Trust Mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan

(1)

Trust

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Terhadap DPRD Kota Medan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

Rahmi Zuraida

091301066

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2012/2013


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Trust Mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi in saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juni 2013

Rahmi Zuraida


(3)

Trust Mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan

Rahmi Zuraida dan Ari Widiyanta, M.Si, psikolog

ABSTRAK

Trust telah muncul sebagai isu sentral dalam diskusi terbaru mengenai dinamika organisasi kelompok, mulai dari organisasi kerja untuk sistem politik dan sosial. Dalam konteks pemerintahan, trust menjadi andalannya demokrasi karena merupakan kunci utama dari kemauan untuk bekerja sama secara sukarela. DPRD Kota Medan sebagai pelaksana legislatif merupakan posisi yang strategis dalam konteks penyelenggaraan pemerintah daerah. Idealnya anggota legislatif melaksanakan tugasnya (fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran) sebagai wakil rakyat, sangat membutuhkan kepercayaan dari masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan dengan melibatkan subjek sejumlah 400 orang mahasiswa dengan metode kuantitatif deskriptif yang diukur dengan menggunakan skala trust dan wawancara personal sebagai analisa tambahan. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa sebanyak 71% subjek memiliki trust yang rendah, 17,75% memiliki trust yang sedang dan hanya 11% yang memiliki trust tinggi terhadap DPRD. Secara keseluruhan trust mahasiswa terhadap DPRD Kota Medan dan ketiga fungsinya berada di kategori rendah (70%-78% dari jumlah keseluruhan subjek penelitian).


(4)

Abstract

Trust has emerged as a central issue in recent discussions of the dynamics of organizational groups, ranging from the organization of work for political and social system. In the context of the government, trust became a mainstay of democracy because it is the key of willingness tp cooperate voluntarily. DPRD Kota Medan as a legislative implementing is a strategis position in the context of local governance. Ideally, legislators carry out their duties (supervisory, legislation and budgeting functions) as representatives of the people, desperately need the trust of public. This study was conducted to see how the image of the

trust at University of North Sumatera’s student to DPRD Kota Medan with a

number of subjects involving 400 students with descriptive quantitative methods are measured using a scale of trust and personal interviews as additional analysis. Statistical analysis showed that as many as 71% of the subjects had low trust, 17.75% had moderate trust and only 11% had a high trust towards DPRD Kota

Medan. Student overall’s trust toward DPRD Medan and third functions are in the low category.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan hidayah Nya maka peneliti dapat menyelesaikan skripsi Psikologi Sosial ini

yang berjudul Trust Mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan”. Puji syukur juga peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan kekuatan kepada orang tua peneliti sehingga mereka bisa terus berada

di sisi peneliti untuk memberikan semangat, motivasi dan doa kepada peneliti

sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam pengerjaan penelitian ini.

Selama proses penelitian, peneliti mendapat banyak bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog sebagai Dekan Fakultas Psikologi.

2. Terkhusus untuk Dosen Pembimbing peneliti yaitu Pak Ari Widiyanta,

M.Si, psikolog yang telah mengarahkan, membantu dan membimbing

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kesabaran,

bimbingan, saran-sarannya serta nasihat-nasihatnya selama proses

bimbingan mulai dari seminar hingga terselesainya skripsi ini.

3. Para Dosen Penguji Skripsi yaitu Ibu Meutia Nauly, M.Si, psikolog dan

Kak Ridhoi Meilona Purba, M.Si yang telah bersedia untuk menguji

skripsi peneliti serta memberikan kritik dan saran kepada peneliti sehingga


(6)

4. Seluruh dosen-dosen Departemen Sosial, Ibu Rika Eliana, M.Psi, psikolog.

Kepada Ibu Meutia Nauly, M.Si, psikolog, Kak Ridhoi Meilona Purba,

M.Si serta Bang Omar K. Burhan, M.Sc yang telah memberi banyak

masukan kepada peneliti mengenai metode penelitian, diskusi-diskusi

mengenai skripsi peneliti, dan referensi-referensi yang berkaitan dengan

skripsi peneliti.

5. Ibu Rahma Yurliani, M.Psi, psikolog sebagai Dosen Penasehat Akademik

peneliti. Terima kasih karena Ibu telah banyak mengarahkan dan

membimbing peneliti sejak semester 1 sampai dengan sekarang.

6. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar serta staf pegawai Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan

pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang

telah diberikan menjadi bekal di kemudian hari.

7. Terima kasih yang sebesar-besar dan sedalam-dalamnya untuk Abu dan

Ummi yang sejak lahir dan hingga sekarang selalu mendampingi peneliti

dan mendoakan untuk kelancaran pendidikan selama ini. Terimakasih atas

doa dan nazarnya sehingga nilai yang saya dapatkan cukup memuaskan.

8. Terima kasih juga peneliti ucapkan untuk teman-teman seangkatan peneliti

yaitu angkatan 2009 yang telah bersama selama 4 tahun ini.

Sahabat-sahabatku Diva, Tami dan Pita yang selama hampir 4 tahun ini kita

menjalani mental disorder bersama-sama. Sangat susah memiliki teman yang punya mental disorder yang sama. Teman-teman yang telah membantu dalam penyebaran skala yaitu Ecy, Kiki, Lili, Dila, Maya,


(7)

Tami, Hana, Pita, Mimip, Mbak Opi, Shoffa, Dita, Imam, Babau, Rani,

Marini dan Diva serta Jelita yang sukses bikin galau saat pembahasan dan

kesimpulan uda selesai dibikin. Teman-teman dari fakultas lain yang juga

sudah membantu peneliti menyebar skala yaitu Aldi, Rasyid, Deo, Akbar,

Kak Nisa, dan Linda. Terima kasih banyak kepada teman-teman semua

karena dengan bantuannya peneliti bisa mendapatkan subjek hingga 400

responden.

9. Terimakasih untuk Pak As yang sudah dengan berbesar hati dan sabar

mengurus mulai dari semenjak semester 1 peneliti ada di Fakultas

Psikologi, pendaftaran sidang skripsi sampai dengan skripsi peneliti

selesai.

Tanpa bantuan Allah SWT dan mereka semua, skripsi ini tidak akan

pernah selesai dan semoga pengorbanan dan jasa baik yang diberikan kepada

peneliti mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan

dalam penelitian skripsi ini, semua itu adalah kesalahan dan kekhilafan dari

peneliti. Semoga skripsi ini nantinya akan memberi manfaat bagi semua pihak,

amin.

Medan Juni 2013


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian... 15

E. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Trust ... 18

1. Definisi Trust ... 18

2. Dimensi Trust ... 19

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Trust ... 12

4. Dampak DisTrust ... 23

B. DPRD Kota Medan ... 24

1. Kota Medan ... 24

1.1 Kota Medan Secara Demografis, Kultural dan Ekonomi ... 24

2. DPRD Kota Medan ... 25


(9)

3. Susunan Organisasi dan dan Tata Kerja DPRD Kota Medan ... 29

3.1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ... 29

C. Mahasiswa USU ... 30

D. Trust Mahasiswa USU Terhadap DPRD Kota Medan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling ... 39

1. Subjek Penelitian ... 39

2. Teknik Sampling ... 40

3. Jumlah Sampel Penelitian ... 40

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 41

1. Skala Trust ... 42

2. Wawancara Personal ... 44

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44

1. Uji Validitas ... 45

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ... 46

F. Prosedur Penelitian... 48

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 48

2. Pelaksanaan Penelitian ... 49

3. Pengolahan Data Penelitian... 50

G. Metode Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 52

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas ... 52

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 54

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55


(10)

5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis ... 56

6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Langsung dengan DPRD Kota Medan ... 58

7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ada Tidaknya Mengikuti Organisasi Kemahasiswaan ... 59

B. Hasil Utama Penelitian ... 60

1. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap DPRD Kota Medan ... 60

2. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Pengawasan DPRD Kota Medan ... 62

3. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan ... 63

4. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Anggaran DPRD Kota Medan ... 64

5. Hubungan Faktor Sosial Demografis, Pengalaman Langsung, dan Keikutsertaan Mahasiswa dalam Organisasi Kemahasiswaan terhadap Munculnya Trust ... 66

C. Hasil Analisa Alat Ukur Trust... 68

D. Hasil Analisa Wawancara Personal ... 71

1. Analisa Data Hasil Wawancara Personal Mahasiswa yang Memiliki Trust Rendah ... 71

2. Interpretasi Data Hasil Wawancara Personal Mahasiswa yang Memiliki Trust Rendah ... 75

a. Gambaran Trust terhadap DPRD Kota Medan ... 75

b. Fungsi DPRD Kota Medan ... 77

E. Pembahasan ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 88


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Trust... 43

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Trust Sebelum Uji Coba ... 46

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Trust Setelah Uji Coba ... 48

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis ... 57

Tabel 5. Rangkuman Analisa Korelasi Kategori Trust dengan Faktor Sosial Demografis, Pengalaman langsung dan Keikutsertaan Mahasiswa dalam Organisasi Kemahasiswaan ... 66


(12)

DAFTAR GAMBAR

Diagram 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Fakultas ... 53

Diagram 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia... 54

Diagram 3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Diagram 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

Diagram 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Langsung dengan DPRD Kota Medan ... 58

Diagram 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ada Tidaknya Mengikuti Suatu Organisasi Kemahasiswaan... 59

Diagram 7. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap DPRD Kota Medan Secara Keseluruhan ... 61

Diagram 8. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Pengawasan DPRD Kota Medan ... 62

Diagram 9. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan ... 63

Diagram 10. Gambaran Trust Mahasiswa USU Terhadap Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan ... 65


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Reliabilitas dan Daya Beda Aitem Skala Trust LAMPIRAN B

Rangkuman Kategorisasi Trust Subjek Penelitian

LAMPIRAN C

1. Hasil Analisa Deskriptif

2. Hasil Analisa Korelasi

LAMPIRAN D

1. Verbatim Wawancara Awal

2. Verbatim Wawancara Personal dengan Subjek Penelitian

LAMPIRAN E


(14)

Trust Mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan

Rahmi Zuraida dan Ari Widiyanta, M.Si, psikolog

ABSTRAK

Trust telah muncul sebagai isu sentral dalam diskusi terbaru mengenai dinamika organisasi kelompok, mulai dari organisasi kerja untuk sistem politik dan sosial. Dalam konteks pemerintahan, trust menjadi andalannya demokrasi karena merupakan kunci utama dari kemauan untuk bekerja sama secara sukarela. DPRD Kota Medan sebagai pelaksana legislatif merupakan posisi yang strategis dalam konteks penyelenggaraan pemerintah daerah. Idealnya anggota legislatif melaksanakan tugasnya (fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran) sebagai wakil rakyat, sangat membutuhkan kepercayaan dari masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan dengan melibatkan subjek sejumlah 400 orang mahasiswa dengan metode kuantitatif deskriptif yang diukur dengan menggunakan skala trust dan wawancara personal sebagai analisa tambahan. Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa sebanyak 71% subjek memiliki trust yang rendah, 17,75% memiliki trust yang sedang dan hanya 11% yang memiliki trust tinggi terhadap DPRD. Secara keseluruhan trust mahasiswa terhadap DPRD Kota Medan dan ketiga fungsinya berada di kategori rendah (70%-78% dari jumlah keseluruhan subjek penelitian).


(15)

Abstract

Trust has emerged as a central issue in recent discussions of the dynamics of organizational groups, ranging from the organization of work for political and social system. In the context of the government, trust became a mainstay of democracy because it is the key of willingness tp cooperate voluntarily. DPRD Kota Medan as a legislative implementing is a strategis position in the context of local governance. Ideally, legislators carry out their duties (supervisory, legislation and budgeting functions) as representatives of the people, desperately need the trust of public. This study was conducted to see how the image of the

trust at University of North Sumatera’s student to DPRD Kota Medan with a

number of subjects involving 400 students with descriptive quantitative methods are measured using a scale of trust and personal interviews as additional analysis. Statistical analysis showed that as many as 71% of the subjects had low trust, 17.75% had moderate trust and only 11% had a high trust towards DPRD Kota

Medan. Student overall’s trust toward DPRD Medan and third functions are in the low category.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Medan merupakan ibukota Deli yang kini telah berkembang

menjadi pusat pemerintahan yaitu sebagai ibukota provinsi Sumatera

Utara. Sebagai pusat pemerintahan, Kota Medan adalah sebuah

Kotamadya yang dipimpin dan dijalankan oleh seorang Walikota dan

Wakil Walikota sebagai pihak eksekutif dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) sebagai pihak legislatif yang menjalankan pemerintahan

daerah. Walikota dan DPRD memiliki hubungan garis kemitraan dimana

DPRD bekerja bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan serta

sebagai pengawas penyelenggaraan daerah Pemerintah Kota Medan

(Bainfokom Prov. SU, 2007).

Adanya pihak eksekutif dan pihak legislatif merupakan perwujudan

dari sistem pemerintahan demokratis yang dianut Indonesia. Dimana

demokrasi mengandung makna pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan

untuk rakyat yang berarti Negara mengikutsertakan rakyat dalam

pemerintahan. Sistem kedaulatan rakyat ini dijalankan oleh para wakil

rakyat dengan sistem perwakilan (respresentative democracy) dimana wakil rakyat di pemerintahan bertindak atas nama rakyat (Tanzili, 2009).

Salah satu lembaga perwakilan rakyat daerah yang mencerminkan struktur


(17)

DPRD merupakan suatu organisasi perangkat daerah dimana

perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu Kepala Daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis

Daerah, Kecamatan dan Kelurahan (Kasim dalam Jansen, 2006). Dimana

organisasi merupakan suatu kesatuan (entity) sosial yang dapat dikoordinasikan secara sadar yang saling berinteraksi dan bekerjasama

untuk merealisasikan tujuan bersama (Robbins, 1994).

Disini, tujuan bersama yang dilakukan oleh DPRD beserta alat

kelengkapan daerah lainnya adalah menyelenggarakan pemerintahan

daerah Kota Medan. DPRD juga dapat diibaratkan seperti sebuah

organisasi sosial dimana unsur masyarakat beserta wakil-wakil rakyatnya

bekerja secara bersama-sama untuk menjalankan suatu sistem

pemerintahan yang baik (Nurhaya, 2010).

Anggota legislatif merupakan jembatan bagi masyarakat agar

berbagai masalah serta kepentingan masyarakat terpenuhi. Sebaliknya,

melalui para wakilnya, masyarakat dapat mempelajari dan memahami

permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa secara nasional baik

yang terjadi di pusat maupun daerah (Nurhaya, 2010).

Idealnya, anggota legislatif yang mewakili kelompok masyarakat

dari suatu daerah pemilihan, aspirasi dan permasalahan rakyat direspon


(18)

para anggota dewan, yaitu membuat legislasi, melakukan kontrol terhadap

pemerintah, dan menyusun anggaran (Nurhaya, 2010).

Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ketiga fungsi DPRD Kota

Medan yaitu fungsi pengawasan, legislasi dan anggaran, ada beberapa

fenomena pro dan kontra yang banyak di beritakan di media. Ketua DPRD

Medan, Amiruddin, mengatakan bahwa semenjak pelantikannya di tahun

2009, sudah banyak tugas-tugas yang dilakukan oleh DPRD Medan.

Adapun tugas-tugas DPRD ini merupakan bagian dalam fungsi DPRD.

Berikut kutipannya dalam sebuah surat kabar:

"Sejak dilantik September 2009 lalu, DPRD Medan sudah banyak melakukan kegiatan sesuai dengan kewajiban sebagai anggota dewan. Diantaranya penyelesaian APBD tahun 2010, LKPJ Walikota Medan 2009 dan LPJ 2005-2010, laporan pertanggungjawaban keuangan tahun 2009, menindaklanjuti hasil LHPBPK RI Kota Medan, Penyelesaian Tata Tertib DPRD Kota Medan, PAPBD tahun 2010, pembentukan pansus aset, bintek dan workshop yang telah dilakukan oleh masing-masing anggota dewan serta banyak kegiatan lainnya,"

(DNA Berita, 2010)

Bahkan, di tahun 2011, Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

(Mendagri), Gamawan Fauzi SH MM memberikan penghargaan ―Peringkat 5 Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Berprestasi Paling Tinggi secara

Nasional Tahun 2011‖ kepada Walikota Medan karena Kota Medan dinilai berhasil dalam bidang kinerja penyelenggaraan pemerintahan kota. Walikota

yang pada saat itu didampingi oleh Ketua DPRD Medan mengatakan bahwa

beliau sangat bangga dengan penghargaan yang diberikan oleh Mendagri,


(19)

kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Kota Medan terutama dalam

pelayanannya ke masyarakat Kota Medan (Pemko Medan, 2011).

Seorang aktivis LSM sekaligus pengamat politik yang aktif menulis di

surat kabar, Joko Riski Yono, dalam komunikasi personal pada Senin 06 Mei

2013 mengatakan hal yang berbeda, bahwa dalam hal fungsi pengawasan dan

legislasi, DPRD dinilai sangat lemah. Menurutnya, DPRD hanya maksimal

dalam hal fungsi anggaran.

“..Yang paling lemah dari ketiga fungsi itu adalah fungsi legislasi dan fungsi pengawasan. Kalo fungsi budgeting ini karena memang sudah dikonsep dari pemerintah sendiri, orang itu tinggal tanda tangan aja. Fungsi legislasi sama pengawasan terutama ya, itu lemah. Makanya kemudian dalam perwujudan aspirasi itu tidak maksimal karena sumber daya manusia dia pun gak mumpuni, apa yang mau

diperjuangkan kan ya.”

(Komunikasi Personal, 2013)

Masih lanjutan dari komunikasi personal diatas, Joko menilai bahwa

peraturan daerah yang dibuat oleh DPRD dalam hal ini sehubungan dengan

fungsi legislasi, tidak mempunyai efek secara langsung terhadap masyarakat.

Contohnya seperti permasalahan Jamkesda (Jaminan kesehatan daerah).

Seharusnya setiap masyarakat tidak mampu akan mendapat Jamkesda, namun

kenyataannya persyaratan untuk mendapatkan Jamkesda tersebut menyulitkan

masyarakat tidak mampu. Adapun dalam pelaksanaan fungsi pengawasan juga

terlihat sangat kurang karena DPRD sering kali membenarkan apa yang

dilakukan oleh pihak eksekutif bukannya melakukan pengawasan, terbukti


(20)

“..yang contoh lebih konkrit lagi itu persoalan Jamkesda ya, jaminan

kesehatan daerah. Itu didalam praktek lapangan kalo orang itu bukan pendukung daripada walikota, dia tidak akan mendapat fasilitas itu. Kemudian kalaupun mereka yang mau mendapatkan jamkesda itu persyaratannya birokratis sekali.”

(Komunikasi Personal, 2013)

“..fungsi pengawasan kan ya DPRD ini kan gak jauh beda dengan

eksekutif juga yang harusnya itu benar-benar melakukan pengawasan seperti yang dimandatkan oleh undang-undang tetapi dalam prakteknya kan juga membenarkan apa yang dilaksanakan oleh eksekutif dan terbukti bahwa korupsi di Pemko Medan semakin hari semakin justru meningkat bukannya menurun.”

(Komunikasi Personal, 2013)

Kurang maksimalnya pelaksanaan fungsi legislasi, menurut Sekretaris

Eksekutif Fitra Sumatera Utara Rurita Ningrum, berkaitan dengan tidak

terselesainya empat buah rancangan peraturan daerah (ranperda) yang telah

lama diusulkan Pemerintahan Kota Medan. Hal ini dikatakan beliau melalui

Harian Tribun Medan tanggal 07 April 2013 :

“Kita melihat DPRD Medan tidak peka terhadap permasalahan

masyarakat, ini terbukti dengan berlarutnya pembahasan empat

ranperda itu.”

(Tribun Medan, 2013)

Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa pelaksanaan fungsi

anggaran DPRD dinilai baik oleh Joko. Sigit yang merupakan salah satu

anggota DPRD melalui harian Bisnis Sumatera tanggal 31 Januari 2012 juga

menilai bahwa DPRD serius dalam menjalankan fungsi anggarannya. Pada

tahun 2011, DPRD telah memangkas anggaran belanja Dinas Bina Marga


(21)

dinas daerah yang melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam

bidang pekerjaan umum yang meliputi jalan, jembatan, sumber perawatan air

dan lain sebagainya (Bisnis Sumatera, 2012).

DPRD sebagai penetap sekaligus pengawas pemakaian anggaran

daerah melakukan kebijakan tersebut karena adanya laporan dari masyarakat

ke DPRD mengenai kerusakan jalan dan jembatan yang bertahun-tahun tidak

diperbaiki dengan alasan keterbatasan anggaran, padahal DPRD sendiri

melihat bahwa ada sisa anggaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki

sarana dan prasarana (Bisnis Sumatera, 2012).

Pemberitaan-pemberitaan dan opini-opini para ahli tersebut baik itu

positif maupun negatif memiliki korelasi yang cukup kuat dengan persepsi

publik. Hal ini dijelaskan melalui teori komunikasi dimana suatu proses

komunikasi dapat memberikan efek tertentu yang akan membuat si penerima

memiliki suatu persepsi (Wuryandari, 2010).

Beberapa peneliti seperti Dirks dan Ferrin (2001) serta Mayer dan

Davis (1999) dalam jurnal manajemen dengan judul Memprediksikan

Turnover pada Karyawan Perusahaan Garmen: Pengaruh Praktek Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kepercayaan terhadap Organisasi

(Palupi, 2011) mengatakan bahwa persepsi individu terhadap organisasi akan

secara langsung dan positif mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap

organisasi. Lebih lanjut, Costabile (dalam Djati & Darmawan, 2005)


(22)

dengan terpenuhinya harapan dan tercapainya kepuasan. Adapun organisasi

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah DPRD, yaitu sebagai organisasi

perangkat daerah (Kasim dalam Jansen, 2006); dan harapan dan kepuasan

yang dimaksud adalah berasal dari masyarakat.

Masyarakat memiliki persepsi mengenai DPRD dalam pelaksanaan

fungsinya. Seorang mahasiswa dari sebuah universitas negeri di Sumatera

Utara menyatakan bahwa DPRD kurang mewakili masyarakat dan belum

maksimal dalam pelaksanaan fungsi pengawasan terhadap Pemerintahan Kota

Medan seperti yang diutarakan dalam kutipan komunikasi personal berikut:

“menurut saya mereka kurang mewakili aspirasi dan keinginan

masyarakat Medan itu sendiri, jadi gak terasa ada perubahan apa-apa dengan kota Medan,contohnya ni ya beberapa pengrusakan rumah ibadah di kota Medan, mereka anteng-anteng aja tuh, gak ada ngasi

reaksi apa. ……menurut saya DPRD itu cuma tempat lancarin proyek dan cari uang oleh Partai. Mereka gak pernah maksimal ngelakukan

fungsinya itu.”

(Komunikasi Personal, 2012)

Sejak tahun 2012 lalu, DPRD bersama dengan pemerintah Kota Medan

sudah mulai membahas mengenai rancangan peraturan daerah (ranperda)

mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Masyarakat Kota Medan sangat

mendukung ranperda KTR tersebut. Hal ini terlihat dari hasil survey yang

dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia pada bulan Maret 2013 (Waspada,

2013). Melalui jajak pendapat terhadap 250 responden pada tujuh lokasi KTR,

222 responden atau 88,8 persen masyarakat setuju jika diberlakukan KTR di


(23)

sudah layak memiliki peraturan daerah kawasan tanpa rokok. Seperti yang

dikatakan oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Pusaka Indonesia, Fatwa

Fadillah, melalui Harian Waspada tanggal 25 Maret 2013:

“Ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Medan sangat

membutuhkan kawasan tanpa rokok”

(Waspada, 2013)

Terlihat bahwa DPRD serius dalam menjalankan fungsi legislasinya

dengan merespon permintaan masyarakat mengenai kebutuhan pembentukan

Kawasan Tanpa Rokok. Walikota Medan Drs H Rahudman melalui harian

Sumut Pos tanggal 14 Mei 2013 juga mengatakan bahwa Perda Kawasan

Tanpa Rokok sedang dirancang dan pemberlakuan sanksinya tidak akan

main-main. Berikut kutipan beliau di harian Sumut Pos:

“Besaran denda yang diperbolehkan dalam Perda ini adalah Rp 50

juta. … Pemko Medan akan tetap konsisten dalam pengawasan Perda

KTR ini. … Intinya, Pemko Medan ingin menegakkan dan mengendalikan serta membangun kesadaran masyarakat pengguna rokok.

(Sumut Pos, 2013)

Robbins (2005) mengatakan trust merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kehidupan organisasi agar hubungan antar individu dan kelompok dapat

berjalan dengan baik. Tyler dan Blader (dalam Cook, 2001) juga mengatakan

bahwa trust dapat memfasilitasi hubungan antara orang dan organisasi. Jika individu mempercayai organisasi, keberfungsian organisasi akan difasilitasi


(24)

organisasi. Dengan demikian, masyarakat akan merasa lebih sukarela dalam

menjalankan kerjasama dengan wakil rakyatnya berkaitan dengan fungsi yang

dimiliki oleh DPRD, sehingga pelaksanaan fungsi DPRD bisa menjadi lebih

maksimal.

Tyler (dalam Cook, 2001) mengatakan bahwa trust merupakan kunci utama dari kemauan untuk bekerja sama secara sukarela yang nantinya

memunculkan perilaku yang akan memfasilitasi interaksi sosial yang produktif.

Jika DPRD dalam pelaksanaan ketiga fungsinya tidak melibatkan masyarakat,

kebijakan-kebijakan yang disusun tanpa pelibatan masyarakat akan berdampak

pada ketidaksukarelaan dalam melaksanakannya (Arief, 2010; Mufidjar, 2007).

Trust merupakan suatu konsep yang multidimensional, yang berarti bahwa trust memiliki dimensi perilaku, kognitif dan emosional. Trust adalah perpaduan kompleks perilaku dan tindakan (dimensi perilaku), keyakinan,

kecenderungan, motivasi, ekspektasi, dan asumsi (dimensi kognitif), dan

emosi serta perasaan (dimensi emosional). Ketika diketahui bahwa wakil

rakyat telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai, tingkat trust masyarakat dapat berkurang. Reaksi dalam kognitif dan emosi ini didasarkan pada

perilaku yang diamati (Zalabak-Shockley, dkk, 2010). Trust juga merupakan perasaan yang dinamis. Setiap perilaku yang ditunjukkan individu dalam suatu

organisasi akan menurunkan (distrust) atau menaikkan derajat kepercayaan (trust) yang dirasakan orang lain terhadapnya (Johnson & Johnson, 2000).


(25)

Jika trust menyiratkan keyakinan atau belief bahwa motif dari organisasi tersebut penuh dengan kebaikan dan peduli, maka distrust berarti menyiratkan bahwa individu mengalami adanya pelanggaran dari

pengharapan, pelanggaran integritas dan kecenderungan untuk mengatribusi

niat jahat kepada organisasi tersebut (Lewicki dalam Deutsch, dkk, 2006; Zalabak-Shockley, dkk, 2010).

Mahasiswa merupakan kelompok yang kritis dan mewakili kelompok

intelektual dalam masyarakat. Dalam hal ini, Sarlito (1979) menyatakan

mahasiswa biasanya memerankan diri sebagai kalangan yang kritis sekaligus

membangun terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial dan kebijakan politik.

Ketika terjadi sesuatu hal yang tidak seharusnya, mahasiswa yang menjadi

awal pergerakan massa. Seperti yang terjadi di tahun 1998, pergerakan

mahasiswa yang menuntut perubahan mampu menurunkan Soeharto dari kursi

kepresidenan.

Saat ini, sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintahan juga terlihat

dari demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan mahasiswa terhadap DPRD

mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa mahasiswa tidak

memihak rakyat. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Coher (dalam Hanafi,

2011) mahasiswa adalah orang-orang yang kelihatannya tidak puas menerima

kenyataan sebagaimana adanya, mereka mempertanyakan kebenaran yang

berlaku pada suatu saat, dalam hubungan dengan kebenaran yang lebih tinggi


(26)

Sebagai universitas yang memiliki jumlah mahasiswa terbesar di Kota

Medan serta universitas terbesar di Sumatera, Universitas Sumatera Utara

(USU) adalah universitas kebanggaan masyarakat Sumatera Utara. USU

merupakan universitas yang mempersiapkan mahasiswanya menjadi anggota

masyarakat yang bermoral. Berdasarkan uraian di atas,diasumsikan bahwa

mahasiswa USU merupakan mahasiswa yang bermoral (Portal USU, 2012).

Kondisi trust atau distrust pada mahasiswa dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat saat pemilihan legislatif. Kekecewaan atas

hilangnya harapan dan kepuasan terhadap DPRD diekspresikan melalui absen

pemilu, yaitu rendahnya tingkat voter turn out (partisipasi pemilih yang mencoblos di TPS pada hari pemilihan) (Wardhana, 2009). Data pemilihan

legislatif di Kota Medan tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah pemilih yang

tidak menggunakan hak pilihnya berkisar 53 persen dari jumlah Daftar

Pemilih Tetap (YPID, 2009). Angka ini cukup mengkhawatirkan karena sudah

melebihi setengahnya atau 50 persen.

Bagi Negara demokrasi seperti Indonesia yang baru menjalankan

sistem demokrasi di negaranya, rendahnya voter turn out merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan. Karena ini akan menjadi awal dari ketidakpercayaan

terhadap demokrasi. Sistem demokrasi tidak akan kokoh tanpa kepercayaan

publik atas keefektifannya (Wardhana, 2009).

Sebaliknya, mahasiswa yang trust akan menggunakan hak pilihnya dengan sebaik-baiknya dan berharap serta percaya bahwa kebijakan yang


(27)

umum dan khususnya mahasiswa. Dengan begitu, jalannya pemerintahan serta

hubungannya dengan masyarakat akan berjalan dengan baik tanpa adanya

konflik antara masyarakat dan pemerintah (Wardhana, 2009).

Pada penelitian sebelumnya mengenai trust terhadap pemerintahan dan parlemen, diketahui bahwa faktor sosial demografis dan pengalaman langsung

memiliki hubungan dengan keadaan trust terhadap pemerintahan dan parlemen (Bouckaert & Van de Walle, dalam Christensen and Lægreid, 2002a,

2003; Newton and Norris dalam Knesset, 2006; Miller & Listhaug, Mishler &

Rose, Price & Romantan dalam Newburg, 2011). Ketika pengalaman individu

terhadap pemerintahan sebagian besar baik, maka individu tersebut cenderung

untuk trust.

Lainnya yaitu berdasarkan faktor sosial demografis, yaitu usia, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan latar belakang etnis. Orang yang berusia tua

cenderung lebih trust daripada generasi muda, wanita lebih trust terhadap pemerintah daripada pria, orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi

cenderung lebih trust serta etnis minoritas dari suatu populasi cenderung untuk

trust dibandingkan dengan etnis mayoritas.

Selain faktor sosial demografis dan pengalaman langsung, faktor

keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan menjadi menarik

untuk diteliti, karena kegiatan mahasiswa tidak bisa kita lepaskan dari

keaktifan mereka dalam berorganisasi. Mahasiswa yang berorganisasi

dianggap memiliki pandangan khusus dan kritis terhadap sesuatu yang terjadi.


(28)

tidak terlepas dari peran mahasiswa yang bergerak dalam organisasi

kemahasiswaan intra kampus seperti Senat Mahasiswa Fakultas yang sekarang

kita kenal dengan Pemerintahan Mahasiswa atau BEM (Badan Eksekutif

Mahasiswa) (Budiyarso, 2000).

Tidak hanya organisasi intra kampus, alternatif gerakan mahasiswa

untuk menghindari sikap represif pemerintah yaitu dengan aktif di organisasi

kemahasiswaan ekstra kampus seperti GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional

Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), HMI (Himpunan

Mahasisswa Islam) dan lain sebagainya (Budiyarso, 2000).

Berdasarkan fenomena-fenomena pro dan kontra mengenai DPRD

secara keseluruhan dan ketiga fungsinya yang telah tersebut di atas, maka

peneliti ingin melihat bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan dan ketiga fungsinya. Disamping

itu, peneliti juga melihat adakah hubungan faktor pengalaman langsung, sosial

demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan latar belakang

etnis serta organisasi kemahasiswaan yang diikuti terhadap munculnya trust.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

penelitian ini ingin menggambarkan bagaimana trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan dengan pertanyaan penelitian


(29)

Pertanyaan Penelitian Utama:

1. Bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap DPRD Kota Medan?

2. Bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap fungsi Fungsi Pengawasan DPRD Kota Medan?

3. Bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap Fungsi Legislasi DPRD Kota Medan.

4. Bagaimana gambaran trust mahasiswa Universitas Sumatera Utara terhadap dan Fungsi Anggaran DPRD Kota Medan.

Pertanyaan Penelitian Tambahan:

5. Adakah hubungan faktor pengalaman langsung, sosial demografis

seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan latar belakang

etnis serta keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan

terhadap munculnya trust.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran trust

mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan, gambaran trust mahasiswa USU terhadap ketiga fungsi DPRD Kota Medan. Disamping itu, peneliti juga

melihat adakah hubungan faktor pengalaman langsung, sosial demografis

seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan latar belakang etnis serta

keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan terhadap


(30)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini:

a. Diharapkan mempunyai manfaat yang bersifat pengembangan ilmu

Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Sosial tentang trust terhadap DPRD.

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat menjadi salah satu

sumber informasi dan menjadi pemicu untuk penelitian selanjutnya

yang ingin meneliti lebih lanjut yang berkaitan dengan trust terhadap DPRD Kota Medan.

2. Manfaat Praktis

a. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana gambaran trust mahasiswa saat ini terhadap DPRD Kota Medan

b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai

wakil rakyat daerah, terutama mengenai trust mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan.

c. DPRD Kota Medan dan pihak-pihak terkait lainnya, hasil penelitian

mengenai gambaran trust dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan mereka dalam meningkatkan performa kinerja agar trust

dikalangan masyarakat khususnya mahasiswa menjadi lebih baik.

d. Bagi pengamat politik dan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD),


(31)

gambaran trust mahasiswa saat ini terhadap DPRD Kota Medan serta tindak lanjutnya mengenai usaha-usaha untuk meningkatkan tingkat

trust terhadap DPRD Kota Medan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan. dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari

masalah yang menjadi objek penelitian meliputi tentang

Kota Medan, penjelasan susunan organisasi dan Tata

Kerja DPRD Kota Medan, Mahasiswa USU, Teori trust

dan Trust mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan. BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel penelitian,

definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel,

dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan

data, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian,


(32)

BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini menguraikan gambaran subjek penelitian, hasil

utama penelitian, data tambahan serta pembahasan

mengenai hasil penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian sera


(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Trust

1. Definisi Trust

Konsep kepercayaan (trust) telah muncul sebagai isu sentral dalam diskusi terbaru dari dinamika organisasi kelompok mulai dari organisasi

kerja untuk sistem politik dan sosial (Braithwaite & Levi; Tyler & Krame1

dalam Cook, 2001). Trust juga didefinisikan sebagai sebuah atribusi yang dilakukan orang tentang motif dari otoritas kelompok. Jika orang percaya

kepada otoritas kelompok, itu berarti bahwa orang tersebut menilai bahwa

kelompok yang memiliki otoritas peduli dengan kebutuhan mereka.

Kelompok otoritas ini memiliki ketertarikan yang tulus, peduli terhadap

sudut pandang orang itu, mempertimbangkan pandangan atau opini orang

itu ketika membuat keputusan, dan mencoba adil kepadanya. Dengan kata

lain, trust merefleksikan penilaian bahwa motif dari otoritas tersebut penuh dengan kebaikan dan kepedulian—bahwa kelompok yang memiliki otoritas termotivasi untuk bertindak dengan cara yang memperhitungkan

kesejahteraan orang dalam kelompok (Cook, 2001).

Organisasi, mendeskripsikan trust sebagai keyakinan menyeluruh mengenai kompetensi organisasi dalam hal komunikasi dan perilaku,

dalam hal keterbukaan dan kejujuran, kepedulian, kehandalan, disamping


(34)

untuk diidentifikasi (Zalabak-Shockley dkk, 2010). Definisi lain trust

adalah keyakinan dan kemauan individu untuk bertindak atas dasar

kata-kata, tindakan dan keputusan pihak lain (McAllister; Lewicki, McAllister

& Bies dalam Deutsch & Coleman, 2006).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa trust adalah atribusi yang dilakukan orang tentang motif dari otoritas kelompok serta keyakinan menyeluruh

mengenai kompetensi organisasi dalam hal komunikasi dan perilaku,

dalam hal keterbukaan dan kejujuran, kepedulian, kehandalan, disamping

itu individu merasa tujuan, norma serta nilai-nilainya sama sehingga layak

untuk diidentifikasi.

2. Dimensi Trust

Ada 5 (lima) dimensi yang telah di identifikasi menjadi prediktor

trust yang paling kuat dan stabil (Zalabak-Shockley, dkk, 2010): 1. Kompetensi (Competence)

Dimensi kompetensi adalah kemampuan organisasi melalui

kepemimpinannya, strategi, keputusan, kualitas dan kapabilitas dalam

menghadapi tantangan-tantangan di sekitar. Pada akhirnya,kompetensi

adalah kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya.

2. Keterbukaan dan kejujuran (Openness and Honesty)

Dimensi ini merefleksikan bagaimana organisasi

mengkomunikasikan mengenai masalah-masalah yang terjadi,


(35)

identifikasikan bahwa orang bisa mendapatkan informasi yang dia

butuhkan serta bisa mendapatkan informasi yang benar dan dipercaya.

3. Peduli terhadap pemangku kepentingan (Concern for Stakeholder)

Dimensi ini merefleksikan persepsi bahwa organisasi peduli

dengan stakeholder, pihak organisasi perhatian dengan kesejahteraan kita baik untuk memajukan kepentingan kita atau setidaknya tidak

menghambat kepentingan kita tersebut. Komunikasi yang jujur dan

terbuka mengindikasikan bahwa pihak tersebut peduli dengan kita.

4. Kehandalan (Reliability)

Dimensi ini menggambarkan mengenai menjaga komitmen.

Kehandalan juga merupakan kemantapan dalam perilaku yang

membangun kepercayaan yang diperlukan untuk waktu yang tidak

pasti serta konsistensi tindakan dan kata-kata serta perbuatan.

5. Identifikasi (Identification)

Dimensi identifikasi merupakan koneksi atau hubungan antara

organisasi dan individu sebagian besar didasarkan pada kesamaan

nilai-nilai utama. Identifikasi muncul ketika orang percaya bahwa

nilai-nilai mereka tercermin dalam nilai-nilai yang ditunjukkan oleh

perilaku organisasi tersebut sehari-hari.

The Organizational Trust Model dari Pamela Zalabak-Shockley, dkk (2010) ini telah dikembangkan didasarkan pada penelitian-penelitian


(36)

menggunakan standar penelitian yang sangat tinggi. Data yang

dikumpulkan berasal dari berbagai belahan dunia dan dari berbagai bahasa

dunia sehingga faktor pendorong utamanya ini merupakan prediktor kuat

dan stabil untuk mengukur trust diseluruh budaya, bahasa, industri dan berbagai tipe organisasi.

Proyek-proyek penelitian lain dan perusahaan-perusahaan yang

menggunakan model organizational trust ini menyimpulkan bahwa model ini dapat memenuhi tantangan dunia luar untuk mengukur bagaimana

tingkat trust. Evaluasi positif yang dihasilkan dari masing-masing dimensi

trust menunjukkan bahwa organisasi memiliki skor trust yang tinggi, begitu juga sebaliknya (Zalabak-Shockley, dkk, 2010).

3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Trust

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa trust terhadap pemerintah dan parlemen didasarkan pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut

adalah sosial demografis dan pengalaman yang dialami langsung

(Bouckaert & Van de Walle, dalam Christensen & Lægreid 2002a, 2003;

Newton & Norris dalam Knesset, 2006; Miller & Listhaug, Mishler &

Rose, Price & Romantan dalam Newburg, 2011).

1. Sosial Demografis

Teori micro-level cultural menyatakan bahwa pengalaman sosial berbeda menghasilkan tingkat perbedaan trust (Mishler & Rose dalam Job,


(37)

2005). Faktor sosial demografis seperti usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan latar belakang etnis berasosiasi dengan trust (Newburg, 2011; Christensen & Lægreid, 2002a).

Christensen and Lægreid dalam penelitiannya mengatakan bahwa

pertama, usia mempunyai pengaruh terhadap trust kepada institusi pemerintahan, yaitu orang yang berumur lebih tua memiliki trust yang lebih tinggi daripada yang berumur lebih muda. Kedua, jenis kelamin,

dalam penelitiannya Christensen and Lægreid (2002a) mengatakan bahwa

perempuan lebih cenderung trust kepada pemerintahan karena perempuan lebih mendukung sektor publik dibandingkan dengan laki-laki.

Ketiga adalah tingkat pendidikan. Hal ini berkaitan dengan faktor

kognitif yang berarti seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan

mengetahui dan memahami lebih banyak mengenai sistem pemerintahan

yang seharusnya membuat individu lebih trust. Namun, pendapat lain mengatakan bahwa memiliki pengetahuan yang tinggi malah akan

membawa kepada pemikiran yang lebih kritis terhadap pemerintahan atau

sikap normatif menjadi lebih penting daripada aspek kognitif yang

dihasilkan oleh pendidikan yang lebih tinggi. Keempat adalah latar

belakang etnis. Peran etnis dalam mempengaruhi trust belum terlalu jelas. Namun, Newburg (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa etnis


(38)

2. Pengalaman Langsung

Menghubungkan pengalaman langsung seseorang terhadap unit

administratif spesifik, seperti yang ditunjukkan dalam literatur kepuasan

pelayanan dan trust (Kumlin 2002, Rothstein & Steinmo dalam Christensen & Lægreid, 2003). Ketika pengalaman langsung individu

sebagian besar baik, mereka cenderung untuk trust.

4. Dampak Distrust

Distrust merupakan ekspektasi negatif dan individu mengalami adanya pelanggaran dari pengharapan, pelanggaran integritas dan

kecenderungan untuk mengatribusi niat jahat kepada otoritas kelompok

tersebut (Lewicki dalam Deutsch., dkk, 2006; Zalabak-Shockley, 2010).

Keadaan distrust merupakan hal yang ―mahal‖. Butuh waktu dan proses

yang sangat lama untuk bisa kembali menumbuhkan keadaan trust. Distrust membuat krisis semakin memburuk, serta berkontribusi

membentuk perilaku ―kita vs mereka‖ (Zalabak-Shockley, dkk, 2010). Dalam hal ini, kondisi distrust akan berakibat pada adanya sikap apatis terhadap DPRD, hilangnya keteladanan pemimpin serta hilangnya

antusiasme pada saat pemilihan legislatif. Antusiasme saat pemilihan

legislative diekspresikan melalui absen pemilu, yaitu rendahnya tingkat

voter turn out (partisipasi pemilih yang mencoblos di TPS pada hari pemilihan). Bagi Negara demokrasi seperti Indonesia yang baru


(39)

merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan. Karena ini akan menjadi

awal dari ketidakpercayaan terhadap demokrasi. Sistem demokrasi tidak

akan kokoh tanpa kepercayaan publik atas keefektifannya (Wardhana,

2009).

Ketidakterlibatan masyarakat, khususnya mahasiswa, dalam

pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD seperti pembuatan Perda, akan membuat

masyarakat menjadi tidak sukarela dalam melaksanakannya.

Ketidaksukarelaan merupakan suatu keadaan distrust yang jika ini terakumulasi secara luas akan meledak dan menimbulkan aksi massa yang

besar serta demonstrasi yang tidak jarang melibatkan kekerasan dan

merugikan semua pihak (Arief, 2010).

B. DPRD Kota Medan

1. Kota Medan

1. 1. Kota Medan Secara Demografis, Kultural dan Ekonomi

Berdasarkan data kependudukan tahun 2004, penduduk Kota

Medan sekitar 1.982.904 jiwa dan saat ini diperkirakan telah mencapai

2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria (1.010.174

jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan

penduduk tetap sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai

lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian Kota Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah


(40)

penduduk yang besar, sehingga memiliki diferensiasi pasar (Bainfokom

Prov. SU, 2007).

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional,

sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman etnis dan Agama. Oleh

karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang

berdampak beragamnya nilai-nilai budaya tersebut yang tentunya sangat

menguntungkan, sebab diyakini tidak ada satupun kebudayaan yang berciri

menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan

berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi

besar dalam mencapai kemajuan.

Kota Medan mengemban fungsi regional yang luas, baik sebagai

pusat pemerintahan maupun kegiatan ekonomi dan sosial yang mencakup

bukan hanya Propinsi Sumatera Utara tetapi juga wilayah propinsi

(Sumbagut). Adanya fungsi regional yang luas tersebut, telah menjadikan

Kota Medan dapat menyelenggarakan aktifitas ekonomi dalam volume

yang besar. Kapasitas ekonomi yang besar tersebut ditunjukkan oleh laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Medan, yang selalu berada

diatas pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah sekitarnya.

2. DPRD Kota Medan

Negara Indonesia adalah Negara Demokrasi dimana rakyat yang

berdaulat dan yang memegang kekuasan tertinggi dalam Negara.


(41)

mengikutsertakan rakyat dalam pemerintahan. Secara normatif demokrasi

adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat sebagaiman

yang diungkapkan dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 bahwa ―Kedaulatan

berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar‖ (Kartono, 1996).

Sistem kedaulatan rakyat dijalankan oleh para wakil rakyat dengan

sistem perwakilan atau demokrasi dengan perwakilan (representative democracy). Dalam konteks pemerintahan daerah, yaitu Kota Medan, lembaga legislatif daerah (DPRD) merupakan badan perwakilan yang

mencerminkan struktur dan sistem pemerintahan demokratis di daerah.

Badan politik yang selama ini kita kenal sebagai DPR, dalam

bahasa Eropa adalah Parliament, di Amerika dikenal sebagai legislature. Dalam bahasa Eropa parlemen mengandung makna ―pembicaraan‖

masalah-masalah kenegaraan, sedangkan di Amerika legislator

mengandung makna badan pembuat undang-undang (legislatif atau law making body).

Parlemen dalam istilah harfiah biasanya disebut legislature yang artinya badan pembuat undang-undang (legislator). Ditinjau dari fungsinya

parlemen tidaklah berbeda dengan institusi perpolitikan. Namun Nelsom

W. Polsby mengatakan bahwa parlemen berbeda secara khusus dari badan

lain karena parlemen merupakan organisasi yang beranggotakan lebih dari


(42)

sebelum mengambil keputusan, dan bertanggung jawab kepada rakyat

(Nurhaya, 2010).

2. 1 Fungsi Parlemen

Fungsi pokok parlemen tidak harus semata-mata dilihat sebagai

pembuat undang-undang (law-making body) namun juga perlu dilihat sebagai media komunikasi antara rakyat dengan pemerintah. Di Indonesia,

menurut Undang-Undang No. 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan

Kedudukan DPR, DPD, DPRD adalah sebagai berikut (Nurhaya, 2010) :

a. Fungsi Pengawasan

Berdasarkan hakekat DPRD sebagai lembaga legislatif daerah,

maka pengawasan terhadap eksekutif merupakan fungsi lain dari

DPRD. Pengawasan dilakukan melalui penggunaan hak-hak yang

dimiliki oleh DPRD. Pengawasan terhadap penyelenggaraan daerah ini

sangat penting diperlukaan pelaksanaannya dalam pengelolaan

pembangunan, sebagai refleksi partisipasi masyarakat dan hakekat

kedaulatan rakyat yang dilaksanakan lewat para wakilnya dalam

lembaga perwakilan, sebagai hakekat demokrasi Pancasila.

b. Fungsi Legislasi

Fungsi utama lembaga perwakilan rakyat adalah di bidang

legislatif. Disini keberadaan DPRD tidak dapat dilepaskan dari konsep

“Trias Politica” yang memisahkan kekuasaan ke dalam tiga bidang kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam konteks


(43)

merupakan fungsi utama karena melalui fungsi ini, DPRD dapat

menunjukkan warna dan karakter serta kualitasnya baik secara material

maupun fungsional.

Kadar peraturan daerah yang dihasilkan oleh DPRD dapat menjadi

ukuran kemampuan DPRD dalam melaksanakan fungsinya, mengingat

pembuatan suatu peraturan daerah yang baik harus dipenuhi dengan

beberapa persyaratan tertentu dimana jika sudah memenuhi

persyaratan tersebut maka peraturan daerah tersebut akan dikatakan

baik, sehingga terlaksananya fungsi ini dengan baik akan sangat

ditentukan oleh tingkat pemahaman anggota legislatif terhadap apa

yang menjadi aspirasi masyarakat, kebutuhan daerah, proses

pembuatan kebijakan serta pengawasan atas kebijakan yang dihasilkan.

c. Fungsi Anggaran

DPRD bersama-sama dengan pemerintah daerah menyusun dan

menetapkan APBD yang didalamnya termasuk anggaran untuk

pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang DPRD. Dalam menetapkan

pajak ataupun APBD ini, kedudukan DPRD lebih kuat daripada

pemerintah. Hal ini menunjukkan besarnya kedaulatan rakyat dalam


(44)

3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja DPRD Kota Medan

3. 1. Kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPRD Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan

umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota DPRD

berjumlah sekurang-kurangnya dua puluh orang dan sebanyak-banyaknya

empat puluh lima orang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Lembaga Legislatif Daerah (DPRD)

telah mengalami perubahan dan peningkatan fungsi serta peran yang

sangat berarti dalam hal:

1. DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan

berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah.

2. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk

mendapat persetujuan bersama.

3. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD bersama

dengan kepala daerah.

4. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan

perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah, APBD,

Kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program

pembangunan daerah dan kerja sama internasional di daerah.

5. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala daerah atau

wakil kepala daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri


(45)

6. Memilih wakil kepala daerah hal terjadi kekosongan jabatan wakil

kepala daerah.

7. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

8. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional di

daerah.

9. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah.

10.Membentuk panitia pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

11.Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah dan

dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Dari semua poin-poin diatas, jelas terlihat bahwa lembaga legislatif

daerah (DPRD) merupakan perwakilan rakyat di pemerintahan serta

bertugas dalam mengawasi penyelenggaraan Perda yang berjalan di

pemerintahan daerah.

C. Mahasiswa USU

Mahasiswa adalah individu dalam usia remaja lanjut dan atau usia

dewasa awal dengan karakteristiknya yang sedang menempuh pendidikan

di suatu perguruan tinggi (Papalia & Olds, 2007). Mahasiswa adalah orang


(46)

Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut

sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).

Masa mahasiswa meliputi rentang umur dari 18/19 tahun sampai

24/25 tahun. Rentang umur itu masih dapat dibagi-bagi lagi atas periode

18/19 tahun sampai 20/21 tahun yaitu mahasiswa dari semester I sampai

dengan semester IV dan periode umur 21/22 tahun sampai 24/25 tahun

yaitu mahasiswa dari semester V sampai dengan semester VIII (Winkel,

1997). Salah satu perguruan tinggi terbesar di Sumatera adalah Universitas

Sumatera Utara (USU) yang memiliki jumlah mahasiswa terbesar di Kota

Medan. Tercatat jumlah mahasiswa USU hingga Agustus 2012 adalah

44.030 orang (USU, 2012).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa USU adalah individu

dalam usia remaja lanjut dan atau usia dewasa awal dengan

karakteristiknya yang sedang menempuh pendidikan di Universitas

Sumatera Utara yang meliputi rentang umur dari 18 – 25 tahun.

D. Trust Mahasiswa USU Terhadap DPRD Kota Medan

Indonesia menganut sistem demokrasi yang mengatakan bahwa

rakyatlah yang berdaulat, yang memegang kekuasaan tertinggi dalam

Negara, wakil-wakil rakyat dipilih untuk mewakilkan masyarakat di

lembaga pemerintahan. Dalam ruang lingkup pemerintahan daerah, DPRD


(47)

DPRD menjalankan perannya sebagai wakil masyarakat di

pemerintahan baik secara individu berdasarkan kelompok maupun secara

keseluruhan dengan bertindak atas nama rakyat dan merumuskan serta

memutuskan kebijakan tentang kehidupan, memiliki tiga fungsi utama

yaitu pertama, fungsi pengawasan yang merupakan pengawasan terhadap

eksekutif. Kedua, fungsi legislasi yaitu membuat peraturan daerah serta

yang terakhir adalah fungsi anggaran yaitu bersama-sama dengan

pemerintah daerah menyusun dan menetapkan APBD.

Melalui ketiga fungsi ini, DPRD merupakan penyambung antara

rakyat dan pemerintahan daerah agar berbagai masalah serta kepentingan

mereka terpenuhi. Sebaliknya, rakyat melalui para wakilnya dapat

mempelajari dan memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi

bangsa secara nasional baik yang terjadi di pusat maupun daerah.

Trust menjadi hal yang penting dalam bekerja sama karena trust

merupakan kunci utama dari kemauan untuk bekerja sama secara sukarela.

Karena itu akan mendorong perilaku yang nantinya akan memfasilitasi

interaksi sosial yang produktif (Tyler dalam Cook, 2001). Trust merupakan hal yang utama dalam sebuah organisasi karena trust adalah hal yang fundamental untuk membangun dan memelihara kesuksesan

sebuah organisasi (Zalabak-Shockley, dkk, 2010). Dalam konteks pemerintahan, trust menjadi andalan demokrasi. Adanya indikasi menurunnya trust terhadap parlemen khususnya akan mempengaruhi


(48)

kepercayaan publik dan dukungan demokrasi (Christensen & Lægreid,

2003).

Trust merupakan suatu konsep yang multidimensional, yang berarti bahwa trust memiliki dimensi perilaku, kognitif dan emosional. Trust

adalah perpaduan kompleks perilaku dan tindakan (dimensi perilaku),

keyakinan, kecenderungan, motivasi, ekspektasi, dan asumsi (dimensi

kognitif), dan emosi serta perasaan (dimensi emosional). Ketika diketahui

bahwa wakil rakyat telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai, tingkat

trust dapat berkurang. Reaksi dalam kognitif dan emosi ini didasarkan pada perilaku yang diamati (Zalabak-Shockley, dkk, 2010).

Mahasiswa merupakan kaum yang kritis dan mewakili kelompok

intelektual dalam masyarakat serta mampu menghadapi berbagai hal yang

berkembang, apalagi terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial dan

kebijakan politik. Disamping itu, mahasiswa yang juga dikenal sebagi

agen perubahan serta calon pemimpin masa depan, sadar bahwa trust

merupakan hal yang utama dalam membentuk kesuksesan negara.

Berdasarkan komunikasi personal dengan beberapa mahasiswa

USU, adanya trust terhadap DPRD merupakan hal yang penting, karena dengan begitu akan melancarkan jalannya kebijakan-kebijakan yang

diberlakukan. DPRD juga merupakan orang-orang pilihan dan yang telah

dipilih oleh masyarakat. Untuk memperlancar jalannnya

kebijakan-kebijakan tersebut DPRD membutuhkan dukungan dan kepercayaan


(49)

kinerja DPRD. Jika semakin percaya, maka bisa dikatakan bahwa kinerja

DPRD juga semakin bagus (Komunikasi Personal, 2012).

Penelitian sebelumnya di Norwegia yang juga menganut sistem

demokrasi diketahui bahwa trust kepada pemerintahan secara umum bervariasi, namun persentase yang paling tinggi ada di trust terhadap parlemen. Dikatakan bahwa orang yang cenderung puas dengan

bagaimana sistem demokrasi mereka bekerja, secara umum memiliki trust

yang lebih tinggi (Christensen & Lægreid, 2003).

Namun, kasus di Indonesia menunjukkan bahwa trust pada lembaga negara tidak terlalu tinggi yang diukur secara tidak langsung

dengan ―rasa keterwakilan anggota DPR/D‖. Hasil ini didapat dari survey

yang dilakukan pada Juli 2000 oleh Konsorsium Lembaga Pengumpul

Pendapat Umum. Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa rasa

keterwakilan anggota DPR dan DPRD Tingkat I (Provinsi) tidak terlalu

mewakili, sedangkan terhadap DPRD Tingkat II (Kota/Kabupaten) dirasa

sudah mewakili (Sujatmiko, 2001).

Jika trust menyiratkan keyakinan atau belief bahwa motif dari otoritas kelompok tersebut penuh dengan kebaikan dan peduli, maka

distrust berarti menyiratkan bahwa individu mengalami adanya pelanggaran dari pengharapan, pelanggaran integritas dan kecenderungan

untuk mengatribusi niat jahat kepada otoritas kelompok tersebut (Lewicki


(50)

Keadaan trust akan mengarah pada hubungan kepada pemerintah yang akan berjalan dengan baik tanpa adanya konflik serta terciptanya

kestabilan sosial dan politik yang berarti mahasiswa percaya terhadap

fungsi DPRD sebagai fungsi perwakilan. Sebaliknya, kondisi distrust

mengarah pada sikap apatis terhadap DPRD dan hilangnya antusiasme

pada saat pemilihan legislatif (Wardhana, 2009).

Ketiadaan distrust juga bisa berakibat pada munculnya cara-cara penyaluran aspirasi dengan menggunakan metode demonstrasi yang tidak

jarang melibatkan kekerasan dan merugikan semua pihak. Jika hal ini terus

terjadi, akan berdampak pada demokrasi. Sistem demokrasi tidak akan

kokoh tanpa kepercayaan publik atas keefektifannya (Wardhana, 2009).

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai trust

terhadap pemerintahan diketahui bahwa keadaan trust atau distrut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor sosial demografis (usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang etnis) dan pengalaman

langsung (Bouckaert & Van de Walle, dalam Christensen & Lægreid,

2002a, 2003; Newton & Norris dalam Knesset, 2006; Miller & Listhaug,

Mishler & Rose, Price & Romantan dalam Newburg, 2011).

Selain faktor sosial demografis dan pengalaman langsung,

gambaran trust mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan juga ditinjau

dari ada tidaknya organisasi kemahasiswaan yang diikuti dan organisasi

kemahasiswaan yang diikuti. Mahasiswa dalam kegiatannya pasti tidak


(51)

dianggap memiliki pandangan khusus dan kritis terhadap sesuatu yang

terjadi. Segala perubahan yang dilakukan saat Orde Lama, Orde Baru dan

Reformasi tidak terlepas dari peran mahasiswa yang bergerak dalam


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berkaitan dengan trust mahasiswa USU terhadap DPRD Kota Medan. Guna memperoleh gambaran hasil penelitian tersebut maka

peneliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penelitian deskriptif

menurut Azwar (2000) bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan

akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang tertentu.

Penelitian deskriptif dilakukan secara kuantitatif untuk mendapatkan hasil

analisis statistik mengenai gambaran trust mahasiswa seperti apa adanya fenomena tersebut.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel

yang terlibat adalah trust.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Trust adalah atribusi yang dilakukan orang tentang motif dari otoritas DPRD Kota Medan serta keyakinan menyeluruh mengenai

kompetensi DPRD Kota Medan dalam hal komunikasi dan perilaku, dalam

hal keterbukaan dan kejujuran, kepedulian, kehandalan. Disamping itu

individu merasa tujuan, norma serta nilai-nilainya sama sehingga layak

untuk diidentifikasi.


(53)

Index dari Zalabak-Shockley, dkk, (2010) dan dari beberapa referensi lain dari karakteristik-karakteristik trustee yang diajukan oleh Zalabak-Shockley, dkk, 2010 yaitu kompetensi (competence), keterbukaan dan kejujuran (openness and honesty), peduli terhadap pemangku kepentingan (concern for stakeholder), kehandalan (reliability) dan identifikasi (identification).

Berikut merupakan definisi operasional dari masing-masing

dimensi pembentuk trust:

1. Kompetensi (competence)

Kompetensi meliputi tidak hanya sejauh mana kita melihat keefektifan,

kapabilitas dan kualitas karyawan atau pemimpin kita, tetapi juga

organisasi secara keseluruhan.

2. Keterbukaan dan kejujuran (openness and honesty)

Dimensi ini tidak hanya meliputi keakurasian dan jumlah dari

informasi yang dibagikan, tetapi juga bagaimana informasi tersebut

disampaikan secara tepat dan tulus.

3. Peduli terhadap pemangku kepentingan (concern for stakeholder) Kepedulian terhadap pemangku kepentingan meliputi perasaan peduli,

empati, toleransi, dan keselamatan yang ditunjukkan ketika mengalami

kerentanan.


(54)

Kehandalan ditentukan oleh apakah rekan kerja, tim atau organisasi

bertindak konsisten dan dapat diandalkan atau tidak.

5. Identifikasi (identification)

Dimensi ini mengindikasikan seberapa dekat individu terhubung

dengan organisasi dan rekan kerja melalui kesamaan tujuan, norma,

nilai dan belief yang berasosiasi dengan budaya organisasi.

Tingkat trust juga ditinjau berdasarkan 3 (tiga) fungsi DPRD yaitu Fungsi Pengawasan, Fungsi Legislasi dan Fungsi Anggaran. Semakin

tinggi skor trust yang didapat pada setiap subjek maka semakin trust

terhadap DPRD Kota Medan serta terhadap ketiga fungsinya.

C. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling 1. Subjek Penelitian

Dalam suatu penelitian, masalah populasi dan sampel yang dipakai

merupakan satu faktor penting yang harus diperhatikan (Hadi, 2000).

Populasi adalah semua individu, untuk siapa kenyataan-kenyataan yang

diperoleh dari sampel itu akan digeneralisasikan (Hadi, 2000). Dari

populasi yang ditentukan akan diambil wakil dari populasi yang disebut

sampel penelitian. Sampel harus dapat mewakili ciri-ciri populasinya.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenakan dalam penelitian


(55)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah

mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Karena keterbatasan peneliti

untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti

sebagian dari keseluruhan populasi yang dijasikan sebagai subjek

penelitian atau yang dikenal dengan nama sampel.

2. Teknik Sampling

Penelitian sampel dilakukan untuk menggeneralisasikan sampel

yaitu untuk mengambil kesimpulan penelitian sampel sebagai sesuatu yang

berlaku bagi populasi (Arikunto, 1998).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

Teknik non probability, dalam teknik non probability tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi

anggota sampel. Teknik non probability yang digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling, dimana pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang mempunyai sangkut

paut yang erat dengan ciri-ciri atau karakteristik populasi yang sudah

diketahui sebelumnya (Hadi, 2000).

3.Jumlah Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian ini ditentukan berdasarkan jumlah

populasi yang ada dengan menggunakan rumus yang diformulasikan oleh


(56)

Dengan keterangan: n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

E = margin of error

Diketahui jumlah populasi mahasiswa USU berjumlah 44.036

mahasiswa, maka dapat ditentukan jumlah sampel sebagai berikut:

n = 396.39, pembulatan menjadi 400 mahasiswa

Berdasarkan formula diatas, maka didapat jumlah sampel dalam

penelitian adalah 400 subjek dan jumlah ini diharapkan dapat mewakili

karakteristik populasinya.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Dalam usaha mengumpulkan data penelitian diperlukan suatu

metode. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan metode skala dan wawancara personal sebagai alat ukur

tambahan. Skala digunakan karena data yang diukur berupa konstruk atau

konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui


(57)

pernyataan (Azwar, 2000). Metode skala yaitu suatu metode pengumpulan

data yang merupakan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh

subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Sedangkan wawancara personal

digunakan untuk mengeksplorasi hasil penelitian yang telah diukur dengan

skala.

Menurut Hadi (2000), metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan

dengan alasan sebagai berikut:

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

b. Apa yang dinyatakan subjek pada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

1. Skala Trust

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala trust yang dibentuk dari teori trust yang dikemukakan oleh Pamela Shockley-Zalabak (2010). Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat trust. Butir-butir pernyataan atau pertanyaan disusun berdasarkan dimensi trust, yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang bersifat positif (favorable). Dimensi-dimensi trust adalahkompetensi (competence), keterbukaan dan kejujuran


(58)

(openness and honesty), peduli terhadap pemangku kepentingan (concern for stakeholder), kehandalan(reliability)dan identifikasi (identification).

Metode skala yang digunakan adalah metode Likert (Azwar, 2000).

Skala ini merupakan format respons dimana setiap aitem meliputi 4

(empat) pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju

(TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Tabel 1. Blueprint Skala Trust

Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan favorable

(mendukung) dimana nilainya bergerak mulai dari 4 untuk Sangat Sesuai

Konsep Dimensi Bobot (%) Aitem Secara Umum Aitem Fungsi Pengawasan Aitem Fungsi Legislasi Aitem Fungsi Anggaran Total Trust

1. Kompetensi 35 % 3 6 6 3 18

2. Keterbukaan dan

Kejujuran

19,6 % 3 3 2 3 11

3. Peduli Terhadap Stakeholder

17,6 % 3 2 2 2 9

4. Kehandalan 15,6 % 3 2 1 2 8

5. Identifikasi 11,7 % 2 1 1 2 6


(59)

mengukur tingkat trust berdasarkan Fungsi DPRD yaitu trust terhadap Fungsi Pengawasan, Fungsi Legislasi dan Fungsi Anggaran.

Semakin tinggi skor masing-masing dimensi trust maka akan menunjukkan skor trust yang semakin baik atau tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor masing-masing dimensi trust maka akan menunjukkan skor trust yang semakin rendah.

2. Wawancara Personal

Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan

untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk memperoleh pengetahuan

tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan

topik yang diteliti, dan bermaksud mengadakan eksplorasi terhadap isu

tersebut (Poerwandari, 2007).

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara personal dan

dengan pedoman umum sebagai panduan wawancara. Wawancara

dilakukan kepada 4 orang responden penelitian yang sebelumnya telah

diberikan skala dengan tujuan untuk lebih mengeksplor apa yang menjadi

alasan responden distrust terhadap DPRD Kota Medan. Metode wawancara ini bersifat sebagai penyedia data tambahan untuk

mengeksplorasi hasil penelitian yang telah didapatkan.


(60)

Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk melihat seberapa

jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan

seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar,

2000). Uji validitas dan reliabilitas alat ukur diperlukan agar aitem-aitem

yang dikonstruk valid dan reliable. Aitem-aitem dalam skala yang memiliki validitas baik dengan daya beda yang cukup tinggi dan reliable

akan digunakan untuk mengukur tingkat trust individu.

1. Uji Validitas

Azwar (2000) mendefinisikan validitas tes atau validitas alat ukur

adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang dimaksudkannya untuk

diukur, artinya derajat fungsi mengukurnya suatu tes atau derajat

kecermatan suatu tes. Untuk mengkaji validitas alat ukur dalam penelitian

ini, peneliti melihat alat ukur berdasarkan arah isi yang diukur yang

disebut dengan validitas isi (content validity). Dalam penelitian ini, validitas alat ukur ditentukan melalui pendapat profesional (professional judgement) dalam proses telaah soal.

Proses validasi alat ukur ini dilakukan oleh peneliti dalam beberapa

tahapan. Pertama, peneliti mengkonstruk skala trust berdasarkan teori trust

yang dikemukakan oleh Zalabak-Shockley, dkk (2010). Kedua,

pernyataan-pernyataan skala ditelaah oleh professional judgement, dalam hal ini dilakukan oleh dosen pembimbing. Ketiga, skala yang telah siap


(61)

aitem yang telah dikonstruk oleh peneliti apakah masih ada kata-kata yang

sulit dipahami atau sulit dimengerti. Keempat, skala yang telah

dikomentari diperiksa kembali oleh professional judgment, yaitu dosen

pembimbing.

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Trust Sebelum Uji Coba

Konse p

Dimensi Bobot (%)

Aitem Secara Umum

Aitem Fungsi Pengawasan

Aitem Fungsi Legislasi

Aitem Fungsi Anggaran

Total

1. Kompetensi 35 % 1, 2, 41 11, 18, 20, 43, 45, 50

13, 24, 26, 29, 31, 49

12, 33, 40 18 2. Keterbukaa

n dan Kejujuran

19,6 %


(62)

2. Uji Reliabilitas Alat Ukur

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila

aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi

menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan

hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar,

2000).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi

internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu

sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar item atau

antar bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis

(Azwar, 2000). Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas

dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16.0 For Windows.

Pengujian reliabilitas alat ukur diujicobakan kepada 114

mahasiswa/i dengan rincian 94 mahasiswa/i Fakultas Psikologi Universitas

Trust

3. Peduli Terhadap Stakeholder

17,6 %

5, 17, 21 6, 15 23, 25 7, 48 9

4. Kehandalan 15,6 %

9, 44, 46 32, 42 37 8, 39 8

5. Identifikasi 11,7 %

10, 28 35 38 47, 51 6


(1)

No PERNYATAAN STS TS S SS

9 Saya merasa DPRD konsisten antara perkataan dan tindakannya.

10 Saya merasa terwakili oleh DPRD.

11 DPRD memiliki kualitas dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pembangunan daerah.

12 DPRD memiliki kemampuan dalam menentukan anggaran daerah (APBD). 13 DPRD memiliki kemampuan dalam

menyusun dan menetapkan Peraturan daerah (Perda) yang mencerminkan kebutuhan daerah kota Medan.

14 Saya bisa menyampaikan keluhan atau aspirasi saya jika ada yang tidak sesuai dari kinerja pengawasan DPRD terhadap lembaga eksekutif (Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah beserta perangkat daerah). 15 DPRD melakukan pengawasan terhadap

lembaga eksekutif (Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah beserta perangkat daerah) karena peduli dengan keterwakilan masyarakat.

16 DPRD tulus dalam upayanya untuk berkomunikasi dengan masyarakat.


(2)

No PERNYATAAN STS TS S SS

17 Saya puas dengan efisiensi kinerja DPRD dalam mewujudkan suasana pemerintahan daerah yang transparan.

18 Saya bisa menyampaikan keluhan atau aspirasi saya jika ada yang tidak sesuai dari mekanisme penyusunan dan penetapan Peraturan daerah (Perda) kota Medan.

19 DPRD memiliki kualitas dalam mewujudkan suasana pemerintahan daerah yang transparan.

20 DPRD mendengarkan aspirasi dan keluhan dari masyarakat.

21 Saya bisa menyampaikan keluhan atau aspirasi saya jika ada ketidaksusaian antara kondisi kemampuan keuangan daerah dengan output (keluaran) kinerja pelayanan masyarakat.

22 DPRD mengutamakan transparansi mengenai Peraturan daerah (Perda) kepada semua masyarakat.

23 Saya puas dengan efisiensi Peraturan daerah (Perda) yang disusun dan ditetapkan oleh DPRD.


(3)

No PERNYATAAN STS TS S SS

24 DPRD mengutamakan akuntabilitas (memberikan pertanggung jawaban) mengenai Peraturan daerah (Perda) kepada semua masyarakat.

25 DPRD memiliki kualitas dalam menyusun dan menetapkan Perda yang mencerminkan aspirasi masyarakat.

26 Saya menerima informasi yang memadai mengenai bagaimana hasil pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh DPRD. 27 Nilai yang diterapkan oleh DPRD sama

dengan nilai yang saya pegang.

28 Saya puas dengan efisiensi Peraturan daerah (Perda) yang telah mampu menampung aspirasi masyarakat.

29 Saya merasa DPRD transparan dalam melakukan pengawasan terhadap pemerintah daerah kota medan.

30 DPRD memiliki kualitas dalam menyusun dan menetapkan Perda yang mencerminkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

31 DPRD memiliki komitmen dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pembangunan daerah.


(4)

No PERNYATAAN STS TS S SS

32 Saya puas dengan efisiensi kinerja DPRD dalam menetapkan anggaran daerah (APBD) yang sesuai dengan kebutuhan daerah.

33 Saya menerima informasi yang memadai mengenai bagaimana hasil evaluasi Peraturan daerah (Perda) kota Medan. 34 Fungsi pengawasan yang dijalankan oleh

DPRD sesuai dengan nilai yang saya pegang.

35 Saya menerima informasi yang memadai mengenai hasil evaluasi keefektifan dan keefisienan dari anggaran belanja daerah (APBD).

36 DPRD memiliki komitmen mengenai tranparansi Peraturan daerah (Perda). 37 Peraturan daerah (Perda) yang disusun dan

ditetapkan oleh DPRD sesuai dengan nilai yang saya pegang.

38 DPRD memiliki komitmen dalam pembuatan anggaran daerah (APBD). 39 DPRD memiliki kualitas dalam


(5)

No PERNYATAAN STS TS S SS

40 DPRD memiliki kemampuan mewakili masyarakat kota Medan.

41 Dalam melakukan pengawasan, perilaku DPRD sesuai dengan apa yang mereka katakan.

42 Saya puas dengan kemampuan DPRD dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pembangunan daerah.

43 DPRD menunjukkan perilaku yang konsisten dari hari ke hari.

44 DPRD memiliki kemampuan dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pembangunan daerah.

45 Perilaku DPRD sesuai dengan apa yang mereka katakan.

46 Saya rasa nilai yang diterapkan oleh DPRD dalam menyusun dan menetapkan anggaran belanja daerah (APBD) sama dengan nilai yang saya pegang.

47 Anggaran daerah (APBD) yang disusun dan ditetapkan oleh DPRD mengutamakan kepentingan masyarakat yang diwakilinya.


(6)

48 Saya puas dengan kemampuan DPRD dalam menyusun dan menetapkan Peraturan daerah (Perda).

49 Saya puas dengan efisiensi kinerja pengawasan DPRD dalam hal pengelolaan pembangunan daerah.

50 Saya rasa nilai yang diterapkan oleh DPRD dalam menjalankan anggaran (APBD) sama dengan nilai yang saya pegang. 51 Saya rasa DPRD menjaga kepercayaan

masyarakat.

MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA, PASTIKAN TIDAK ADA JAWABAN YANG KOSONG