penggunaan pada setiap jenis media yang digunakan Rakhmat 2012:66. b. Perilaku hidup sehat Perilaku hidup sehat merupakan tingkah laku atau tindakan yang telah menjadi kebiasaan untuk senantiasa menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan sehat. c. Ibu rumah tangga Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengetian lain ibu rumah tangga merupakan seorang istri ibu yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tanggatidak bekerja di kantor BPPB Kemendikbud, 2012. 26 1.8 Definisi Operasional 1.8.1 Variabel Independent X

Dokumen yang terkait

Terpaan “Reportase Investigasi” Dan Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga(StudiKorelasional Tentang Terpaan “Reportase Investigasi” Trans Tv Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Rumah Tangga Di Lingkungan Iv Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan)

0 63 106

STUDY KASUS KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUN KEJOBO ENGAH KELURAHAN BLANDONGAN KECAMATAN BUGUL KIDUL PASURUAN DALAM HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP SEHAT

0 3 22

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

Pengaruh Terpaan Tayangan Reportase Investigasi di Trans TV Terhadap Perilaku Pemilihan Produk Makanan (Studi Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga RW 05 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing kota Malang

0 8 2

HUBUNGAN TERPAAN TALK SHOW “Dr Oz” DI TRANS TV DENGAN GAYA HIDUP SEHAT PADA MAHASISWA Hubungan Terpaan Talk Show “Dr Oz“ Di Trans Tv DenganGaya Hidup Sehat Pada Mahasiswa Komunikasi Angkatan Tahun 2013 Dan 2014 (Studi Korelasi Pada Mahasiswa Ilmu Komunik

0 2 13

HUBUNGAN TERPAAN TALK SHOW “Dr OZ“ DI TRANS TV DENGAN GAYA HIDUP SEHAT PADA MAHASISWA KOMUNIKASI ANGKATAN Hubungan Terpaan Talk Show “Dr Oz“ Di Trans Tv DenganGaya Hidup Sehat Pada Mahasiswa Komunikasi Angkatan Tahun 2013 Dan 2014 (Studi Korelasi Pada

0 2 18

Hubungan Antara Terpaan Tayangan Reportase Investigasi TRANS TV Dengan Persepsi Ibu Ibu Rumah Tangga Pada Tindak Kejahatan Dan Penipuan.

0 1 5

HUBUNGAN TERPAAN TALK SHOW “DR. OZ INDONESIA” di TRANS TV DENGAN GAYA HIDUP MASYARAKAT DALAM MENJAGA KESEHATAN (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Talk Show “DR. OZ Indonesia” di TRANS TV Dengan Gaya Hidup Masyarakat Dalam Menjaga Kesehatan di Surabaya.

1 8 61

AKTIVITAS MENONTON ACARA DR.OZ DAN PENGETAHUAN KESEHATAN DAN PERILAKU HIDUP SEHAT (Stusi Korelasi Menonton Acara DR.OZ Indonesia di TransTV dENGAN pENGETAHUAN kESEHATAN dan Perilaku Hidup Sehat Bagi Warga Kelurahan Gedangan (Solo Baru) Kabupaten Sukoharjo

0 0 18

HUBUNGAN TERPAAN TALK SHOW “DR. OZ INDONESIA” di TRANS TV DENGAN GAYA HIDUP MASYARAKAT DALAM MENJAGA KESEHATAN (Studi Korelasional Hubungan Terpaan Talk Show “DR. OZ Indonesia” di TRANS TV Dengan Gaya Hidup Masyarakat Dalam Menjaga Kesehatan di Surabaya

0 0 13