Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Medan Tahun 2015

(1)

PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG KONSUMSI MAKANAN

SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

TRY DESFI RAHAYU NIM : 101000207

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TENTANG KONSUMSI MAKANAN

SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

TRY DESFI RAHAYU NIM : 101000207

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(3)

(4)

menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast

food, 25% menyatakan sebagai makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan

selingan, dan 2% menyatakan sebagai makan pagi. Hal tersebut akan semakin

berkembang seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan fast food di

Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU)

dalam mengonsumsi makanan siap saji (fast food).

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013 yaitu mahasiswa jurusan Kedokteran USU yang duduk di semester IV. Populasi tersebut harus sudah memperoleh mata kuliah yang

berhubungan dengan gizi yaitu mata kuliah GDS (Growth and Development

System). Dari populasi yang berjumlah 481 orang diambil sampel 80 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lameshow (1990). Kemudian, data dianalisis menggunakan analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian mahasiswa pada penelitian berumur 20 tahun yaitu 61,3% dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 67,5% serta uang saku perhari mahasiswa adalah Rp.32.700. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 48,8% mahasiswa mendapatkan informasi baik tentang fast

food dari iklan, 63,8% mahasiswa memiliki pengetahuan kategori baik, 86,3% mahasiswa memiliki sikap kategori sedang dan 53,8% memiliki tindakan kategori

baik tentang makanan siap saji (fast food).

Disarankan kepada Pemerintahan Mahasiswa untuk membuat diskusi atau seminar kepada mahasiswa tentang upaya mengurangi frekuensi konsumsi

makanan siap saji (fast food) dan menggantinya dengan konsumsi sayuran serta

buah-buahan serta dampak mengonsumsi makanan siap saji (fast food). Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengonsumsi fast food

secara berlebihan. Dan diharapkan kepada Dekanat Kedokteran USU untuk menghimbau kepada pihak kantin agar dapat menyediakan hidangan makanan sehat.


(5)

A survey which provided by AC Nielsen (2008) stated that 69% of cities in Indonesia used to consume the fast food. A total of 33% of them saidthat fast food is the choice for their lunch, 25% fortheir dinner, 9% fortheir such snack, and 2% for their breakfast. This condition will be growing along with the increasing consumption of fast food in Indonesia. This research provided by the authors aimed to determine the behavior of students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra (USU) on consuming fast food.

This research used descriptive quantitative method. The population in this study is students of 2013 whose major in Medicine USU on the fourth semester. The population musthas obtained subjects related to nutrition which is GDS (Growth and Development System). From that population of 481 people were taken 80 samples obtained by using the formula Lameshow (1990). Then, the data analyzed using descriptive data analysis to describe the knowledge, attitudes, and actions of students on the consumption of fast food which will be presented in frequency distribution table.

The results showed the majority of students in the study was 20 years old is 61.3% and the largely female is 67.5% as well as a day student allowance is Rp.32.700.The results showed that 48.8% of students got good information on fast food advertising, 63.8% of the students have a good knowledge category, 86.3% of students have an attitude of moderate category and 53.8% had both categories act on fast food (fast food).

Students suggested to the Government to make discussions or seminars to students about efforts to reduce the frequency of consumption of fast food and replace it with the consumption of vegetables and fruits as well as the effects of eating fast food. So that, it can raise the awareness about the dangers of excessive consumption of fast food. And is expected to the Dean of Medicine USU to appeal to the canteen in order to provide healthy food dish.


(6)

Nama : Try Desfi Rahayu

Tempat Lahir : Kisaran

Tanggal Lahir : 25 Desember 1992

Suku Bangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Effendi Simatupang, ST

Suku Bangsa Ayah : Batak

Nama Ibu : Aini

Suku Bangsa Ibu : Jawa

Pendidikan Formal

1. TK Aisiyah Bustanul Athfal 2 Kisaran : Tahun 1997 – 1998

2. SD Negeri 6 No 010088 Kisaran : Tahun 1998 - 2004

3. SMP Negeri 1 Kisaran : Tahun 2004 - 2007

4. SMA Negeri 1 Kisaran : Tahun 2007 – 2010


(7)

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul “Perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tentang Konsumsi Makanan

Siap Saji (Fast Food) Medan Tahun 2015” yang merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari dukungan serta doa dari orang-orang tersayang. Terimakasih kepada Orang Tua tercinta Effendi Simatupang, ST dan Aini beserta kakak July Anita Amd.Kep, Dwy Oktaria, SS dan adik Muhammad Syahfindra untuk segala kasih dan sayangnya serta doa, dukungan dan nasehat yang sangat berarti bagi penulis. Penulis juga

mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada Ibu Lita Sri Andayani,

SKM, MKes selaku dosen pembimbing I dan Ibu Ernawati Nasution, SKM,

MKes selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan,

petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Drs.Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

3. BapakDr,dr, Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini. 6. Ibu Namora Lumongga Lubis, MSc, Ph.D selaku Dosen Penguji II yang

telah banyak memberikan kritik, saran dan pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(8)

8. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD,KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk penelitian untuk kesempurnaan skripsi ini.

9. Pegawai dan Staf Fakultas Kedokteran USU Ibu Rumi dan Abangda

Purnama yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10. Pegawai Staf Departemen PKIP Bapak Warsito yang telah banyak

membantu penulis.

10. Sahabat-sahabat tersayang Hesti Lestari, Rini Ria Kardina, Vinny Ardwifa

dan Putri terima kasih yang tulus untuk selalu ada dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan untuk semua hal yang telah kalian berikan.

11. Terima kasih kepada sahabat seperjuangan tercinta Melda Hayani, Eva

Novia, Ina, Vinetta, Fahri Rizki, Jev, Mamat, Ical, Panji, Dian Parama, dan Kamal untuk segala hal yang pernah kita lalui bersama.

12. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat tersayang Gizsya Resha,

Fitri Hariyani, Ilma Mawaddah, Azlia Helmi, Kiki Aulia, Sulvizar Musranda yang selalu ada memberikan semangat dan do‟a dalam mengerjakan skripsi ini.

13. Terimakasih buat Heri Syahputra atas motivasi dan dukungannya yang selalu

memberikan semangat dan do‟a kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

14. Kepada kakak-kakak tersayang Kak Patima, Kak Dominika, Kak Yanti,

Kak Nia Maharani, Kak Nadila, Kak Tia, Kak Yudha, Kak Regina, Kak Meilin yang sudah banyak membantu dan telah memberikan dukungan kepada penulis.


(9)

Ivo, dan Rici Dina yang telah memberikan dukungan kepada penulis.

16. Terima kasih juga kepada sepupu-sepupuku tersayang Abdul Hadi,

Abangda Hendrayang selalu memberi semangat dan do‟a kepada penulis.

17. Terima kasih untuk teman PBL kelompok 15 Pondok Atas Kak Sri,

Damayani, Rovina Winata, Lidya, Uno, Parno yang telah memberikan semangat kepada penulis. Tak pernah lupa bahwa kita pernah serumah.

18. Teman-teman FKM USU angkatan 2010 terkhususnya teman Departemen PKIP FKM USU telah memberikan semangat dan dorongan kepada penulis. 19. Semua pihak yang telah benyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas dukungan, kerja sama dan do‟anya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Agustus 2015


(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku Makan Mahasiswa ... 9

2.1.1 Pengetahuan ... 11

2.1.2 Sikap ... 13

2.1.3 Tindakan ... 15

2.2 Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 18

2.2.1 Jenis Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 20

2.2.2 Dampak Negatif Makanan Siap Saji ... 22

2.2.3 Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Saip Saji ... 25

2.2.4 Pengukuran Konsumsi Makanan ... 27

2.3 Media Iklan ... 30

2.3.1 Iklan Televisi ... 31

2.3.2 Iklan Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 35

2.4 Kerangka Konsep ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37

3.2.2 Waktu Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1 Populasi ... 37

3.3.2 Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.4.1 Data Primer ... 40

3.4.2 Data Sekunder ... 40


(11)

3.6.1 Instrumen Penelitian ... 41

3.6.2 Aspek Pengukuran ... 41

3.7 Pengolahan dan Analisa Data... 45

3.7.1 Pengolahan Data ... 45

3.7.2 Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

4.2 Karakteristik Mahasiswa ... 48

4.3 Sumber Informasi yang Diperoleh Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 49

4.4 Perilaku Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food... 52

4.4.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 52

4.4.2 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 58

4.4.3 Tindakan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 62

BAB V PEMBAHASAN ... 66

5.1 Karakteristik Mahasiswa-Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 66

5.1.1 Umur ... 66

5.1.2 Jenis Kelamin ... 66

5.1.3 Uang Saku ... 67

5.2 Sumber Informasi ... 68

5.3 Perilaku Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food... 69

5.3.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 69

5.3.2 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Dampak dari Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) Secara Terus-Menerus ... 70

5.3.3 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Zat Kimia yang terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 71

5.3.4 Pengetahuan Mahasiswa tentang Frekuensi Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) yang baik ... 72

5.3.5 Pengetahuan Mahasiswa Tentang MSG (Monosodium Glutamate) yang Terkandung dalam Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 74

5.3.6 Pengetahuan Mahasiswa tentang Penyakit yang Timbul jika Kandungan Lemak yang Sangat Tinggi pada Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 76

5.4 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food ... 77

5.4.1 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Baik Untuk Kesehatan... 79

5.4.2 Sikap Mahasiswa Bahwa Makanan Siap Saji (Fast Food) Lebih Praktis dan Menghemat Waktu Dibandingkan Membawa Makanan dari Rumah ... 80

5.4.3 Sikap Mahasiswa Bahwa Paket Promosi yanng Ditawarkan Menjadi Pilihan Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 81


(12)

5.5 Tindakan Mahasiswa Dalam Konsumsi Fast Food ... 85

5.5.1 Uang Saku yang Cukup Menyebabkan Mahasiswa Memilih Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 86

5.5.2 Tindakan Mahasiswa Tentang Sistem Delivery Pada Pemesanan Makanan Siap Saji (Fast Food) ... 88

5.5.3 Makanan Siap Saji (Fast Food) Menjadi Pilihan Untuk Di Konsumsi Karena Aksesnya Dekat Dengan Kampus ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91

6.1 Kesimpulan ... 91

6.2 Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93 DAFTAR LAMPIRAN


(13)

Tabel 4.1 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Karakteristik ... 48 Tabel 4.2 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Sumber Informasi ... 49 Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan

Pernyataan Tentang Sumber Informasi ... 50 Tabel 4.4 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan

Pernyataan Tentang Sumber Informasi ... 51 Tabel 4.5 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 52 Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan

Pertanyaan Pengetahuan ... 54 Tabel 4.7 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Sikap ... 58 Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan

Pernyataa Sikap... 60 Tabel 4.9 Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Kategori Tindakan ... 62 Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Mahasiswa Berdasarkan


(14)

(15)

Survei yang dilakukan oleh AC Nilsen (2008) menyatakan bahwa 69%

masyarakat kota di Indonesia mengonsumsi fast food. Sejumlah33% diantaranya

menyatakan makan siang sebagai waktu yang tepat untuk makan di restoran fast

food, 25% menyatakan sebagai makan malam, 9% menyatakan sebagai makanan

selingan, dan 2% menyatakan sebagai makan pagi. Hal tersebut akan semakin

berkembang seiring dengan meningkatnya konsumsi makanan fast food di

Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU)

dalam mengonsumsi makanan siap saji (fast food).

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa angkatan 2013 yaitu mahasiswa jurusan Kedokteran USU yang duduk di semester IV. Populasi tersebut harus sudah memperoleh mata kuliah yang

berhubungan dengan gizi yaitu mata kuliah GDS (Growth and Development

System). Dari populasi yang berjumlah 481 orang diambil sampel 80 orang yang diperoleh dengan menggunakan rumus Lameshow (1990). Kemudian, data dianalisis menggunakan analisa data deskriptif untuk mendeskripsikan pengetahuan, sikap, dan tindakan mahasiswa tentang konsumsi makanan siap saji yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian mahasiswa pada penelitian berumur 20 tahun yaitu 61,3% dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 67,5% serta uang saku perhari mahasiswa adalah Rp.32.700. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa 48,8% mahasiswa mendapatkan informasi baik tentang fast

food dari iklan, 63,8% mahasiswa memiliki pengetahuan kategori baik, 86,3% mahasiswa memiliki sikap kategori sedang dan 53,8% memiliki tindakan kategori

baik tentang makanan siap saji (fast food).

Disarankan kepada Pemerintahan Mahasiswa untuk membuat diskusi atau seminar kepada mahasiswa tentang upaya mengurangi frekuensi konsumsi

makanan siap saji (fast food) dan menggantinya dengan konsumsi sayuran serta

buah-buahan serta dampak mengonsumsi makanan siap saji (fast food). Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya mengonsumsi fast food

secara berlebihan. Dan diharapkan kepada Dekanat Kedokteran USU untuk menghimbau kepada pihak kantin agar dapat menyediakan hidangan makanan sehat.


(16)

is the choice for their lunch, 25% fortheir dinner, 9% fortheir such snack, and 2% for their breakfast. This condition will be growing along with the increasing consumption of fast food in Indonesia. This research provided by the authors aimed to determine the behavior of students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra (USU) on consuming fast food.

This research used descriptive quantitative method. The population in this study is students of 2013 whose major in Medicine USU on the fourth semester. The population musthas obtained subjects related to nutrition which is GDS (Growth and Development System). From that population of 481 people were taken 80 samples obtained by using the formula Lameshow (1990). Then, the data analyzed using descriptive data analysis to describe the knowledge, attitudes, and actions of students on the consumption of fast food which will be presented in frequency distribution table.

The results showed the majority of students in the study was 20 years old is 61.3% and the largely female is 67.5% as well as a day student allowance is Rp.32.700.The results showed that 48.8% of students got good information on fast food advertising, 63.8% of the students have a good knowledge category, 86.3% of students have an attitude of moderate category and 53.8% had both categories act on fast food (fast food).

Students suggested to the Government to make discussions or seminars to students about efforts to reduce the frequency of consumption of fast food and replace it with the consumption of vegetables and fruits as well as the effects of eating fast food. So that, it can raise the awareness about the dangers of excessive consumption of fast food. And is expected to the Dean of Medicine USU to appeal to the canteen in order to provide healthy food dish.


(17)

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Fast food adalah makanan cepat saji yang disajikan secara cepat, praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat serta rendah serat dan

tinggi lemak. Fast food mempunyai kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga

hemat waktu dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, serta penyajian yang

higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

penyajiannya yang cepat sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan dapat dihidangkan kapan dan dimana saja, higienis dan dianggap sebagai makanan bergengsi dan makanan gaul.

Dalam hal konsumsi makanan siap saji ini mahasiswa harus mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal salah satunya adalah dengan menjaga status gizi yang seimbang, artinya semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh harus terpenuhi dengan tepat guna. Status gizi setiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi adalah tingkat pengetahuan gizi. Menurut Sediaoetama (2002), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku memilih makanan, yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang dikonsumsi.

Banyak faktor yang membuat para mahasiswa lebih memilih

mengonsumsi fast food antara lain kesibukan orang tua khususnya ibu yang tidak

sempat menyiapkan makanan di rumah sehingga mahasiswa lebih memilih


(18)

mendukung dalam hal besarnya uang saku mahasiswa. Selain itu, penyajian fast food yang cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu lama, rasanya enak, sesuai

selera dan seringnya mengkonsumsi fast food dapat menaikkan status sosial

mahasiswa, menaikkan gengsi dan tidak ketinggalan globalitas (Proverawati, 2010).

Survei yang dilakukan oleh AC Nilsen bahwa 69% masyarakat kota di

Indonesia mengonsumsi fast food yaitu 33% menyatakan makan siang sebagai

waktu yang tepat untuk makan di restoran fast food, 25% untuk makan malam,

9% menyatakan sebagai makanan selingan dan 2% memilih untuk makan pagi (Nilsen 2008). Hal tersebut akan semakin berkembang sesuai dengan

meningkatkatnya tingkat konsumsi makanan fast food di Indonesia.

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya

hidup yang menjurus ke westernisasi dan sedentari (gaya hidup malas), berakibat

pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap penawaran

makanan siap saji (fast food), yang berdampak meningkatkan risiko obesitas

(Zametkin et al, 2004; Hidayati dkk, 2009).

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. WHO

menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global. Obesitas

sudah merupakan masalah kesehatan yang harus segera ditangani. Menurut World

Health Organization (2009) melaporkan bahwa pada tahun 2008, sekitar 1,4

milyar orang dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami overweight, dengan


(19)

Di Indonesia kejadian gizi lebih sudah terjadi sejak lama. Menurut data Riskesdas 2013, kejadian gizi lebih di Indonesia meningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013 yaitu sebesar 10% pada tahun 2010 dan menjadi 13,5% pada tahun 2013. Kejadian gizi lebih lebih banyak terjadi pada perempuan (32,9%) dibandingkan laki-laki (19,7%), sedangkan di provinsi Sumatera Utara terjadi peningkatan angka kejadian gizi lebih yaitu pada tahun 2010 sebesar 11,9% menjadi 12,2% pada tahun 2013, dan di Kota Medan sendiri prevalensi gizi lebih tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang mengalami peningkatan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Sihaloho (2012), kategori

pengetahuan tentang makanan siap saji (fast food) yang baik 63,8% dan kategori

sedang 36,2%, sedangkan dengan kategori dilihat dari sikap responden tentang makanan siap saji yang baik 63,8% dan kategori sedang 36,2%, dan dilihat dari dukungan dari kategori dukungan sosial yang baik ada 11,6%, sedang 59,4%, dan kurang sebanyak 29%, dan kategori dilihat dari kategori sumber informasi televisi ada sebanyak 85,5% dan yang menjawab pengaruh dari teman sebaya sebanyak 29% sedangkan dari media iklan sebanyak 50,7%.

Menurut penelitian yang dilakukan Lestari (2011), kebiasaan jajan fast

food, dijumpai sebagian besar kasus 88,0% membeli fast food dengan frekuensi

≥3 kali/minggu. Berdasarkan frekuensi makan per hari pada kasus dijumpai sebanyak 92,0% memiliki frekuensi makan 3-5 kali/hari, sedangkan pada kontrol dijumpai sebanyak 8% dengan frekuensi makan 3-5 kali/hari. Berdasarkan kebiasaan makan sayur diperoleh bahwa sebanyak 88,% kasus mengonsumsi


(20)

sayur 1-3 kali/minggu, berikutnya sebanyak 12,0% mengonsumsi sayur 4-7 kali/minggu. Jumlah kasus yang mempunyai kebiasaan ngemil sebanyak 82,7%, sedangkan pada kontrol kebiasaan ngemil sebanyak 32%.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kumara (2013), Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU semester ganjil tahun akademik 2013/ 2014 untuk menjawab kuesioner pengetahuan mahasiswa tentang pola nutrisi seimbang. Semester I menunjukkan bahwa dari total responden sebanyak 60.9% dengan pengetahuan kategori cukup dan sebanyak 39.1% dengan pengetahuan baik. Semester III menunjukkan sebanyak 65.2% dengan pengetahuan baik dan pengetahuan cukup sebanyak 34.8%. Tidak ada responden dengan kategori pengetahuan kurang. pada semester V mempunyai 8.7% yang berpengetahuan kurang. Responden dengan pengetahuan baik dan cukup masing-masing 34.8% dan 56.5%. Semester VII yang berpengetahuan baik adalah 34.8%. Responden yang berpengetahuan cukup dan kurang masing-masing 39.1% dan 26.1%.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Syifa (2011), diperoleh bahwa diantara 72 responden yang tinggal bersama orang tua/keluarga, terdapat 47 responden (65.3%) yang pola makannya tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). Diantara 53 responden yang tidak tinggal bersama orang tua/keluarga, terdapat 25 responden (47.2%) yang pola makannya tidak sesuai PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh

nilai p value = 0,066. Hal ini menunjukkan pada tingkat kemaknaan 5% tidak ada


(21)

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah salah satu fakultas yang terletak di Kota Medan. Fakultas ini letaknya sangat strategis, termasuk dalam kawasan pusat kota yang di dalamnya banyak terdapat restoran-restoran

fast food. Hal ini menyebabkan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih

banyak mengonsumsi makanan cepat saji seperti hamburger, fried chicken,

spaghetti, pangsit, bakso, mie ayam, dan siomay, dimana makanan cepat saji dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti kolestrol tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan stroke.

Mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai generasi muda dan merupakan aset di masa yang akan datang memerlukan perhatian khusus dalam mengonsumsi makanannya. Peranan makanan jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu mahasiswa sehari-hari tidak dapat diabaikan. Peranan tersebut terutama pada mahasiswa yang tidak cukup waktu untuk makan di rumah, makanan jajanan memberikan kontribusi zat gizi yang nyata.

Dalam hal ini mahasiswa juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style)

yang sangat mendukung, dan dukungan ekonomi dalam hal uang saku yang cukup

untuk membeli makanan siap saji (fast food) tersebut diluar, serta lingkungan

(teman) dan sangat padatnya aktivitas perkuliahan kedokteran yang membuat

mereka lebih memilih makanan siap saji (fast food) yang penyajian fast food cepat

dan praktis tidak membutuhkan waktu yang lama, rasanya yang enak, sesuai

selera dan mendorong para mahasiswa mengonsumsi makanan cepat saji (fast


(22)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara adalah salah satu fakultas yang di dalamnya terdapat mahasiswa dengan gaya hidup yang dikategorikan rata-rata dari status kalangan menengah keatas dibandingkan fakultas lainnya. Menurut penelitian Lestari (2011) menyebutkan bahwa uang saku rata-rata harian mahasiswa fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik ada hubungan bermakna antara uang saku harian dengan kejadian obesitas yaitu ≥ Rp.24.600 sebesar 80,0%. Maka, dipandang dari status ekonomi dengan besar uang saku mahasiswa fakultas kedokteran dengan mahasiswa lainnya, fakultas kedokteran lebih besar terpengaruh untuk dapat mengonsumsi makanan siap saji tersebut. Sementara itu, dengan latar belakang pendidikan Kedokteran, mereka pasti lebih mengerti tentang bahaya atau dampak

dari mengonsumsi makanan cepat saji (fast food). Seharusnya mereka menjadi

contoh bagi mahasiswa lainnya yang bukan berlatar belakang pendidikan

kedokteran dalam konsumsi makanan siap saji (fast food).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 20 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), terdapat 5 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang masih mengonsumsi makanan siap saji dan bahkan mereka menyediakan makanan siap saji di dalam mobil dan

delivery makanan. Dalam hal ini membuat mereka tidak banyak melalukan aktivitas fisik karena dalam fakultas mereka disediakan fasilitas yang mendukung seperti lift dan ruangan ber AC. Dari hasil wawancara dan pengamatan juga


(23)

food setiap harinya serta 5 orang mahasiswa lainnya obesitas dalam kategori sedang.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara tentang konsumsi makanan siap saji (fast food).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, jenis kelamin, uang saku) tentang

konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015

2. Untuk mengetahui sumber informasi (teman, iklan) tentang konsumsi

makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015

3. Untuk mengetahui tingkat kategori pengetahuan mahasiswa tentang

konsumsi makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015

4. Untuk mengetahui tingkat kategori sikap mahasiswa tentang konsumsi

makanan siap saji pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 2015

5. Untuk mengetahui tingkat kategori tindakan mahasiswa tentang konsumsi


(24)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU

mengenai perilaku mahasiswa tentang makanan cepat saji.

2. Sebagai masukan dan informasi kepada Fakultas Kedokteran USU tentang

gambaran jenis makanan cepat saji yang sehat dan tidak yang sehat di lingkungan kampus Fakultas Kedokteran USU.


(25)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Makan Mahasiswa

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati secara langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman secara instansi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, tindakan. (Notoatmodjo 2012).

Perilaku makan adalah cara seseorang berfikir, pengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan. Jika keadaan itu terus-menerus berulang maka tindakan tersebut akan menjadi kebiasaan makan (Khumaidi, 1994).

Menurut Tan dalam Fradjia (2008) berpendapat bahwa perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata karma makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan pemilihan makanan. Notoatmodjo (2012) mengatakan bahwa perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan mahasiswa adalah suatu tingkah laku, yang dapat dilihat dan diamati, yang dilakukan oleh mahsiswa dalam rangka memenuhi kebutuhan makan yang merupakan kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, merupakan reaksi terhadap stimulus yang berasal dari dalam dirinya dan juga dari luar dirinya. Jadi dapat dikatakan bahwa perilaku makan menjadi kebutuhan untuk menunjukkan


(26)

eksistensinya sebagai makhluk hidup serta sebagai dasar guna melakukan interaksi atau kontak sosial dengan orang lain (Fradjia 2008).

Menurut teori WHO, faktor-faktor perilaku dapat dibedakan menjadi dua,yaitu :

a. Faktor-faktor Internal

Yaitu faktor-faktor yang ada di dalam diri individu itu sendiri, misalnya : karakteristik (umur, jenis kelamin, pendidikan, sikap, dan sebagainya) yang dimiliki seseorang. Selain itu juga dapat berupa pengalaman akan keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, rasa tanggung jawab, pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang merasa tidak puas dengan hasil dari pekerjaan yang telah dilakukannya, dapat dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya dari luar diri individu.

b. Faktor-faktor Eksternal

Yaitu faktor-faktor yang ada di luar individu yang bersangkutan. Faktor ini mempengaruhi, sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan/motif untuk berbuat sesuatu, misalnya sumber informasi yang meliputi teman dan iklan.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal dan eksternal.


(27)

Menurut teori Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2012), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga ranah

perilaku, yaitu engetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan (sebagian besar diperoleh dari indera mata dan telinga ) terhadap objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan domain

yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan

pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara. Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan kesadaran.

Pengetahuan dan pemahaman tentang makanan sehari – hari yang dipilih

dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan

mengalami kekurangan zat – zat gizi esensial tertentu, zat gizi yang harus di

datangkan dari makanan (Proverawati, 2010). Konsumsi makanan yang berlebihan terutama mengandung karbohidrat dan lemak akan menyebabkan jumlah yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan energi, begitu juga dengan sebaliknya konsumsi makanan yang kurang, baik yang mengandung karbohidrat, lemak dan zat-zat gizi lainnya akan meyebabkan jumlah energi yang masuk kedalam tubuh tidak seimbang dengan kebutuhan. Sebagian orang memiliki kebiasaan makan yang tidak benar sehingga memacu beberapa penyakit. Kebiasaan ini antara lain sering mengkonsumsi makanan yang penuh


(28)

kalori atau makanan siap saji terutama bagi mahasiswa, padahal mahasiswa sangat memerlukan asupan gizi yang cukup (Aji, 2013).

Makanan siap saji kini semakin digemari mahasiswa, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit

(bahkan tidak ada sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat,

vitamin A dan vitamin C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% dari total

kalori yang terkandung dari makanan itu (Arisman, 2010). Snack mencakup

hampir 40 persen kalori diet mahasiswa. Es krim, hamburger dan sejenis pizza

memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori. Mahasiswa sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan cepat saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium. Salah satu penyebab kebiasaan makan pada mahasiswa adalah pengetahuan gizi yang rendah dan terlihat pada kebiasaan makan yang salah (Proverawati, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.


(29)

2. Jenis Kelamin

Yaitu perbedaan ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori: laki-laki dan perempuan.

3. Informasi

Kemudahan sesorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat sesorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Teman

Orang-orang di luar keluarga yang berinteraksi, berkomunikasi dan bersama dengan responden yang memberikan informasi dan mengajak responden.

5. Iklan

Segala sarana dalam menyampaikan berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo,2012).

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, dapat melalui wawancara atau angket. Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang


(30)

merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki (Notoatmodjo, 2012).

Soekadji (1983) berpendapat bahwa orang berprilaku mengonsumsi itu ditandai dengan :

a. Frekuesi yaitu seberapa sering perilaku itu muncul dalam waktu tertentu. b. Lamanya berlangsung yaitu berapa lama waktu yang diperlukan seseorang

untuk mengonsumsi.

c. Intensitas yaitu seberapa kuat atau lemahnya tingkatan seseorang untuk mengonsumsi.

Beberapa mahasiswa cenderung menabukan jenis makanan tertentu. Sikap ini terbentuk karena sifat mahasiswa memang sering mencoba hal baru. Mahasiswa belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, dan psikososial. Dalam pencarian identitas ini mahasiswa cepat sekali terpengaruh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian merupakan contoh keterpengaruhan itu. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman dan media (iklan televisi). Teman akrab berpengaruh besar pada mahasiswa terutama pemilihan jenis makanan. Makanan olahan, seperti yang dinyatakan dalam iklan televisi, secara berlebihan, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, juga banyak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini (Arisman, 2010).


(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2012) pada 10 siswa di SMA Negeri 1 Medan, jumlah siswa yang mengkonsumsi makanan cepat saji 1 x seminggu seperti KFC sebanyak 4 orang (40%) sedangkan sebanyak 6 siswa

(60%) mengonsumsi makanan cepat saji setiap hari seperti burger, bakso, nugget

dan mie instan karena makanan cepat saji tersebut tersedia di kantin sekolah yang selalu dikonsumsi pada jam istirahat sekolah.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju“ terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu. 2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap ,menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice)

kesehatan. Praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kwalitasnya, yakni :


(32)

1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila suatu subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan bebrapa jam, hari,

atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung

yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Perubahan perilaku kehidupan modern antara lain konsumsi makanan tinggi kalori, tinggi lemak, tinggi kolestrol, tinggi garam, rendah serat, merokok, minum alkohol dan lain sebagainya. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi, perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).

Mahasiswa pada umumnya berusia diatas 18 tahun yang merupakan remaja tahap akhir. Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik,


(33)

mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memahami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1997).

Menurut Asdi dalam Pratiwi (2011), selain kebiasaan tidak sarapan pagi,saat ini remaja lebih menyukai mengonsumsi makanan jajanan cepat saji. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1999, menunjukkan bahwa persentase pengeluaran rata-rata per kapita penduduk perkotaan untuk makanan jajanan (termasuk makanan cepat saji) meningkat dari 9,13% pada tahun 1996 menjadi 11,37% pada tahun 1999. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta pengeluaran untuk makanan jadi lebih besar yaitu seperempat dari total pengeluaran pangan.

Kebiasaan makan menurut Guthe dan Mead (Khumaidi,1994) adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan-makanan yang tersedia yang didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Khumaidi lebih lanjut menyimpulkan, bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi asosiasi emosional, keadaan jasmani dan rohani yang sedang sakit dan penilaian yang lebih terhadap makanan. Faktor ektrinsik meliputi lingkungan alam,sosial, ekonomi, budaya, dan agama.

Penelitian Wijaya (2005), menunjukkan bahwa dari 177 mahasiswa di

Surabaya 98,3% menyatakan pernah makan di restoran fast food dengan frekuensi

kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali satu bulan. Di Kotamadya Bogor 83,3%


(34)

makanan cepat saji tradisional dan 25,1% mengonsumsi fast food ≥ 3 kali dalam

seminggu (Suhartini,2004) sedangkan Hafitri (2003) mengatakan sebanyak 66,7% remaja terbiasa membeli makanan cepat saji dan makanan tradisional satu kali dalam seminggu.

Menurut Robert dan Williams dalam Heryanti (2009), mengatakan kebiasaan makan dan pilihan makanan dikalangan remaja ternyata lebih kompleks dan di pengaruhi oleh banyak faktor seperti fisik, sosial, lingkungan budaya, pengaruh lingkungan sekitar (teman, keluarga dan media) serta psikososial.

2.2 Makanan Siap Saji (Fast Food)

Makanan siap saji (fast food) adalah makanan yang mudah disajikan,

praktis dan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknilogi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Anonim, 2012). Sedangkan menurut

Khasanah (2012), makanan siap saji (fast food) merupakan makanan yang

penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.

Kehadiran makanan siap saji dalam industri makanan di Indonesia juga bisa mempengaruhi pola makan kaum remaja di kota. Khususnya bagi remaja tingkat menengah ke atas, restoran makanan cepat saji merupakan tempat yang

tepat untuk bersantai. Makanan di restoran fast food ditawarkan dengan harga

terjangkau dengan kantong mereka, servisnya cepat dan jenis makanannya memenuhi selera. Makanan cepat saji umumnya mengandung kalori, kadar lemak, gula dan sodium (Na) yang tinggi tetapi rendah serat, vitamin A, asam akorbat,


(35)

kalsium dan folat. Makanan cepat saji adalah gaya hidup remaja (Khomsan, 2004).

Keberadaan restoran-restoran fast food yang semakin menjamur di

kota-kota besar di Indonesia, yang menyajikan berbagai makanan siap saji yang dapat berupa makanan tradisional Indonesia (seperti restoran padang) dan makanan

barat (Kentucy fried chicken, California fried chicken) yang terkenal dengan ayam

gorengnya, disamping jenis makanan yang tidak kalah populer seperti Burger,

Pizza, Sandwich, dan sebagainya. Dengan manajemen yang handal dan juga dilakukannya terobosan misalnya pelayanan yang praktis, desain interior restoran dibuat rapi, menarik dan bersih tanpa meninggalkan unsur kenyamanan, serta rasanya yang lezat membuat mereka yang sibuk dalam pekerjaanya memilih

alternatif untuk mengkonsumsi jenis fast food, karena lebih cepat dan juga

mengandung gengsi bagi sebagian golongan masyarakat. Bahkan di hari libur pun

biasanya banyak keluarga yang memilih makanan diluar dengan jajanan fast food

(Khomsan, 2004).

Makanan siap saji seperti fried chicken dan french fries, sudah menjadi

jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Yokyakarta, Surabaya dan Denpasar. Menurut penelitian tersebut 15-20% remaja

di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan burger sebagai makan siang dan 1-6%

mengonsumsi pizza dan spaggethi. Bila makanan tersebut sering dikonsumsi

secara terus-menerus dan berlebihan dapat mengakibatkan gizi lebih (Mudjianto dkk,1994).


(36)

2.2.1. Jenis Makanan Siap Saji (Fast Food)

Berikut ini adalah makanan siap saji modern yang paling popular diseluruh dunia yang berasal dari beberapa negara, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hamburger

Hamburger atau sering disebut dengan burger adalah sejenis makanan berupa

roti berbentuk bundar yang diiris dua dan ditengahnya diisi dengan patty yang

biasa diambil dari daging, kemudian sayur-sayuran berupa selada, tomat, dan bawang bombay. Hamburger berasal dari negara Jerman. Saus burger diberi berbagai jenis saus seperti mayounes, saus tomat dan sambal. Beberapa varian burger juga dilengkapi dengan keju, asinan, serta bahan pelengkap lain seperti

sosis. 2. Pizza

Pizza adalah adonan roti yang umumnya berisi tomat, keju, saus dan bahan lain sesuai selera. Pizza pertama kali popular di negara Italia.

3. French fries (kentang goreng)

French fries adalah hidangan yang dibuat dari potongan-potongan kentang

yang digoreng dalam minyak goreng panas. French fries berasal dari negara

Belgia. Kentang goreng bisa dimakan begitu saja sebagai makanan ringan, atau sebagai makanan pelengkap hidangan utama. Kentang goreng memiliki kandungan glukosa dan lemak yang cukup tinggi.


(37)

4. Fried Chicken (ayam goreng)

Fried Chicken atau ayam goreng pada umumnya jenis makanan siap saji yang

umum dijual di restoran makanan siap saji (fast food). Fried Chicken

umumnya memiliki protein, kolestrol dan lemak.

5. Spaghetti

Spaghetti berasal dari Italia, namun sudah populer di Indonesia. Spaghetti

adalah mie Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih dengan tambahan daging dan isinya.

6. Fish and Chips

Fish and Chips adalah sebuah nama makanan Barat yang terdiri dari kombinasi antara ikan dan kentang goreng. Rakyat Inggris dan Irlandia

menyebutnya dengan istilah „chippies‟ atau „chipper‟, dan merupakan menu

makan siang murah meriah dikalangan remaja. 7. Sushi

Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Sushi juga sudah populer di masyarakat Indonesia.

8. Croissant

Croissant adalah salah satu jenis roti berbentuk bulan sabit adonannya berbeda

dengan adonan roti biasa karena diberi tambahan korsvert (sejenis lemak)

dengan pengolahan teknik lipat, sehingga teksturnya terdiri dari lipatan-lipatan

kulit roti yang teras empuk tetapi renyah saat kita memakannya. Croissant


(38)

9. Hot Dog

Hot Dog merupakan makanan siap saji berupa sosis yang diselipkan dalam

roti. Mustard, saus tomat, bawang dan mayonnaise dapat melengkapi isiannya.

Masih banyak yang termasuk jenis makanan siap saji (fast food) modern

menurut Peter dalam Ade (2010), yaitu the torpedo roll, the pizza pie, chili con

carne, tortillas, club sandwich, sourthen fried chicken, bacon, lettuce and tomato sandwiches, grilled cheese sandwich, dan open beef sandwich.

Sedangkan menurut Lubis (2009) Yang tergolong dalam makanan siap saji

modern antara lain hamburger, ayam goreng kentucky, pizza, spagetty, sosis,

chicken nugget, kentang goreng, donat dan makanan cepat saji yang tradisional adalah mie goreng, mie instant, bakso, mie ayam, gorengan, siomai, mie pangsit, soto dan pecal.

2.2.2 Dampak Negatif Makanan Siap Saji

1. Meningkatkan Risiko Serangan Jantung

Kandungan kolesterol yang tinggi pada makanan cepat saji dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Pembuluh darah yang tersumbat akan membuat aliran darah tidak lancar yang dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung koroner.

2. Membuat Ketagihan

Makanan cepat saji mengandung zat aditif yang dapat membuat ketagihan dan merangsang untuk ingin terus memakannya sesering mungkin.


(39)

3. Meningkatkan Berat Badan

Jika suka mengonsumsi makanan siap saji dan jarang berolahraga, maka dalam beberapa minggu tubuh akan mengalami penambahan berat badan yang tidak sehat. Lemak yang di dapat dari mengonsumsi makanan siap saji tidak digunakan dengan baik oleh tubuh jika tidak berolahraga. Lemak inilah yang kemudian tersimpan dan menumpuk dalam tubuh.

4. Meningkatkan Risiko Kanker

Kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan resiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar.

5. Memicu Diabetes

Kandungan kalori dan lemak jenuh yang tinggi dalam makanan siap saji akan memicu terjadinya resistensi insulin yang berujung pada penyakit diabetes. Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin sehingga menurunkan penyerapan glukosa yang menyebabkan banyak glukosa menumpuk di aliran darah.

6. Memicu Tekanan Darah Tinggi

Garam dapat membuat masakan menjadi jauh lebih nikmat. Hampir semua makanan makanan siap saji mengandung garam yang tinggi. Garam mengandung natrium, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume darah meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air. Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi.


(40)

Bahaya makanan siap saji yang telah dijabarkan oleh peneliti ilmiah dari beberapa ilmiah pakar serta penerhati nutrisi adalah sebagai berikut:

1. Sodium (Na) tidak boleh kebanyakan terdapat didalam tubuh kita. Untuk

ukuran orang dewasa, sodium yang aman jumlahnya tidak boleh lebih dari 3300 mg. Inilah sama degan 1 3/5 sendok teh. Sodium yang banyak terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan aliran dan tekanan darah sehingga bisa membuat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi juga akan berpengaruh munculnya gangguan ginjal, penyakit jantung dan stroke. Lemak jenuh yang juga banyak terdapat dalam makanan siap saji, yang berbahaya bagi tubuh karena zat tersebut merangsang organ hati untuk memproduksi banyak kolesterol. Kolesterol sendiri didapat dengan dua cara, yaitu oleh tubuh itu sendiri dan ada juga yang berasal dari produk hewani yang kita makan dan dimasak terlalu lama. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, telur, ayam, ikan, mentega, susu dan keju. Bila jumlahnya banyak, kolesterol dapat menutup saluran darah dan oksigen yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh. Tingginya jumlah lemak jenuh dalam makanan siap sajiakan menimbulkan kanker, terutama kanker usus dan kanker payudara. Kanker payudara merupakan pembunuh terbesar setelah kanker usus. Lemak dari daging, susu, dan produk-produk susu merupakan sumber utama dari lemak jenuh.

2. Selain itu, beberapa menu dalam restoran fast food juga mengandung banyak

gula. Gula, terutama gula buatan, tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan penyakit gula atau diabetes, kerusakan gigi dan obesitas.


(41)

Minuman bersoda, cake, dan cookies mengandung banyak gula dan sangat sedikit vitamin serta mineralnya. Minuman bersoda mengandung paling banyak gula, sedangkan kebutuhan gula dalam tubuh tidak boleh lebih dari 4g atau satu sendok teh sehari (Septiyani, 2011).

2.2.3. Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif dari Makanan Siap Saji

Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif makanan siap saji dapat diupayakan dengan beberapa cara antara lain :

1. Bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan

untuk menghindari makanan siap saji beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis

makanan siap saji beresiko yang indentik dengan fried chicken itu juga

memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam

sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati makanan fried chicken

dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

2. Anjuran yang paling cocok bagi penggemar makanan siap saji adalah

hendaknya mereka mengimbangi konsumsi makanan tinggi lemak protein dengan makanan tinggi serat seperti sayuran, baik yang disajikan dalam bentuk mentah misalnya lalapan atau dalam bentuk olahan seperti sop atau salad dari berbagai sayuran dan buah-buahan.

3. Dianjurkan meminum air putih 8-10 gelas per hari untuk mengimbangi


(42)

siap saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi kadar garamnya agar mengurangi porsi makanan atau memilih makanan dalam porsi kecil. Kemudian, bagilah porsi itu dengan rekan atau teman. Dan yang terakhir jangan lupa untuk berolahraga secara disiplin dan teratur.

4. Buah-buahan merupakan pabrik senyawa vitamin, mineral, fitokimia,

antioksidan, dan serat makanan alami. Pengolahan buah-buahan menjadi jus merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan di masyarakat. Agar diperoleh asupan serat makanan sebagaimana yang diperlukan tubuh ketika mengonsumsi jus buah hendaknya jus benar-banar dibuat dari buah asli. Jangan sekali-kali tertipu dengan berbagai jenis minuman jus rasa buah yang sebenarnya sama sekali tidak mengandung komponen buah.

5. Beberapa saran yang perlu diingat dan penting bagi pecinta makanan siap saji

adalah hendaknya memulai sarapan pagi dengan menu sehat seperti jus buah, susu rendah lemak atau sereal tinggi serat, dan jangan lupa mengonsumsi sayuran. Asupan makanan yang mengandung tinggi serat sangat bermanfaat dan dapat membantu memperlambat rasa lapar, sehingga akan menekan keinginan untuk mengonsumsi makanan berlemak atau paling tidak hasrat untuk menikmati akan tertunda. (Lubis 2009).


(43)

2.2.4. Pengukuran Konsumsi Makanan

Metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu, antara lain :

1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode food recall 24 jam adalah mencatat jumlah dan jenis

bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang

perlu diketahui dalam food recall 24 jam adalah data yang diperoleh cenderung

lebih kualitatiif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitatif maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat rumah tangga (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa digunakan sehari-hari ( Supriasa, 2002).

Menurut Supriasa (2002) langkah-langkah pelaksanan food recall 24 jam

ialah:

1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga selama kurun waktu 24 jam yang lalu.

2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

(DGKA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.

Agar wawancara berjalan dengan sistematis, perlu dipersiapkan kuesioner sebelumnya agar wawancara terarah menurut urutan waktu dan pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu sehari dapat disusun berupa makan, pagi, siang, malam serta makanan jajanan (Supariasa, 2002).


(44)

2. Metode Perkiraan Makanan (Estimated Food Records)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam memperkirakan

makanan yang dikonsumsi, responden mencatat semua jumlah makanan dan snack

yang dikonsumsi dalam ukuran rumah tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran gram setiap kali makan. Jumlah hari dalam memperkirakaan asupan makanan tergantung tujuan penelitian. Apabila penelitian bertujuan untuk meneliti rata-rata asupan kelompok maka satu hari untuk satu responden sudah memenuhi syarat.

Kelebihan metode Food Records ini adalah relatif murah dan cepat, lebih

akurat, dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar dan diketahui konsumsi zat sehari. Kekurangannya antara lain bisa menyebabkan beban bagi responden sehingga terkadang responden merubah kebiasaan makannya, tidak dapat digunakan untuk responden buta huruf dan tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden dalam memperkirakan jumlah konsumsi makanan (Supariasa, 2002).

3. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Dalam metode ini, responden

diminta untuk menimbang semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam

periode waktu tertentu. Cara penyiapan makanan, detail penjelasan makanan dan merek makanan (yang diketahui) juga harus dicatat. Metode ini lebih akurat untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan asupan gizi seseorang.

Kelebihan metode penimbangan makanan antara lain data yang didapat lebih teliti. Kekurangan metode ini antara lain butuh waktu dan biaya mahal, bila


(45)

dilakukan dalam waktu lama maka responden dapat berubah kebiasaan makannya, tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil serta perlu kerja sama yang baik dengan responden (Supariasa, 2002).

4. Metode Riwayat Makanan (Diatery History)

Menurut Gibson dalam Mardatillah (2008), Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya dilakukan dalam jangka waktu lama yaitu sekitar 1 bulan. Metode ini memiliki 3 (tiga) komponen antara lain mewawncarai responden tentang kebiasaan pola makan secara keseluruhan dalam 24 jam terakhir yaitu waktu makan utama dana makan selingan, kedua adalah melakukan pengecekan ulang kuesioner dari jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga adalah subjek mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari.

Kelebihan metode ini adalah murah, dapat memberikan gambaran konsumsi makan dalam waktu relatif panjang dan dapat digunakan di klinik gizi. Sedangkan kekurangan metode ini adalah membebankan responden dan pengumpul data, perlu tenaga terlatih, data lebih bersifat kualitatif, tidak cocok untuk sampel besar dan umumnya bagi makanan khusus saja (Supriasa, 2002).

5. Metode Frekuensi Makanan ( Food Frequency)

Food Frequency Questionnaire (FFQ) bertujuan untuk menilai frekuensi makanan dan berbagai jenis makanan dalam periode waktu tertentu. Metode ini dapat menjelaskan informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makan seseorang. Kelebihan metode ini adalah murah dan sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan keterampilan khusus, dan dapat


(46)

menghubungkan penyakit dengan kebiasaan makan. Sedangkan kekurangan metode ini adalah tidak dapat menghitung asupan zat gizi, sulit mengembangkan kuesioner, perlu membuat percobaan pendahuluan, cukup menjemukan pewawancara dan responden harus jujur (Supariasa, 2002).

Menurut Supariasa (2002) langkah-langkah metode frekuensi makanan adalah:

1) Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunanya dan ukuran porsinya.

2) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi pengunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula.

2.3. Media Iklan

Iklan adalah suatu bentuk pertanyaan yang memuat pesan mengenai gagasan produk atau jasa yang ditawarkan oleh perorangan atau perusahaan dan lembaga baik pemerintah maupun swasta yang memakai medis pers tercetak (surat kabar dan majalah), radio dan televisi (Berg Sayogyo,1989).

Pada dasarnya tujuan periklanan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya adalah sikap-sikap konsumen. Tujuan periklanan komersial adalah membujuk khalayak untuk membeli produk (Jefkins, 2002).

Menurut Notoatmodjo (2012), tujuan komunikasi di media massa (iklan) yang hendak dicapai adalah (1) mengubah pengetahuan, (2) pengertian pendapat


(47)

dan konsep-konsep sasaran dan (3) mengubah sikap dan persepsi sasaran serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

Adapun jenis-jeis iklan menurut Kuswandi (1996), jenis iklan di media massa digolongkan dalam dua bagian yaitu iklan komersil dan iklan layanan masyarakat.

a. Iklan Komersil adalah bentuk promosi suatu barang produksi atau jasa melalui media massa dalam bentuk tayangan gambar maupun bahasa yang diolah melalui film atau berita. Contoh dari jenis iklan adalah iklan makanan atau minuman.

b. Iklan layanan masyarakat adalah bentuk tayangan gambar baik drama, film, musik, maupun bahasa yang mengarahkan pemirsa atau khalayak sasaran agar berbuat atau bertindak seperti yang dianjurkan iklan tersebut.

2.3.1. Iklan Televisi

Kehadiran iklan dalam paket acara televisi bukanlah hal yang baru. Menurut Kuswandi (1996), ada dua kepentingan mengapa iklan masuk dalam acara televisi yakni : kehadiran iklan televisi turut mendukung atau membantu pemasukan dana bagi kelancaran serta kelangsungan materi acara, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya dan media televisi merupakan alat informasi tentang suatu barang produksi untuk diketahui oleh pemirsa atau masyarakat.

Iklan televisi mempunyai beberapa peranan dalam-peranan yaitu berdasarkan pendapat Kuswandi (1996), secara terperinci peran/tujuan periklanan di televisi adalah sebagai berikut :


(48)

1. Menimbulkan minat sasaran.

2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3. Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4. Merangsang sasaran untuk mau melaksanakan/membeli barang (produk)

yang diiklankan.

5. Mendorong keinginan sasaran untuk mengerti dan memakai alat yang

diiklankan.

6. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh didalam menerima

sesuatu yang baru (inovasi), manusia mempunyai kecendrungan lupa, untuk mengatasinya televisi akan membantu untuk mengingatkan kembali si sasaran.

7. Untuk menarik perhatian, membujuk, ,merayu sasaran secara

berulang-ulang supaya melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh produsen.

8. Untuk mempercepat dan memperbanyak hasil penjualan yang diproduksi.

9. Memberi alternatif bagi pemirsa untuk mengetahui dan mengenal barang

produksi yang ada di pasaran.

Iklan telvisi mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam hal penanyangannya. Adapun kelebihan dan kelemahan iklan televisi adalah sebagai berikut :


(49)

1. Kelebihan Iklan Televisi

Menurut Jefkins (2005), keunggulan iklan televisi sebagai berikut :

a. Kesan realistik

Karena sifatnya yang visual dan merupakan kombinasi warna-warna suara dan gerakan, maka iklan-iklan televisi tampak begitu hidup dan nyata. Dengan kelebihan ini, para pengiklan dapat menunjukan dan memamerkan kelebihan dan keunggulan produknya secara detail.

b. Masyarakat lebih tanggap

Karena iklan televisi disiarkan di rumah-rumah dalam suasana yang serba santai atau reaktif, maka masyarakat lebih siap memberikan perhatian (dibanding dengan iklan poster yang dipasang di tengah jalan, masyarakat yang sibuk memikirkan sesuatu, menuju suatu tempat atau tengah bergegas ke kantor tentunya tidak sempat memperhatikannya. Perhatian terhadap iklan televisi akan semakin besar, jika materinya dibuat dengan standar teknis yang tinggi dan atau menggunakan tokoh-tokoh ternama (seperti aktor/aktris) sebagai pemerannya.

c. Repetisi/pengulangan

Iklan televisi bisa ditayangkan hingga beberapa kali dalam sehari sampai dipandang cukup bermanfaat yang memungkinkan sejumlah masyrakat untuk menyaksikannya, dan dalam frekuensi yang cukup sehingga pengaruh iklan itu bangkit.

d. Adanya pemilihan acara siaran (zooming) dan jaringan kerja (net working)


(50)

menggunakan satu atau kombinasi banyak stasiun televisi sekaligus untuk memuat iklannya, bahkan pengiklan bisa saja membuat jaringan kerja dengan semua stasiun televisi swasta, sehingga iklannya akan ditayangkan oleh semua stasiun televisi secara serentak.

e. Terkait erat dengan media lain, seperti surat kabar, majalah dan lain-lain. 2. Kelemahan Iklan Televisi

Selain keunggulan, iklan televisi juga mempunyai berbagai kelemahan dan keterbatasan. Menurut Jefkins (2005). Kelemahan-kelemahan iklan televisi sebagai berikut :

Televisi cenderung menjangkau pemirsa secara massal, sehingga pemilihan sering sulit dilakukan. Pihak pengiklan akan dapat lebih selektif dalam mebidik pangsa pasar yang dikehendaki kalau ia menggunakan media pers.

a. Jika yang diperlukan calon pembeli dalah data-data yang lengkap

mengenai suatu produk atau perusahaan pembuatannya, maka televisi tidak akan bisa memberikannya.

b. Hal-hal kecil lainnya bisa dan biasa dikerjakan banyak orang sambil

menonton televisi, sama seperti ketika mereka mendengarkan siaran radio.

Akibatnya kosentrasi pemirsa sering terpecah. Kemungkinan zipping yaitu

tombol pemercepat pada remote control menambah peluang terpecahnya

kosentrasi pemirsa iklan.

c. Karena pembuat iklan televisi butuh waktu yang cukup lama, maka tidak

cocok untuk iklan-iklan khusus atau yang bersifat darurat yang harus sesegera mungkin disiarkan.


(51)

d. Di negara-negara yang memilki cukup banyak stasiun televisi, atau yang jumlah total pemirsa cukup sedikit, biaya siaran mungkin cukup rendah sehingga memungkinkan ditayangkan iklan yang panjang atau berulang-ulang. Iklan seperti ini justru mudah membosankan pemirsa.

e. Kesalahan serius yang dibuat oleh produsen iklan televisi, menurut

Virginia Matthews yang menulis tentang masalah ini di marketing week,

adalah menggunakan penyaji atau model yang sama sebagaimana para pengiklan yang lain. Selain membosankan hal ini juga akan membinggungkan (pemakaian orang/aktor secara berlebihan).

2.3.2. Iklan makanan siap saji (Fast Food)

Disamping televisi merupakan alat komunikasi pandang-dengar dengan satu arah dapat mensosialisasikan nilai-nilai baru. Maka dengan itu televisi telah memasuki kehidupan keluarga dan rumah tangga dengan leluasa, tentu saja ini membawa pengaruh negatif bila masyrakat kurang selektif (filter) terhadap iklan di televisi (Kuswandi, 1996).

Iklan fast food (makanan siap saji) ditelevisi baik secara langsung maupun

tidak langsung akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang, apalagi orang tersebut sering/hampir setiap hari menonton televisi, maka orang tersebut

cenderung memilih mengonsumsi fast food (makanan siap saji) yang

sering/pernah dilihatnya ditelevisi. Hal ini sangat tergantung dari tingkat pendidikan seseorang, yang apabila pendidikan rendah maka orang tersebut cenderung kurang selektif, langsung percaya akan apa yang telah dilihat dan didengarnya (Notoatmodjo, 2003).


(52)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan teori dan keterbatasan saya sebagai peneliti, maka peneliti membatasi hal-hal yang akan diteliti. Hal-hal tersebut dapat dilihat dengan jelas pada bagan kerangka konsep berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan perilaku mahasiswa

kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast food) yang meliputi

karakteristik responden (umur, jenis kelamin, uang saku), sumber informasi

(teman, iklan),pengetahuan , sikap dan konsumsi makanan siap saji (fast food)

mahasiswa kedokteran USU. Karakteristik

Responden: - Umur

- Jenis Kelamin - Uang Saku

Sumber Informasi

- Teman

- Iklan

Sikap Pengetahuan

Konsumsi makanan siap saji (fast food)


(53)

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif untuk mengetahui perilaku Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU terhadap

konsumsi makanan siap saji (fast food).

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukakn di Fakultas Kedokteran USU di Jalan Dr. Mansyur, Medan Sumatera Utara. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian adalah :

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang diwawancarai mengatakan bahwa

ada beberapa temannya yang sering mengonsumsi makanan siap saji (fast

food) dengan kondisi fisiknya yang gemuk dengan tinggi badan 160 dan berat bedan 75 dengan Indeks Massa Tubuh 29,2 dengan kategori obesitas tipe satu.

b. Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang diwawancarai mengatakan bahwa

dari segi ekonominya sangat mendukung dengan uang saku yang cukup

banyak untuk membeli makanan fast food tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waku penelitian dilaksanakan di bulan Maret-Juli tahun 2015 3.3. Populasi dan Sampel

3.2.3.Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi


(54)

yang duduk di semester IV dengan kriteria sudah memperoleh mata kuliah yang berhubungan dengan gizi dengan mata kuliah GDS (Growth and development system) yang ada di Fakultas Kedokteran USU yang berjumlah 481 orang. (data direktori mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Pendidikan Dokter S-1).

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil dari seluruh objek yang diteliti untuk mewakili satu populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1990) sebagai berikut :

n =

Dimana :

n : besar sampel

N : besar populasi mahasiswa (481) n : jumlah sampel yang akan diteliti d : galat pendugaan (0,1)

Z : tingkat kepercayaan (1,96 dengan Cl 95%) P : target populasi (0,5)

Maka: n =

n = 1,962 0,5 (1-0,5) 481 0,12 (481-1) +1,962.0,5 (1-0,5) = 461,9524


(55)

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 orang.

Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 481 mahasiswa Fakultas Kedokteran USU didapat sampel penelitian sebanyak 80 mahasiswa, dimana subjek yang ditanya adalah mahasiswa yang bersedia di wawancarai.

Teknik pengambilan sampel dilakukan di Fakultas Kedokteran USU

dengan cara accidental sampling. Menurut Santoso dan Tjiptono (2001)

Accidental Sampling (Convenience sampling) adalah prosedur sampling yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau diakses.

Sedangkan menurut Sugiyono (2004) Accidental Sampling adalah mengambil

responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut merupakan mahasiswa FK USU stambuk 2013.

Adapun cara teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan memiliki kenalan salah seorang mahasiswa FK USU stambuk 2013, kemudian menanyakan alamat kost dan mendatangi kost mereka masing-masing. Hal itu dikarenakan keterbatasan waktu dalam penelitian karena sudah ada sebahagian mahasiswa yang libur.


(56)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan hasil pengumpulan data terhadap responden melalui kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan untuk mengetahui karakteristik, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran USU tentang konsumsi makanan siap saji (fast

food).

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Birorektor USU. Data yang diperoleh dari Birorektor USU berupa data jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Angkatan tahun 2013.

3.5. Defenisi Operasional 1. Karakteristik Responden

a. Umur yaitu usia responden berdasarkan tahun dihitung sejak ia lahir sampai

saat penelitian.

b. Jenis kelamin

Yaitu perbedaan ciri biologis responden dalam hal ini ada dua kategori: laki-laki dan perempuan.

c. Uang saku adalah rata-rata jumlah uang yang diberikan orang tua kepada

mahasiswa untuk membeli makanan/jajanan per hari dalam satuan rupiah. 2. Sumber informasi yaitu berupa informasi yang diperoleh responden mengenai


(57)

a. Teman adalah orang-orang di luar keluarga yang berinteraksi, berkomunikasi dan bersama dengan responden yang memberikan informasi

dan mengajak responden dalam mengkonsumsi fast food.

b. Iklan adalah segala sarana dalam menyampaikan berita pesanan untuk

mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa

yang ditawarkan mengenai makanan siap saji (fast food).

3. Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang konsumsi

makanan siap saji (fast food).

4. Sikap adalah tanggapan responden tentang konsumsi makanan siap saji (fast

food).

5. Konsumsi makanan siap saji yaitu segala bentuk nyata aktivitas responden

yang berkaitan dengan frekuensi dan jenis dari makanan siap saji (fast food)

yang penyajiannya cepat dan biasanya mengandung karbohidrat yang tinggi, lemak yang tinggi dan rendah serat.

3.6. Instrumen Penelitian dan Aspek Pengukuran 3.6.1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang akan dijadikan sebagai baan atau alat wawancara kepada Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Medan Tahun 2015.

3.6.2. Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentu. Pada penelitian ini kuesioner berjumlah 62 pertanyaan yang terdiri dari


(58)

20 pertanyaan pengetahuan, 20 pertanyaan tentang sikap dan 15 pertanyaan tentang tindakan.

a. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone

(Singarimbun, 2008). Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Masing-masing dengan alternative jawaban “a” , “b” , “c” dengan ketentuan jika responden menjawab benar diberi nilai 2 (dua), dan jika responden menjawab sedikit mendekati benar diberi nilai 1 (satu) dan jika responden menjawab salah diberi nilai 0 (nol).

Menurut Arikunto (2006), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : - Tingkat pengetahuan baik apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30

- Tingkat pengetahuan sedang apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30

- Tingkat pengetahuan rendah apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu < 18

b. Pengukuran sikap

Sikap diukur melalui 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert

(Riduwan, 2008), kriteria dalam pertanyaan sikap adalah sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4 dengan kriteria sebagai berikut :


(59)

Pernyataan positif

Sangat setuju : 4

Setuju : 3

Kurang setuju : 2

Tidak setuju : 1

Pernyataan negatif

Sangat setuju : 1

Setuju : 2

Kurang setuju : 3

Tidak setuju : 4

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 80. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

- Sikap baik apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu > 60

- Sikap sedang apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu 36 - 60

- Sikap rendah apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 80 yaitu < 36

c. Pengukuran tindakan

Tindakan diukur melalui 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran tindakan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap seluruh pertanyaan yang diberikan.


(60)

Masing-masing dengan alternatif jawaban “Ya melakukan” dan “Tidak melakukan”, dengan ketentuan jika responden menjawab “Ya melakukan”

dikatakan benar diberi nilai 0 (nol), dan jika responden menjawab “Tidak

melakukan” maka dikatakan salah dan diberi nilai 2 (dua).

Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu > 22

b. tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 30 yaitu 13 - 22

c. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 30 yaitu < 13

d. Sumber Informasi

Sumber informasi (teman dan media iklan) diukur melalui 7 pertanyaan. Skala pengukuran sumber informasi berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

1. Untuk pertanyaan no 1 dan 2, nilai tertinggi adalah 3 dengan kriteria jawaban: Penilaian :

Jawaban <3 skor : 1 Jawaban 3-4 skor : 2 Jawaban >4 skor : 3


(61)

2. Untuk pertanyaan nomor 3-7 nilai tertingginya 3, dengan kriteria jawaban :

- Jawaban ya, skornya 3

- Jawaban kadang-kadang, skornya 2

- Jawaban tidak, skornya 1

Dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai adalah 21. Menurut Arikunto (2006), aspek pengukuran dengan kategori jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Nilai baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu > 15

b. Nilai sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 21 yaitu 9 - 15

c. Nilai kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan dengan total 21 yaitu < 9

3.7. Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing (pemeriksaan data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atas pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum tepat atau terdapat kesalahan maka data harus dilengkapi dengan cara wawancara kembali terhadap responden. 2. Coding (pemberian kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode kepada masing-masing kategori.


(1)

xviii

t8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 43 53.8 53.8 53.8

Ya 37 46.3 46.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

t9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 36 45.0 45.0 45.0

Ya 44 55.0 55.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

t10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 31 38.8 38.8 38.8

Ya 49 61.3 61.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

t11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 18 22.5 22.5 22.5

Ya 62 77.5 77.5 100.0

Total 80 100.0 100.0

t12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 38 47.5 47.5 47.5

Ya 42 52.5 52.5 100.0


(2)

xix

t13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 43 53.8 53.8 53.8

Ya 37 46.3 46.3 100.0

Total 80 100.0 100.0

t14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 53 66.3 66.3 66.3

Ya 27 33.8 33.8 100.0

Total 80 100.0 100.0

t15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 56 70.0 70.0 70.0

Ya 24 30.0 30.0 100.0

Total 80 100.0 100.0


(3)

(4)

xxi


(5)

(6)

xxiii