Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
5.2. Pengetahuan Responden
Untuk mengetahuai pengetahuan responden, peneliti melihat dari 1 pengetahuan responden tentang penyebab HIV, 2 pengetahuan responden tentang
penularan HIV dan 3 pengetahuan responden tentang pencegahan HIV. 5.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab HIV
Berdasarkan hasil penelitian diketahui hasil penelitian bahwa semua responden mengetahui penyebab HIV adalah virus.
Hal ini menurut peneliti sudah sesuai dengan pendapat Umar 2006, HIV atau Human Immunodeficiency adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel- sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi, dimana merupakan pengetahuan
dasar ketika responden mempelajari HIV baik itu di saat pendidikan formal maupun informal yang di dapatkan responden.
5.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Penularan HIV
Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang jenis penyakit HIVAIDS yaitu sebanyak 88 orang 96,7 menjawab
menular, sedangkan sebagian kecil menjawab tidak menular,penyakit keturunan dan penyakit kutukan yaitu sebanyak 3 orang 3,3.
Dari hasil penelitian yang di dapat sudah sesuai dengan pendapat Djoerban 2001, dimana HIV termasuk retro virus yang sangat mudah mengalami mutasi
sehingga sulit untuk menemukan obat yang dapat membunuh virus tersebut. Daya penularan virus HIV tergantung pada jumlah virus yang ada di dalam darahnya
dimana semakin banyak jumlah virus yang ada di dalam darahnya maka semakin
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
tinggi daya penularannya juga penyakitnya semakin parah. Sehingga jelas HIV merupakan penyakit menular, walaupun masih ada 3,3 responden yang menjawab
HIV penyakit tidak menular, penyakit keturunan dan penyakit kutukan. Hal ini menurut asumsi peneliti dikarenakan masih ada pengetahuan responden yang didapat
di masyarakat asal daerahnya yang mengatakan HIV merupakan penyakit keturunan maupun penyakit kutukan.
Berdasarkan tabel 4.6 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang beberapa gajala HIV yaitu sebanyak 50 orang 54,9 menjawab 1-3 gejala
HIV, sedangkan sebagian kecil menjawab 7-9 gejala HIV yaitu sebanyak 11 orang 12,1.
Menurut asumsi peneliti kenapa responden memiliki pengetahuan gejala HIV berkisar antara 1-3 gejala HIV dikarenakan tingkat pengetahuannya belum secara
mendalam tetapi masih membahasnya pada tataran pengetahuan dasar, sedangkan menurut The Centre for Harm Reduction 2001, AIDS didefenisikan sebagai tahap
infeksi HIV lanjutan yang parah. Pada masa ini, sistem kekebalan menjadi rusak sehingga tidak dapat menyerang infeksi lain yang biasa dicegahnya. Infeksi ini
disebut infeksi oportunistik, yang jarang mereka dengan kekebalan yang baik. Infeksi oportunistik yang sering pada AIDS adalah tuberkulosis TB, pneumonia
Pneumocystis carinii dan meningitis kriptokokus. Berbagai kanker dapat berkembang seperti sarkoma Kaposi atau kanker pada sistem kekebalan yang dikenal dengan
limfoma. Berdasarkan tabel 4.7 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden
tentang lama rata-rata gejala sakit penderita HIV yaitu kurang lebih 4-10 tahun
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
setelah terkena HIV sebanyak 65 orang 71,4, sedangkan sebagian kecil menjawab langsung menunjukkan gejala, di bawah 1 tahun setelah terkena HIV dan 11-15
tahun setelah terkena HIV yaitu sebanyak 26 orang 28,6. Dari hasil penelitian diketahui sebanyak 71,4 responden yang mengetahui
lama rata-rata gejala sakit penderita HIV kurang lebih 4-10 tahun setelah terkena HIV, tetapi tidak sedikit juga yang memiliki pengetahuan salah yakni 28,6
responden. Hal ini menurut asumsi peneliti dikarenakan responden banyak hanya mengetahui bahwa HIV akan menularkan dalam waktu dekat dan tidak akan
berselang lama akan menunjukkan gejala-gejalanya. Padahal menurut The Centre for Harm Reduction 2001 pada masa bertahun-tahun ini, orang yang terinfeksi HIV
tidak mempunyai gejala: masa HIV tanpa gejala rata-rata 4-10 tahun tergantung pada kekebalan tubuh. Walaupun tidak punya gejala, HIV sangat aktif menggandakan diri
dan membunuh sel di sistem kekebalan. Pada masa ini, viral load biasanya sangat rendah, karena sistem kekebalan tubuh terus menerus membunuh virus baru yang
dihasilkan penggandaan HIV. Namun pada akhir masa ini, penggandaan lebih cepat dari pada pembunuhannya oleh sistem kekebalan, dan viral load mulai naik lagi.
Sebelum permulaan AIDS, beberapa gejala sering muncul, termasuk kurang tenaga, kehilangan berat badan, demam dan keringat berlebihan, serta ruam kulit yang tahan
lama. Berdasarkan tabel 4.8 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden
tentang siapapun dapat terkena HIV yaitu sebanyak 89 orang 97,8 menjawab Ya,
sedangkan sebagian kecil menjawab tidak yaitu sebanyak 2 orang 2,2.
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
Dari hasil penelitian 97,8 responden mengetahui siapapun dapat terkena HIV, hal ini sesuai dengan Umar 2006 siapapun dapat terkena HIV dimana
kelompok resiko tinggi terdapat pada pasangan seksual pengidap HIV, pecandu narkoba suntik, Wanita Pekerja Seks WPS, waria, petugas kesehatan yang
berhubungan dengan darah dan secret penderita infeksi HIV, penerima transfusi darah dan produk darah serta janin yang dikandung oleh pengidap HIV. Namun masih ada
sebanyak 2 orang responden yang memiliki pengetahuan bahwa tidak semua orang dapat terkena HIV. Sedangkan untuk 2,2 responden yang menjawab belum sesuai
di atas dari asumsi peneliti dikarenakan responden menganggap selama menjauhi hubungan seksual dengan penderita HIV dan Narkoba maka akan terhindar dari HIV,
padahal mungkin saja dapat tertular dari jarum suntik maupun saat donor darah yang terkadang ketika kita tidak tahu apakah petugas kesehatannya menggunakan alat-alat
ataupun media yang terbebas dari virus HIV. Berdasarkan tabel 4.9 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden
tentang Perbuatan yang paling banyak membuat orang tertular HIV yaitu sebanyak 67 orang 73,6 menjawab Penggunaan jarum suntik bersama, sedangkan sebagian
kecil menjawab Homoseksual dengan pasangan tidak tetap yaitu sebanyak 3 orang 3,3.
Dari hasil penelitian diketahui dari lima hal yang peneliti pilihkan kepada responden orang paling banyak tertular HIV diketahui pengguna jarum suntik
bersama yang paling banyak sebanyak 73,6, sedangkan Homoseksual dengan pasangan tidak tetap paling sedikit yaitu 3,3. Pengetahuan responden tentang
penyebab orang paling banyak tertular HIV menurut asumsi peneliti bahwa
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
responden mengetahui adanya banyak orang disekitar lingkungan tempat tinggalnya maupun yang disaksikan di media baik itu elektronik maupun cetak kalau orang
tertular HIV dikarenakan penggunaan jarum suntik bersama orang yang tertular HIV yang dapat terjadi dimanapun tempatnya, sedangkan asumsi peneliti penyebab
pengetahuan responden paling sedikit perilaku homoseksual dengan pasangan tidak tetap dikarenakan sangat sedikitnya peluang untuk melakukan kontak dan mengetahui
keberadaan pasangan homoseksual ini, selain itu juga pemberitaan media tidak banyak menyinggung tentang perilaku homoseksual sehingga tidak banyak responden
yang tahu penularan HIV melalui media ini. Selanjutnya komunitas homoseksual ini tidak begitu banyak di ketahui keberadaannya dan cenderung sembunyi-sembunyi
sehingga tidak banyak menularkan HIV jika dibandingkan dengan kelompok pemakai jarum suntik bersama yang jumlahnya dalam tingkatan kumpul-kumpul berkelompok.
Berdasarkan tabel 4.11 diatas bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang Orang yang paling banyak tertular HIV yaitu sebanyak 63 orang 69,2
menjawab Pecandu narkoba suntik, sedangkan sebagian kecil menjawab Wanita Tuna Susila yaitu sebanyak 6 orang 6,6.
Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan responden tentang orang paling banyak tertular HIV sebanyak 69,2 menjawab pecandu narkoba suntik. Hal ini
menurut asumsi peneliti sudah sesuai dengan penelitian pada penjelasan di atas tentang pengetahuan responden media penularan HIV melalui jarum suntik, sehingga
ketika ditanyakan orang yang paling banyak tertular HIV tidak mengherankan jika responden menjawab pecandu narkoba suntik, selain itu juga ini sesuai dengan The
Centre for Harm Reduction 2001, dimana HIV umumnya menular diantara
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
pengguna narkoba suntikan dengan penggunaan peralatan suntik jarum suntik, semprit, turniket, sendok, air, saringan dan permukaan bergantian dengan seseorang
yang terinfeksi virus HIV. Ada kemungkinaan penggunaan peralatan suntik bergantian ini akan terjadi paa saat baru setelah terinfeksi dalam giliran, waktu viral
load adalah tinggi terinfeksi. 5.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan HIV
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semua responden menjawab ya tentang HIV dapat dicegah penularannya yaitu sebanyak 91 orang100.
Hal ini menurut asumsi peneliti bahwa responden mendapatkan pengetahuan bahwa HIV dapat dicegah pada saat duduk di bangku perkuliahan maupun ketika
membaca buku maupun bacaan tentang HIV dan ini sesuai dengan program Komisi Penanggulangan AIDS yang telah dimulai secara sistematis sejak tahun 1994 yakni
Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia Strategi Nasional
Penanggulangan HIV dan AIDS 2007-2010.
Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diambil kesimpulan tingkat pengetahuan responden tentang penularan HIV pada umumnya termasuk kedalam kategori ”baik”
yaitu sebesar 90,1. Pengetahuan responden ini dapat dipengaruhi tingkat pendidikan responden pada umumnya mendapatkan sumber informasi tentang HIV
dari kurikulummata kuliah sebesar 29,7 Tabel 4.29. Hal ini sejalan dengan Thorndike dkk yang dikutip Janz, et al 2002, yang menggunakan teori belajar untuk
memahami perilaku. Penguatan yang mempengaruhi dugaanhipotesis membuat situasi lebih baik daripada mempengaruhi perilaku itu secara langsung. Selain itu
menurut asumsi peneliti adanya matakuliahkurikulum tentang HIV dan banyaknya
Enda Mora Dalimunthe : Perilaku Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Tentang Penularan Hiv Di Kota Medan Tahun 2008, 2009.
USU Repository © 2009
media yang dekat dengan responden baik itu elektronik maupun cetak sehingga menyebabkan pengetahuan responden sebagian besar masuk dalam kategori baik.
5.3. Sikap Responden